LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN KULIAH KERJA LAPANGAN
1
Nama
: Ulfia Fitriani
NPM
: 140410130043
Bidang
: Ekologi Manusia
Judul
Pangandaran
Tempat Penelitian
Waktu Penelitian
KKL 2016
KKL 2016
ABSTRAK
Penelitian mengenai hasil laut dan jenis-jenis ikan dan udang serta cara
penangkapannya oleh nelayan Pangandaran di Pantai Timur Pangandaran dan
Desa Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat telah dilakukan pada tanggal 8 sampai 14
Mei 2016. Lokasi pengambilan data dilakukan di Pantai Timur Pangandaran dan
Desa Pangandaran. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode
kualitatif bersifat deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi dan wawancara semistruktur terhadap informan kunci. Penentuan
informan dilakukan dengan teknik snowball sampling. Dari hasil wawancara
tercatat 37 jenis ikan dan 6 jenis udang hasil tangkapan nelayan Pangandaran.
Jenis alat tangkap yang biasa digunakan seperti pancing rawe, jaring dogol, bagan,
ciker, gill net, dan pukat pantai. Untuk jenis ikan dan udang yang umum ditangkap
seperti ikan layur (Trichiurus lepterus), ikan teri (Stolephorus commersonii), ikan
bawal putih (Pampus argenteus), ikan tenggiri (Scomberomorus commerson),
udang rebon (Mysis sp), udang tiger (Penaeus monodon), dan udang jerbung
(Penaeus indicus).
Kata kunci : Ikan, udang, Alat tangkap
KATA PENGANTAR
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
13.
penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun
15.
Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. Jatinangor, Juni 2016
25.
26.
27.
28.
29.
30.DAFTAR ISI
31.
Penulis
32.
33.
34.
DAFTAR TABEL
35.
3.1
Jumlah
Nelayan
Perikanan
Tangkap
Pangandaran ...............................20
42. Tabel
5.1.1
Jenis-Jenis
Ikan
Laut .........................................................................35
43. Tabel
5.1.2
Jenis-Jenis
Udang ..............................................................................37
44. Tabel 5.2 Alat
Tangkap ........................................................................................38
45.
46.DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan Pangandaran mempunyai potensi sumberdaya hayati laut yang cukup
besar. Kondisi perairan yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
mempengaruhi karakteristik oseanik perairan tersebut. Potensi sumberdaya ikan
lautyang terdapat di perairan Pangandaran seharusnya dapat dimanfaatkan secara
optimal. Sumberdaya perikanan yang tetap tersedia, akan terus mendukung usaha
perikanan tangkap di perairan Pangandaran dalam peningkatan produksi
perikanan.
Potensi sumberdaya perikanan laut yang terdapat di perairan Pangandaran
adalah dari potensi ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan
karang dan lobster. Potensi sumberdaya perikanannya besar karena perairan
Pangandaran
berhubungan
langsung
dengan
Samudera
Hindia
yang
(kerapu,
baronang,
udang
barong/lobster),
ikan
hias
dan
Hasil laut jenis ikan dan udang apa saja yang ditangkap oleh nelayan
Pangandaran
2) Jenis alat tangkan dan bagaimana teknik untuk penangkapan ikan dan
udang oleh nelayan Pangandaran
1.5 Metodologi
Secara garis besar metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
kualitatif yang bersifat deskriptif analisis dari hasil data lapangan dengan cara
BAB II
TINJAUAN LOKASI
2.1 Cagar Alam Pananjung Pangandaran
2.1.1 Keadaan Umum
Pangandaran merupakan wisata pantai primadona di Jawa Barat, terletak
di Desa Pananjung, Pangandaran sekitar 92 km ke arah selatan kota Ciamis.
Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran ini terletak berhimpitan dengan kawasan
konservasi Cagar Alam Pangandaran. Secara geografis terletak pada 7 030 LS dan
108030- 1090 BT dan terletak pada ketinggian 0 s/d 75 meter di atas permukaan
laut. Taman Wisata Alam Pangandaran ditetapkan berdasarkan SK Menteri
Pertanian Nomor 170/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10 Maret 1978 dengan luas 37,7
Ha.
Cagar Alam dan Wisata Alam Pananjung Pangandaran mampu
memberikan beberapa fungsi kepada masyarakat umum, baik untuk kepentingan
umum, ilmu pengetahuan, penelitian dan pendidikan. Kawasan ini merupakan
laboratorium alam, dimana proses kehidupan alamnya tidak begitu terganggu.
