Anda di halaman 1dari 17

askep Miokarditis dan Perikarditis

BAB I
TINJAUAN TEORITIS MEDIS

A.1. Pengertian perikarditis


Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran tipis yang
mengelilingi jantung). (H. Winter Griffith M.D, 1994).
Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral, atau keduaduanya.(Arif Mansjoer, 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perikarditis adalah peradangan lapisan paling
luar jantung baik pada parietal maupun viseral.

A.2. Pengertian miokarditis


Miokarditis akut adalah proses implamasi dimiokardium. Jantung merupakan organ otot,
jadi, efisiensinya tergantung pada sehatnya tiap serabut otot. Bila serabut otot sehat, jantung
dapat berfungsi dengan baik meskipun ada cedera katup yang berat; bila serabut otot rusak, maka
hidup dapat terancam. (KMB Vol 2, 2002)
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau
penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium)
(Doenges, 1999).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi
otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi

B. Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi
cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom).
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal
jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai
pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan
terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan
yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung
dari aorta asendens dinamakan arteri karonaria.
Myokardium merupakan lapisan tengah otot jantung
Memiliki ciri-ciri :

lapisan tengah jantung

Terdiri dari 3 macam otot


Terdiri dari 2 lapisan :
1. otot atrium (tipis)
2. otot ventrikel. ventrikel kiri >> tebal dari ventrikel kanan
3. otot serat khusus

C.1. Etiologi Miokarditis

Penyebab dari peradangan pada Miokardium adalah :


1. Virus
2. Jamur
3. Bakteri
4. Parasit
5. Protozoa
6. Spirozeta
7. Proses hipersensitifitas;seperti demam rematik

C.2. Etiologi Perikarditis


1. Penyebab idiopatik atau nonspesifik
2. Infeksi
a. Bakteri : streptokokus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus
b. Virus : coxsakie, influenza
c. Jamur : riketsia, parasit
3. Kelainan jaringan ikat-sistemik lupus eritematosus, demam rematik, atritis rematik,
poliarteritis.
4. Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sicknes
5. Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium, aneurisma dissecting, penyakit pleura dan
paru (pneumonia)
6. Penyakit neoplasia
sekunder akibat metastasis dari kanker paru dan kanker payudara
leukemia

primer (mesotelioma)
7. Terapi radiasi
8. Trauma-cedera dada, pembedahan jantung, pemasangan pacemaker
9. Gagal ginjal dan uremia
10. Tuberkulosis

D.1. Patofisiologi Miokarditis


Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar.
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.

Proses miokarditis viral ada 2 tahap :


Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi
virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau
dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK). Pada fase
berikutnya yaitu fase kronis dimana miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune
akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan
permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa
bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI, 1999).

D.2. Patofisiologi Perikarditis

Proses radang yang terjadi dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga
pericardium dan kenaikan tekanan intracardial,kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi
daya kontraksi jantung,akhirnya menimbulkan proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama
kelamaan terjadi kontriksi pericardial dengan pembentukan cairan,jika berlangsung secara kronis
menyebapkan fibrosis dan klasifikasi.

E.1. Manifestasi klinis Miokarditis


Gejala miokarditis akut tergantung pada jenis infeksinya, derajat kerusakan jantung dan
kemampuan miokardium memulihkan diri. Gejala bisa ringan atau tidak ada sama sekali. Pasien
mungkin hanya mengalami kelelahan dan berdebar-debar dan kadang rasa tak nyaman di dada
dan perut atas. Pemeriksaan klinis mungkin memperlihatkan pembesaran jantung, suara
tambahan, irama gallop, dan bising sistolik. Demam dan takikardi sering ada dan gejala gagal
jantung kongestif bisa terjadi. Diagnosa ditegakkan dengan biopsi jantung.

E.2. Manifestasi klinis Perikarditis


Gejala yang khas pada perikarditis adalah nyeri dan tanda yang khas adalah friction rub.
Nyeri hampir selalu ada pada perikarditis akut dan yang paling sering dirasakan di daerah
prekordium. Nyeri biasanya dirasakan dibawah klavikula dan dileher dan daerah scapula kiri.
Nyeri pericardium terasa semmakin berat saat bernafas, merubah posisi tidur, dan memutar
tubuh; nyeri akan berkurang dengan berdiri tegak. Kenyataannya, pasien lebih menyukai
membungkuk ke depan atau duduk. Dispnu dapat terjadi sebagai akibat kompresi pericardial
oleh gerakan jantung, yang berakibat penurunan curah jantung. Pasien Nampak sangat sakit.
Perikarditis sering tidak menimbulkan gejala selain demam dan friction rub saja.

F.1. Penatalaksanaan Miokarditis


Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya, bila diketahui
(mis, penisilin untuk streptokokus hemolitikus), dan dibaringkan di tempat tidur untuk
mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu mengurangi kerusakan miokardial residual
dan komplikasi miiokarditis. Pengobatan pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk
gagal jantung kongestif
Fungsi jantung dan suhu tubuh selalu dievaluasi untuk menentukan apakah penyakit
sudah menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung kongestif. Bila terjadi disritmia, pasien
harus dirawat di unit yang mempunyai sarana pemantauan jantung bekesinambungan sehingga
personel dan peralatan selalu tersedia bila terjadi disritmia yang mengancam jiwa.
Bila terjadi gagal jantung kongestif, harus diberikan obat untuk memperlambat frekuensi
jantung dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas.
-

Pasien dengan miokarditis sangat sensitive terhadap digitalis. Maka pasien harus dipantau
dengan ketat akan adanya toksisitas digitalis (dibuktikan dengan adanya disritmia, anoreksia,
nausea, muntah, bradikardi, sakit kepala, malese)
Stoking elastic dan latihan aktif dan fasif harus dilakukan, karena embolisasi dari thrombosis
vena dan mural trombi dapat terjadi.
F.2. Penatalaksanaan Perikarditis
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.

4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.

6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mengurangi retensi ciaran ;
digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan
(Griffith, 1994).

G. Pencegahan Miokarditis
Pencegahan penyakit infeksi dengan imunisasi yang tepat dan penanganan awal
nampaknya sangat penting dalam menurunkan insidensi miokarditis. Setelah mengalami suatu
episode miokarditis, biasanya masih tersisa pembesaran jantung. Aktivitas fisik harus
ditingkatkan dengan perlahan-lahan dan bertahap, dan psien diinstruksikan untuk melaporkan
setiap gejala yang dirasakan saat meningkatkan aktivitasnya, seperti jantung yang berdenyut
cepat sekali. Olahraga kompetitif dan alkohol sama sekali harus dihindari.

H. Pemeriksaan Diagnostik
EKG : Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia (peninggian ST dapat
terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR, gelombang T datar atau cekung, pencitraan voltase
rendah umum terjadi.
Ekokardiogram : Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi katup,
dilatasi ruang.
Enzim jantung : CKP mungkin tinggi, terapi iso enzim MB takada.
Angiografi : dapat menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau penurunan gerak
dinding.

Sinar X dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi pulmonal.


JDL : Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia.
Kultur darah : Dilakukan untuk mengisolasi bakteri, virus dan jamur penyebab Zzy
LED : Umumnya meningkat
Titer ASO : peninggian pada deman reumatik (kemungkinan pencetus).
Titer ANA : Positif pada penyakit autoimun, misalnya SLE ( kemungkinan pencetus).
Perikardiosentesis : Cairan pericardial dapat diperiksa untuk etiologi V infeksi, seperti bakteri,
tuberculosis, infeksi virus atau jamur, SLE, penyakit rheumatoid, keganasan.

I. Komplikasi
1) Kardiomiopati kongestif/dilated.
2) Payah jantung kongestif.
3) Efusi perikardial.
4) AV block total.
5) Trombi Kardiac (FKUI, 1999)

BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian

pasien

myocarditis

(Marilynn

E.

Doenges,

1999)

meliputi

1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda

takikardia,

penurunan

tekanan

darah,

dispnea

dengan

aktivitas.

2. Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindahan TIM (titik impuls maksimal) kiri dan inferior (pembesaran
jantung), kardiomegali, frivtion rub, murmur aortik , irama gallop (S3 dan S4), edema,
DVJ(GJK), petekie (konjungtiva, membrane mukosa), hemoragi splinter (punggung kuku),
nodus osler (jari/ibu jari), lesi Janeway(telapak tangan, telapak kaki).

3. Eleminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah
Tanda : urin pekat gelap.
4. Nyeri/ketidaknyamanan

urine.

Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan
menelan, berbaring; hilang dengan duduk bersandar kedepan (perikarditis). Tidak hilang dengan
nitrogliserin.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
5. Pernapasan
Gejala : napas pendek , napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) , batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekel,, dan ronki
pernapasan dangkal.
6. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi

Gejala

thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan
system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam

Penyuluhan / Pembelajaran
:terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat
parenteral.

Pertimbangan:DRG menunjukkan rerata lama perawatan ; 4,3 hari (perikaditis) ; 5,5 hari (miokarditis)

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis dan Perikarditis
(Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium atau perikardium, efek-efek sistemik dari
infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel, akumulasi cairan dalam kantung pericardia.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) kondisi/pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi tentang proses penyakit, cara untuk mencegah pengulangan atau komplikasi.
C. Intervensi dan Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun

pada

tahap

perencanaan

(Effendi,

1995:40).

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
1.

Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.

Intervensi dan Implementasi :


a.

Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan
petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan
otot,

menangis.

Rasional : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak/membungkuk.
b.

Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,
gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
Rasional : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.

c.

Berikan aktivitas hiburan yang tepat.


Rasional : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.

d. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik
; steroid).
Rasional : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ;
steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
e.

kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.


Rasional : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.

2. Intoleransi aktivitas
Tujuan

pasien

memiliki

cukup

energi

untuk

Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.


- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.

beraktivitas.

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.


Intervensi dan Implementasi :
a.

Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan,
keletiahan,

dan

dispnea

berkenaan

dengan

aktivitas.

Rasional : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel


miokardial.
b. Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan
selama diperlukan.
Rasional : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
c.

Pertahankan

tirah

baring

selama

periode

demam

dan

sesuai

indikasi.

Rasional : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.


d.

Rencanakan

perawatan

dengan

periode

istirahat/tidur

tanpa

gangguan.

Rasional : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
e.

Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari
tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
Rasional : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas
yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.

f.

kolaborasi

pemberian

oksigen

suplemen

sesuai

indikasi.

Rasional : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.


3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja

jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.

Intervensi dan Implementasi :


a.

Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan
selama

diperlukan.

Rasional : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
b. Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
Rasional : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
c.

Auskultasi bunyi jantung, perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
Rasional : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade
jantung.
d. Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas
hiburan

dalam

tolerransi

jantung.

Rasional : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.


4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..

Intervensi dan Implementasi :


a.

Kaji

kesiapan

dan

hambatan

dalam

belajar

termasuk

orang

terdekat.

Rasional : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit.
b.

Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk
memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan
dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak
biasanya,

peningkatan

berat

badan,

peningkatan

toleransi

terhadap

aktivitas.

Rasional : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami
penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi,
sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
c.

Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ;
pertimbangan

khusus

aktivitas

yang

diijinkan/dibatasi.

Rasional : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada
program terapeutik, mencegah komplikasi.
d.

Kaji

ulang

perlunya

antibiotic

jangka

panjang/terapy

antimicrobial.

Rasional : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai


kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.

D. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi

keperawatan

ditetapkan

(Brooker,

2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.


Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Brunner & suddarth. 2002. Keperwatan Medikal Bedah Ed. 8. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai