Ulkus Diabetik
Definisi
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
aerob maupun anaerob.1
Epidemiologi
Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat sebesar 15-20%,
risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non
DM. Sedangkan prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15%,
angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan
sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes
mellitus. Di RSCM data pada tahun 2003, masalah ulkus diabetika merupakan
masalah serius, sebagian besar penderia diabetes mellitus dirawat karena
mengalami ulkus diabetik. Angka kematian dan angka amputasi masih cukup
tinggi, masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%. Penderita DM paska
amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan
meninggal dalam 3 tahun. 1,2
Klasifikasi kaki diabetes
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang
sederhana seperti klasifikasi edmonds dari Kings College Hospital London,
Klasifikasi Liverpool, klasfikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan
kaki diabetes, dan klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih
mengacu kepada pengelolaan kaki diabetes. Suatu klasifikasi
mutakhirndianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot yakni
klasifikasi pedis. Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima semua
pihak akan mempermudah para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian
dari berbagai tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat
Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan
pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki
diabetes (Edmonds 2004-2005):1
Stage 1
: Normal Foot
Stage 2
Stage 3
: Ulcerated Foot
Stage 4
: Infected Foot
Stage 5
: Necrotic Foot
Stage 6
: Unsalvable Foot
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting dan
Misalnya pada stasium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan infection
control belum diperlukan, sedangkan untuk stadium 3 dan seterusnya, tentu
semua faktor tersebut harus dikendalikan, disertai keharusan adanya kerjasama
mutidisipliner yang baik. Sebaliknya untuk stadium 1 dan 2, peran usaha
pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat mencolok. Peran rehabilitasi medis
dalam usaha mencegah terjadinya ulkus dengan usaha mendistribusikan
tekanan plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha untuk non
weight bearing lain merupakan contoh usaha yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi kecacatan akibat deformitas yang terjadi pada kaki diabetes.
Patofisiologi kaki diabetes 1,2,3
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati baik sensorik maupun motorik dan anatomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes.
Ada 3 faktor yang dapat dipandang sebagai predisposisi kerusakan
jaringan pada kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi. Jarang sekali
infeksi sebagai faktor tunggal, tapi seringkali merupakan komplikasi iskemia
maupun neuropati.3
1. Patogenesis neuropati
Susunan saraf sangat rentan terhadap kompli.kasi diabetes mellitus.
Secara patogenetik, ada 3 faktor utama (metabolik, autonom, vaskuler) yang
dapat dianggap sebagai sebab terjadinya neuropati pada diabetes mellitus.
Diabetes mellitus bersama faktor genetik, dan lingkungan (misalnya alkohol)
akan lewat ke-3 faktor tersebut memberi neuropati klinis. Faktor metabolik :
kenaikan poliol, sorbitol / osmotik poliol (hasil reduksi glukosa oleh enzim yang
banyak tertimbun pada sel tubuh penderita DM). fruktosa, kurangnya kontrol
gula darah, dan penurunan mioinositol dan Na+/K+ATP meyebabkan
demielinasi artrofi akson; otoimum lewat anti gangliosid dan anti GAD
menyebabkan hneuropati, gangguan vascular karena menutupnya vasa vasorum,
trauma memberi hipoksia endoneurial yang selanjutnya menyebabkan
demielinisasi segmental. Adapun faktor lain seperti kelainan agregasi
trombosit, kelainan etologi sel darah merah dan hematologic, proses AGEs serta
adanya kompleks imum disirkulasi berpengaruh terhadap neuropati ini.
Neuropati, kelainan vaskuler (aliran darah vang mengurangi karena
terjadinya proses arteriosklerosis tungkai bawah khususnya betis). Dan kemudian
infeksi berperan dalam patogenesis terjadinya tukak diabetik. Walaupun
demikian, yang peranannya paling mencolok pada banyak studi cross sectional
adalah polineuropati sensorik perifer (pasien kaki diabetik ). Pasien disini tak
dapat merasakan rangsangan nyeri dan dengan demikian kehilangan daya
kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsangan dai luar. Berbagai hal yang
sederhana yang pada orang normal tak menyebabkan, luka akibat adanya daya
proteksi nyeri, pada pasien DM dapat berlanjut menjadi luka yang tidak disadari
adanya, dan kemudian menjadi tukak diabetik. Tusukan jarum atau paku tak
disadari. sehingga pasien baru menyadarinya setelah terjadi luka yang membusuk
dan membahayakan keselamatan kaki secara keseluruhan. Neuropati motorik
berperan melalui terjadinva deformitas pada kaki yang menyebabkan daerah
tersebut lebih mudah dikenali dan lebih banyak mendapat tekanan dari luar.
Neuropati autonomik berperan melalui perubahan pola keringat - kering dan
mudahnya timbul pecah-pecah pada kulit kaki, dan jug melalui adanya perubahan
b. faktor metabolik
-
hiperglikemia
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus
telapak kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam
rongga telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa
ditemukan infeksi kuman Gram positif, negatif dan anaerob. 2,3
Pada kaki diabetik yang disertai infeksi, berdasarkan letak serta
penyebabnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Abses pada deep plantar space
2. Selulitis non supuratif dorsum pedis
3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
Pengendalian Diabetes
Langkah awal penanganan pasien ulkus diabetik adalah dengan
melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik
karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetik juga menderita mal nutrisi,
penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis.
Strategi pencegahan
Fokus pada penanganan ulkus diabetik adalah pencegahan terjadinya
luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, perawtan
kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat melindungi. Pada
penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan sepatu hanya saja sepatu
yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak. Perawatan kuku yang
dianjurkan pada penderita Resiko tinggi adalah kuku harus dipotong secara
tranversal untuk mencegah kuku yang tumbuh kedalam dan merusak jaringan
sekitar. 5,6
b.
di bawah ini merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada
tingkat pencegahan sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal ulkus/
gangren diabetik.
Kontrol metabolik. Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki.
Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar selalu normal, untuk memperbaiki
berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan
luka. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi konsentrasi glukosa
darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Beberapa hal yang
harus juga diperbaiki seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan
derajat oksigenasi jaringan.
Kontrol vaskular. Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat
kesembuhan luka. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali
melalui berbagai cara sederhana seperti: warna dan suhu kulit, perabaan arteri
dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta pengukuran tekanan darah.
Modifikasi faktor resiko, dengan stop merokok serta memperbaiki berbagai
faktor resiko terkait aterosklerosis yaitu hiperglikemia, hipertensi dan
dislipidemia.
Revaskularisasi. Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jikalau ada
klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan.
Sebelum tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk
mendapat gambaran pembuluh darah yang lebih jelas.
Wound control. Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan
hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus
dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat
mungkin.
Microbiological control. Lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan
antibiotik dengan spektrum luas, mencakup kuman gram positif dan negatif
(seperti golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat
terhadap kuman anaerob (seperti metronidazol).
Pressure control. Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight-bearing
dapat dilakukan antara lain dengan : removable cast walker, total contact
casting, temporary shoes, felt padding, crutches, wheechair, electric carts,
craddled insoles. Berbagai cara surgikal dapat digunakan untuk mengurangi
tekanan pada luka seperti: dekompresi ulkus,/ abses dengan insisi abses.
Education control. Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan
kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan
ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu
dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka