Anda di halaman 1dari 23

Topik : Penerapan Strategi Problem Besed Learning Dalam Pembelajaran Geometri Datar

Tujuan : untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan PBL untuk


meningkatkan hasil belajar siswa pada materi geometri bidang datar. Langkah-langkah
pembelajaran dengan metode PBL adalah (1) tahap kooperatif dimana siswa dibentuk menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, (2) orientasi siswa kepada masalah, yaitu
pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (3) pengorganisasian siswa untuk
belajar mandiri dalam kelompok, (4) membimbing penyelidikan secara kelompok dengan
menggunakan LKS untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, dan (5) mengembangkan dan
menyajikan hasil diskusi melalui kegiatan presentasi di depan kelas.
Tesis : peserta didik yang mempelajari materi matematika misalnya dalam materi geometri datar dia
perlu menyadari pengetahuan yang dimilikinya tentang konsep dan sifat-sifat operasi geometri
datar yang dilakukan dan menyadari kemempuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah
terkait geometri datar.

Penyusunan ragangan formal


Pendahuluan
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa
matematika memegang peranan penting.Pentingnya peranan matematika dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuntut adanya pemehanam matematika.Matematika adalah pelajaran
yang sebenarnya menyenangkan untuk dipelajari.Melalui matematika, daya berfikir seseorang
dapat dikembangkan.Karena matematika membuat seseorang berfikir lebih panjang dan berstruktur
untuk meyelesaikan suatu permasalahn yang ada.
Kenyataanya yang ada sekarang ini, khususnya di indobesia minimnya orang yang menyukai
matematika.Banyak sekali factor yang menjadi penyebabnya.Matematika dianggap sebagai momok
yang manakutkan.Hal ini sering disebabkan oleh karena sudah adanya pandangan buruk dari
masyarakat awan tentang matematika. Meraka beragapan bahwa matematika merupakan suatu
pelajaran yang sulit, karenamelibatkan perhitung-perhitungan yang rumit dan bersifat abstrak
dalam pembelajarannya.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu strategi baru dalam pembelajaran matematika sehingga dapat
merubah anggapan buruk tentang matematika dan meningkatkan semangat belajar matematika pada
diri sendiri siswa sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai dengan harapan pendidikan
matematika pada mulanya. Strategi yang dibutuhkan antara lain yaitu Problem Based Learning
(PBL).
Program inovadi Problem Based Learning pertama kali di perkenalkan oleh Faculty of Health
Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari
pelaksanaan PBL di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat,
terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar

masalah.Prof. Howard Barrow sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaraan ilmu medis di Mc
Master University Canada (Amir, 2009).
Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
menantang siswa untuk belajar bagaiamana belajar bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa
keingin tahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pembelajaran.pada
pembelajaran yang dimaksud.
Landasan Teoritis
Pengertian Strategi Problem Based Learning
Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
menantang siswa untuk belajar bagaiamana belajar bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa
keingin tahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pembelajaran.pada
pembelajaran yang dimaksud.
Menurut Arends (Trianto, 2007) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan dapat
menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri,
memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Menurut Glazer (2001), mengemukakan problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi
pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.

Tahapan Problem Based Learning


Pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama (menurut Nurhadi, 2003:58-59).
Kelima tahapan itu dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Tahapan
Tahap 1:

Tingkah Laku Guru


Guru menginformasikan tujuan-tujuan

mengorganisasikan siswakepada masalah

pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhankebutuhan logistic penting, dan memotivasikan


siswa agar terlibat kegiatan pemecahan masalah
yang mereka pilih sendiri.