Satwa liar, vegetasi, goa-goa alam, pantai pasir putih, dan biota laut di tempat
tersebut sangat menarik sehingga memungkinkan pengunjung melakukan aktivitas
wisata alam yang menarik.
seluruhnya
menjadi
1500
Ha.
Perkembangan
selanjutnya
hutan wisata ke daerah Parapat yang berjarak sekitar 2 km ke sebelah utara. Usaha
tersebut berlanjut dengan memasukkan 1 ekor banteng jantan dan 3 ekor sapi Bali
betina dan rusa India dengan memberi pagar agar binatang tersebut tidak keluar
dari kawasan.
Pada tahun 1934 status kawasan dirubah menjadi Suaka Margasatwa
berdasarkan Government Bisult pada tanggal 7 Desember 1934, Staatblad No. 663
dengan luas 530H. Kemudian tahun 1961, diubah kembali menjadi Cagar Alam
berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.34/KMP/1961 tanggal 20 April 1961
setelah ditemukan bunga Rafflesia padma serta terdapatnya unsur-unsur alami dan
cultural.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagian kawasan Cagar Alam seluas
37,7 Ha diubah fungsi dan statusnya menjadi Taman Wisata berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No. 170/Kpts-II/1990 tanggal 8 Maret 1990.
2.1.3 Luas Kawasan
Kawasan konservasi Sumber Daya Alam Pananjung Pangandaran terdiri
dari dua kawasan yaitu kawasan yang berstatus Taman Wisata dan kawasan yang
berstatus Cagar Alam. Luas keseluruhannya adalah 530 Ha. Sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maka sebagian kawasan seluas 37,70 Ha dijadikan Hutan
Wisata dalam bentuk Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian No.170/Kpts/Um3/1978 tanggal 10 Maret 1978. Serta sisa
lahan yaitu sebesar 492,30 Ha dijadikan kawasan Cagar Alam.
adalah
banteng
(Bos
javanicus),
kijang
(Muntiacus
muntjak),
tando
kondang
(Ficus
variegata),
dan
benda
(Disoxyllum
caulostachyllum).
Hutan pantai hanya terdapat di bagian timur dan barat kawasan. Ditumbuhi
pohon formasi Barringtonia seperti butun (Barringtonia aseatica), ketapang
(Terminalia catappa), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus). Dengan berbagai ragam
floranya, kawasan ini merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa
liar. Jenis satwa liar yang dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain : monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), kalong (Pteropus
campyrus), banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), kancil (Tragulus
javanica), dan biawak (Varanus salvator).
: 0,5 KM
b.
: 90 KM
c.
: 230 KM
d.
: 380 KM
Jenis Wilayah
Luas Wilayah
1.
Desa Pesisir
667,87 Ha
2.
Pemukiman Penduduk
137,8 Ha
3.
Cagar Alam
530 Ha
2.2.3 Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan awal tahun 2011, penduduk Desa
Pangandaran secara keseluruhan berjumlah 9.756 jiwa, terdiri dari (KPH Ciamis,
2012):
Tabel 2.2 Kependudukan Desa Pangandaran
Jenis
No.
Kelamin
Jumlah
(Jiwa)
(Jiwa)
Jumlah KK
Jumlah
Wilayah
L
KK
L
1.
Dusun Parapat
2035 2019
4054
1182
185
1367
2.
Dusun Pangandaran
1354 1339
2693
643
120
763
Timur
Dusun Pangandaran
3.
1512 1497
3009
822
118
940
4901 4855
9756
2647
423
3070
Barat
Jumlah
Jumlah (Orang)
1.
Islam
9663
2.
Kristen
40
3.
Khatolik
27
4.
Budha
5.
Hindu
17
Tidak/Belum Sekolah
: 1.694 Jiwa
2)
: 964 Jiwa
3)
Tamat SD/Sederajat
: 3.174 Jiwa
4)
SLTP/Sederajat
: 1.537 Jiwa
5)
SLTA/Sederajat
: 1.947 Jiwa
6)
Diploma IV/Strata I
: 116 Jiwa
7)
Strata II
: 8 Jiwa
8)
Strata III
: 2 Jiwa
Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
1.
Pegawai/Karyawan
769
2.
Wiraswasta/Pedagang
3.
