Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengajarkan tolong menolong antar sesama manusia. Allah telah
memberikan sumber daya alam dan yang lainnya dalam jumlah yang begitu besar untuk
digunakan manusia sebagain khalifah dimuka bumi. Walaupun ajaran Islam mengakui
adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan pada setiap orang, tetapi hal itu dengan
syarat bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap orang mempunyai perbedaan
keterampilan, inisiatif, usaha dan resiko.
Namun, perbedaan tersebut tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu jauh
antara yang kaya dengan yang miskin karena kesenjangan yang terlalu dalam tidak
sesuai dengan syariah Islam yang mengedepankan keadilan dan kesamarataan. Oleh
karena itu, tidak ada alasan untuk mengkonsentrasikan sumber daya ditangan segelintir
orang saja.
Kurangnya program-program efektif untuk mereduksi kesenjangan sosial yang
terjadi selama ini dapat mengakibatkan kehancuran, bukan penguatan perasaan
persaudaraan yang hendak diciptakan ajaran islam. Syariah islam sangat menekankan
adanya suatu distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata antar sesama manusia.
Dalam ekonomi syariah, terdapat berbagai macam bentuk transaksi kerjasama
usaha, baik yang bersifat komersial maupun sosial, salah satu berbentuk qardh. Qardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali tanpa
mengharapkan imbalan atau dengan kata lain merupakan sebuah transaksi pinjam
meminjam tanpa syarat tambahan pada saat pengembalian pinjaman.
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apakah pengertian qardh?
2. Bagaimana penggunaan qardh dalam produknya? (transaksi gadai,
pengalihan hutang dari perbankan konvensional ke syariah, dana talangan
haji)
3. Bagaimana pengukuran, pengakuan, dan penyajian qardh?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian qardh
2. Untuk mengetahui penggunaan qardh dalam produknya (transaksi gadai,
pengalihan hutang dari perbankan konvensional ke syariah, dana talangan
haji)
3. Untuk mengetahui pengukuran, pengakuan, dan penyajian qardh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qardh
Secara umum, arti qardh serupa dengan arti jual beli, karena qordh adalah
pengalihan hak milik harta atas harta. Qardh juga termasuk jenis salaf. Dalam literatul
fiqh salaf as sholih qardh dikatagorikan dalam akad tathowui` atau akad saling bantu
membantu dan bukan transaksi komersial.
Qardh secara bahasa, berarti al qot`u yang berarti pemotongan. Harta yang
disodorkan kepada orang yang berhutang disebut qardh, karena merupakan potongan
dari harta orang yang memberikan utang. Ini termasuk penggunaan ism masdar (gerund
= noun verbal ) untuk menggantikan ism maf`ul. Secara syar`i menurut hanafiyah,
adalah harta yang memiliki kesepadanan yang anda berikan untuk anda tagih kembali.
Atau dengan kata lain suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta yang
memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang sepadan dengan itu.
1. Landasan Syariah
Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadis riwayat Muslim
dan ijma para ulama. Sungguhpun demikian Allah SWT mengajarkan kepada kita, agar
meminjamkan sesuatu bagi agama Allah SWT.
Al-qur`an Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak (al-hadid ayat 11)
Hadist . Dari sunnah rasul Ibnu Mas`ud meriwatkan bahwa nabi Muhammad
SAW bersabda : bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim
(lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah ( senilai ) shodaqoh(HR Ibnu
Majah)
Ijma. Para ulama telah menyepakati bahwa qardh boleh dilakukan, kesepakatan
ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan
bantuan saudaranya. Tidak seorangpun yang memiliki segala barang yang ia
butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari
kehidupan didunia ini. Dan Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan ummatnya.
2. Rukun dan Syarat
a. Rukun :
- Muqridh (pemilik barang)
- Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam)
- Ijab qobul
- Qardh (barang yang dipinjamkan)
b. Syarat sah qardh :
- Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat,
tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah akad
terhadap harta.
- Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qobul seperti halnya
dalam jual beli.