Tahap 2:

Guru membantu siswa menentukandan mengatur

Mengorganisasisiswa untuk belajar

tugas-tugas belajaryang berhubungan dengan

Tahap 3:

masalahtersebut.
Guru mendorong siswa untukmengumpulkan

Membantupenyelidikanmandiri

informasi yang sesuai,melaksanakan eksperimen,

dankelompok

mencari penjelasan dan

Tahap 4:

Solusi.
Guru membantu siswadalam merencanakandan

Mengembagkan danmempresentasikan

menyiapkan karya yang sesuaiseperti laporan,

hasilkarya serta pameran

rekaman video, sertamembantu mereka berbagi

Tahap 5:

karya mereka.
Guru membantu siswa melakukanrefleksi atas

Menganalisis danmengevaluasi

penyelidikan dan proses-prosesyang mereka

prosespemecahan masalah
gunakan.
Gambar 1.1 (diadaptasi dari Mohamad Nur, 2006,p.62)
Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning
Pada metode Problem Based Learning memiliki beberapa suatu kelebihan dalam
pembelajaranya, diantaranya:
Menantang kemampuan siswa serta meberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa
Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk mememahami masalah dunia nyata.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.
Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah
dunia nyata.

Adapun kelemahan dalam penerapan metode Problem Based Learning.antara lain:


Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih
terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.

Untuk sebagian siswa beranggapan bawa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dialajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari
Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih
banyak.Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang
diberikan.Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

Penerapan problem Based Leraning


Pada awal pembelajaran, penerapan metode Problem Based Learning (PBL) kurang berjalan
dengan lancar. Hal ini dikarenakan siswa membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengikuti
apa yang diperintahkan oleh guru. Siswa juga kerap kali menunjukkan sikap kurang setuju terhadap
aturan-aturan yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran. Akan tetapi seiring dengan
berjalannya proses pembelajaran, siswa mulai bisa beradaptasi dengan metode baru yang
digunakan. Proses adaptasi ini juga tak lepas dari peran guru sebagai pengontrol kondisi kelas.
Masalah yang diberikan kepada siswa dalam metode PBL merupakan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian masalah dalam konteks dunia nyata ini bertujuan agar
siswa mampu membangun sendiri pengetahuan baru yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Trianto (2007:67) bahwa pembelajaran berdasarkan masalah menyajikan situasi masalah
yang otentik dan bermakna kepada siswa sehingga dapat memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Melalui permasalahan yang diberikan, siswa akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut
berdasarkan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga siswa mampu
menemukan keterkaitan antara materi terdahulu dengan materi baru yang sedang mereka pelajari.
Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa diuraikan sebagai berikut :
Orientasi siswa kepada masalah
Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengaitkan dengan materi
prasyarat melalui tanya jawab langsung kepada siswa. Setelah itu, guru memberikan motivasi
kepada siswa agar mampu bekerja sama dengan baik dengan teman dalam satu kelompok.
Pemberian motivasi ini dengan harapan bahwa siswa akan lebih terpacu dalam mengerjakan tugas
yang diberikan serta meningkatkan komunikasi antar siswa. Langkah terakhir pada tahap ini adalah
pemberian masalah kepada setiap kelompok. Penyajian masalah ini berupa soal yang terdapat
dalam LKS yang telah disiapkan oleh peneliti. Masalah yang dibuat disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Lenterak (2012) yang mengatakan

bahwa LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan
kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Mengorganisasikan siswa untuk belajar


Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5
orang siswa. Setelah kelompok terbentuk dan masing-masing siswa duduk sesuai dengan
kelompoknya, peneliti membagikan tugas belajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi
masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa melalui diskusi kelompok. Pada pertemuan
pertama, siswa merasa kurang berkenan ketika guru menentukan kelompok belajar yang bukan
keinginan mereka sendiri. Siswa secara spontan melakukan berbagai bentuk protes kepada guru
dengan cara mengeluh atau merayu agar dikelompokkan dengan teman yang diinginkan, bahkan
siswa ada yang tidak mau beranjak dari tempat duduknya karena merasa kurang cocok dengan
teman dalam satu kelompoknya. Mengetahui hal ini, guru berusaha memberikan motivasi kepada
siswa mengenai pentingnya bekerja sama dengan siapapun. Suprijono (2009 : 66) mengatakan
bahwa guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok.
Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Mendengar penjelasan dari guru,
siswa mulai berkelompok dengan anggota yang sudah ditentukan. Namun pada pertemuan pertama
siklus I, pengelompokan siswa ini memakan waktu yang lebih lama dibanding dengan perkiraan
waktu yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk pertemuan selanjutnya, guru tidak lagi mengalami
kesulitan berarti pada saat pengaturan kelompok. Guru selalu mengecek apakah siswa telah
berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan, bahkan pada pertemuan ke-3 dan ke-4
guru tidak lagi menyebutkan nama-nama siswa dalam satu kelompok. Siswa telah mengingat
anggota kelompoknya ketika guru meminta mereka untuk melakukan kegiatan diskusi seperti
pertemuan sebelumnya.

Membimbing kelompok belajar dan bekerja


Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru
berkeliling ke tiap-tiap kelompok untuk menanyakan apakah ada bagian yang dirasa sulit atau
membingungkan. Jika siswa mengalami kesulitan, guru bertindak sebagai pengarah dengan
memberi arahan atau pertanyaan pancingan sehingga siswa bisa menemukan sendiri jawaban dari
pertanyaan yang diberikan. Guru juga mendorong siswa untuk mendiskusikan kesulitan yang
mereka hadapi dengan anggota kelompoknya sebelum bertanya kepada guru. Guru meminta kepada
setiap siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sehingga tidak ada siswa yang
hanya menunggu jawaban dari teman lain yang dirasa lebih pintar. Pada kelas ini, para siswa dibagi
ke dalam sembilan kelompok, masingmasing kelompok terdiri atas 4-5 orang. Kelompok dalam
jumlah besar ini memerlukan keahlian khusus dari guru untuk mengatur kegiatan siswa. Menurut
Rusmono (2012 : 75) untuk kelas yang banyak kelompok, para tutor harus mengembangkan
strateginya, yang meliputi : a) mengembangkan aktivitas kelompok yang terdefinisi dengan baik, b)
menggunakan masalah yang memungkinkan intervensi instruktur pada titik-titik penting untuk
melibatkan kelas dalam diskusi dan atau klarifikasi, dan c) tutor berjalan di sekitar kelas untuk
membantu kelompok yang memiliki tanda-tanda tidak berfungsi, seperti pembicaraan yang tidak
sesuai dengan tugas, setiap siswa tidak ambil bagian dalam diskusi atau sebaliknya mendominasi,

dan sebagainya. Pendapat inilah yang digunakan peneliti sebagai guru dalam kegiatan memonitor
kelompok selama kegiatan penelitian berlangsung.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Pada tahap ini guru meminta siswa untuk melaporkan atau mempresentasikan hasil diskusi mereka
di depan kelas. Guru bertindak sebagai pengatur jalannya diskusi. Hampir pada setiap siklus, siswa
seringkali merasa gugup atau malu ketika diminta untuk presentasi di depan kelas. Hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan presentasi selama kegiatan
pembelajaran. Suara yang pelan ketika membacakan hasil diskusi, tidak berani menatap penonton
diskusi kelas, dan juga ketidak beranian membacakan hasil diskusi merupakan bukti bahwa siswa
belum terbiasa dengan kegiatan ini. Peranan guru dalam kegiatan ini sangat penting. Guru
bertindak sebagai pengatur jalannya diskusi kelas, termasuk ketika kelompok yang presentasi
kurang siap dengan tindakan yang harus dilakukannya. Ketika siswa nampak kebingungan untuk
membacakan hasil diskusi, guru menuntun siswa dengan cara menunjukkan bagian dari LKS yang
harus mereka sampaikan, kemudian guru meminta perhatian dari siswa lain agar mereka
mendengarkan jawaban dari kelompok yang presentasi. Guru juga menentukan kelompok mana
yang harus menanggapi jawaban dari kelompok yang presentasi ketika siswa tidak ada yang
memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap hasil diskusi. Untuk memotivasi siswa agar
terlibat aktif, guru menyampaikan akan memberikan tambahan skor ketika siswa memiliki inisiatif
untuk bertanya atau menanggapi jawaban hasil diskusi dari kelompok yang presentasi. Pemberian
skor ini akan membuat siswa merasa dihargai dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Pada tahap ini mendiskusikan jawaban yang tepat dari pertanyaan yang tercantum dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS). Selanjutnya guru bersama siswa juga membuat kesimpulan terhadap kegaiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Meskipun pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan
tahapan-tahapan yang telah ditentukan, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh
peneliti. Kendala-kendala tersebut terjadi pada siklus I maupun siklus II. Kendala yang dihadapi
oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran akan menjadi bahan perbaikan untuk pembelajaran
berikutnya.
Metodologi Penelitian
Pembahasan

