ABSTRACT
Stress and anxiety often occur in one's life and all the events that are caused by
everyday experience. One of the psychiatric nursing specialist therapy as a treatment
of anxiety is the progressive muscle relaxation which is part of the relaxation
therapy. Progressive muscle relaxation technique is a technique that is done by
stretching the muscles and then do muscle relaxation. Some of the benefits of this
technique among others to reduce muscle tension, anxiety, neck and back pain, build
positive emotions than negative emotions. Indications doing progressive muscle
relaxation technique is to someone who has insomnia, stress, anxiety and depression.
The objective of this paper is to understand the concepts underlying the
implementation of progressive muscle relaxation and applying progressive muscle
relaxation as an effort to reduce anxiety in a variety of circumstances.
Implementation of progressive muscle relaxation include 15 motion on the whole
body, ie the movement of the hand muscles, shoulders, face, neck, back, chest,
abdomen and legs.
Keywords: Anxiety, Progressive Muscle Relaxation.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas
diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal.
Sedangkan Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang
terjadi dalam kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa
menyebabkan terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan
serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua
peristiwa yang dialami sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat
unik dan membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis
keperawatan jiwa sebagai manajemen ansietas adalah dengan progressive
muscle relaxation yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad
20 ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam
sebuah buku Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago
University Press pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal
yang dilakukan seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan
pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot
mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani &
Putra, 2009).
dalam kondisi tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang
tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu
respon kecemasan dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).
B. Tujuan Penulisan
1.
2.
2. Rentang Respon
Respon adaptif
Antisipasi
Respon maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Keterangan:
Menurut Stuart dan Sunden (1995, dalam Novitasari, 2012) bahwa tingkat
kecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada.
1) Respon fisiologis
Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya
fungsi anggota tubuh dengan baik, meliputi:
a) Sesekali nafas pendek 27 kali/menit.
b) Nadi melebihi 60-80 kali/menit dan tekanan darah naik melebihi
80-120 mmHg.
c) Gejala ringan pada lambung menyerupai gastritis.
d) Muka berkerut dan bibir bergetar.
2) Respon kognitif
Respon yang meliputi cara manusia menerima, mempersepsi,
mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu
informasi.
a) Lapang persegi meluas.
b) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
c) Konsentrasi pada masalah.
d) Menyelesaikan masalah secara efektif.
3) Respon perilaku dan emosi
a) Tidak dapat dudu tenang.
b) Tremor halus pada tangan.
c) Suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun atau
individu
c) Mulut kering.
d) Anorexia.
e) Diare atau konstipasi.
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi menyempit.
b) Rangsang luar tidak mampu diterima.
c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3) Respon prilaku dan emosi
a) Gerakan tersentak-sentak.
b) Bicara banyak dan cepat.
c) Perasaan tidak nyaman.
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain.
Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan atau tuntutan.
1) Respon fisiologis.
Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya
fungsi anggota tubuh dengan baik, meliputi:
a) Sering nafas pendek.
b) Nadi dan tekanan darah naik.
c) Berkeringat dan sakit kepala.
d) Penglihatan kabur.
2) Respon kognitif.
a) Lapang persepsi sangat menyempit.
b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
3) Respon prilaku dan emosi.
a) Perasaan ancaman meningkat.
b) Verbalisasi cepat.
d. Panik
Menurut Direja (2011) kehilangan kontrol, klien yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Menurut
Asmadi (2009) bahwa tingkat ansietas panik memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Respon fisiologis
a)
Napas pendek.
Sakit dada.
d) Pucat.
e)
Hipotensi.
f)
2) Respon kognitif
a)
Gangguan realitas.
Agitasi
b) Mengamuk
c)
Marah
d) Ketakutan
e)
Berteriak-teriak
f)
3. Reaksi Kecemasan
Menurut Suliswati, et al., (2005) kecemasan dapat menimbulkan reaksi
konstruktif maupun destruktif bagi klien, antara lain:
a. Konstruktif
Klien termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama
perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada
kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Klien bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.
4. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) bahwa pola yang sering digunakan klien untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan, ketika ansietas menjadi
lebih intens. Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang
sadar. Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping,
yaitu:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Reaksi yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara
realistis.
b. Perilaku menyerang
Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
c. Perilaku menarik diri
Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.
d. Perilaku kompromi
Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan
klien, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.
Definisi
Kompensasi
Penyangkalan
Pengalihan (Displacement)
Disosiasi
Identifikasi
Intelektualisasi
Introyeksi
Isolasi
Proyeksi
Rasionalisasi
Formasi reaksi
Regresi
Represi
Splitting
Sublimasi
Supresi
tahapan
Undoing
2) Sistem Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaiaan, preokupasi, hambatan berpikir, lapang
persepsi menurun, kreativitas menurun, produktifitas menurun,
binggung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas,
takut kehilangan kendali, takut gambaran visual, takut cidera atau
kematian, kilas balik, mimpi buruk.
3) Sistem Afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.
b.
c.
Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
d.
e.
f.
g.
kepalan
semakin
kuat
sambil
merasakan
sensasi
Gambar gerakan 3
Gambar 4
sehingga
akan dirasakan
Gambar 5, 6, 7 dan 8
13). Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha
dan betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
Gambar 13,14
III. PENUTUP
A. Simpulan
1.
2.
Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu
dan akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.
B. Saran
1.
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali
waktu. Bisa membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan
kondisi dan kemampuan.
2.
Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hatihati bagi yang memiliki tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg).
Terutama pada saat melakukan penegangan pada area leher, karena
dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh darah leher.
DAFTAR PUSTAKA