Anda di halaman 1dari 22

TUTORIAL KLINIK NEUROLOGI

EPILEPSI

Disusun Oleh :
Loury Priskila

42150015

Monica Dewi Asih B.C

42150016

Monica Roly Vonita

42150017

Yosephine Muliana

42150018

DosenPembimbing :
dr. Sugianto, Sp. S, M.kes, Ph.D

KEPANITERAAN KLINIK SARAF RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2016
I

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Bp. K

Usia
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
II

: 35 tahun
: Laki-laki
: Yogyakarta
: Pedagang

ANAMNESA
A Keluhan utama
Os mudah lelah
B Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke Poli Saraf RS Bethesda dengan keluahan mudah lelah dan obat
sudah habis. Kejang dirasakan terakhir kambuh sekitar 3 bulan yang lalu. Saat itu
pasien kejang dalam sehari sekitar 6-7 kali. Setiap bangkitan durasinya sekitar 1
menit. Saat bangkitan os merasa tidak sadar dan mengalami kaku. Setelah selesai
bangkitan os tampak lemas dan mengalami pingsan. Setelah itu pasien dibawa ke
RS dan rawat inap. Setelah pulang dari rumah sakit pasien belum mengalami
serangan kembali hingga saat ini. Os mengatakan mengalami kejang sejak kecil,
os lupa apakah ada riwayat trauma atau tidak.
C Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pernah mengalami kejang sejak kecil.
Diabetes Mellitus (-)
Hipertensi (-)
D Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat serupa (-)
Hipertensi (-)
DM (-)
E Riwayat Pengobatan
Clobazam
Phenytoin
F Riwayat Alergi
Riwayat alergi terhadap suhu, debu, makanan, dan obat-obatan (-).
G Riwayat Gaya Hidup
- Merokok (-), konsumsi alkohol (-)
- Jarang olahraga
- Narkotika dan zat adiktif lain (-)
1

III

Aktivitas sehari-hari: berjualan kelontong dirumah

PEMERIKSAAN FISIK
1 Deskripsi umum
Keadaan umum
: sedang
GCS
: E4 V5 M6
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120 / 70 mmHg
Nadi
: 88 x / menit
Suhu
: 360C
Napas
: 20x / menit
2 Kepala
Normocephali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), bibir kering (-), lidah
3

kotor (-), otorrhea (-), rhinorhea (-)


Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-), Peningkatan
jugular venous pressure (-)
Thorax
Paru
Inspeksi
: ketinggalan gerak napas (-), massa (-)
Palpasi
: nyeri tekan (-), fremitus baik, pengembangan dada baik
Perkusi
: perkusi sonor dikedua lapang paru
Auskultasi
: vesikuler (+/+), tidak ada suara tambahan
Jantung
Inspeksi
: ictus kordis tidak tampak
Palpasi
: iktus kordis teraba di linea midclavikularis sinistra SIC V
Perkusi
: batas jantung di linea parasternalis dextra linea midclavicularis
Auskultasi

sinistra.
: suara S1 normal dan S2 tidak ada fix wide split, mumur (-),

gallop (-), S3 S4 (-)


Abdomen
Inspeksi
: supel, distensi (-), massa (-)
Auskultasi
: peristaltik usus (+) dalam batas normal.
Palpasi
: nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani, Hepato/spleno-megali (-).
Ekstremitas
Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat, kekuatan otot anggota gerak
5 5
5 5

7
8

Genitalia
Tidak dilakukan
Vertebra
2

Nyeri tekan (-)


IV

STATUS FISIK
1 Cara berpikir
2 Tingkah laku
3 Kecerdasan
4 Perasaan hati
5 Ingatan

: tidak dinilai
: kooperatif
: tidak dinilai
: eutimic
: tidak dinilai

STATUS NEUROLOGIS
a Kepala
Bentuk
: normocephali
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba denyut sangat kuat pada arteri
temporalis.
Leher
Pergerakan
: normal, kurang bebas
Nyeri
:Valsava
:Kaku kuduk : Brudzinski I : Brudzinski II : Brudzinski III : Brudzinski IV : Kernig sign : A Pemeriksaan Nervus Kranialis
1 N. Olfaktorius

Subjektif
Objektif (dengan bahan)
2

N. Opticus
Subjektif
Lapangan pandang
Melihat warna
Fundus Oculi

Kanan
Kiri
Normal
Normal
Tidak dilakukan

Kanan
Normal
Normal
Normal
Tidak dilakukan

Kiri
Normal
Normal
Normal
Tidak dilakukan

Kanan
Normal
Normal
-

Kiri
Normal
Normal
-

N. Oculomotorius
Sela mata
Ptosis
Pergerakan bulbus
Strabismus
Nistagmus

Eksoftalmus
Bentuk pupil
Ukuran pupil
Refleks cahaya
Diplopia
4

Kiri
+
+
+
Tidak dilakukan
+

Kanan
Normal
Normal
-

Kiri
Normal
Normal
-

Kanan
Normal
Normal
Normal
Normal

Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal

Kanan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Kiri
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Kanan

Kiri

N. Vestibulokoklearis
Detik arloji
Suara berbisik
Weber
Rinne

Kanan
+
+
+
Tidak dilakukan
+

N. Fascialis
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Bersiul

Kiri
Normal
-

N. Abduscent
Pergerakan mata ke lateral
Sikap bulbus
Diplopia

Kanan
Normal
-

N. Trigeminus
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Refleks kornea
Sensibilitas muka

Isokor
3mm
+
-

N. Throclearis
Pergerakan mata ke bawah
Diplopia

Isokor
3mm
+
-

N. Glossofaringeus

Perasaan lidah depan


Sensibilitas
Faring

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal

10 N. Vagus
Arcus faring
Bicara
Menelan
Nadi

Normal
Normal
Normal
Reguler

11 N. Accessorius
Mengangkat bahu
Memalingkan wajah

Kanan
Normal
Normal

Kiri
Normal
Normal

12 N. Hypoglosus
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi

Normal
Jelas

B Badan dan Anggota Gerak


Refleks
Refleks kulit perut atas
Refleks kulit perut tengah
Refleks kulit perut
Refleks cremaster

Kanan
+
+
+
Tidak dilakukan

Kiri
+
+
+
Tidak dilakukan

Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Perasaan nyeri
Perasaan thermos
Perasaan discrim
Perasaan lokalis

Kanan
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Kiri
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Kanan
Minimal
5
+
-

Kiri
Normal
5
+
-

C Anggota gerak atas (lengan)


Motorik
Pergerakkan
Kekuatan
Tonus
Clonus

Sensibilitas taktil
Perasaan nyeri
Perasaan thermos
Perasaan discrim
Perasaan lokalis

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
tidak dilakukan

Refleks
Bisep
Trisep
Radius
Ulna
Mayer
Hofman - tromner

Kanan
+
+
+
+
-

Kiri
+
+
+
+
-

Kanan
Normal
5
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Kiri
Normal
5
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

D Anggota gerak bawah (tungkai)


Motorik
Pergerakkan
Kekuatan
Tonus
Clonus
Sensibilitas taktil
Perasaan nyeri
Perasaan thermos
Perasaan discrim
Perasaan lokalis

E Reflek Fisiologis Patologis dan Klonus


Refleks
Patella
Achiles
Babinski
Chaddok
Rossolimo
Mendel backthrew
Schaefer
Oppenheim
Klonus paha
Klonus kaki

Kanan
+
+
-

Kiri
+
+
-

Kanan
Tidak dilakukan

Kiri
Tidak dilakukan

F Pemeriksaan Vertebrae
Pemeriksaan
Laseque
O connel

Patrick
Kontra patrick
Femoral state test
Schoeber Test

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

G Tes Koordinasi
Romberg test
Ataxia
Disdiadokokinesis
Past pointing test
H Gerakan abnormal
Tremor
Athetose
Myoclonik
Gerakan chorea
I

VI

: (+)
: (-)
: (-)
: deviasi ke kanan pada mata tertutup
::::-

Alat Vegetatif
Miksi
: dalam batas normal
Defekasi
: dalam batas normal

KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Laki-laki,usia 35 tahun datang dengan keluhan utama mudah lelah, Terdapat riwayat
kejang sejak kecil dan kambuh terakhir 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik
didapatkan hahsil positif pada test romberg dan past pointing test deviasi kearah
kanan. Dikeluarga tidak ada yang pernah mengalami hal serupa.

VII

DIAGNOSIS
Diagnosis Etiologi : Epilepsi

VIII

TERAPI
1 Farmakoterapi
- Clobazam 10mg 2x1
- Phenytoin 100mg 2x1

I.

Definisi
Epilepsi Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang

berulang, yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah suatu
manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan
sinkron, dari neuron yang (terutama) terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal
abnormal ini umumnya timbul intermiten dan 'self-limited'.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang
timbul bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitan usia saat awitan,
beratnya penyakit, siklus harian dan prognosa)

II.

I.

Klasifikasi
Klasifikasi menurut International League Against Epilepsy (ILAE) untuk tipe
bangkitan epilepsi:
Bangkitan parsial
Bangkitan parsial sederhana

Motorik

Sensorik

Otonom

Psikik
Bangkitan parsial kompleks

Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran

Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran saat awal bangkitan


8

Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder

Parsial sederhana yang menjadi umum tonik klonik

Parsial kompleks yang menjadi umum tonik klonik

Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik klonik


Bangkitan umum
Lena
Mioklonik
Klonik
Tonik
Tonik klonik
Atonik
Tak tergolongkan

II.

III.

Klasifikasi ILAE untuk epilepsi dan sindrom epilepsi :


I.
Berkaitan dengan lokasi kelainan
Idiopatik (Primer)

Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah sentrotemporal


(Childhood epilepsy with centrotemporal spike)

Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal di daerah oksipital

Epilepsi membaca primer. (Primary reading epilepsy)


Simptomatik (Sekunder)

Epilepsi parsial kontinua yang kronik pada anak anak (Kojenikows

Syndrome)
Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsangan (kurang
tidur, alcohol, obat obatan, hiperventilasi, epilepsi refleks, stimulasi fungsi

kortikal tinggi, membaca)

Epilepsi lobus temporal

Epilepsi lobus frontal

Epilepsi lobus parietal

Epilepsi lobus oksipital


Kriptogenik
II.

Epilepsi umum dan berbagai sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan peningkatan usia
Idiopatik

Kejang neonates familial benigna

Kejang neonates benigna

Kejang epilepsi mioklonik pada bayi

Epilepsi lena pada anak

Epilepsi lena pada remaja

Epilepsi mioklonik pada remaja


9

Epilepsi dengan bangkitan umum tonik-klonik pada saat terjaga


Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu di atas
Epilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi yang spesifik

Kriptogenik atau simtomatis (berurutan sesuai dengan peningkatan usia)

Sindrom West (spasme infantile dan spasme salam)

Sindrom Lennox-Gastaut

Epilepsi mioklonik astatik

Epilepsi mioklonik lena


Simtomatis
Etiologi nonspesifik
Ensefalopati mioklonik dini
Ensefalopati pada infantile dini dengan dengan burst suppression
Epilepsi simtomatis umum lainnya yang tidak termasuk di atas
Sindrom spesifik
Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain.

III.

Epilepsi dan sindrom yang tidak dapat ditentukan fokal atau umum
Bangkitan umum dan fokal
- Bangkitan neonatal
- Epilepsi mioklonik berat pada bayi
- Epilepsi dengan gelombang paku kontinu selama tidur dalam
- Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom Landau-Kleffner)
- Epilepsi yang tidak termasuk klasifikasi di atas
Tanpa gambaran tegas fokal atau umum

IV.

Sindrom khusus: bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu


Kejang demam
Bangkitan kejang/status epileptikus yang timbul hanya sekali isolated
Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic akut, atau toksis,
alkohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemi nonketotik.
Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesfik (epilepsi refrektorik)

III.

Etiologi

1. Idiopatik tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologis. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetic dan umumnya berhubungan dengan usia.
2. Kriptogenik dianggap simtomatis tetapi penyebabnya belum diketahui. Termasuk di
sini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik. Gambaran
klinis sesuai dengan ensefalopati difus.
10

3. Simtomatis bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak,


misalnya; cedera kepala, infeksi SSP, kelainan congenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat), metabolik, kelainan neuro-degeneratif.

IV.

Gambaran klinis
Bentuk bangkitan
a. Bangkitan umum lena
Gangguan kesadaran mendadak (absence berlangsung beberapa detik)
Selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa reaksi
Mata memandang jauh kedepan
Mungkin terdapat automatisme
Pemulihan kesadaran segera terjadi tanpa perasaan bingung
Sesudah itu pasien melajutkan aktivitas semula
b. Bangkitan umum tonik klonik
Dapat didahului prodormal seperti jeritan, sentakan, mioklonik
Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik, diikuti
gerakan kejang gelojotan pada kedua lengan dan tungkai (Fase klonik) selama

30-60 detik, dapat disertai mulut berbusa


Selesai bangkitan pasien menjadi lemas (fase flaksid) dan tampak bingung
Pasien sering tidur setelah bangkitan selesai

c. Bangkitan parsial sederhana


Tidak terjadi perubahan kesadaran
Bangkitan dimulai dari lengan, tungkai atau muka (unilateral/fokal) kemudian

menyebar pada sisi yang sama (jacksonian march)


Kepala mungkin berpaling pada bagian tubuh yang mengalami kejang
(adversi)

d. Bangkitan parsial kompleks


Bangkitan fokal disertai terganggunya kesadaran
Sering diikuti automatisme yang stereotipik seperti mengunyah, menelan,

tertawa dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas.


Kepala mungkin berpaling pada bagian tubuh yang mengalami kejang
(adversi)

e. Bangkitan umum sekunder

11

V.

Berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau komplek yang dalam

waktu singkat menjadi bangkitan umum


Bangkitan parsial dapat berupa aura
Bangkitan umum yang terjadi biasanya bersifat kejang tonik klonik

Diagnosis

Ada tiga langkah dalam menegakkan diagnosis epilepsi, yaitu sebagai berikut:
1. Langkah pertama: pastikan adanya bangkitan epileptik
2. Langkah kedua: tentukan tipe bangkitan berdasarkan klasifikasi ILAE 1981
3. Langkah ketiga: tentukan sindroma epilepsi berdasarkan klasifikasi ILAE 1989
Dalam mendiagnosis epilepsi, riwayat penyakit adalah kunci dalam diagnosis karena
pada dewasa, pemeriksaan fisik yang tidak definitif. Sedangkan pada infant dan anakanak pemeriksaan fisik bernilai banyak karena tanda dismorfik dan abnormalitas
kutaneus memberikan makna diagnosis berarti untuk karakteristik penyakit serebral yang
membangakitkan epilepsi.
o Riwayat kesehatan termasuk gejala dan durasi kejang membantu dalam
menentukan epilepsi dan jenis kejang pada pasien.
o Tes darah. Kejang kadang-kadang disebabkan oleh keracunan atau gangguan
metabolic. Dalam hal ini, terapi yang tepat harus diberikan untuk mengatasi
kelainan tertentu, misalnya hipokalsemia.
o EEG Encephalogram Elektron sangat berguna dalam diagnosis berbagai gangguan
kejang. EEG mungkin normal pada beberapa pasien yang masih memiliki
diagnosis klinis epilepsi bahkan banyak orang yang tidak memiliki epilepsi
menunjukkan beberapa aktivitas otak yang tidak biasa pada EEG.
o Brain scan .. Pemeriksaan yang paing sering digunakan untuk scan otak adalah
CT (Computed Tomography), PET (Positron Emission Tomography) dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging), SPECT (Emisi single photon emission computed
tomography), dan MRS (Magnetic Resonance Spektroskopi). CT & MRI scan
menerjemahkan struktur otak.
Pemeriksaan fisik umum
Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya:
- Trauma kepala
- Tanda-tanda infeksi

12

- Kelainan congenital
- Kecanduan alcohol atau napza
- Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
- Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan
epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan, maka akan tampak
pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi,
seperti:
- Paresis Todd (kelemahan tubuh setelah mengalami kejang)
- Gangguan kesadaran pascaiktal
- Afasia pascaiktal

VI.

Diagnosis banding
Bangkitan Psychogenik
Gerak lnvolunter (Tics, headnodding, paroxysmalchoreoathethosisl dystonia, benign
sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll.)
Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi, attention
deficit)
Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion, sindroma psikotik
akut)
Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells, cardiac
arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)

VII.

Tatalaksana
Farmakologi
OAE diberikan bila :
- Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
- Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
- Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan
pengobatan.
13

Penyandang dan/ atau keluarga telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping
yang timbul dari OAE.
- Bangkitan terjadi berulang walaupun factor pencetus sudah dihindari (misalnya:
alkohol, kurang tidur, stress, dll)
Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai dengan jenis
bangkitan dan jenis sindrom epilepsi.
Pemberian obat dimulai dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis
efektif tercapai atau timbul efek samping.
Bila dengan penggunaan OAE pertama dosis maksimum tidak dapat mengontrol
bangkitan, maka diganti dengan OAE kedua. Caranya bila OAE telah mencapai kadar
terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap (tapering off). Bila terjadi bangkitan saat
penurunan OAE pertama maka kedua OAE tetap diberikan. Bila respons yang didapat
buruk, kedua OAE harus diganti dengan OAE yang lain.
Penambahan OAE ketiga baru dilakukan bila terdapat respons dengan OAE kedua, tetapi
respons tetap suboptimal walaupun pergunaan kedua OAE pertama sudah maksimal.
OAE kedua harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan OAE pertama
Penyandang dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila
kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu bila:
- Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
- Pada pemeriksaan CT scan atau MRI otak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan
bangkitan; misalnya meningioma, neoplasma otak, AVM, abses otak ensafalitis
herpes.
- Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya
kerusakan otak
- Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)
- Riwayat bangkitan simtomatis
- Terdapat sindrom epilepsi yang berisiko kekambuhan tinggi seperti JME (Juvenile
Myoclonic Epilepsi)
- Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadaran stroke, infeksi
SSP
- Bangkitan pertama berupa status epileptikus
Efek samping OAE perlu diperhatikan, demikian pula halnya dengan profil farmakologis
tiap OAE dan interaksi farmnakokinetik antar-OAE. Strategi untuk menceghah efek
samping:
- Pilih OAE yang paling cocok untuk karakteristik penyandang
- Gunakan titrasi dengan dosis terkecil dan rumatan terkecil mengacu pada sindrom
epilepsi dan karakteristik penyandang

Jenis Obat Antiepilepsi Dan Mekanisme Kerjanya

14

Pemilihan OAE didasarkan atas jenis bangkitan epilepsi, dosis OAE, efek samping OAE, profil
farmakologi, interaksi antara OAE.
Level of confidence:

A: efektif sebagai monoterapi;


B: sangat mungkin efektif sebagai monoterapi;
C: mungkin efektif sebagai monoterapi;
D: berpotensi untuk efektif sebagi monoterapi

15

16

17

Status Epileptikus
Definisi
Status epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan atau
lebih dimana diantara bangkitan bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran. Namun demikian
penanganan bangkitan konvulsi harus dimulai bila bangkitan konvulsi sudah berlangsung lebih dari 5-10
menit. Status epileptikus dikatakan pasti bila pemberian benzodiazepin awal tidak efektif dalam
menghentikan bangkitan.
Klasifikasi

Konvulsi (bangkitan umum tonik klonik)


Non konvulsi

Protokol Penanganan Status Epileptikus


Stadium I (0-10 menit)
18

Memperbaiki fungsi kardiorespirasi


Memperbaiki jalan nafas, pemberian O2 dan resusitasi bila perlu

Stadium II (0-60 menit)

Pemeriksaan status neurologik


Pengukuran tekanan darah, nadi, dan suhu
Pemeriksaan EKG
Memasang infus Nacl 0,9%
Pemberian OAE emergensi: Diazepam 0,2 mg/kgbb dengan kecepatan pemberian 5 mg/menit IV
Berilah 50 cc glukosa 50% pada keadaan hipoglikemia

Stadium III (0-60/90 menit)

Menentukan etiologi
Bila kejang berlangsung terus setelah pemberian lorazepam atau diazepam beri fenitoin iv 15-20
mg per kg dengan kecepatan kurang dari sama dengan 50 mg/menit. ( monitor tekanan darah dan

ekg pada saat pemberian


Atau dapat pula diberikan fenobarbital 10 mg/kg dengan kecepatan kurang dari sama dengan 100

mg per menit. ( monitor respirasi saat pemberian)


Memulai terapi dengan vasopresor (dopamin) bila diperlukan.
Mengoreksi komplikasi.

Stadium IV (30-90 menit)

Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-0 menit, pasien dipindah ke ICU beri propofol
(2mg/kgbb bolus iv, diulang bila perlu) atau thiopentone ( 100-250 mg iv pemberian dalam 20
menit, dilanutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit), dilanjutkan sampai 12 sampai 24 jam
setelah bangkitan klinis atau bangkitan terakhir eeg, lalu dilakukan tappering off.
Memonitor bangkitan dan eeg, TIK, memulai pemberian OAE dosis rumatan.

19

Daftar Pustaka
Alexopolus, Andreas, Sandipan Pati. 2010. Pharmacoresistant epilepsy: From
Pathogenesis to current and emerging therapies. Cleveland Clinic Journal of Medicine
Volume 77. Education Objective.
Aneja, Satinder, Suvasini Sharma.2013. Newer Anti-Epileptic Drugs. Departement of
Pediatric, Lady Hardinge Medical College and associated Kalawati Saran Childrens
Hospital, India.
Goldenberg, Marvi M., PhD, RPH, MS. 2010. Overview of Drugs Used For Epilepsy
and Seizure, Etiplogy, Diagnosis and Treatment. P&T Vol.35
Mukhopadhay, Hirak Kumar, chandi Charan, Sanjay Kumar Das, Lakshmikanta Ghosh,
Bijan Kumar Gupta. 2012. Epilepsy and its Management: A Review . Departement of
Pharmaceutical Technology: India.
Neligan, Aidan. 2011. The Long-Term Prognosis Of Epilepsy. University College
London for the Degree of Doctor Philosophy: London.
Sharma Suruchi, Vaishali Dixit. 2013. Epilepsy- A Comprehensive Review.
Departement of Pharmacology, M. E. T. Institute of Pharmacy, Bandra Reclamation,
Mumbai, India
20

21

Anda mungkin juga menyukai