KONSEP BANGUN DATAR


A. Segiempat dan Lingkaran
1. Segiempat
Sebagai pembukaan, guru dapat memperlihatkan sebuah model segiempat

sebarang dari kawat dan kemudian menyuruh siswa menelusuri segiempat itu dengan
sebuah jari, kemudian siswa diminta untuk menceritakan hasil pengamatannya yaitu:
Segiempat mempunyai empat sisi, sisi-sisinya garis lurus, mempunyai empat sudut,
semua sisinya tidak sama panjang, ruas garis-ruas garis yang membentuk segiempat
dinamakan sisi, perpotongan ruas garis-ruas garis disebut titik sudut, sudut dibentuk
oleh dua ruas garis yang bertumpu pada satu titik yang sama, segiempat diberinama
menurut titik-titik sudutnya secara berurutan.
Adapun bangun segiempat sebarang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

titik sudut

titik sudut

sisi

sudut

sudut
sisi
sudut

Daerah
segiempat

sisi

sudut
titik sudut

sisi
titik sudut

2. Macam-macam segiempat
Ada bermacam-macam segiempat berdasar unsur-unsurnya, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya
siku-siku, atau persegi adalah belahketupat yang salah satu sudutnya siku-siku, atau
persegi adalah persegipanjang yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang.
D
AB BC

Sifat-sifat persegi ABCD


CD DA

DAB A BC BCD C DA 90

AC BD
AS SC SD
BS

b. Persegipanjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku atau jajargenjang yang
salah satu sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegipanjang ABCD, C
AD //
// DC ;

D
BC.danAB

AB

S
AC BD ;

DC

dan AD BC
AS SC
SD

dan BS
A

c. Jajargenjang adalah segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar , atau segiempat


yang memiliki tepat dua pasang sisi yang sejajar.
D
AD // BC

Sifat-sifat jajargenjang ABCD,


;
BC D ;
DAB
; AD BC
;
A DC ;
ABC

AP PC
AB // DC
A

BP

PD ;
AB

DC

d. Belahketupat adalah segiempat yang keempat sisi-sisinya sama panjang, atau belahketupat
adalah jajargenjang yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang, atau belahketupat
adalah layang-layang yang keempat sisi-sisinya sama panjang.
Sifat-sifat belahketupat ABCD,

CD DA

AB BC
S

BS SD, AS

BAD BCD
ABC A DC
SC,
AB // DC, AD // BC

D
e. Layang-layang

adalah segiempat yang dua sisinya yang berdekatan sama

panjang, sedangkan kedua sisi yang lain juga sama panjang.


Sifat-sifat layang-layang ABCD,
B

AB = BC ; AD = DC .
C

Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.


ACB = CAB
BAD =
BCD
ACD = CAD

D
f. Trapesium adalah segiempat yang dua sisinya sejajar dan dua sisi yang lainnya tidak
sejajar.
D

Sifat-sifat trapesium ABCD,

AB // DC
dis ebut kaki trapes ium

AD dan BC

AB (s is i terpanjang)
A

dis ebut

dari trapes ium

alas trapes ium .

Pada umumnya ada dua macam trapesium:


1) Trapesium samakaki adalah trapesium yang kedua sisinya sejajar dan kedua kakinya
atau sisi tegaknya sama panjang, serta sudut-sudutnya tidak ada yang siku-siku.
Sifat-sifat trapesium samakaki:

C
AB // DC
AD BC

CBA

DAB
AC BD

2) Trapesium siku-siku: adalah trapesium yang salah satu sudutnya siku-siku.


