Anda di halaman 1dari 6

11

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan penelitian cross sectional descriptive. Pengambilan data
menggunakan cara pendekatan retrospektif (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan dari rancangan penelitian ini untuk mendapatkan presentase
rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Menular Seksual di
Puskesmas Se Kabupaten Banyumas tahun 2011.

B. Definisi Variabel Operasional


Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. IMS adalah infeksi menular seksual yang mendapatkan antibiotik
sebagai terapi pengobatan
2. Karakteristik pasien berdasarkan keluhan meliputi bintil sakit, lecet,
gatal, duh tubuh, tanpa keluhan, nyeri perut.
3. Bintil sakit adalah benjolan kecil di alat genital.
4. Lecet adalah luka di daerah alat genital.
5. Gatal adalah rasa tidak nyaman pada alat genital sehingga menimbulkan
rasa untuk menggaruk.
6. Duh tubuh adalah cairan abnormal yang keluar dari alat genital.
7. Tanpa keluhan adalah tidak merasakan adanya kelainan pada alat
genital.
8. Nyeri perut adalah rasa sakit di perut.
9. Karakteristik pasien berdasarkan gejala meliputi duh tubuh vagina, duh
tubuh servik, duh tubuh vagina dan servik.
10. Duh tubuh vagina adalah cairan abnormal yang keluar dari vagina.
11. Duh tubuh servik adalah cairan abnormal yang keluar dari servik.
12. Duh tubuh vagina dan duh tubuh servik adalah cairan abnormal yang
keluar dari vagina dan servik.

11

12

13. Karakteristik pasien berdasarkan hasil laboratorium meliputi pH, clue


cell, snift test, diplokokus dan polimorfonuklear.
14. pH adalah batas tingkat keasaman pada alat genital yaitu 4-7.
15. Clue cell adalah sel epitel yang ditutupi oleh bakteri vagina.
16. Snift test adalah bau yang ditimbulkan dari cairan yang keluar dari alat
genital.
17. Diplokokus dan polimorfonuklear adalah bentuk bakteri gram negatif
pada infeksi servisitis.
18. Karakteristik pasien berdasarkan pekerjaan adalah PS langsung, PS tak
langsung, karyawati dan ibu rumah tangga.
19. PS langsung adalah pekerja seks komersil yang bekerja dan tinggal di
tempat lokalisasi serta terikat dengan organisasi.
20. PS tak langsung adalah pekerja seks yang bekerja dan tinggal di luar
tempat lokalisasi.
21. Obat adalah antibiotik yang diberikan kepada pasien penderita Infeksi
Menular Seksual periode tahun 2011.
22. Antibiotik yang digunakan dari golongan penisilin, sefalosporin,
tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida dan linkomisin, polipeptida serta
antibiotik lainnya.
23. Dosis tunggal adalah obat yang diberikan dengan dosis satu kali minum
yang sudah terbukti keefektifannya.
24. Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat yang memiliki data
pasien Infeksi Menular Seksual tercatat dalam rekam medik di
Kabupaten Banyumas.
25. Rekam medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien Infeksi
Menular Seksual di Puskesmas Kabupaten Banyumas.
26. Periode tahun 2011 dimulai pada tanggal 1 Januari 2011 sampai 31
Desember 2011.

13

27. Kriteria rasionalitas meliputi: tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien,
tepat dosis, selalu ada dan harganya terjangkau.
28. Tepat indikasi adalah obat diresepkan berdasarkan pertimbangan klinis
pasien dilihat dari keluhan, gejala, dan hasil laboratorium pasien.
29. Tepat obat adalah obat yang digunakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan di buku standar dan merupakan terapi lini pertama dan
efektif selama digunakan, cara pemakaian paling cocok dan paling
mudah diikuti pasien, sedikit mungkin kombinasi obat atau jumlah jenis
obat.
30. Tepat dosis adalah dosis, frekuensi dan lama pemberian obat yang tepat
atau sesuai dengan yang telah ditetapkan di buku standar
31. Tepat pasien adalah pengobatan yang sesuai dengan kondisi pasien
dilihat

apakah

ada

kondisi-kondisi

khusus

yang

memerlukan

penyesuaian dosis secara individual.


32. Selalu ada dan harganya terjangkau adalah pemerintah menyediakan
obat generik untuk terapi Infeksi Menular Seksual.
33. Buku acuan yang digunakan untuk menentukan tepat indikasi, tepat
obat, tepat pasien, tepat dosis, selalu ada dan harganya terjangkau
adalah:
a. Standar Operasional Penatalaksanaan Terapi Infeksi Menular
Seksual di Puskesmas.
b. [DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004,
Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
c. [WHO]

World

Health

Organization.

Guidlienes

For

The

Management Of Sexually Transmitted Infections 2003.


C. Bahan dan Alat
Populasinya seluruh pasien Infeksi Menular Seksual di Puskesmas
Se Kabupaten Banyumas. Sampelnya yaitu pasien yang didiagnosa
menderita Infeksi Menular Seksual di Puskesmas Se Kabupaten Banyumas
tahun 2011 yang memenuhi kriteria inklusi.

14

1) Kriteria inklusi meliputi:


a. Pasien didiagnosa Infeksi Menular Seksual yang mendapat
penggobatan antibiotik tertulis pada rekam medik pasien.
b. Kasus yang diambil adalah kasus terakhir selama tahun 2011 yang
tercatat pada rekam medik.
c. Pasien Infeksi Menular Seksual Semua umur.
2) Kriteria eksklusi meliputi:
a. Pasien yang didiagnosa Infeksi Menular Seksual sebelum dan
sesudah tahun 2011.
b. Pasien yang mendapatkan pengobatan secara rawat inap

D. Cara Penelitian
1. Tahap Persiapan
Dibuat proposal yang selanjutnya digunakan untuk mendapat surat
ijin meliputi: ijin Fakultas, BAKESBANGPOLINMAS, BAPPEDA dan
Dinas Kesehatan untuk melakukan Penelitian di Puskesmas Se Kabupaten
Banyumas.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah didapat ijin penelitian dimulai dengan observasi ke bagian
catatan medis di Puskesmas Se Kabupaten Banyumas, untuk mengetahui
jumlah pasien dengan diagnosa Infeksi Menular Seksual. Penelitian
dilakukan terhadap seluruh populasi. Datanya dicatat meliputi meliputi
nomor rekam medik, umur, keluhan, gejala yang ditemukan, hasil
laboratorium, diagnosa, obat (jenis obat, dosis, cara pemberian, lama
pemberian). Data yang didapat dianalisis dan dimasukkan tabel kemudian
disesuaikan dengan standar terapi yang di gunakan yaitu Standar
Operasional

Penatalaksanaan

Terapi

Infeksi

Menular Seksual

di

Puskesmas, [DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


2004, Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual, Jakarta,
Departemen Kesehatan RI dan [WHO] World Health Organization,

15

Guidlienes For The Management Of Sexually Transmitted Infections 2003.


Hasil yang diperoleh dibahas dan dibuat kesimpulan
Skema jalannya penelitian dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Tabel 3 Skema jalannya penelitian
Pembuatan proposal
Perizinan
Pengambilan data rekam medik
Identifikasi Rasionalitas
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran

Rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian deskriptif


kategorik yaitu :
(Z )PQ
d

Keterangan:
Z

= Derivat baku alpha

= Proporsi kategori

= 1-P

= Presisi
(Dahlan, 2006)

Peneliti mendapatkan bahwa berdasarkan penelitian sebelumnya


yang dilakukan di Puskesmas Lampung tingkat kejadian Infeksi Menular
Seksual sebesar 50% (Hamzah, 2009). Peneliti menetapkan tingkat
kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% sehingga nilai =5% dan
Z=1,96 dengan kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (presisi, d)
sebesar 10% (Dahlan, 2006).

16

Dengan demikian besar sampel yang dibutuhkan adalah:


N=

(1,96)x0, 5x0,5
(Z )PQ
=
= 96
0,1
d

Teknik quota simple non random sampling adalah teknik yang


digunakan dalam penelitian ini dengan menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Salah satu syarat besar sampel dalam penelitian deskriptif kategorik adalah
PxN>5. Bila prediksi benar maka peneliti akan memperoleh prevalensi
sebesar 50% 10% sehingga prevalensi minimal didapat 40% maksimal
60%. Dihitung nilai PxN didapat minimal 40%x96=38 (lebih besar dari 5).
Dengan demikian besar sampel sebesar 96 boleh digunakan karena
memenuhi syarat penelitian deskriptif kategorik yaitu PxN > 5 (Dahlan,
2006).
E. Analisis Hasil
Data yang dianalisis adalah data pengobatan terapi antibiotik yang
diberikan dokter kepada pasien Infeksi Menular Seksual di Puskesmas Se
Kabupaten Banyumas tahun 2011. Data yang diperoleh meliputi nomor
rekam medik, jenis kelamin, umur, keluhan, gejala yang ditemukan, hasil
laboratorium, diagnosa, jenis obat yang diresepkan bersama regiman dosis,
aturan pakai, cara pemberian, dan lama pemberiannya. Kemudian, datanya
dimasukkan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif non
analitik, dengan cara menyesuaikan data hasil analisis dengan standar
terapi yang digunakan yaitu Standar Operasional Penatalaksanaan Terapi
Infeksi Menular Seksual di Puskesmas, [DEPKES RI] Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Pedoman Penatalaksanaan Infeksi
Menular Seksual, Jakarta, Departemen Kesehatan RI dan [WHO] World
Health Organization, Guidlienes For The Management Of Sexually
Transmitted Infections 2003.

Anda mungkin juga menyukai