Makalah - Sinkronisasi UUPA
Makalah - Sinkronisasi UUPA
KELOMPOK III
KELAS A
NIM : 15242878
NIM : 15242879
NIM : 15242880
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 24 September 1960 terbit Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) setelah melalui proses
panjang sejak tahun 1948. UUPA berlaku sebagai lex generalis (undang-undang
pokok) bagi pengaturan lebih lanjut obyek materiilnya, yakni bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagaimana diamanatkan oleh Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUPA dibuat sebagai payung bagi pengaturan bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, isinya merupakan
pokok-pokok aturan yang mengandung asas-asas, tujuan pokok dan aturan-aturan
umum tentang penguasaan bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam. Namun
masih ada yang belum diatur lebih lanjut dalam UUPA mengenai hal pokok-pokok,
secara umum, atau garis besar ketentuan terkait dengan sumber daya alam (SDA)
selain tanah.
UUPA hanya menggariskan dasar dan ketentuan pokok yang berlaku untuk
semua bidang SDA dalam 10 (sepuluh) pasalnya. Namun demikian, hanya ada 1
(satu) pasal dalam UUPA yang secara mengatur tentang SDA selain tanah, yakni
Pasal 8 UUPA yang dalam penjelasannya antara lain menyebutkan bahwa
ketentuan ini merupakan pangkal bagi peraturan perundang-undangan terkait
pertambangan dan lain-lainnya.
Itulah yang menjadi salah satu alasan dibuatnya Undang-Undang mengenai
perairan dengan diundangkannya UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang
kemudian diganti dengan UU No. 7 Tahun 2004tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air. Namun ternyata ditemukan beberapa hal yang tidak sinkron dengan UUPA
yang dianggap payung hukum yang mendasari pengaturan lebih lanjut mengenai
Sumber Daya Alam, termasuk air.
B. Tinjauan Pustaka
Sumber Daya Air
judul
penelitian
ini,
kata
sinkronisasi
berarti
perihal
Sinkronisasi
peraturan
perundang-undangan
sering
menimbulkan
penting,
agar
dapat
sebelum
melangkah
pada
tahap
pengelolaan,
diperlukan
2004?
BAB II
PEMBAHASAN
SINKRONISASI UU NO. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR
POKOK-POKOK AGRARIA DENGAN UU NO. 7 TAHUN 2004TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
A. UU NO. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
UUPA terdiri dari 67 (enam puluh tujuh) pasal yang terdiri dari 58 (lima
puluh delapan) pasal dan 9 (sembilan) pasal khusus terkait ketentuan konversi. Di
samping 10 (sepuluh) pasal yang mengatur tentang dasar dan ketentuan pokok,
maka pengaturan tentang tanah terdapat dalam 53 (lima puluh tiga) pasal, sisanya,
4 (empat) Pasal mengatur hal-hal di luar ketentuan pokok dan pertanahan.
Dari 58 pasal yang ada dalam batang tubuh UUPA hanya 2 pasal saja yang
mengatur bukan tanah yaitu Pasal 47 tentang hak guna air, pemeliharaan dan
penangkapan ikan, dan Pasal 48 tentang hak guna ruang angkasa. Hanya ada satu
pasal yang mengatur tentang pengalokasian pemanfaatan sumber daya alam. Pasal
14 yang menjadi dasar bagi perencanaan pengalokasian dan pemanfaatan sumber
daya alam menyatakan bahwa perencanaan pemanfataan sumber daya alam
dilakukan untuk keperluan negara, peribadatan, pusat kehidupan sosial budaya dan
kesejahteraan
masyarakat,
pengembangan
produksi
pertanian,
peternakan,
Undang-Undang sektoral yang tidak mengatur tanah secara luas, tetapi tetap
sebagai turunan dari Pasal 8 UUPA yang terfokus mengatur sumberdaya air.
Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya
(Pasal 1 angka 1 UU No. 7 Tahun 2004).
