Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan Apa yang termasuk salah prosedur dalam kegiatan ilmiah

Tiga kategori, memerlukan berbagai jenis tanggapan


(menyusul laporan dari Nat. Acad. of Sciences, USA)

"Misconduct dalam ilmu" ("penipuan" tidak lagi digunakan: istilah hukum)

kerusakan pada integritas proses penelitian


misalnya, fabrikasi, pemalsuan, plagiat ("FFP")

"praktek penelitian dipertanyakan / tidak bisa diterima"

melanggar nilai-nilai tradisional dari perusahaan penelitian


dapat merusak proses penelitian
misalnya, tidak cukup mengawasi bawahan penelitian
atau mengeksploitasi mereka, penulis tidak pantas

"kesalahan lain"

perilaku yang dapat diterima tidak spesifik dengan lingkungan penelitian


mis, pelecehan, penyalahgunaan dana
SANKSI
Etika adalah aturan yang dipegang oleh peneliti dalam melakukan riset dan oleh
karenanya para peneliti harus mengetahui dan paham tentang etika ini sebelum
melakukan penelitian. Aspek isu etik dalam penelitian terdiri dari nilai individu
peneliti terkait kejujuran dan integritas personal, serta tanggung jawab terhadap
subyek riset terkait izin, kerahasiaan, keanoniman, dan kesopanan. Subyek
penelitian kemudian dimaknai bukan hanya sebagai hal yang menunjang
keberhasilan penelitian, melainkan juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial
dan moral peneliti. Etika riset dilandaskan dalam prosedur yang terdiri dari
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia, penghormatan terhadap
privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, serta
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan penelitian. Ketika
peneliti melakukan pelanggaran terhadap etika ini, sanksi yang dikenakan
disesuaikan dengan bentuk pelanggaran. Namun pelanggaran yang terjadi
biasanya berupa plagiarisme ataupun penipuan saintifik oleh akademisi yang
berakibat pada pencopotan gelar, penarikan artikel ilmiah, dan bahkan
pencabutan hak-hak akademisi lainnya.

FUNGSI DAN TUJUAN ETIKA PENELITIAN


1. Menghormati otonomi partisipan, penjelasan kepada partisipan tentang derajat dan lama
keterlibatan tanpa konsekuensi negatif dari penelitian
2.

Mencegah, meminimalkan kerugian dan atau meningkatkan manfaat bagi semua

partisipan.
3. Menghormati kepribadian partisipan, keluarga dan nilai yang berati bagi partisipan.
4. Memastikan bahwa keuntungan dan akibat dari penelitian terdistribusi secara seimbang
Tujuan:
1. Menjaga privasi partisipan
2. Memastikan integritas etik selama penelitian
3. Melaporkan semua kemungkinan yang terjadi dalam penelitian
4.

Mempertahankan metodologi dan profesionalitas untuk peningkatan pelayanan

keperawatan
5.

Pada penelitian yang melibatkan binatang harus mendapatkan keuntungan yang

maksimum dengan sedikit menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi binatang.


HEWAN UJI
Apa saja Undang-Undang dan organisasi yang mengatur tentang hewan laboratorium?
Dalam undang-undang no. 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan di
atur pada :
1) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18
TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
BAB I UMUM
Disadari bahwa pengaturan dalam Undang-Undang ini belum sepenuhnya mencakup aspek
kehewanan dalam arti luas. Jangkauan pengaturan baru pada hewan budi daya, yaitu ternak,
hewan kesayangan, dan hewan laboratorium. Untuk itulah diperlukan suatu undang-undang
tersendiri yang mengatur mengenai aspek kehewanan secara komprehensif termasuk
pengaturan praktik kedokteran hewan (veteriner). Selain upaya tersebut, dalam menciptakan
suasana yang kondusif dalam penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan,
dikembangkan sistem jaminan penegakan hukum berupa pengenaan sanksi, baik sanksi
administrasi maupun sanksi pidana, terhadap perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian
negara atau kepentingan orang banyak.
2) Pasal 66 UU No. 18 Tahun 2009:

Bagian Kedua: Kesejahteraan Hewan


Pasal 66
(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan
penangkapan dan penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan;
pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar
terhadap hewan.
(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:
a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;
b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan
hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan
sebaikbaiknya
d. sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan
penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;
e. pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa
takut dan tertekan serta bebas dari penganiayaan;
f. penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan
bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan;
g. pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan
bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
h.