3. Hal-Hal Yang Diperbolehkan Dalam Qardh
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat :
Mazhab hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta yang memiliki
kesepadanan, yaitu harta yang perbedaan nilainya tidak menyolok, seperti barangbarang yang ditakar, ditimbang, biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti kelapa
dan telur, dan yang diukur , seperti kain bahan. Diperbolehkan juga meng-qardh roti,
baik dengan timbangan atau biji.
Mazhab Maliki, SyafiI, dan Hambali berpendapat, diperbolehkan melakukan
qardh atas semua harta yang bisa dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar, ditimbang,
seperti emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti barang-barang
dagangan, binatang dan sebagainya, seperti harta-harta biji-bijian, karena pada riwayat
Abu Rafi disebutkan bahwa Rasulullah SAW berutang unta berusia masih muda,
padahal untuk bukanlah harta yang ditakar atau ditimbang, dan karena yang menjadi
obyek salam dapat di hak miliki dengan jual beli dan ditentukan dengan pensifatan.
Maka bisa menjadi obeyek qardh. Sebagaimana harta yang ditakar dan ditimbang.
Dari sini, menurut jumhur ahli fiqih, diperbolehkan melakukan qardh atas semua
benda yang boleh diperjualbelikan kecuali manusia, dan tidak dibenarkan melakukan
qardh atas manfaat/jasa, berbeda dengan pendapat Ibnu Taimiyah, seperti membantu
memanen sehari dengan imbalan ia akan dibantu memenen sehari, atau menempati
rumah orang lain dengan imbalan orang tersebut menempati rumahnya.
4. Hukum Qardh
Hak kepemilikan dalam qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad berlaku
melalui qabdh (penyerahan). Jika seseorang berhutang satu mud gandum dan sudah
4
terjadi qabdh maka dia berhak menggunakan dan mengembalikan dengan yang
semisalnya meskipun muqridh meminta pengembalian gandum itu sendiri, karena
gandum itu bukan lagi milik muqridh. Yang menjadi tanggung jawab muqtaridh adalah
gandum yang semisalnya dan bukan gandum yang dihutangnya meskipun qardh itu
berlangsung.
Abu Yusuf berkata muqtaridh tidak memiliki harta yang menjadi objek qardh
selama qardh itu berlangsung.
Mazhab Maliki berpendapat, hak kepemilikan dalam shadaqah dan ariyah
berlangsung dengan transakasi, meski tidak menjadi qabdh atas harta. Muqtaridh
diperbolehkan mengembalikan harta semisal yang telah dihutang dan boleh juga
mengembalikan harta yang dihutang itu sendiri. Baik harta itu memiliki kesepadanan
atau tidak, selama tidak mengalami perubahan; bertambah atau berkurang, jika berubah
maka harus mengembalikan harta yang semisalnya.
Mazhab SyafiI menurut riwayat yang paling shahih dan mazhab Hambali
berpendapat, hak milik dalam qardh berlangsung dengan qabdh. Menurut SyafiI
muqtaridh mengembalikan harta yang semisal manakala harta yang dihutang adalah
harta yang sepadan, karena yang demikian itu lebih dekat dengan kewajibannya dan jika
yang dihutang adalah yang memiliki nilai, ia mengembalikan dengan bentuk yang
semisal, karena Rasulullah saw telah berutang unta usia bikari lalu mengembalikan unta
usia rubaiyah, seraya berkata sesunguhnya sebaik-baik kamu adalah yang paling baik
dalam membayar utang.
Hanabilah mengharuskan pemgembalian harta semisal jika yang dihutang adalah
harta yang bisa ditakar dan ditimbang, sebagaimana kesepakatan di kalangan para ahli
fiqih. Sedangkan jika obyek qardh bukan harta yang ditakar dan ditimbang, maka ada
dua versi : harus dikembalikan nilainya pada saat terjadi qardh, atau harus
dekembalikan semisalnya dengan kesamaan sifat yang mungkin.
5. Qardh Yang Mendatangkan Keuntungan
Mazhab Hanafi dalam pendapatnya yang paling kuat menyatakan bahwa qardh
yang mendatangkan keuntungan hukumnya haram, jika keuntungan tersebut disepakati
sebelumnya. Jika belum disepakati sebelumnya dan bukan merupakan tradisi yang biasa
berlaku, maka tidak mengapa. Begitu juga hukum hadiah bagi muqridh. Jika ada dalam
persyaratan
maka
dimakruhkan,
kalau
tidak
maka
tidak
makruh.
Mazhab Maliki : tidak diperbolehkan mengambil manfaat dari harta muqtaridh, seperti
menaiki untanya dan makan di rumahnya karena hutang tersebut dan bukan karena
5
diperbolehkan
dengan
dua
syarat.
(1) Tidak mendatangkan keuntungan. Jika keuntungan tersebut untuk muqridh, maka
para ulama sudah bersepakat bahwa ia tidak diperbolehkan. Karena ada larangan dari
syariat dan karena sudah keluar dari jalur kebajikan, jika untuk muqtaridh, maka
diperbolehkan. Dan jika untuk mereka berdua, tidak boleh, kecuali jika sangat
dibutuhkan. Akan tetapi ada perbedaan pendapat dalam mengartikan sangat
dibutuhkan.
(2) Tidak dibarengi denagan transaksi lain, seperti jual beli dan lainnya. Adapun
hadiah dari pihak muqtaridh, maka menurut Malikiah tidak boleh diterima oleh
Muqridh karena mengarah pada tanbahan atas pengunduran. Sedangkan Jumhur ulama
membolehkan jika bukan merupakan kesepakatan. Sebagaimana diperbolehkan jika
antara Muqridh dan Muqtaridh ada hubungan yang menjadi fakor pemberian hadiah dan
bukan karena hutang tersebut.
6. Aplikasi Dalam Perbankan
Akad qardh biasanya diterapkan sebagai berikut :
(1) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya yang membutukkan dana talangan segera untuk masa yang relative
6
2.
memerlukan.
Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama.
7
3.
4.
5.
6.
Kedua: Sanksi
1.
2.
3.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
Sebagai pinjaman talang haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan
melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.
8
2.
Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM.
3.
4.
5.
6.
bersangkutan.
Sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber dana
eksternal meliputi dana qardh yang diterima bank syariah dari pihak lain
(misalnya dari sumbangan, infak, shadaqah dan sebagainya), dana yang
disediakan oleh para pemilik bank syariah dan hasil pendapatan non halal.
Sumber dana internal meliputi qardhul hasan
Secara mikro, Qard tidak memberikan manfaat langsung bagi orang yang
meminjamkan. Namun secara makro, Qard akan memberikan manfaat tidak langsung
bagi perekonomian secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena pemberian Qard
membuat velocity of money (percepatan perputaran uang) akan bertambah cepat, yang
berarti bertambahnya darah baru bagi perekonomian, sehingga pendapatan nasional
(National Income) meningkat. Dengan peningkatan pendapatan nasional, maka si
pemberi pinjaman akan meningkat pula pendapatannya. Demikian pula pengeluaran
Shadaqah juga akan memberikan manfaat yang lebih kurang sama dengan pemberian
Qardh.
Penggunaan Dalam Produknya
1.
Dana talangan haji adalah dana yang dipinjamkan oleh pihak bank kepada
nasabah untuk menutupi kekurangan dana guna memperoleh kursi haji saat pelunasan
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).
Contoh Aplikasi Al-Qardh dalam Perbankan Syariah (Bank Syariah Mandiri)
Salah satu bentuk aplikasi al-qardh dalam perbankan syariah adalah pemberian
dana talangan haji. Pembiayaan dana talangan haji pada Bank Syariah Mandiri adalah
pinjaman dana talangan bank kepada nasabah khusus menutupi kekurangan dana untuk
memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah
Haji).
Besarnya noiminal BPIH sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Departemen
Agama.untuk 5 tahun terakhir sejak 2005 sampai 2009 besarnya BPIH adalah Rp
20.000.000,- namun sejak Mei tahun 2010, BPIH naik menjadi Rp 25.000.000,-.
Persyaratan bagi nasabah (calon jamaah haji) adalah harus mempunyai atau
membuka rekening Tabungan Mabrur. Tabungan mabrur merupakan jenis produk
pendanaan bank, melalui tabungan mabrur nasabah bisa mendapatkan dana talangan
haji BSM. Tabungan mabrur merupakan simpanan dalam mata uang rupiah yang
bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah haji dan umrah.
Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah, penyetoran awal
terbilang Rp500.000,00. Tabungan Mabrur dilakukan nasabah yang ingin menabung
untuk tujuan pebayaran BPIH, tetapi waktu nasabah bisa mendapatkan porsi haji
tergantung dengan kemampuannya dalam menabung. Lain halnya dengan dana talangan
haji yang sudah jelas nasabah dengan waktu cepat mendapat dapat porsi haji.
Batas waktu pembayaran pembiayaan dana talangan haji maksimal 1 tahun
setelah pengajuan pembiayaan. Selama masa pembayaran, nasabah boleh mencicil atau
langsung tunai, karena bank akan mengambil secara sekaligus pada saat akhir batas
pembayaran melalui tabungan mabrur. Apabila nasabah tidak mampu membayar dari
waktu yang sudah ditentukan, maka diberikan perpanjangan waktu untuk 1 tahun
kedepan sampai sebelum 73 keberangkatan ibadah haji dengan membayar biaya
administrasi satu tahun kedepan.
Dalam prakteknya, BSM dalam pembiayaan dana talangan haji bertindak
sebagai penyalur yang membantu pengurusan pendafaran haji. Selanjutnya untuk daftar
10
sebagai calon jamaah haji adalah tanggungjawab penuh nasabah. Nasabah (calon
jamaah haji) memberikan kuasa pada bank untuk mengurusi semua yang menjadi
persyaratan untuk mendapatkan porsi. Setelah berkas-berkas dan kekurangan BPIH
untuk mendapatkan porsi sudah terpenuhi, maka nasabah bisa langsung daftar ke
Departemen Agama.
Untuk pengajuan talangan haji BSM nasabah (calon jamaah haji) harus melalui
beberapa tahapan. Secara garis besar, langkah-langkah penanganan Dana Talangan Haji
pada Bank Syariah Mandiri, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
mengajukan talangan.
Tahap ke-7, bagian administrasi pembiayaan mengecek kelengkapan data
8.
9.
penandatanganan akad.
Tahap ke-9, bagian administrasi melakukan pencairan dana langsung ke
rekening tabungan calon jamaah haji serta menginput SPPH untuk
mendapatkan porsi .
10. Tahap ke-10, MO melakukan monitoring pada dana talangan yang diajukan.
Syarat-Syarat Permohonan Dana Talangan Haji
11
Sebelum melakukan permohonan dana talangan haji BSM, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh pemohon.
1)
Syarat Pemohon
Pemohon pembiayaan dibatasi hanya nasabah yang telah memiliki Tabungan Mabrur
BSM dan menyetorkan BPIH melalui Bank dengan kriteria:
a) Cakap hukum.
b) Perorangan yang mempunyai pekerjaan yang tetap dan/atau yang menurut
penilaian Bank diyakini memiliki kemampuan mengembalikan dana talangan
haji tepat pada waktunya.
c) Bersedia memberikan jaminan sesuai ketentuan Bank. Nisbah memberikan
jaminan kepada pihak bank sesuai surat akad.
2)
12
Fotokopi KTP calon jamaah haji yang akan diajukan untuk memperoleh
c)
d)
Rp 10.000.000
Rp 1.000.000
Talangan: Rp 15.000.000
Kekurangan biaya Ujroh (upah jasa)
Rp 500.000
Rp 5.000.000
Rp 1.300.000
Talangan: Rp 18.000.000
Kekurangan biaya Ujroh (upah jasa)
Rpp 2.000.000
2.
Rp 11.500.000
Rp 6.800.000
Rp 1.500.000
Rp 4.000.000
barangnya untuk tujuan konsumtif. Untuk itu, nasabah (rahin) dikenakan biaya berupa
upah /fee kepada pihak pegadaian (murtahin) karena telah menjaga dan merawat barang
gadaian (marhun).
Sebenarnya, dalam akad qard al-hasan tidak diperbolehkan memungut biaya
kecuali biaya administrasi. Namun demikian, ketentuan untuk biaya administrasi pada
pinjaman dengan cara:
a) Harus dinyatakan dalam nominal, bukan persentase.
b) Sifatnya harus jelas, nyata dan pasti serta terbatas pada hal-hal yang mutlak
diperlukan dalam kontrak.
Mekanisme pelaksanaan akad qard al-hasan:
a) Barang gadai (marhun) berupa barang yang tidak dapat dimanfaatkan, kecuali
dengan jalan menjualnya dan berupa barang bergerak saja, seperti emas, barang
elektronik, dan sebagainya.
b) Tidak ada pembagian bagi hasil, karena akad ini bersifat sosial. Tetap
diperkenankan menerima fee sebagai pengganti biaya
administrasi yang
Pembiayaan ini menggunakan akad rahn (gadai) dan qardh (pinjaman) sebagai
basis pembiayaan, sedangkan akad ijarah (sewa) digunakan sebagai basis pendapatan
bank di mana bank menarik biaya atas pemeliharaan jaminan yang digadaikan nasabah.
Jaminan gadai dapat berupa perhiasan emas (misal minimal 16 karat), logam mulia,
koin emas, dan batangan emas.
Seperti yang kita ketahui Al-Qardh adalah suatu akad pinjaman (penyaluran dana)
kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah
disepakati antara nasabah dan LKS. Al-Qardh merupakan perwujudan LKS yang
disamping sebagai Lembaga Komersial juga sebagai Lembaga Sosial yang dapat
meningkatkan perekonomian secara maksimal. Ketentuan umum Al-Qardh adalah:
1) Pinjaman diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.
2) Wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah
disepakati.
3) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bila dipandang perlu.
4) Nasabah dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS
sepanjang tidak diperjanjikan dalam akad.
5) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada
saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, maka
LKS dapat :
a) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Bila keinginan tidak mengembalikan bukan karena ketidakmampuannya, LKS
dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah berupa (namun tidak terbatas pada) penjualan
barang jaminan, dan jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya.
Ilustrasi Produk Gadai Emas Syariah
Bagi yang sudah sering melakukannya, mungkin menggadaikan emas sudah
tidak merupakan hal yang asing lagi. Berikut ini adalah ilustrasi dan alur gadai emas
dan biaya gadai emas syariah, yaitu kombinasi produk syariah rahn, qardh, dan ijarah.
Keterangan:
Pada transaksi RAHN:
Rahn adalah pihak yang menggadaikan dan Murtahin adalah pihak yang menerima
gadai
15
Dalam Rahn ini Nasabah bertindak sebagai Rahin dan Bank bertindak sebagai
Murtahin
Pada transaksi QARDH:
Muqridh adalah pemberi pinjaman (marhun bih) dan Muqtaridh adalah peminjam
Dalam QARDH ini Nasabah bertindak sebagai Muqtaridh yang menerima marhun
bih dan Bank bertindak sebagai Muqridh
Pada transaksi IJARAH:
Mustajir adalah pihak yang menyewa, pihak yang menyewakan disebut
Perum Pegadaian, secara umum dapat disarikan bahwa untuk melakukan gadai emas ini
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Syarat yang diperlukan adalah sangat mudah yaitu:
(1)
Membawa EMAS yang akan digadaikan
(2)
Fotocopy identitas diri (misal KTP).
Selanjutnya mengenai jangka waktu gadai dihitung per 10 hari dalam masa
gadai dengan masa gadai maksimal 120 dan dapat digadai ulang (setelah dilakukan
penaksiran dan melunasi biaya gadai).
membayarkan senilai uang yang diterima dari hasil gadai dan menerima emas yang
telah digadaikan sebelumnya. Biaya gadai yang dimaksud diatas pada dasarnya adalah
biaya administrasi (biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk melaksanakan akad gadai,
seperti biaya materai, jasa penaksiran, formulir akad, foto copy, biaya cetak dokumen,
dan lain-lain) atas transaksi rahn (gadai) ditambah ujrah atau biaya yang dikenakan atas
penitipan emas pada pihak bank (transaksi ijarah).
Sedangkan atas transaksi qardh yang dilakukan, pihak bank tidak diperbolehkan
untuk mengambil keuntungan dari padanya. Karena pada dasarnya akad gadai adalah
transaksi pinjam-meminjam (qardh) yang bersifat tabarru yang berarti kebaikan atau
tolong menolong.
3. Pengalihan hutang dari perbankan konvensional ke syariah
Pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul akibat dari pengalihan
transaksi non syariah yang telah berjalan di lembaga keuangan konvensional ke
lembaga syariah.
16
17
nasabah yang terlanjur mengajukan pembiayaan KPR nya di bank konvensional dan
ingin memindahkan pembiayaan KPR nya di bank Muamalat.
Mekanisme pemindahan pembiayaan ini menggunakan proses take over, dimana
sisa tanggungan KPR diambil alih oleh bank Muamalat. Syaratnya juga tidak rumit.
KPR yang bisa dipindahkan minimal sudah berjalan 1 tahun atau lebih. Selain
digunakan untuk pembiayaan KPR, take over di bank Muamalat Indonesia juga
digunakan untuk pembiayaan kendaraan, baik mobil atau motor, dan untuk modal kerja.
Take over juga bisa digunakan untuk produk-produk yang memakai prinsip jual beli
maupun bagi hasil. Pembiayaan take over KPR syariah di bank Muamalat Indonesia
menggunakan alternatif akad pertama, yaitu kuat dan murabahah karena akad ini yang
paling mudah. Prosedur take over di bank Muamalat kurang lebih seperti ini, nasabah
yang berhutang rumah kepada bank konvensional (BK) secara riba, lalu ia ingin hijrah
ke bank syariah datang ke ban Muamalat (mahalalaih) maka take over kredit
rumahnya. Sebelum menyetujui pembiayaan take over ini, bank Muamalat melakukan
survei terlebih dahulu ke bank konvensioanl tempat nasabah berhutang, memastikan
benar tidaknya nasabah punya utang, bagaimana 5C-nya.
C. Pengukuran, pengakuan, dan penyajian Qardh
PSAK No.59 tentang akuntansi perbankan syariah menjelaskan tentang karakteristik
qardh sebagai berikut:
1. Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat
terjadinya. Kelebihan penerimaan dari pinjaman atas qardh yang dilunasi diakui
sebagai pendapatan pada saat terjadinya.
2. Lembaga syariah bertindak sebagai peminjam qardh, kelebihan pelunasan
kepada pemberi pinjaman qardh diakui sebagai beban.
Aplikasi dan Ilustrasi
Baskoro adalah tukang becak yang biasa mangkal di depan Tugu
Yogyakarta. Beliau memerlukan dana sebesar Rp 750.000; untuk pengobatan
putranya yang saat ini sedang menderita sakit demam berdarah. Baskoro merasa
bisa mengembalikan pinjaman tersebut selama 10 bulan dari hasil usahanya
menjadi tukang becak bahkan istrinya memiliki warung makan di pinggir sungai
Code dengan omset yang lumayan.
18
Rp 750.000;
Rp 750.000;
Rp 25.000;
(Cr)
Pendapatan
Rp 25.000;
Administrasi
c. Pada tanggal 1 september 2010 Baskoro membayar angsuran 1 sebesar
Rp 75.000;
(Dr) Kas
(Cr) Pinjaman Qardh
Rp 75.000;
Rp 75.000;
139) Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
peminjam dengan pihak yang meminjamkan mewajibkan peminjam melunasi
hutang setelah jangka waktu tertentu. Pihak yang meminjamakn dapat
menerima imbalan namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam
perjanjian
140) Bank syariah disamping memberikan pinjaman qardh, juga dapat
menyalurkan pinjaman dalam bentuk qardhul hasan. Qardhul hasan adalah
pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan
dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah
yang sama pada akhir periode yang disepakati. Jika peminjam mengalami
kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian tesebut dapat mengurangi
jumlah pinjaman. Pelaporan Qardhul hasan disajikan tersendiri dalam
laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan karena dana tersebut
bukan aset bank yang bersangkutan.
141) Sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber
dana eksternal meliputi dana qardh yang diterima bank syariah dari pihak lain
(misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan sebagainya), dana yang
disediakan oleh para pemilik bank syariah dan hasil pendapatan non-halal.
Sumber dana internal meliputi hasil tagihan pinjaman qardhul hasan.
Selanjutnya, dalam PSAK No. 59 ini juga dijelaskan mengenai pengakuan dan
pengukuran pinjaman qardh yang tertuang dalam paragraph 142 dan 143.
142) Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat
terjadinya. Kelebihan penerimaan dari peminjam atas qardh yang dilunasi
diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya.
143) Dalam hal bank bertindak sebagai peminjam qardh, kelebihan pelunasan
kepada pemberi pinjaman qardh diakui sebagai beban.
Pelaporan akuntansi qardhul hasan disajikan sendiri dalam laporan sumber dan
penggunaan dana qardhul hasan, karena dana tersebut bukan aset perusahaan. Oleh
sebab itu, seluruhnya dicatat dengan akun dana kebajikan dan dibuat buku besar
20
pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau
dikeluarkan.
1. Bagi Pemberi Pinjaman
a. Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-Kas
Cr. Dana kebajikan-infak/sedekah/hasil wakaf
b. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal,
jurnal:
Dr. Dana kebajikan-kas
Cr. Dana kebajikan denda/pendapatan nonhalal
c. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan,
jurnal:
Dr. Dana kebajikan-dana kebajikan produktif
Cr. Dana kebajikan-kas
d. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardhul hasan,
jurnal:
Dr. Dana kebajikan-kas
Cr. Dana kebajikan-dana kebajikan poduktif
2. Bagi Pihak yang Meminjamkan
a. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Dr. Kas
Cr. Utang
b. Saat pelunasan, jurnal
Dr. Utang
Cr. Kas
Sedangkan dalam PSAK No. 59 tahun 2002 yang mengatur pengakuan dan
pengukuran pinjaman qardh, menjadikannya kedalam dua hal. Yang pertama, dalam
hal bank sebagai peminjam qardh, kelebihan pelunasan kepada pemberi pinjaman
qardh diakui sebagai beban. Dan dalam hal bank sebagai pemberi pinjaman qardh.
Dalam hal bank yang memberikan pinjaman, maka bank akan membuat
pencatatan sebagai berikut:
a. Pada saat memberikan pinjaman qardh:
Dr. Piutang qardh
Cr. Kas
b. Pada saat menerima pelunasan di tambah kelebihan pembayaran:
Dr. Kas
Cr. Piutang qardh
Cr. Pendapatan qardh
Dalam hal bank sebagai peminjam qardh, maka bank akan membuat jurnal untuk
mencatatnya sebagai berikut:
21
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qardh secara bahasa, berarti al qot`u yang berarti pemotongan. Harta yang
disodorkan kepada orang yang berhutang disebut qardh, karena merupakan
potongan dari harta orang yang memberikan utang. Landasan Syariah yakni, Alqur`an Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak (al-hadid ayat 11). Hadist . Dari sunnah rasul Ibnu
Mas`ud meriwatkan bahwa nabi Muhammad SAW bersabda : bukan seorang
muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya
adalah ( senilai ) shodaqoh(HR Ibnu Majah). Ijma. Para ulama telah menyepakati
bahwa qardh boleh dilakukan, kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang
tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak seorangpun yang
memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah
menjadi satu bagian dari kehidupan didunia ini. Dan Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan segenap kebutuhan ummatnya
Manfaat yang didapat oleh bank dari transaksi qardh adalah bahwa biaya
andministrasi utang dibayar oleh nasabah. Manfaat lainnya berupa manfaat
nonfinansial, yaitu kepercayaan dan loyalitas nasabah kepada bank tersebut
23