UU No. 7 Tahun 2004mengatur semua air yang terdapat pada, di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat; sumber air adalah tempat atau
wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah; dan daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau
pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan
dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke
tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Hak guna
pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan
pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh pemerintah atau
pemerintah daerah. Hak guna pakai air tersebut termasuk hak untuk mengalirkan
air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan
tanahnya. Yang dimaksud dengan penguasaan sumber daya air diselenggarakan
oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah adalah kewenangan yang diberikan
oleh negara kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengaturan sumber
daya air.
Dalam Pasal 6 UU No. 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sumber daya air
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah
daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak
yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
dan peraturan perundang-undangan. Hak ulayat masyarakat hukum adat atas
sumber daya air tetap diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah
dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat. Atas dasar penguasaan negara
ditentukan hak guna air (Andriani SJ Kusni dan JJ. Kusni, 2012).
C. Sinkronisasi UU NO. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria Dengan UU No. 7 Tahun 2004Tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air
UU No. 7 Tahun 2004 merupakan turunan dari Pasal 8 UUPA. UU No. 7
Tahun 2004juga merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 16 ayat (2) Huruf a dan
Pasal 47 UUPA karena juga mengatur hak guna air maka. Pasal 16 (2) UUPA
menyatakan, bahwa hak-hak atas air dan ruang angkasa ialah: (a) hak guna air, (b)
hak pemeliharaan dan penangkapan ikan, (c) hak guna ruang angkasa. Kemudian
guna air ialah hak memperoleh air untuk keperluan tertentu dan/atau mengalirkan
air itu diatas tanah orang lain. Hak guna-air ini termasuk hak pemeliharaan dan
penangkapan ikan diatur dengan peraturan pemerintah.
Dengan mencermati isinya, tampaknya UU No. 7 Tahun 2004tidak sinkron
atau tidak merujuk kepada UUPA. Hal ini terbukti dari pengertian hak guna air.
Menurut Pasal 1 angka 13 UU No. 7 Tahun 2004, hak guna air adalah hak untuk
memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan.
Pengertian ini tidak sama dengan pengertian hak guna air menurut Pasal 47 ayat (1)
UUPA bahwa hak guna air ialah hak memperoleh air untuk keperluan tertentu
dan/atau mengalirkan air itu diatas tanah orang lain. Di samping itu, UU No. 7
Tahun 2004juga menambahkan istilah hak terkait sumberdaya air, yaitu hak guna
pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh
dan memakai air (Pasal 1 angka 14), dan hak guna usaha air adalah hak untuk
memperoleh dan mengusahakan air (Pasal 1 angka 15). Hal ini menunjukkan
bahwa pembuatan UU No. 7 Tahun 2004tidak dimaksudkan sebagai pelaksana dari
UUPA. Akibatnya terjadi ketidaksinkronan di antara sesama UU yang mengatur
agraria dan sumberdaya alam.
Walaupun demikian, UU No. 7 Tahun 2004 tetap memperhitungkan hak
atas tanah orang lain dalam pelaksanaan hak guna usaha air. Ketentuan ini dapat
dilihat dalam Pasal 9, bahwa hak guna usaha air dapat diberikan kepada
perseorangan atau badan usaha dengan izin dari pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya. Kemudian, pemegang hak guna usaha air dapat
mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang
hak atas tanah yang bersangkutan. Persetujuan dimaksud dapat berupa kesepakatan
ganti kerugian atau kompensasi. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam
pelaksanaan kontruksi prasarana dan sarana sumber daya air. Pasal 63 ayat (4) UU
No. 7 Tahun 2004menegaskan, pelaksanaan konstruksi prasarana dan sarana
sumber daya air di atas tanah pihak lain dilaksanakan setelah proses ganti kerugian
dan/atau kompensasi kepada pihak yang berhak diselesaikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, sepanjang terkait dengan
perolehan tanah yang dalam kegiatan usaha pengelolaan sumberdaya air, harus
mengacu kepada UUPA.
Faktor yang menyebabkan disinkronisasi UUPA dengan UU No. 7 Tahun
2004adalah :
a. Pembentukan dilakukan oleh lembaga yang berbeda dan sering dalam kurun
waktu yang berbeda;
b. Pejabat yang berwenang untuk membentuk peraturan perundang-undangan berganti-ganti baik karena dibatasi oleh masa jabatan, alih tugas atau penggantian;
c. Pendekatan sektoral dalam pembentukan peraturan perundang-undangan lebih
kuat dibanding pendekatan sistem;
d. Lemahnya koordinasi dalam proses pembentukan peraturan perundangundangan yang melibatkan berbagai instansi dan disiplin hukum;
e. Akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan masih terbatas;
f. Belum mantapnya cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat
semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.
a.
b.
c.
d.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara keseluruhan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dapat dijabarkan dengan tolak ukur sebagai berikut:
Orientasi
(Eksploitasi/Konservasi)
Konservasi dan
eksploitasi
("Menimbang" Huruf b,
Ps 1 Angka 7, 8, 18, 19,
dan 24, Ps 2, 20-25, Pjs
Umum Angka 9 dan 10)
1. Pro-rakyat
("Menimbang" Huruf
a dan d, Ps 3, 5, 26
[2], 29 [3], Pjs
Umum Angka
1,3,4,12 dan 15) 2.
Ada fungsi sosial (Ps
4). 3. Ada peluang
bagi badan usaha
swasta dalam
penyediaan air
minum (Ps 40 [4]
dan [8], 62 [6]. 4.
Kecenderungan pro
kapital (HGU Air)
Pengelolaan
(sentralistik/desentralistik) dan
Implementasinya (Sektoral,
koordinasi, orientasi produksi)
1. Desentralistik ('Menimbang"
Huruf d, Ps 15-19, Pjs Umum
Angka [1], [6] dan [12]. 2.
Pluralisme Hukum (tidak
diatur) 3.Koordinasi
("Menimbang" Huruf c, Ps 3, 6
[2], 26 [4], 85-87, Pjs Umum
Angka 5,6,7,13 dan 15) 4.
Orientasi produksi; spesifik.
Perlindungan
HAM (gender,
pengakuan
MHA,penyelesaia
n sengketa)
Hubungan
Orang
dengan SDA
(hak/izin)
1. Persamaan
gender (tidak
diatur) 2.
Pengakuan Hak
Ulayat MHA (Ps 6
[2] dan [3], Pjs
Umum Angka 1) 3.
Penyelesaian
sengketa (Ps 88,
89, Pjs Umum
Angka 14)
1. Hak: hak
guna air, hak
guna pakai
air, hak guna
usaha air (Ps
1 Angka 13,
14 dan 15, Ps
6 [4], 7-10,
Pjs Umum
Angka 1, 2,
dan 3) 2.
"Izin" (Ps 8,
Pjs Umum
Angka 2)
Hubungan
negara
dengan
SDA
Kelompok
SDA
Dikuasai
oleh negara
(Ps 6 [1] Pjs
Umum
Angka 1)
1. Air (air
permukaan,
air tanah,
air hujan,
air laut
yang
berada di
darat) 2.
Sumber Air
3. Daya Air
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Boedi, 1973, Hukum agraria Indonesia-himpunan peraturan-peraturan
hukum tanah, Djambatan, Jakarta.
Kusni, Andriani SJ dan Kusni, JJ, 2012, Draft Rencana UU Pertanahan,
https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/06/24/draft-rencana-uupertanahan/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 19.33 WIB.
Soetiknjo, Iman, 1987, Proses terjadinya UUPA, peranserta seksi agraria
universitas gadjah mada, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sumardjono, Maria S.W, 2014, Pengaturan Sumber Daya Alam di Indonesia
Antara Yang Tersurat dan Tersirat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air.