perlakuan

terhadap

hewan

harus

dihindari

dari

tindakan

penganiayaan

dan

penyalahgunaan.
(3) Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan
bagi semua jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang
belakang yang dapat merasa sakit.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjelasan Pasal 66 ayat 4:
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah
pengembangan Komite Kesejahteraan Hewan Nasional untuk membina komisi kesejahteraan

hewan laboratorium di berbagai instansi dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan
pengembangan.
3) pasal 27 ayat (1)
Bagian Keempat Budi Daya
Pasal 27 (1) Budi daya merupakan usaha untuk menghasilkan hewan peliharaan dan produk
hewan. (2) Pengembangan budi daya dapat dilakukan dalam suatu kawasan budi daya sesuai
dengan ketentuan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (3) Penetapan suatu
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur berdasarkan Peraturan
Menteri dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.
(4) Pelaksanaan budi daya dengan memanfaatkan satwa liar dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
YANG DIJELASKAN SEBAGAI BERIKUT :
Pasal 27 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "menghasilkan hewan peliharaan", antara lain,
mendomestikasikan satwa liar menjadi ternak, hewan jasa, hewan laboratorium, dan hewan
kesayangan. Yang dimaksud dengan "hewan jasa", antara lain, adalah hewan yang dipelihara
untuk memberi jasa kepada manusia untuk menjaga rumah, melacak tindakan kriminal,
membantu melacak korban kecelakaan, dan sebagai hewan tarik atau hewan beban. Yang
dimaksud dengan "hewan laboratorium" adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan
percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran, dan penghasil bahan biomedik ataupun
dikembangkan menjadi hewan model untuk penyakit manusia. Yang dimaksud dengan
"hewan kesayangan" adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan olah raga,
kesenangan, dan keindahan. Ayat (2) "Kawasan budidaya peternakan" adalah lokasi
pengusahaan ternak dalam suatu wilayah kabupaten/kota yang ditetapkan berdasarkan
kesesuaian agroklimat, ketersediaan sarana dan prasarana, potensi wilayah, dan potensi pasar.
Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas (Anonymous 1, 2009).
4)

Deklarasi Helsinki dari World Medical Association tentang Ethical Principles for

Medical Research Involving Human Subjects butir 11dan 12


1) Butir 11
Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian harus
memenuhi prinsip-prinsip ilmiah yang sudah diterima secara umum. Ini didasarkan pada
pengetahuan yang seksama dari kepustakaan ilmiah dan sumber lain, percobaan di
laboratorium yang memadai, dan bila diperlukan, lakukan percobaan pada hewan.
2) Butir 12

Keberhati-hatian(caution) yang wajar harus diterapkan pada penelitian yang dapat


mempengaruhi lingkungan, maupun kesejahteraan hewanyang digunakan dalam penelitian,
harus dihormati.
5) TH.1985 : The Council for International Organizations of Medical Sciences
(CIOMS)
Menetapkan :
INTERNATIONAL GUIDING PRINCIPLES FOR BIOMEDICAL RESEARCH
INVOLVING ANIMAL (11 Prinsip Pedoman Internasional untuk Penelitian Biomedik yang
berhubungan dengan hewan)
1) Kemajuan ilmu hayati, serta perbaikan cara pengobatan untuk manusia dan hewan di
masa depan masih membutuhkan penelitian dengan menggunakan hewan percobaan.
2) Model matematik, simulasi komputer dan penggunaan jaringan biologis secara in-vitro
harus digunakan, apabila diperlukan.
3) Penggunaan hewan percobaan dilakukan, apabila benar benar bermanfaat untuk
kepentingan kesehatan manusia, dan kemajuan ilmu kedokteran atau ilmu hayati.
4) Spesies hewan percobaan yang digunakan harus yang tepat, dengan jumlah minimal, dan
kualitas yang baik, sehingga menghasilkan hasil penelitian yang valid.
5) Peneliti harus mampu memperlakukan hewan percobaan sebagai hewan yang
mempunyai perasaan.
6) Melakukan perawatan dengan baik, menggunakan teknik teknik yang menyenangkan dan
menimbulkan stress, dan menimbulkan rasa nyeri.
7) Peneliti harus sadar bahwa suatu tindakan yang menyebabkan nyeri pada manusia juga
akan menimbulkan nyeri pada hewan percobaan terutama vertebrata.
8) Suatu prosedur yang menyebabkan rasa nyeri sementara atau stress sementara harus
dihindari dengan memberikan pengobatan sedasi, analgesi atau anastesi prosedur bedah, atau
yang menimbulkan nyeri tidak boleh dilakukan pada hewan percobaan dalam kondisi tidak di
bius walaupun dalam kondisi paralise.
9) Apabila dalam pelaksanaan penelitian atau pada akhir penelitian hewan percobaan
mengalami nyeri yang hebat harus dilakukan euthanasia.
10) Kondisi kehidupan untuk hewan percobaan untuk penelitian biomedik harus sebaik
baiknya, Sebaiknya hewan percobaan dalam perawatan seorang dokter hewan, yang
berpengalaman dalam pengetahuan hewan percobaan di laboratorium.
11) Pimpinan atau Ketua laboratorium yang menggunakan hewan percobaan bertanggung
jawab atas semua prosedur terhadap hewan percobaan (Anonymous 2, 2009).
Organisasi yang mengatur tentang hewan laboratorium?
1.
2.
3.
4.

KOMISI NASIONAL ETIK PENELITIAN KESEHATAN


Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium Indonesia
Institutional Animal Care and Use Committee, IACUC
Departemen Kesehatan RI

Animal Ethics
Scope/ Function
All animal research and teaching conducted under the auspices of SU should uphold the
Three R" principles for humane animal research, namely:
Replacement of so-called sentient animals wherever possible, with non-sentient research
models or systems in order to eliminate the use of animals that can experience unpleasant
sensations.
Reduction of the numbers of animals in experiments by design strategies that facilitate use of
the smallest number that will allow valid information to be obtained from the study.
Refinement of animal sourcing, animal care practices and experimental procedures to
eliminate physical and psychological distress within limitations imposed by the objectives of
the research.
Do I need ethics clearance for my study?

Ethics clearance must be obtained for the use of all live non-human vertebrates and
higher invertebrates such as the advanced members from the Cephalopoda and
Decapoda, including eggs, fetuses and embryos ( where development of an integrated
nervous system is evident) in research and teaching activities (SANS 10386:2008).

The Commission has been established by the Minister of Health in 2002 and has the
following tasks:
1.Promote ethics in health research
2.Develop capacity in ethical review
3.Prepare national guidelines for ethics in health research
4.Develop networking of ethics committees
5.Conduct discussions and consultations on ethics of health research
6.Give an opinion on research which require special ethical consideration
7.Submit annual reports to the Minister of Health
The Commission has 25 members representing disciplines of medicine, philosophy,
ethics, law, biology, veterinary science, environmental science, nursing, public health,
social science/journalism.
Penelitian yang membutuhkan ETHICAL CLEARANCE

Semua penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, juga hewan
serta bahan biologik tersimpan(BBT)

Penelitian
Farmasetik

Prosedur diagnosa

Radiofarmasi

Sampel biologik

Tanaman obat

Epidemiologik

Alat
kesehatan

Rekamm medis

Radiasi
Perilaku sosial & psikososial
medik
Fungsi Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)
1. Mengkaji, memberikan penilaian serta pertimbangan dari segi ilmiah, aspek medis
dan etik uji klinik / penelitian
2. Kajian awal dan berkelanjutan atas usulan penelitian
3. Menilai manfaat dan penerapan keilmuan
4. Menyatakan
Tidak ada subjek yg boleh dimasukkan ke dalam penelitian sebelum ada
ethical clearance
Tidak ada penyimpangan
Peneliti melaporkan secara berkala
5. Memberitahu peneliti bila:
Keputusan mengenai usulan penelitian
Alasan dari keputusan tersebut
6. Dokumentasi
Pedoman Etik Penelitian Kesehatan
Komite Nasional Etik Penelitian Kesehatan (Rasad, 2003)
1. Keselamatan subyek penelitian diutamakan. Harus ada persiapan dan cara mengatasi
resiko tindakan penelitian
2. Keikutsertaan subyek bersifat sukarela yang dinyatakan secara tertulis setelah subyek
mendapatkan penjelasan

3. Subyek berhak mengundurkan keikutsertaan dalam penelitian


4. Peneliti harus sudah berpengalaman, kalau tidak harus ada supervisi
5. Proposal diteruskan kepada Panitia Penilai Proposal di Institusi atau RS
6. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan panitia penilai
TANGGUNG JAWAB DAN TUGAS KOMISI ETIK
1.
2.
3.
4.
5.

MELAKUKAN REVIEW PROTOKOL PENELITIAN.


MEMBAHAS HASIL REVIEW
MENELITI INFORMED CONSENT
MEMBERIKAN ETHICAL CLEARANCE
MENGEVALUASI PELAKSANAAN PENELITIAN YANG TERKAIT DENGAN

ETIK
6. MENGHADIRI : - RAPAT RUTIN 1 X/ BULAN
BILA DIANGGAP PERLU
BAB IV
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN TERHADAP
MANUSIA
Pasal 8
(1) Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap manusia hanya
dapat
dilakukan atas dasar persetujuan tertulis dari manusia yang
bersangkutan.
(2) Persetujuan tertulis dapat pula dilakukan oleh orang tua atau ahli
warisnya
apabila manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1):
a. tidak mampu melakukan tindakan hukum;
b. karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak
memungkinkan dapat menyatakan persetujuan secara tertulis;
c. telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagai
obyek penelitian dan pengembangan kesehatan.
(3) Persetujuan tertulis bagi penelitian dan pengembangan kesehatan
terhadap
keluarga diberikan oleh kepala keluarga yang bersangkutan dan terhadap
masyarakat dalam wilayah tertentu oleh Bupati/Walikotamadya Kepala
Daerah yang bersangkutan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mendapatkan persetujuan
tertulis
diatur oleh Menteri.
Pasal 9
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 8 wajib dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan

keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang bersangkutan.


Pasal 10
Manusia, keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
berhak mendapat informasi terlebih dahulu dari penyelenggara penelitian
dan
pengembangan kesehatan mengenai:
a. tujuan penelitian dan pengembangan kesehatan serta penggunaan
hasilnya;
b. jaminan kerahasiaan tentang identitas dan data pribadi;
c. metode yang digunakan;
d. risiko yang mungkin timbul;
e. hal lain yang perlu diketahui oleh yang bersangkutan dalam rangka
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 11
Penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan berkewajiban
menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi atau keluarga
atau masyarakat yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai