Anda di halaman 1dari 13

Jurnal 1:

The Role of Water in City Center, through Location of Rakitje.

Latar Belakang
Pengembangan tepi sungai merupakan cerminan sumberdaya alam dari kota dengan karakteristik
tertentu dan merupakan salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan
citra kota .
Penelitian ini didasarkan pada gagasan bahwa penduduk Podgorica dan pengunjung dapat
mengalami pergerakan berkelanjutan, lalu lintas kendaraan bermotor yang terbatas sepanjang
perjalanan sungai Moraa dan Ribnica, serta menghubungkan beberapa bagian kota. Sehingga
peran dari sungai perkotaan memiliki dampak yang signifikan terhadap urbanisasi dan
modernisasi.
Tujuan ilmiah dari penelitian ini adalah untuk menilai masalah dari daerah pesisir yang
terlupakan dan hancur dari Zagreb, dan atas dasar bagaimana penjelasan dari situasi saat ini
dapat menjadi pedoman dan kesimpulan yang bisa diterapkan melalui dokumen perencanaan
masa depan untuk menciptakan ruang yang lebih menyentuh penduduk kota, karena ruang publik
tanpa pengguna dan aktivitas di dalamnya, tidak akan memenuhi esensi keberadaan dari ruang
publik. Maka perlu dipahami integrasi area sungai dan area air lainnya di inti kota untuk
memudahkan penyelesaian hambatan yang mungkin terjadi.
Isu
Daerah pesisir yang kian terlupakan dan makin kehilangan esensinya sebagai ruang publik.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi eksisting daerah pesisir dan sungai di Kota Zagreb ditinjau dari fungsinya
sebagai ruang publik?
2. Bagaimana perencanaan ruang publik yang sesuai untuk diterapkan di pesisir dan sungai di
Kota Zagreb?
Metode
Metode yanag digunakan merupakan model pendekatan internasional pengembangan sungai
(bangunan, blok dan zona perkotaan), dengan penekanan pada contoh-contoh dari praktek
perencanaan dan perencanaan kota, dengan berbagai pendekatan desain sesuai dengan struktur
dan pola ruang kota.
Penjabaran konsep dasar dan studi kasus, didasarkan pada sejarah (metode kronologis),
pemantauan zona sepanjang sungai melalui dokumentasi perencanaan, zona kontak dan arahan
penting dalam dokumen perencanaan yang mempengaruhi pembangunan wilayah pesisir; metode
perbandingan komparatif dari kegiatan sosial dalam dua dimensi: ruang dan waktu; -metodologi
statistik dengan menggunakan data dari masa lalu dan membandingkannya dengan situasi yang

ada.

Analisis
Fungsi air di perkotaan sangatlah penting dan bervariasi menurut kebutuhannya. Diantaranya
adalah mengaliri permukiman, juga fungsi lain seperti pertanian dan peternakan. Air memiliki
peran penting dalam struktur ruang kota. Misalnya sebagai pembangkit energi dan tak jarang
digunakan untuk tujuan komersial. Atas dasar itulah peran sungai di kota sangat penting untuk
membentuk kota, menciptakan atmosfer yang menyenangkan, dan memberikan karakteristik
visual dan spasial pada kota. Alasan mengapa air seringkali digunakan untuk ruang public karena
factor menenagkan, koneksi dengan lingkungan yang terjadi, serta baik untuk bisnis dan
lingkungan sosial masyarakat. Selain itu terdapat keuntungan apabila daerah air berada di
perkotaan yakni dampak kesehatan untuk manusia dengan menghindarkan dari kebisingan,
kebersihan yang buruk, temperature tinggi.
Berdasarkan arahan perencanaan Kota Zagreb tahun 1889, terdapat pagar penghalang antara
sungai dan kota lama Gradac yang merupakan konstruksi stasiun kereta api. Keberadaan
konstruksi ini dinilai sebagai ancaman yang akan menghambat pertumbuhan kota ke arah sungai
yang merupakan bagian paling menarik dari kota tersebut. Adapun ruang antara jalur kereta api
dengan daerah tepian air merupakan area yang tidak cocok untuk pengembangan permukiman.
Sehingga menurut rencana ini, daerah tepian air sungai Sava cocok untuk dikembangkan sebagai
area industri. Pada akhirnya Sava kehilangan karakter aslinya dan menjadi area yang dihindari.
Pada perencanaan tahun 1936, dicanangkan bahwa perkembangan kota akan menyeberangi
Sungai Sava ke arah timur dan barat. Namun, pada kenyataannya Kota Zagreb tidak berkembang
sebagaimana mestinya , sehingga menciptakan area suburban. Masalah yang selanjutnya
dihadapi adalah banjir yang menggenangi kota dan merupakan kiriman dari Sungai Sava akibat
perencanaan yang kurang matang. Sampai pada kahir abad ke-20, pembangunan di tepian sungai
Sava masih belum pesat akibat dari permasalahan yang telah disebutkan diatas.
Pada tahun 1961 terjadi banjir bandang di Sungai Sava sehingga dibangun tanggul untuk
menanggulanginya. Setelah proyek pembangunan tanggul terselesaikan, dibangun lah Pusat
Olahraga dan Rekreasi Jarun dengan modifikasi dari perencanaan kota sebelumnya dengan
tujuan untuk mengembalikan fungsi ruang publik pada daerah perairan. Waduk Jarun merupakan
waduk dengan fungsi olahraga dan rekreasi dengan cabang olahraga yang dikembangkan adalah
dayung dan renang. Sehingga waduk ini berfungsi ganda yakni sebagai mitigasi bencana berupa
banjir, serta ruang publik.
Kemudian di bagian barat Sungai Sava dibangunlah pusat olahraga dan rekreasi berupa taman air
dengan konsep mendekatkan air ke kota mengingat area taman merupakan Danau Rakitje yang
berada di tengah kota. Adapun fungsi area ini dibagi dalam beberapa segmen yakni olahraga,
pusat penelitian, fasilitas pariwisata, dan area rekreasi lainnya. Desain ini menunjukkan bahwa
sungai di perkotaan dapat dijadikan sebagai ruang publik yang bermanfaat.

Hasil
Ruang publik di tepi sungai merupakan tempat sosialisasi dan pertemuan bagi masyarakat
untuk berinteraksi dengan alam. Dengan demikian, analisis morfologi menjadi lebih kompleks
dengan mempertimbangkan masyarakat di lokasi, yang terus mempengaruhi karakter daerah,
budaya dan identitas sosialnya. Impuls lanjut menghubungkan dua elemen (sungai dan kota),
memperluas pada gambaran kota (pengembangan pusat kota), serta bentuk arsitektur
(karakteristik tipologi arsitektur).
Proyek perkotaan Danau Rakitje, menjadi pusat perkembangan baru, dimana sebuah kota
terkait dengan permukaan air, dan sesuai dengan arahan perencanaan, proyek ini menolak bagian
pinggiran kota. Proyek ini menunjukkan masalah utama pembangunan di air, khususnya yang
berlokasi di Rakitje, dan yang lebih lanjut pengembangan itu mengamati elemen kunci dari
peristiwa sosial, perkembangan dan pembentukan yang saling interkoneksi, dan oleh karena itu
meningkatkan kesadaran dan tradisi. Proyek ini memberikan panduan lebih lanjut di bidang
perencanaan kota dan arsitektur untuk segmen tertentu pada subjek ini.

Jurnal 2:
Port Cities and Urban Waterfront: Transformation and Opportunities.

Latar Belakang
Dewasa ini, revitalisasi pantai adalah salah satu fenomena paling menarik dari pembaruan
perkotaan dari dekade terakhir, membawa 'kota di atas air' di seluruh dunia sebagai konsep baru.
Setelah bertahun-tahun terlupakan, kehadiran elemen alami -air- telah terbukti menjadi daya tarik
besar dalam kehidupan sehari-hari.
Secara khusus, kontak langsung dengan air, jalur pejalan kaki di sepanjang tepi air, transportasi
air memberikan nilai tambah ke wilayah, bahkan menjadi lebih menarik dalam hal Real Estate.
Saat ini popular dan banyak dikembangkan di dunia global, yang melibatkan baik kota besar dan
kota kecil regenerasi tepian air dalam konteks internasional. Sehingga, laut, pelabuhan dan kota
pesisir dapat dianggap sebagai objek dalam pembaharuan perkotaan menyangkut aspek
permukiman, transportasi, ruang publik dan kualitas lingkungan, dalam pandangan keduanya,
berbagai kasus dan kualitas hasil.
Untuk hal ini, pilihan studi kasus telah diidentifikasi di tingkat internasional, dengan konsep
yang berkelanjutan antara pelabuhan dan kota dan untuk regenarasi kawasan tepian air. Kualitas
air, akses publik dan gratis dan air, ruang publik, pengembangan bertahap dan fleksibel dan
partisipasi bersama dalam keseluruhan proses serta campuran fungsi dan kegunaan dan
kolaborasi antara lembaga publik dan swasta adalah beberapa aspek kunci yang perlu harus
diperhitungkan dalam regenarasi perkotaan. Unsur-unsur ini, dirangkum dalam 10 Prinsip untuk
Pembangunan Berkelanjutan Kawasan Tepian air.

Isu
Revitalisasi pantai sebagai regenerasi pembangunan kota di kawasan tepian air.

Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip pembangunan berkelanjutan di kawasan tepian air?

Metode
Metode analisis komparatif dengan memperhatikan pembangunan kawasan tepian air di beberapa
kota yang mengembangkan konsep regenerasi kota di kawasan tepian air.

Analisis
Kawasan tepian air merupakan kawasan dengan potensi yang besar. Kawasan ini merupakan
pertemuan antara air dan daratan sehingga memiliki daya tarik khusus untuk dikembangkan,
bukan hanya sebagai real estate, namun juga dapat dilihat dari aspek sosial budaya dan menarik
untuk penataan landscape.
Dari segi ekonomi tentunya hal ini sangat menguntungkan, karena meningkatkan nilai lahan di
perkotaan serta sebagai pusat urbanisasi dengan pengembangan lokal ke level internasional.
Adapun sepuluh prinsip pengembangan kawasan tepian air yang berkelanjutan adalah;
1. Keamanan dan peningkatan kualitas air dan lingkungan
2. Kawasan tepian air merupakan bagian dari perkotaan dan sangat berpengaruh pada
vitalitas kota.
3. Identitas bersejarah merupakan karakter yang membangun kawasan.
4. Penggunaan lahan campuran merupakan prioritas pembangunan yang utama untuk
dikembangkan di kawasan tepian air.
5. Ruang public yang mudah diakses dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6. Perencanaan yang bekerja sama antara pemerintah dan swasta untuk mempercepat proses
pembangunan
7. Partisipasi publik adalah elemen dari konsep keberlanjutan.
8. Kawasan tepian air merupakan proyek jangka panjang dalam pengembangannya dan
sangat menantang baik dalam aspek arsitektural, ruang public, dan seni.
9. Revitalisasi merupakan proses yang terus berlangsung, sehingga diperlukan analisis yang
matang terkait fungsi kawasan tepian air. Perencanaan yang ada juga harusnya fleksibel
dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi selama proses revitalisasi.
10. Pembangunan kawasan tepian air diharapkan memanfaatkan jaringan internasional yang
ada untuk meningkatkan keuntungan, karena pembangunan kawasan pesisir adalah tugas
kompleks yang bersifat multidisiplin.

Hasil
Regenerasi kawasan tepian air merupakan keuntungan bagi suatu kota dimana air memegang
peranan penting dan menjadi aspek penting pembangunan berkelanjutan, meningkatkan
hubungan antar ruang dan guna lahan, bangunan antara ruang, pelabuhan dan fungsi kota, serta
aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Jurnal 3:
Global Forces: Rotterdam Waterfront (The Netherlands).

Latar Belakang
'Dari kota pelabuhan dunia menjadi sebuah kota Eropa yang sepenuhnya terhubung sebagai
bagian dari pengembangan Delta Metropolis'. Begitulah singkatnya tujuan transformasi tepian
laut Rotterdam. Pada tahun 2001, di mana Rotterdam merupakan Modal Budaya Eropa, yang
digunakan untuk mewujudkan tujuan ini. Dalam rangka untuk menghasilkan ide-ide dan
inspirasi, warga dan pengguna yang berada pada daerah tepian laut serta pengembang
dikumpulkan untuk saling berkonsultasi dimana negara-negara Eropa lainnya seperti; London,
Baltimore, Hamburg dan Barcelona juga telah diundang untuk memberikan ide-ide terkait
perencanaan
tepian
air
di
Rotterdam.
Isu
Transformasi tepian laut Rotterdam yang berdampak pada aspek budaya, fungsi lahan, dan
perencanaan kota.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak transformasi tepian laut Rotterdam terhadap aspek budaya?
2. Bagaimana dampak transformasi tepian laut Rotterdam terhadap fungsi lahan?
3. Bagaimana dampak transformasi tepian laut Rotterdam terhadap perencanaan kota?

Metode
Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah perbandingan komparatif dengan beberapa studi
kasus di Belanda dengan objek yang berbeda namun memiliki persamaan yaitu membahas terkait
transformasi wilayah/daerah.

Analisis
Proyek Rotterdam Waterfront membahas beberapa aspek yang saling berhubungan, aspek
pertama merupakan aspek budaya. Bagaimana tepi pantai berada di pusat kota, di mana letak
'pelabuhan bekerja' (merupakan jiwa tradisional Rotterdam) memperoleh relevansi baru dalam
situasi perkotaan? Proyek ini harus dilakukan dengan membangun kebanggaan penduduk
terhadap pelabuhan yang telah menjadi budaya dan ciri di Belanda. Penduduk harus
meningkatkan kebanggan dan perasaan memiliki bahwa perencanaan yang ada merupakan
rumah atau kampung halaman. Di beberapa lokasi sangat memungkin untuk memulihkan

interaksi antara kota dan sungai. Tapi di tempat lain kota sungai terletak hampir 'mati'. Sehingga
perlu diiidentifikasi relevansi baru dan menemukan identitas khas yang dapat menjadi ciri atau
tanda dari sungai dan tepian laut di Rotterdam.
Kemudian ada aspek penggunaan lahan. Populasi penduduk yang tinggal dan bekerja di kantor
dekat sungai saat ini tergolong tinggi. Ini adalah daerah dengan pemandangan panorama fantastis
yang ada kota Belanda dimana tak ada yanga dapat menandingi. Penggunaan lahan untuk
budaya, rekreasi dan hiburan sebagai ekspresi spesifik hidup perkotaan justru jarang ditemukan,
sehingga perlunya pengembangan budaya perkotaan, rekreasi, dan hiburan pada kawasan tepian
air. Hipotesis yang ada dalam konteks ini adalah bahwa budaya perkotaan, rekreasi dan hiburan
(di samping perumahan dan lapangan kerja) dapat menentukan relevansi baru di tepian air.
Sebuah pertanyaan penting adalah sejauh mana tepi kota dapat dan harus dikembangkan dengan
cara global yang / spesifik / lokal atau generik.
Terkait dengan pertanyaan ini bagaimana hubungan antara perekonomian
kegiatan sehari-hari dari kota di sungai bisa berkembang. Dapat tepian
pengalaman budaya dan ekonomi? Atau 'kota biasa' merupakan pilihan
dengan ruang terbuka mengesankan, kegiatan maritim dan banyak
merupakan pola ruang yang tepat.

dan waktu luang dan


berkembang menjadi
yang tepat, tepi laut
ruang untuk publik

Rotterdam telah bekerja selama setidaknya 15 tahun pada rekonstruksi daerah pusat.
Memanfaatkan dinamika pasar kota yang sedang kembali berorientasi. Itu diperlukan karena
tidak terjadi dengan sendirinya. Orientasi di seberang sungai, vertikal, dan pada jaringan baru
dari Metropolis Delta. Tetapi juga berorientasi pada realisasi pengembangan di bidang budaya,
museum, belanja, teater dan rekreasi dan hiburan. Tugas pengelompokan fungsional-spasial juga
berlaku untuk proyek waterfront. Sudut baru, link, hubungan ke kabupaten kota sebelah,
penggunaan air dan pelabuhan dan relevansi dan desain ruang publik semua memainkan peran
penting.

Hasil
Ada dua latar belakang yang menyebabkan perdebatan tentang transformasi tepian air
Rotterdam. Salah satunya adalah skenario investasi yang optimal dalam industri hiburan dan
yang lainnya adalah realisasi dari pembangunan berkelanjutan dari kota di atas air. Skenario ini,
dan segala sesuatu yang terkait dengan transformasi tepian air Rotterdam, dianggap sebagai hal
yang patut untuk dibahas lebih lanjut. Tujuannya adalah untuk memberikan inspirasi, untuk
mencari tujuan umum dan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan bagaimana kekayaan yang
sangat besar dari ide-ide untuk Rotterdam Waterfront bisa menyatu menjadi visi pembangunan
untuk 15 tahun mendatang.

Jurnal 4:
Waterfront Land Use Change and Marine Resource Conditions: The Case of New
Bedford and Fairhaven, Massachusetts.

Latar Belakang
Tantangan utama dalam menghitung dampak jangka panjang mengenai pengelolaan perikanan di
masyarakat nelayan pesisir adalah kurangnya pemahaman tentang interaksi antara perubahan
stok ikan dan guna lahan kawasan pesisir. Sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti
interaksi tersebut di wilayah New Bedford / Fairhaven menggunakan parcel level data dan
sistem informasi geografis (GIS). Model regresi logistik digunakan untuk menilai dampak dari
perubahan sumber daya kelautan terhadap guna lahan kawasan pesisir. Meskipun keputusan tata
guna lahan dipengaruhi oleh banyak pasar yang kompleks dan faktor regulasi, pada penelitian ini
dideteksi hubungan yang signifikan antara kondisi stok ikan dan guna lahan kawasan pesisir.

Isu
Perubahan stok sumberdaya kelautan yang dipengaruhi oleh guna lahan kawasan pesisir.

Rumusan Masalah
Bagaimana guna lahan kawasan pesisir mempenagruhi sumberdaya kelautan di sekitarnya?

Metode
Metode yang digunakan merupakan metode analisis spasial dengan program GIS untuk
mengidentifikasi perubahan guna lahan selama 20 tahun di wilayah studi kemudian dihubungkan
dengan data statisitik perikanan yang ada. Setelah itu dimasukkan ke dalam formula parcel level
data untuk mengevaluasi hubungan antara jumlah sumberdaya kelautan dengan perubahan guna
lahan.

Analisis
Terdapat dua data yang menjadi bahan analisis untuk studi ini, 1) data guna lahan spasial dan, 2)
indikator sumberdaya kelautan.
Data guna lahan spasial bersumber dari Masachusetts Waterway Regulation Program (MWRI)
yang mengatur tentang guna lahan kawasan pesisir dan hak penggunaan wilayah pesisir untuk
publik. Perubahan guna lahan diteliti berdasarkan informasi tentang aktivitas guna lahan dan
perubahan guna lahan di kota dan pelabuhan selama beberapa periode belakangan. Kemudian

informasi/data yang telah diperoleh, secara lebih lanjut diolah menggunakan GIS. Hingga
diperoleh bahwa guna lahan di wilayah studi terbagi dalam: pemancingan, pengolahan (bibit ikan
ataupun makanan berbahan dasar ikan), perbaikan (perbaikan mesin dan bengkel perahu yang
berlokasi di pelabuhan), transportasi (transit penumpang/barang, pengepakan barang, dan tempat
penyimpanan ikan), dan lahan yang diperuntukkan sebagai sarana rekreasi kapal/perahu.
Data sumberdaya kelautan bersumber dari Northeast Fisheries Science Center of The National
Marine Fisheries Service (NMFS) yang berisi tentang spesies yang sumberdaya yang ada di
wilayah studi. Dalam studi ini diteliti 28 spesies ikan dan karang ada pada wilayah studi.
Penelitian dilakukan dalam beberapa periode waktu tertentu yakni setiap lima tahunan sejak
tahun 1986 2006 untuk menilai perubahan guna lahan yang terjadi. Selama dua dekade
terakhir, telah terjadi peningkatan yang lambat namun stabil dalam penggunaan lahan industri di
bidang kelautan di daerah penelitian.
Hasil
Probabilitas pilihan penggunaan lahan dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya laut, ukuran, lokasi
(kota), regulasi, dan penggunaan lahan di periode sebelumnya. Perencanaan kawasan tepian air
idealnya memperhatikan kondisi sumberdaya kelautan sekitar seperti yang terjadi pada studi
kasus di New Bedford, dalam area pelabuhan.

Jurnal 5:
Impact Analysis of Lakefront Land Use Changes on Lake Area in Wuhan, China.

Latar Belakang
Wuhan, pusat kota yang terhubung dengan Sungai Yangtze di China, terkenal dengan sumber
daya danau. Namun, daerah danau kota mengalami penurunan sebesar 37,4% dari tahun 1991
hingga 2005. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengurangan area
danau dan perubahan penggunaan lahan tepi danau di Wuhan. Dalam tulisan ini, hubungan
antara perubahan luasan danau dan penggunaan lahan di tepian danau disajikan dalam model
matematik seperti Moran I dan model analisis spasial seperti matriks transisi. Mengenai dampak
dari perubahan penggunaan tepian danau di tengah kota dan pinggiran Kota Wuhan, dapat
disimpulkan bahwa: (1) Tingkat pengurangan area danau akan meningkat jika proporsi
perubahan penggunaan lahan tepian danau dikembangkan, atau lahan pertanian dari kategori
penggunaan lahan lainnya menjadi lebih tinggi; (2) semakin tinggi korelasi spasial dari
klasifikasi penggunaan lahan tepian danau (Moran I> 0,25) bisa menjadi indikator tingkat
kehilangan wilayah Danau pada distrik yang terletak di tengah kota; dan (3) jumlah vektor dari
perubahan penggunaan lahan tepian danau itu terkait dengan perpindahan pusat danau.
Sejak tahun 1990-an pertumbuhan penduduk di Wuhan berkembang sangat pesat emncapai 62%.
Sehingga urbanisasi dianggap telah mengurangi areal danau di perkotaan. Aktivitas manusia
yang tak terkendali dalam pemanfaatan danau merupakan salah satu akibat dari pengurangan
areal danau di perkotaan. Dalam laporan statistic tercatat sebanyak 89 danau telah menghilang
sepenuhnya sejak tahun 1950.

Isu
Berkurangnya area danau terkait dengan perubahan penggunaan lahan tepian danau dan aktivitas
manusia.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana proprosi perubahan penggunaan lahan mempengaruhi pengurangan luasan
area danau?
2. Bagaimana korelasi spasial antara penggunan lahan tepian danau dengan semakin
berkurangnya luasan areal danau?
3. Bagaimana perpindahan pusat danau dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan
tepian danau?
Metode

Studi kasus berlokasi di Wuhan, Provinsi Hubei terletak di bagian timur Hankou Dataran Cina
tengah. Sungai Yangtze, sungai terpanjang di China, memotong sungai terpanjang, Sungai Han,
di Wuhan. Wuhan memiliki iklim muson subtropis dengan curah hujan melimpah dan empat
musim yang khas. Ada sumber air tawar berlimpah, dengan lebih dari 166 danau. Untuk alasan
ini, Wuhan dikenal sebagai Kota Ratusan Danau. Metode penelitian dengan meneliti citra dari
Landsat TM/ETM dengan memperbandingkan citra kota pada tahun 1991 dan 2005, dimana
terlihat jelas perkembangan Kota Wuhan yang padat, sementara peraturan perundangan yang
melindungi danau masih belum disempurnakan.
Adapun rumus MNDWI digunakan untuk mendeteksi badan air. Sementara ISODATA
digunakan untuk mengkategorikan jenis penggunaan lahan pada studi ini.
Meskipun perubahan wilayah danau bisa berbeda satu sama lain, hal ini dapat diukur dengan
beberapa metode dasar. Dua elemen mendasar meliputi ukuran (area) dan pusat danau.
Sementara itu, untuk mengukur tingkat pengurangan area danau dengan proporsi perubahan
penggunaan lahan tepian danau dengan rumus matematik;

Adapun untuk mengukur hubungan spasial dari penggunaan lahan tepian dengan Morans I untuk
mendapat pola dari sebaran penggunaan lahan di tepian danau.

Dan untuk menghitung perpindahan pusat danau akibat perubahan pola guna lahan tepian danau
menggunakan formula;

Analisis
Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa pada area pusat kota terjadi perubahan guna
lahan di tepian danau dari fungsi vegetasi menjadi lahan terbangun yang memiliki dampak
negatif bagi area danau. Selain itu, terdapat perubahan penggunaan lahan dari area terbangun
menjadi area basah seperti kolam yang berdampak positif untuk perluasan area danau. Sementara

pada pinggiran kota, perubahan danau menjadi lahan pertanian merupakan penyebab utama
berkurangnya danau di wilayah pinggiran kota.
Berdasarkan analisis menggunakan Morans I ditemukan bahwa di pusat kota terjadi
pengurangan tingkat area danau yang signifikan sementara itu hal ini tidak terjadi pada wilayah
pinggiran kota. Dari formula ini ditemukan bahwa terjadi pengurangan signifikan terhadap area
danau pada tahun 2005 sebagai akibat dari perkembangan kota. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan kota mempengaruhi ruang untuk danau, danau dan mengakibatkan pengurangan
area danau di Kota Wuhan.
Analisis perpindahan pusat danau menghasilkan untuk daerah pusat kota dimana lahan
bertransformasi dari kolam, lahan basah, dan greenbelts, juga lahan yang bertranformasi menjadi
lahan terbangun yang sangat mempengaruhi perpindahan pusat danau. Lahan yang berubah
menjadi kolam-kolam memiliki efek yang dapat menjadi pemicu terhadap perpindahan pusat
danau. Sementara lahan yang berubah menjadi lahan basah atau lahan pertanian memberikan
efek netral terhadap perpindahan pusat danau. Perpindahan pusat danau juga sangat dipengaruhi
oleh aktivitas manusia, sehingga hal ini memerlukan perhatian yang lebih dalam.
Hasil
Penelitian ini secara kuantitatif menganalisis dampak dari perubahan penggunaan lahan danau
di daerah danau di Wuhan, Cina. Penggunaan lahan di kabupaten kota dan pinggiran kota dibagi
menjadi enam kategori yang berbeda, dan diekstraksi dari Landsat TM / ETM + gambar
penginderaan jauh yang diambil pada tahun 1991 dan 2005. Perubahan tata ruang lahan danau
menggunakan selama periode ini terletak dan dibandingkan dengan menggunakan GIS.
Tingkat kerugian danau daerah terhubung dengan proporsi setiap perubahan penggunaan
lahan danau dan autokorelasi spasial penggunaan lahan danau. Perpindahan pusat danau diukur
dengan jumlah vektor dari perubahan penggunaan lahan danau.
Hubungan antara tingkat kerugian danau daerah dan proporsi masing-masing jenis
penggunaan lahan danau di Wuhan yang kuantitatif diwakili oleh koefisien korelasi yang sesuai
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi lahan berubah menjadi lahan dikembangkan dan
pertanian dari jenis lain dari penggunaan lahan memiliki korelasi positif dengan tingkat kerugian.
Dengan demikian daerah danau akan berkurang jika orang-orang membangun struktur dan
terlibat dalam produksi pertanian di zona danau.
Analisis autokorelasi spasial penggunaan lahan danau mengungkapkan bahwa
pengelompokan penggunaan lahan danau lemah di Wuhan, dan naik sedikit dengan
pembangunan perkotaan. Autokorelasi spasial bisa menjadi indikator dari tingkat kerugian danau
daerah. Terutama di kabupaten kota, lebih tinggi Moran nilai saya menunjukkan bahwa area
danau telah menyusut sekitar 20% sampai 80%. Di daerah pinggiran kota, hubungan antara
autokorelasi spasial dan tingkat kerugian danau daerah tidak jelas, dan perlu dipelajari di masa
depan.
Kontras arah antara perpindahan pusat danau dan jumlah vektor dari setiap perubahan

penggunaan lahan bisa menunjukkan apakah perubahan penggunaan lahan telah menyebabkan
daerah danau sekitarnya terisi. hasil di Wuhan mengungkapkan bahwa ketika kolam dan lahan
basah berubah menjadi jenis penggunaan lahan lainnya, permukaan danau sekitarnya akan
diubah menjadi penggunaan lahan darat lainnya secara bersamaan. Jadi, perlu perhatian dan
pengawasan ketat terhadap danau di Kota Wuhan.

Anda mungkin juga menyukai