D
DC // AB
DAB

Sifat-sifat trapesium siku-siku:

90

Macam-macam segiempat dan hubungannya satu sama lain dapat digambarkan dengan skema
berikut:
Segiempat
Layang-layang

Trapesium
Trapesium
Siku-siku

Trapesium
Samakaki

Jajargenjang
Persegipanjang

Belahketupat
Persegi

Adapun bentuk-bentuk segiempat tersebut dapat juga diperkenalkan kepada siswa


melalui peragaan dengan menggunakan:
Model-model bangun datar yang relevan.
papan berpaku dengan kelengkapannya berupa karet gelang.
kertas berpetak.
kertas bertitik.
Dengan menggunakan papan berpaku diharapkan siswa dapat berlatih untuk
menunjukkan pelbagai macam bentuk segiempat, bahkan bangun datar yang lain
yang sisinya berupa garis lurus. Untuk siswa secara perorangan dapat
melaksanakannya pada
sehelai kertas berpetak atau kertas bertitik.
karet gelang

Papan berpaku

A. Jajaran Genjang
Definisi : Jajaran genjang adalah segi empat yang sepasang-sepasang sisinya sejajar

Dalil-dalil :

ABCD adalah jajaran genjang jika dan hanya jika sudut-sudut yang berhadapan sama
besar.

ABCD adalah jajaran genjang jika dan hanya jika sisi-sisi yang berhadapan adalah
sama panjang.

ABCD adalah jajaran genjang jika dan hanya jika kedua diagonalnya berpotongan
membagi dua sama panjang.

B. Persegi Panjang
Definisi : Persegi panjang adalah jajaran genjang yang satu sudutnya siku-siku.
Dalil-dalil :

Diagonal-diagonal persegi panjang adalah sama panjang.

Jika diagonal-diagonal jajaran genjang adalah sama panjang maka jajaran genjang
tersebut merupakan persegi panjang.

C. Belah Ketupat
Definisi : Belah ketupat adalah jajaran genjang yang dua sisi berdekatannya sama panjang.

Dalil-dalil :

Diagonal-diagonal belah ketupat membagi sudut-sudut sama besar.

Diagonal-diagonal belah ketupat berpotongan tegak lurus.

Jika diagoal-diagonal jajaran genjang membagi dua sudut sama besar, maka jajaran
genjang tersebut merupakan belah ketupat.

Jika diagoal-diagonal jajaran genjang berpotongan tegak lurus, maka jajaran genjang
tersebut merupakan belah ketupat.

D. Bujur Sangkar
Definisi : Bujur sangkar adalah belah ketupat yang satu sudutnya sudut siku-siku

Dari definisi tersebut maka sifat-sifat: jajaran genjang, persegi panjang, dan belah ketupat
merupakan sifat-sifat bujur sangkar.
E. Trapesium

Definisi : Trapesium adalah segi empat yang dua buah sisinya sejajar.

Jika sisi-sisi tegaknya sama panjang, maka disebut trapesium sama kaki.
Jika salah satu sudutnya siku-siku, m
aka disebut trapesium siku-siku.
Dalil-dalil :

ABCD trapesium sama kaki jika dan hanya jika sudut-sudut alasnya sama besar.

Trapesium sama kaki jika dan hanya jika diagonal-diagonalnya sama panjang.

Garis-garis yang menghubungkan pertengahan-pertengahan sisi-sisi tegak suatu


trapesium, sejajar dengan sisi-sisi yang sejajar dan panjangnya sama dengan setengah
jumlah sisi-sisi yang sejajar.

SUDUT ANTARA GARIS DAN BANGUN


Pada dasarnya sudut dibentuk oleh dua buah sinar yang memiliki titik ujung yang sama.
Besar sudut antara garis dan bidang sama dengan sudut antara garis tersebut dengan proyeksi
garis tersebut pada bidang.
Penyelesaian:

Jika antara garis dan bidang belum berpotongan, geserlah salah satu dari mereka agar
berpotongan.
Setelah berpotongan tentukan proyeksi garis tersebut terhadap bidang.
Buatlah segitiga dari garis dan proyeksi garis di atas.
Gunakan aturan kosinus untuk mencari sudutnya.
Contoh Soal:
Diketahui limas beraturan T.ABCD dengan rusuk alas 2 cm dan rusuk tegak 3 cm. Nilai tangen
sudut antara rusuk TD dan bidang alas ABCD adalah...
A. 1/4 2 cm
B. 1/2 2 cm
C. 2/3 2 cm
D. 2 cm
E. 22 cm
(UN 2012 B76 ZB)
Pembahasan
Ambil segitiga TDE

Tentukan panjang T ke E lanjutkan dengan tangen sudut

SOAL-SOAL LATIHAN
Pada kubus ABCD.EFGH, panjang rusuk 8 cm. adalah sudut
garis AD dengan garis AH.

antara

Tentukan nilai tan dan


Pembahasan
Ambil segitiga ADH dengan siku-sikunya di titik D

tan = sisi depan : sisi samping = DH : AD


tan = 8 cm : 8 cm = 1
Sudut dengan nilai tan sama dengan satu adalah 45
Pada kubus ABCD.EFGH, panjang rusuk 8 cm. adalah sudut
AD

antara garis

dengan garis diagonal ruang HB.


Tentukan nilai tan , sin dan cos

Pembahasan
Mana sudutnya, geser dulu garis AD ke garis tempat BC.Jadi sudut antara AD dengan HB
sama dengan sudut antara garis BC dengan HB. Tambahkan garis bantu agar terbentuk
suatu segitiga dengan siku di titik C.

Dengan demikian tan , sin dan cos berturut-turut adalah

Kubus ABCD.EFGH memiliki rusuk 4 cm. Sudut antara AE dan bidang AFH adalah . Nilai sin
= ....
A. 1/2 2
B. 1/2 3
C. 1/3 3
D. 2/3 2
E. 3/4 3
(UN Matematika 2012)
Pembahasan
Ambil segitiga AEP dengan siku di titik E.

Panjang EP adalah setengah dari panjang diagonal sisi yaitu 2 2 cm. Panjang AP

Sinus sudut dengan demikian adalah

Diberikan bidang empat beraturan T.ABC dengan panjang rusuk 12 cm.

Tentukan kosinus sudut antara bidang TAB dengan bidang CAB!


Pembahasan
Perhatikan cara pengambilan sudutnya seperti ini:
- Cari garis potong kedua bidang, disini garisnya yang warna biru atau garis AB.
- Dari titik P, ambil dua garis yang mewakili bidang TAB dan CAB. Kedua garis ini
posisinya harus tegak lurus AB. Agar lebih mudah dalam berhitung, titik P diambil
ditengah antara titik A dan titik B.

Tinggal menghitung sudutnya dengan aturan cosinus, dengan TC = 12 cm, TP dihitung


dulu:

CP panjangnya sama dengan TP, CP = 63 cm juga.

Limas T.ABCD dengan alas persegipanjang ditunjukkan gambar berikut.

Tentukan kosinus sudut yang terbentuk oleh bidang TBC dan bidang ABCD!
Pembahasan
Sketsanya seperti berikut ini.

Ambil segitiga FTE

Cosinus dengan demikian adalah

Sifat-Sifat Bangun Datar


Bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar,
yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung. Bangun datar terdiri dari persegi panjang, persegi,
segitiga, trapesium, belahketupat, jajargenjang, layang-layang, dan lingkaran. Sifat-sifat bangun
datar adalah sebagai berikut.
Persegi Panjang
Sifat - sifat :
Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
Memiliki 2 pasang sisi sejajar, berhadapan dan sama panjang
Memiliki 4 sudut yang besarnya 90 derajat
Keempat sudutnya siku-siku
Memiliki 2 diagonal yang sama panjang
Memiliki 2 simetri lipat
Memiliki Simetri putar tingkat 2
Luas = p x l
Keliling = 2(p+l)
Persegi
Sifat - sifat :
Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar dan sama panjang
Keempat sisinya sama panjang
Keempat Sudutnya sama besar yaitu 90 derajat (siku-siku)
Memiliki 4 simetri lipat
Memiliki simetri putar tingkat 4
Luas = s x s
Keliling = 4 x s

Jajar Genjang
Sifat-sifat :
Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar dan sama panjang
Memiliki 2 sudut tumpul dan 2 sudut lancip
Sudut yang berhadapan sama besar
Diagonalnya tidak sama panjang
Tidak memiliki simetri lipat
Memiliki simetri putar tingkat 2
Luas = a x t
Keliling = AB + BC + CD + AD
Belah Ketupat
Sifat - sifat :
Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
Keempat sisinya sama panjang
Memiliki 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar
Diagonalnya berpotongan tegak lurus
Memiliki 2 simetri lipat
Memiliki simetri putar tingkat 2
Luas = AC x BD
Keliling = AB + BC + CD + AD
Layang- layang
Sifat - sifat :
Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
Memiliki 2 pasang sisi yang sama panjang
Memiliki 2 sudut yang sama besar
Diagonalnya berpotongan tegak lurus
Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang
Memiliki 1 simetri lipat.
Luas = x AC x BD
Keliling = AB + BC + CD + AD
Trapesium
Sifat -sifat
Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
Memiliki sepasang sisi yang sejajar tetapi tidak sama panjang
Sudut - sudut diantara sisi sejajar besarnya 180 derajat
Luas = (a+b) x t/2
Keliling = AB + BC + CD + AD

Trapesium dibedakan menjadi 3 yaitu :


Trapesium sama kaki : Sisi diantara sisi sejajar sama panjang. Memiliki 2 pasang sudut
yang sama besar, diagonalnya sama panjang, Memiliki 1 simetri lipat.
Trapesium siku-siku : Memiliki 2 sudut siku-siku. Diagonalnya tidak sama panjang.
Tidak memiliki simetri lipat.
Trapesium sembarang : Keempat sisinya tidak sama panjang, Keempat sudutnya tidak
sama besar. Diagonalnya tidak sama panjang, Tidak memiliki simetri lipat.

Segitiga
Sifat-sifat
Mempunyai 3 sisi dan 3 titik sudut
Jumlah ketiga sudutnya 180 derajat
Luas = x a x t
Keliling = AB + BC + AC
Berdasarkan panjang sisinya segitiga dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Segitiga samasisi :
Mempunyai 3 buah sisi sama panjang, yaitu AB=BC=CA;
Mempunyai 3 buah sudut yang besar , yaitu <ABC , <BCA, <CAB;
Mempunyai 3 sumbu simetri.
Mempunyai 3 simetri putar dan 3 simetri lipat
2. Segitiga samakaki :
Mempunyai 2 buah sisi yang sama panjang, yaitu BC=AC;
Mempunyai 2 buah sudut sama besar, yaitu < BAC = <ABC;
Mempunyai 1 sumbu simetri;
Dapat menempati bingkainya dalam dua cara
3. Segitiga siku-siku :
Mempunyai 1 buah sudut siku-siku,yaitu <BAC;
Mempunyai 2 buah sisi yang saling tegak lurus, yaitu BA dan AC;
Mempunyai 1 buah sisi miring yaitu BC;
Sisi miring selalu terdapat di depan sudut siku-siku.
Segitiga siku-siku samakaki memiliki 1 sumbu simetri
4. Segitiga sembarang
Mempunyai 3 buah sisi yang tidak sama panjang;
Mempunyai 3 buah sudut yang tidak sama besar.

Lingkaran
Sifat-sifat :
Mempunyai 1 sisi;
Memiliki simetri putar dan simetri lipat tak terhingga;
Luas = r2 ;
Keliling = 2r ;

Simpulan

Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalahmasalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan
yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru sehingga
membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang
akan mereka jalani.
Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa menjalani proses
pendidikan. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai