Anda di halaman 1dari 10

Kewajiban Perusahaan Melengkapi Izin Lingkungan Yang

Ber-Operasional Sebelum Diundangkannya UU Nomor 32


tahun 2009
Oleh : Ian Maradona
Mahasiswa Pascasarjana FH Universitas Indonesia Salemba, Jakarta

A. Pendahuluan
Dalam Opini Hukum ini yang dimaksud dengan :
1. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
2. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh
instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.
3. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya
disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
4. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan
bagi
proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
5. Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disingkat DPLH, adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau
kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi
belum memiliki UKL-UPL.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau disingkat dengan AMDAL
diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009 sebelumnya diatur dalam UU No.
23 Tahun 1997, penjelasan lebih jauh mengenai pengaturannya
tersebar dalam berbagai Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup, maupun Peraturan Gubernur sebagai Kepala
Daerah.
Dalam UU No 32 Tahun 2009, AMDAL mendapat porsi yang cukup
banyak dibandingkan instrumen lingkungan lainnya, dari 127 pasal
yang ada, 23 pasal diantaranya mengatur tentang AMDAL. Tetapi
pengertian AMDAL pada UU No. 32 Tahun 2009 berbeda dengan UU No.
23 Tahun 1997, yaitu hilangnya dampak besar. Jika dalam UU No.
23 Tahun 1997 disebutkan bahwa AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup ......, pada UU No. 32 Tahun 2009

disebutkan bahwa AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting


suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan ......
Dari ke 23 pasal tersebut, ada pasal-pasal penting yang sebelumnya
tidak termuat dalam UU No. 23 Tahun 1997 maupun PP No.27 Tahun
1999 dan memberikan implikasi yang besar bagi para pelaku AMDAL,
termasuk pejabat pemberi ijin.
Hal-hal penting baru yang terkait dengan AMDAL yang termuat dalam
UU No. 32 Tahun 2009, antara lain :
1. AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
2. Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi
penyusun dokumen AMDAL;
3.

Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun kab/kota wajib


memiliki lisensi AMDAL;

4.

Amdal dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin


lingkungan;

5.

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota


sesuai kewenangannya.

Selain ke - 5 hal tersebut di atas, ada pengaturan yang tegas yang


diamanatkan dalam UU No. 32 Tahun 2009, yaitu dikenakannya sanksi
pidana dan perdata terkait pelanggaran bidang AMDAL. Pasal-pasal
yang mengatur tentang sanksi-sanksi tersebut, yaitu:
1. Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa
memiliki izin lingkungan;
2. Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL tanpa
memiliki sertifikat kompetensi;
3.

Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang


tanpa dilengkapi dengan dokumen AMDAl atau UKL-UPL.

B. Latar Belakang
Opini hukum ini dibuat sebagai dasar acuan Management Perusahaan
untuk mengambil kebijakan perlu atau tidaknya diadakan suatu
dokumen mengenai lingkungan untuk kepentingan Perusahaan dan
demi terwujudnya Good Corporate Governance
C. Pembahasan
Merunut pendahuluan dan latar belakang diatas, dalam hal Perusahaan
belum memiliki dokumen lingkungan hidup (AMDAL/UKL/UPL) dan
apakah harus diadakan suatu dokumen terkait lingkungan hidup
seperti Amdal/UKL/UPL perlu dirunut melalui Peraturan terkait.

Menurut Paragraf 6 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai UKL-UPL


Pasal 34
1). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib
memiliki UKL/UPL.
2). Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.
Pasal 23 UU No. 32 Tahun 2009, seperti disebut dalam Pasal 34 UU No.
32 Tahun 2009 berisi mengenai :
(1).
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun
yang tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
idup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
(2).
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
Adapun lebih lanjut mengenai ketentuan UKL/UPL diatur dalam PERATURAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN
DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP, dalam Pasal 2 dinyatakan bahwa :

(1).
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib amdal wajib memiliki UKL-UPL.

(2).
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
dilengkapi UKL-UPL wajib membuat SPPL.
Dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa :
(1).
Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL
atau SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan oleh
gubernur atau bupati/walikota berdasarkan hasil penapisan.
(2).
Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan pedoman penapisan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 35
(1).
Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi
UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib
membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
(2).
Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a tidak termasuk dalam kategori berdampak penting sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan
b kegiatan usaha mikro dan kecil.
(3).
Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup diatur dengan peraturan Menteri.
Adapun lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.
27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup,
dinyatakan bahwa :
(1).
Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam
kawasan yang sudah dibuatkan analisis mengenai dampak
lingkungan tidak diwajibkan membuat analisis mengenai dampak
lingkungan hidup lagi.
(2).
Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak
lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai
dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup kawasan.
Dalam hal kedudukan usaha PT. SMII dalam kawasan Industri
Pulogadung (DKI Jakarta) Ketentuan mengenai kegiatan apa saja yang
wajib dilengkapi AMDAL/UKL/UPL diatur dalam Keputusan Gubernur DKI
Jakarta No. 189/2002 tanggal 5 Pebruari 2002, menurut klasifikasi jenis
usaha Perindustrian, PT. SMII masuk kriteria wajib UKL/UPL dengan sub
kategori industri Margarine, dengan produksi riil lebih besar dari 1000
Ton/tahun. (copy Pergub terlampir), sedangkan Kawasan Pulogadung
wajib Amdal.

Dalam Paragraf 7 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai Perizinan


dinyatakan bahwa :
Pasal 36
1). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.
2). Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
3). Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
4). Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 37
1). Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila
permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
2). Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4)
dapat dibatalkan apabila :
a persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum
dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL; atau
c kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan.
Pasal 38
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), izin
lingkungan
dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.
Pasal 39
1). Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan
keputusan izin lingkungan.

2). Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.

Pasal 40
1). Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.
2). Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan
dibatalkan.
3). Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin
lingkungan.
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 sampai dengan Pasal 40 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam hal tidak terpenuhinya ketentuan Paragraf 6 UU No. 32 Tahun
2009 mengenai UKL-UPL Pasal 34, Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 27
tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 TENTANG
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN
DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Pasal 2 untuk perusahaan yang tidak
memiliki izin lingkungan dapat dikenakan sanksi.

Sanksi untuk pelanggaran izin lingkungan dibagi menjadi :


1. Sanksi Administratif, dan
2. Sanksi Pidana.
Untuk sanksi administratif diatur dalam bagian kedua UU No. 32 Tahun
2009 mengenai Sanksi Administratif
Pasal 76
1). Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi
administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin
lingkungan.
2). Sanksi administratif terdiri atas:
a teguran tertulis;
b paksaan pemerintah;
c pembekuan izin lingkungan; atau
d pencabutan izin lingkungan.
Pasal 77

Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap
pemerintah daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari
tanggung jawab pemulihan dan pidana.
Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan
izin ingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d
dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah.
Pasal 80
1. Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat
(2) huruf b berupa:
a penghentian sementara kegiatan produksi;
b pemindahan sarana produksi;
c penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d pembongkaran;
e penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
g tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran
dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
2). Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului
teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;
b dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau
c kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.
Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak
melaksanakan paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap
keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan pemerintah.

Pasal 82
1. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya.
2. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat
menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan
hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.
Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Sanksi Pidana
Untuk sanksi Pidana diatur dalam bagian kedua UU No. 32 Tahun 2009
Dalam Pasal 109 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai sanksi pidana bagi
pemilik usaha yang tidak memiliki izin lingkungan :
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki
izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Apabila menilik dari ketentuan Pasal 109 UU No. 32 Tahun 2009 diatas
bahwa pengenaan Pidana dapat dikenakan kepada pengusaha yang
menyelenggarakan usaha tersebut.
Adapun berdasar pada ketentuan BAB II TATA LAKSANA DOKUMEN
EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP DAN DOKUMEN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP Bagian Pertama mengenai Kriteria dalam Pasal 2
dinyatakan bahwa :
1). DELH atau DPLH wajib disusun oleh penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
memenuhi kriteria:
a telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

b telah
melakukan
kegiatan
tahap
konstruksi
sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan; dan
d tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki
dokumen lingkungan hidup tetapi tidak sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
2). DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disusun paling lama tanggal 3 Oktober 2011.
3). Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat meminta bantuan kepada konsultan dalam
penyusunan DELH atau DPLH.
4). Penyusunan DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan tata laksana sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Perusahaan wajib memiliki dokumen UKL/UPL tersendiri berdasarkan
pada regulasi pemerintah terkait yaitu Undang-undang No. 23 Tahun
1999 tentang AMDAL, Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup,
dan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor :
189/2002 tanggal 5 Pebruari 2002 mengenai Jenis Usaha/Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) Di Propinsi DKI Jakarta.
Adapun mengingat sanksi yang timbul dikarenakan belum dimilikinya atau
belum diprosesnya dokumen terkait lingkungan tersebut baik sanksi
administratif yang cukup signifikan untuk menghambat perkembangan bisnis
dan sanksi pidana yang dapat menjerat pelaku usaha, maka disarankan agar
Para Pelaku Usaha dapat segera mengurus/memproses dokumen lingkungan
perusahaannya, dalam hal ini yang diamanahkan oleh peraturan terkait yaitu
AMDAL/UKL/UPL/DELH/DPLH.

Merefresh BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Menteri Negara


ingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 ayat 3 dan 4, pengkategorian
dokumen DELH dan DPPL :
3.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DELH, adalah dokumen yang
memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan bagian dari proses
audit lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin
usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumen amdal.

4.

Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH, adalah dokumen yang
memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau
kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL.

Sehingga sesuai ketentuan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan
Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa
bagi perusahaan yang tidak memiliki AMDAL/UKL/UPL seperti namun
berdiri sebelum diundangkannya UU Nomor 32 tahun 2009 wajib
menyusun DELH/DPLH dengan batas terakhir menyusun DPLH paling
lama tanggal 3 Oktober 2011. dengan kata lain dalam hal tujuan
atau latar belakang Opini ini dibuat, para pelaku usaha wajib
menyusun DELH/DPLH sebagai pengganti AMDAL/UKL/UPL yang
mana penyusunannya dilakukan paling lambat pada 3 Oktober
2011. Mengenai penyusunannya dapat dilihat (me-refer) pada Bagian
Kedua mengenai Persyaratan Penyusunan Dokumen Evaluasi
Lingkungan Hidup, Pasal 3 yang menyatakan bahwa :
1). Penyusun DELH harus memenuhi persyaratan :

a memiliki sertifikat pelatihan penyusun dokumen amdal, sertifikat


kompetensi penyusun dokumen amdal, dan/atau sertifikat
auditor lingkungan hidup bagi penyusunan DELH yang dilakukan
sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan sampai dengan tanggal 3
Oktober 2010; atau
b memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup yang
teregistrasi bagi penyusunan DELH yang dilakukan antara
tanggal 4 Oktober 2010 sampai 3 Oktober 2011.
2). Penyusunan DELH menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
E. DAFTAR PERATURAN TERKAIT
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang AMDAL,
2. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup,
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010

TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA


PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
HIDUP
DAN
SURAT
PERNYATAAN
KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Penyusunan AMDAL
5. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor :
189/2002 tanggal 5 Pebruari 2002 mengenai Jenis Usaha / Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) Di Propinsi DKI Jakarta
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010

Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan


Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum
Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.
10

Anda mungkin juga menyukai