Bab II Walktrough
Bab II Walktrough
TINJAUAN UMUM
2.1
pendudukan Jepang antara tahun 1942-1943. Pada 15 Juli 1963, bandara ini
menjadi lapangan udara bersama, baik untuk kegunaan sipil maupun militer.
Kemudian pada 21 Agustus 1975 status bandara ini menjadi Pelabuhan Udara
(Pelud) Sipil Talang Betutu. Pada 3 April 1985, bandara ini berganti nama menjadi
Pelud Sultan Mahmud Badaruddin II. Tak lama kemudian istilah Pelud Sultan
Mahmud Badaruddin II diubah menjadi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
pada tanggal 1 September 1985. Terhitung 1 April 1991, bandara ini resmi
dikelola oleh Manajemen Perum Angkasa Pura II. Pada 2 Januari 1992
Manajemen Perum Angkasa Pura II berganti status menjadi PT Angkasa Pura II
(Persero). Pada saat Provinsi Sumatera Selatan resmi terpilih sebagai tuan rumah
PON XVI tahun 2004, pemerintah berupaya untuk memperbesar kapasitas
bandara sekaligus merubah status bandara ini menjadi bandara internasional.
Gedung terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya berhasil
rampung dan diresmikan pada 1 Januari 1990.
Perusahaan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak
dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait
bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan
kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan
mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini
berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta
Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984. Keberadaan Angkasa Pura
II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta
Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada
19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah
menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero). Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008
sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi
berubah menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).
Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan
pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara
dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan
penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar
dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya
saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan
masyarakat.
Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan
usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan
berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang
10
dengan
mengutamakan
kenyamanan
dan
keselamatan
pelanggan.
Kuning melambangkan kemakmuran sebagai buah keberhasilan yang akan
didapat dari kerja keras PT Angkasa Pura II untuk para pemegang saham,
2.4
11
VISI
"Menjadi pengelola bandar udara kelas dunia yang terkemuka dan
profesional. Untuk mewujudkan visi tersebut, Angkasa Pura II bertekad
melakukan transformasi secara menyeluruh dan bertahap selama lima tahun
pertama.
2.4.2 MISI
2.5
2.6
12
2.
dalam rangka menyukseskan Tujuan Perusahaan untuk periode tahun 2009 - 2013
sebagai berikut :
1.
2.
Pura Iiserta peningkatan produktivitas kegiatan usaha PT. Angkasa Pura II.
Tercapainya kepuasan pengguna jasa melalui pelayanan prima yang
didukung dengan jaminan Service Level Agreement (SLA) dan Service
Level Guarantee (SLG) serta ketersediaan sarana dan prasarana yang
3.
4.
5.
6.
13
2.7
14
Kantor
jasa
keselamatan penerbangan.
Penyediaan, pengelolalaan, pengusahaan bidang usaha lain yang mempunyai
hubungan dengan usaha jasa kebandaraan.
2.8
memerlukan uraian tugas yang jelas dan teratur. Dengan adanya uraian tugas yang
teratur dan jelas, maka para karyawan akan bekerja dengan baik sesuai dengan
15
16
melaksanakan
kegiatan
pemeliharaan
fasilitas
17
18
Pertolongan
Kebakaran
Kecelakaan
(PKP-PK),
yang
Penerbangan
mempunyai
dan
tugas
Pemadam
melaksanakan
Pengamanan
Bandar
udara,
yang
mempunyai
tugas
19
20
Dinas
Teknik
Mekanikal
dan
Peralatan,
mempunyai
tugas
3
4
administrasi
pegawai,
kegiatan
ketatausahaan,
kerumahtanggaan,
21
2.9
adalah Perusahaan yang bergerak di bidang jasa Bandar Udara dan keselamatan
penerbangan. Untuk memperjelas jenis kegiatan usaha PT. AP II ini dibawah ini
akan dijelaskan Tugas, Fungsi dan Sifat Usahanya. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.3 tahun 1985 tentang Perusahaan Umum Angkasa Pura II.
Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1986 mengenai sifat usaha, maksud dan tujuan,
lapangan usaha serta sumber pendapatan usaha sebagai berikut:
1) Sifat usaha adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan.
2) Maksud dan tujuan adalah untuk turut serta dalam membangun ekonomi dan
ketahanan nasional sesuai kebijakan pemerintah melalui penyelenggaraan
penyediaan dan pengusahaan Bandar udara untuk turut menunjang kelancaran
angkutan udara secara aman, selamat dan efisien.
3) Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan terjaminnya keselamatan
kekayaan negara, perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut:
a) Penyediaan, pengusahaan pengembangan jasa bandar udara,
b) Perencanaan pengembangan dan pemeliharaan bandar udara,
c) Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tecapainya tujuan perusahaan
dengan persetujuan menteri,
d) Penetapan tata guna tanah, pengelolaan tanah dan daerah dalam
lingkungan kerja bandar udara berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
2.10
22
2.10
ruang lingkup yaitu pelayanan jasa aero dan pelayanan non aerotika yang
memberikan pelayanan jasa di bidang transportasi udara serta menjadi pengelolah
Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II yang bertaraf internasional yang
mengutamakan penerbangan dan kepuasan pengguna jasa pernerbangan.
2.10.1 Pelayanan Jasa Aero
Implementasi dari produser lalu lintas udara yang baru : Reduced Vertical
Separction Minimum (RVSM) dan En Route Radar, diharapkan dapat
meningkatkan keselamatan penerbangan
Usaha-usaha untuk meningkatkan Kapasitas Wilayah Udara dan
keselamatan lalu lintas udara dibawah PT. Angkasa Pura II (Persero) (Jakarta FIR)
dilakasanakan secara konsiten. Ini dapat dilihat dalam implementasi prosedur
pengendalian lalu lintas udara yang baru.
Vertical Separation Minimun (RVSM) pada wilayah udara teluk Begal,
dimana rute pernerbangan ke Timur Tengah dan Eropa mengakibatkan
peningkatan kapasitas pada wilayah udara tersebut. Sebelumnya, pemisahan
minimum secara vertikal antara flight level 290 samapati 410 anda 2000 kaki.
Setelah implementasi dari prosedur yang baru, pemisahan secara vertikal menjadi
1000 kaki tanpa memperendah keselamatan penerbangan dikarenakan dukungan
23
24
2.11
25
26