Tani
123
4.
Pertukangan
37
5.
Buruh Tani
192
6.
Pensiunan
50
7.
Nelayan
1.874
8.
Jasa
1.217
9.
Pedagang Wisata
537
10.
Becak
37
11.
Perahu Pesiar
72
12.
Bugie/Ban
34
13.
Bengkel
27
1.103
Jumlah (Orang)
1.
0-4 Tahun
677 Orang
2.
5-9 Tahun
880 Orang
3.
10-14 Tahun
894 Orang
4.
15-19 Tahun
845 Orang
5.
20-24 Tahun
716 Orang
6.
25-29 Tahun
906 Orang
7.
30-34 Tahun
847 Orang
8.
35-39 Tahun
788 Orang
9.
40-44 Tahun
821 Orang
10.
45-49 Tahun
668 Orang
11.
50-54 Tahun
520 Orang
12.
55-59 Tahun
382 Orang
13.
60-64 Tahun
248 Orang
14.
65 keatas
453 Orang
pendatang tersebut berbagai latar belakang, ada pelancong, pengusaha, dan lain
sebagainya yang akhirnya mereka menetap sebagai warga penduduk Desa
Pangandaran (KPH Ciamis, 2012).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Nelayan
Nelayan menurut Undang-Undang Perikanan nomor 45 tahun 2009,
merupakan orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Sedangkan nelayan kecil merupakan orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar lima gross ton (5GT).
Batasan ini mengindikasikan bahwa kehidupan nelayan tergantung langsung pada
hasil laut (Mulyadi, 2007) dan menjadikan nelayan sebagai komponen utama
konstruksi masyarakat maritim Indonesia (Kusnadi, 2009).
Nelayan didefinisikan sebagi orang yang aktif melakukan
pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air
lainnya. Orang yang hanya melakukan pekerjaan membuat
jaring,
mengangkut
alat-alat
atau
perlengkapan
ke
dalam
ikan,
kehidupannya
berhubungan
laut.
Terlihat
aspek
dari
atau
alat
tangkap
yang
berbeda-beda,
sehingga
(livelihood
strategis).
Satu
mata
pencaharian
dan
lain-lain.
Semua
faktor
ini
dapat
Permodalan,
yakni
Ikatan
patron-client
pada
TPI
TPI
TPI
Perikanan Tangkap
Pangandaran
Bagolo
(Orang)
Majingklak
di Pangandaran
(Orang)
(Orang)
Tahun
2012
1.528
128
207
207
2011
1.510
130
208
209
2010
1.580
156
220
198
2009
1.680
112
210
204
2008
1.710
110
200
210
(Orang)
terhadap
kehadiran
biota
air
seperti
yang
sering
kali
disebut
sumberdaya
milik
bersama
dan bermanfaat secara ekonomi bagi nelayan. Sumberdaya udang yang dikelola
dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan
berkontribusi bagi perekonomian daerah. Pengelolaan sumberdaya udang harus
dilaksanakan secara terpadu dengan lingkungan pendukung dan sumberdaya lain
yang mempengaruhinya (Haluan, 1994).
Pemanfaatan sumberdaya udang yang dilakukan oleh nelayan merupakan
salah satu aktivitas yang berpengaruh terhadap perkembangan udang, terutama di
daerah mangrove. Pengaruh penangkapan udang terjadi apabila makin besar laju
penangkapan, menyebabkan ketersediaan udang makin menurun pada musim
berikutnya (Sasmita, 2002).
Pada umumnya hasil tangkapan yang diperoleh dapat berupa udang muda/
masih berukuran kecil dalam jumlah yang banyak. Kecenderungan yang terjadi
apabila laju penangkapan makin meningkat, maka jumlah hasil tangkapan udang
semakin menurun dengan kondisi regenerasi yang sama. Bahkan dapat berakibat
fatal, yaitu terjadi kepunahan sumberdaya udang pada daerah tersebut (Naamin
dkk, 1981).
(Hermirharpus
spp),
Gerot-Gerot
(Pomadasys
Ikan Layaran
Setuhuk
Putih
(Makaira
mazara),
Setuhuk
Loreng
Merah
(Lutjanus
spp),
Tenggiri
(Scomberomorus
Tongkol
Krai
(Auxis
thazard),
Tongkol
Komo
australasicus),
(Nibea
tertradactylum),
Swanggi
albiflora),
Tenggiri
Papan
(Priacanthus
Kurau
tayenus),
(Eleutherpnema
(Scomberomorus
guttatus),
(Plectropomus leopardus), Ikan Baronang (Siganus guttatus), AluAlu (Sphyraena barracua) , Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus
maccoyii), Layur (Trichiurus Spp), Mako (Isurus Spp), Kerapu
Balong (Priacanthus Tayenus), Kerapu Lumpur (Epinephelus
Tauvina), Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis), Ikan Gergaji
(Pritis spp), Cucut Martil (Eusphyra blochi), Cucut Botol (Dogfish
shark), Pari Kelelawar (Mobula spp), Pari Burung (Myliobatus spp),
Udang Dogol
(Metapenaeus
Sp),
Kakap
(Lates
calcalifer),
Pari
Kekeh
Pengumpulan
dan
Pengololahan
Data
Statistik
Perikanan).
3.7 Musim
3.7.1 Musim Penangkapan Ikan
Musim penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran dipengaruhi oleh 2
(dua) musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi
pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada
bulan Mei Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu
yang terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November April
(DKP Kabupaten Ciamis, 2012).
Menurut Nontji (2002) perubahan cuaca akan dapat mempengaruhi kondisi
laut, misalnya angin yang sangat menentukan terjadinya gelombang dan arus
dipermukaan laut. Menurut informasi dari Dinas perikanan, para nelayan
umumnya sudah memahami terjadinya fluktuasi tahunan hasil tangkapan seiring
datangnya musim pancaroba, yakni sejak awal tahun hasil tangkapan ikan naik,
kemudian turun memasuki bulan Mei atau Juni hingga beberapa bulan berikutnya.
Curah hujan diberbagai daerah akan mempengaruhi sebaran salinitas (kegaraman)
dipermukaan laut sehingga mempengaruhi komposisi makanan bagi ikan-ikan di
laut menjadi lebih rendah, hal ini membuat ikan-ikan banyak bermigrasi untuk
mendapatkan asupan pangan yang lebih banyak.
Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran yang
didominasi oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat
dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan
sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya
menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu
tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin
yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut.
Menurut
DKP
Kabupaten
Ciamis
(2012),
nelayan
di
Nelayan
menentukan
daerah
penangkapan
ikan
yaitu
rawai
mendatar
(horizontal
long
line)
dan
lainnya, karena trammel net terdiri atas tiga lapis jaring dimana
jaring lapisan dalam (inner net) terletak diantara jaring dengan
ukuran lebih besar (outer net). Pada umumnya ukuran outer net
adalah 4-5 kali lebih besar dari pada ukuran inner net. Ikan akan
terpuntal pada mata jaring bagian dalam setelah melewati mata
jaring bagian luar. Trammel net memiliki beberapa bagian yang
terdiri atas tali ris atas, pelampung, inner net, outer net, tali ris
bawah, selvedge, dan pemberat (Nomura dan Yamazaki, 1977
vide Fauzy, 2008).
Trammel net merupakan jenis alat tangkap yang sasaran
utamanya untuk menangkap udang. Jaring insang tiga lapis ini
menetap didasar atau hanyut menurut arus/ kapal atau ditarik
salah satu sisinya. Dua lapis dindingnya mempunyai mata besar
sedangkan yang didalamnya bermata kecil dan tergantung
longgar. Ikan akan terpuntal pada jaring bagian dalam setelah
menembus dinding bagian luar (BPPI Semarang, 1996).
4) Pukat pantai
Pukat pantai (beach seine) adalah pukat kantong yang cara
operasi penangkapannya dilakukan dengan melingkarkan jaring
pada suatu areal tertentu dan menariknya ke arah pantai melalui
kedua sayapnya. Tujuan operasi adalah untuk menangkap jenis
ikan yang melakukan ruaya ke pantai, baik jenis ikan pelagis
bawah. Tali ris bawah memiliki ukuran lebih panjang dari tali ris
atas sehingga menyebabkan bibir bawah dari jaring lebih
menjorok kedalam.
6) Gill Net
Jaring insang (Gill net) merupakan jaring selapis yang
digunakan pada saat menangkap udang, biasanya lebar jaring
insang lebih pendek dibandingkan panjangnya. Selain Gill net,
alat tangkap lain yang sering digunakan nelayan Trammel net
adalah jaring tiga lapis yang biasanya juga digunakan untuk
menangkap ikan selain udang. Jaring ini memiliki lebar jaring
yang berbeda-beda setiap lapisannya. Pengoperasian trammel
net yang ditarik perahu dengan sistem menghadang arus akan
memperoleh hasil tangkapan Udang Kelong yang lebih baik
(Wudianto, 1985). Umumnya kedalaman perairan saat operasi
penangkapan sekitar 5 - 20 m. Satu trip penangkapan alat
tangkap trammel net (5 7) hari. Rata-rata pengoperasian alat 35 setting per hari. (Wudianto, 1985).
6) Bagan
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di
tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenalkan oleh
nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu relatife
singkat alat tangkap tersebut sudah dikenal di seluruh Indonesia. Bagan dalam
perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun
ukuran yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah
penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan dikelompokkan
dalam jaring angkat (liftnet), namun karena menggunakan cahaya lampu
mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing (Subani dan Barus, 1989).
Bagan tancap merupakan bagan yang dipasang secara menetap di perairan, terdiri
dari rangkaian bambu yang dipasang secara membujur dan melintang. Bambu
merupakan komponen utama dari bangunan bagan tancap. Bahan tersebut mudah
diperoleh nelayan dan harganya pun tergolong murah. Jumlah bambu yang
digunakan semakin banyak karena bambu tersebut harus disambung. Secara
umum jumlah bambu bervariasi antara 135-200 batang. Bambu tersebut
merupakan komponen utama dalam menopang berdirinya alat tangkap bagan
tancap di perairan (Sudirman dan Natsir, 2011).
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
berikut :
Alat dan bahan untuk wawancara, yaitu alat tulis, buku lapangan, panduan
4.2
Prosedur Kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
Survey Pendahuluan
Tanya jawab ini sifatnya informal dan mengacu pada pertanyaan mengenai
jenis-jenis ikan dan udang yang ditangkap dan pemanfataan dari setiap hasil yang
diperoleh. Panduan wawancara semistruktur dan terstruktur yang disajikan dalam
lampiran.
Wawancara yang lebih mendalam dapat dilakukan dengan nelayan yang
memanfaatkan jenis-jenis ikan dan udang yang bernilai ekonomis, jenis-jenis alat
dan teknik untuk menangkap, orang ini yang disebut sebagai informan kunci.
4.3.3
Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
teknik analisa deskriptif kualitatif, dengan pendekatan etik dan emik. Emik
merupakan pendekatan dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu
sendiri, sedangkan etik merupakan pendekatan dalam masyarakat dengan sudut
pandang orang luar untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat. Data
jenis ikan dan udang yang didapat dari informan dikelompokkan berdasarkan jenis
alat tangkapan yang digunakan oleh nelayan, kemudian di lihat nama latin dan
familinya melalu google.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Gerot
Pomadasys maculatus
Manyung
Arius thalassinus
Petek/ Trongtong
Leiognathus equulus
Pari
Dasyatis sp
Bawal putih
Pampus argenteus
Tenggiri
Scomberomorus commerson
Cucut
Carcharhinus longimanus
Remang
Congresox talabon
Kacangan
Tylosurus sp
10
Layur
Trichiurus lepterus
11
Kembung
Rastrelliger kanagurta
12
Layaran
Isthioporus orientalis
13
Kerapu
Ephinephelus fuscoguttatus
14
Lemadang
Coryphaena hippurus
15
Layang
Decapterus russelli
16
Selar
Selaroides leptolepis
17
Tongkol
Euthynnus affinis
18
Bandeng
Chanos chanos
19
Lemuru
Sardinella lemuru
20
Cakalang
Katsuwonus pelamis
21
Julung-julung
Gemiramphus brasiliensis
22
Tiga waja
Otolithes sp
23
E.Kuning
Caesio eryhrogaster
24
Belanak
Valamugil seheli
25
Talang-talang
Scomberoides tala
26
Kapasan
Lactarius lactarius
27
Teri
Stolephorus commersonii
28
Japuh
Dussumieria acuta
29
Kakap Putih
Lates calcarifer
30
Kerapu Hitam
Epinephelus lanceolatus
31
Sebelah
Isettodes irumei
32
Montok
33
Jambal
Pangasius sp
34
Bulu Ayam
Thryssa mystax
35
Baronang
Sigans canaliculatus
36
Kurau
Eleutheronema tetradactylum
37
Tembang
Sardinella fimbriata
Sumber : Tempat Pelelangan Ikan Minasari Edisi Bulan April 2016
Berdasarkan dari tabel diatas didapatkan 37 jenis-jenis ikan umum yang
Famili
Mugilidae,
Ikan
Bandeng
(Chanos
chanos)
kedalam
famili
Scombridae,
ikan
kembung
(Siganus
canaliculatus)
termasuk
kedalam
famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Lobster mutiara
Panulirus ornatus
Jerbung
Penaeus indicus
Dogol
Metapenaeus monoceros
Krosok
Parapenaeopsis sculptitis
Rebon
Mysis sp
6 Udang Tiger
Penaeus monodon
Sumber : Tempat Pelelangan Ikan Minasari Edisi Bulan April 2016
akan
berubah
lagi
menjadi
mysis.
Dari
stadium
mysis,
larva
dengan berubah warna sesuai warna lingkungannya, misalnya udang yang hidup
di antara ganggang laut berwarna kuning kehijauan olive yellow denagn bercakbercak. Ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai lebih dari 50 cm
(Suwignyo, 2005).
No
Macam
Penangkapan
Ciker
Jenis Ikan
GIL NET
Nilon
Senar
Pancing
Rawe
Jaring
Jogol
Baga
ng
Pukat
Pantai
Lobster
Udang Jerbung
Udang Dogol
Krosok
Rebon
Kakap / Gerit
Manyung
Petek/Trongtong
Pari
10
Ikan Kuwe
11
Bawal
12
Tenggiri
13
Cucut
14
Remang
15
Kacangan
16
Layur
17
Kembung
18
Bambangan
19
Layaran
20
Kerapu
21
Lemadang
22
Layang
23
Selar
24
Tembang
25
Tongkol
26
Bandeng
27
Lemuru
28
Cakalang
29
Julung-julung
30
Tigawaja
31
E. Kuning
32
Kurau
33
Belanak
34
Teri
35
Udang Tiger
36
Manyung
37
Talang-talang
38
Kapasan
39
Japuh
40
Sebelah
41
Montok
42
Jambal
43
Bulu ayam
44
Baronang
45
Kurau
Sumber : Tempat Pelelangan Ikan Minasari Edisi Bulan April 2016
jaring dan ukuran benang harus kuat. Sebagai bahan untuk pembuatan tubuh
jaring (daging jaring) digunakan bahan sintetis Polyamide (PA). Sedangkan untuk
bagian pinggiran jaring (selvage) digunakan bahan dari Polyethylene (PE).
Penggunaan bahan tersebut agar Trammel net digunakan agar tidak mudah rusak
dan lebih tahan lama (BIPU, 2000). Alat ini banyak diusahakan untuk
penangkapan udang. Sesuai dengan lingkungan dan cara hidup dari udang dan
jenis binatang demersal lainnya. Maka alat setelah dilepas/dilabuh diharapkan
dapat mendasar dengan baik. Dengan hal tersebut diharapkan bahwa selain udang
dan ikan-ikan demersal yang menjadi sasaran/tujuan penangkapan contoh : kakap,
bawal hitam, bawal putih, manyung, dll
Hasil tangkapan utama jaring trammel adalah udang penaeid yang
berukuran relatif besar dan hasil tangkap sampingannya adalah ikan-ikan
demersal. Udang penaeid yang tertangkap dengan jaring trammel terdiri dari
udang jerbung (Penaeus merguensis), udang windu (Penaeus monodon), udang
dogol (Metapenaeus ensis). Hasil tangkapan sampingan jaring trammel antara lain
adalah Tigawaja (Johnius spp.), Gulamah (Pseudosciena spp.), Layur (Trichiurus
spp.), Kerong-kerong (Therapan spp.), Kerot-kerot ( Pomadasys spp.), Petek
(Leiognathus spp.) dan ikan Lidah (Cynoglosus spp.).
Kelompok nelayan menggunakan alat tangkap pancing rawai berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Datam. Pancing rawai merupakan alat penangkap
ikan yang terdiri atas rangkaian tali temali yang bercabang-cabang dan pada setiap
ujung cabangnya diikatkan dengan sebuah pancing dan diberi umpan. Pancing
rawai terdiri atas tali utama, tali cabang, mata pancing, umpan, pelampung,
pemberat, dan bendera sebagai tanda. Pancing rawai diklasifikasikan kedalam tiga
bagian yaitu berdasarkan letak pemasangannya di perairan, susunan mata pancing
pada tali utama, dan jenis ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan.
Berdasarkan letak pemasangan di perairan terdiri atas rawai permukaan (surface
long line), dan rawai pertengahan (mid water long line). Berdasarkan susunan
mata pancing yaitu rawai mendatar (horizontal long line) dan berdasarkan jenis
ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan yaitu rawai tuna (tuna long line).
Jenis alat tangkap Pancing rawe yang umum tertangkap seperti Kakap / Gerit,
Manyung, Pari, Ikan Kuwe, Cucut, Remang, Bambangan, Layaran, Tongkol, E.
Kuning,
Direktorat Jenderal Perikanan (1991), melaporkan bahwa sasaran
penangkapan rawai umumnya adalah ikan madidihang (Thunnus albacares), ikan
tuna mata besar (Thunnus obesus), ikan tuna albacore (Thunnus alalunga), ikan
kerapu (Epinephelus spp), ikan kakap merah (Lutjanus spp), ikan ekor kuning
(Caesio spp), ikan manyung (Arius spp), ikan bawal (Pampus argenteus), ikan
remang (Muraenosoc spp), ikan cucut (Carcharinus spp) (Nasocha Yusuf, 2000).
Kelompok nelayan menggunakan alat tangkap jenis pukat pantai
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Trisno, Bapak Darno dan Bapak
Sapun. Pukat Kantong di Indonesia adalah Pukat Pantai (Beach Seine) dan Pukat
Perahu (Boat Seine). Pukat Pantai di berbagai daerah disebut juga dengan istilah
Jaring Tarik. Jenis-jenis ikan dan non ikan yang dominan tertangkap oleh nelayan
pengguna alat tangkap pukat pantai antara lain ikan kuwe, ikan bijinangka,
pepetek, ikan belanak, baronang, ikan cendro, ikan pari, layur, ikan tembang,
buntel, ikan lidah, bandeng laut, lencam, alu-alu, kerong-kerong, kepiting, udang.
Kelompok nelayan menggunakan alat tangkap Jaring Jogol/Dogol
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Datam. Jaring jogol/dogol merupakan
alat tangkap yang bagian atas mulut jaringnya agak lebih menjorok kedepan
sehingga bentuk atau konstruksinya menyerupai pukat udang (trawl) tetapi
ukurannya lebih kecil dari pukat udang. Panjang jaring keseluruhan 20 meter yang
terdiri atas tiga bagian utama yaitu sayap dengan panjang 13 m, badan dengan
panjang 6 m dan kantong dengan panjang 1,10 m. Jenis alat tangkap ini yang
umum tertangkap seperti Rebon, Lemadang, dan lain sebagainya.
Kelompok nelayan menggunakan alat tangkap Bagan Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Karyono dan Bapak Rohman. Bagan tancap adalah alat
penangkap ikan terdiri dari susunan bambu berbentuk persegi empat yang
ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga berdiri kokoh di atas perairan dan
pada bagian tengah bangunan dipasang jaring yang berfungsi sebagai alat untuk
menangkap ikan, dioperasikan dengan cara diangkat. Alat tangkap ini pertama kali
diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950. Berdasarkan cara
pengoprasiannya, bagan tancap dikelompokkan kedalam jaring angkat (Lift net),
(Subani, 1972).
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari
bambu, jaring yang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu. Pada keempat sisinya terdapat bambu-bambu menyilang dan
melintang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bagan. Diatas
bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi
sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat
ikan. Diatas bangunan ini terdapat roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi
untuk menarik jarring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 9x9 m sedangkan
tinggi dari dasar perairan rata-rata 8 m. Jaring yang biasa digunakan pada alat
tangkap ini adalah jaring yang terbuat dari waring dengan mesh size 0,4 cm.
Posisi jaring dari bagan ini terletak dibagian bawah dari bangunan bagan yang
diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu
tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk
menarik jaring. Pada ke empat sisi jaring ini diberi pemberat yang berfungsi untuk
memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu
meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Bagan ialah salah satu jenis alat jaring angkat yang paling dikenal di
Indonesia. Hampir semua
gerombolan ikan berkumpul di atas jaring bagan. Oleh karena itu bagan disebut
juga perikanan lampu dan dioperasikan pada saat malam hari. Pemasangan Bagan
bisa dilakukan secara permanen di dekat pantai (Fixed Lift net) maupun secara
berpindah (mobile Lift net) yang di Indonesia diken al dengan sebutan Bagan
Perahu. Operasi penangkapan dengan bagan lebih banyak dilakukan pada saat
bulan mati atau sebelum munculnya bulan. Pada saat terang bulan, sinar lampu
tidak bisa mengumpulkan ikan secara maksimal. Target utama dari Bagan ialah
ikan teri dan ikan-ikan permukaan (pelagis kecil) lainnya yang tertarik pada
lampu.
Hasil tangkapan dari bagan tancap adalah sasaran utamanya adalah ikan
pelagis kecil dan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif yaitu ikan teri
(Stolephorus sp). Namun tidak jarang bagan tancap juga sering menangkap hasil
sampingan seperti layur (Trichulus savala), tambang (Sardinella fimbriata),
pepetek (Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger sp), layang (Decapterus sp), dan
lain-lain (Subani dan, 1989).
perairan
Teluk
Pananjung,
Teluk
Parigi,
Karapyak,
perairan
dasar. Hal ini dilakukan dengan mengatur kekuatan antara pemberat dengan
pelampung pada bagian atas jaring. Jaring Insang bisa dioperasikan secara
melingkar untuk mengurung gerombolan ikan. Hal ini terutama dilakukan jika
lebar jaring mencapai dasar perairan, sehingga sedikit kemungkinan ikan terlepas
melalui bawah jaring. Ketika jaring ditarik secara perlahan, pergerakan ikan akan
semakin terbatas dan akhirnya terjerat atau terpuntal pada jaring. Jaring Insang
termasuk jenis alat yang selektif. Kelemahan dari alat ini adalah ketika mengambil
ikan hasil tangkapan harus dilakukan satu per satu sehingga tidak efisien dan
sering merusak jaring.
Operasi Pukat Pantai dimulai dengan mengikat salah satu ujung tali sayap
di pantai. Selanjutnya tali di ulur ke arah tengah laut dengan menggunakan
jukung. Setelah tali sayap habis (sekitar 400 m), tali dihubungkan dengan ujung
sayap dan dilanjutkan dengan melepaskan jaring. Ujung sayap kedua diikatkan
dengan tali utama kedua dan dibawa ke arah pantai dengan bantuan jukung. Dari
pantai, kedua ujung tali ditarik dengan menggunakan tenaga manusia. Alat ini
ditemukan pada hampir seluruh wilayah di Indonesia, terutama pada lokasi
dimana kurang memungkinkan untuk menggunakan teknologi yang lebih tinggi.
Pukat pantai (beach seine) adalah pukat kantong yang cara operasi
penangkapannya dilakukan dengan melingkarkan jaring pada suatu areal tertentu
dan menariknya ke arah pantai melalui kedua sayapnya. Tujuan operasi adalah
untuk menangkap jenis ikan yang melakukan ruaya ke pantai, baik jenis ikan
pelagis maupun ikan demersal. Perahu yang digunakan berukuran kurang dari 5
GT, dapat menggunakan tenaga dayung, layar, ataupun motor tempel. Ukuran
jaring bervariasi dari 20 sampai 40 meter dihitung dari ujung sayap hingga ke
ujung kantongnya. Tali penarik pada masing-masing sayap dapat mencapai 400
meter (Monintja, 1989).
Teknik
penangkapan
dengan
trammel
net
sebagai
berikut:
1)Cara lurus cara ini adalah yang biasa dilakukan oleh para nelayan, Jumlah
lembaran jaring berkisar antara 10 25 tinting. Perahu yang digunakan adalah
perahu tanpa motor atau motor tempel, dengan tenaga kerja antara 3 4 orang.
Pada cara ini Trammel net dioperasikan di dasar laut secara lurus dan berdiri
tegak. Setelah ditunggu selama 1/2 1 jam, kemudian dilakukan penarikan dan
penglepasan ikan atau udang yang tertangkap. 2)Cara setengah lingkaran.
Pengoperasiannya dilakukan dengan menggunakan perahu motor dalam (inboard
motor) atau perahu motor luat (outboard motor). Satu unit Trammel net dapat
mengoperasikan jaring 60 80 tinting (lembar jaring) dengan tenaga kerja
sebanyak 8 orang. Pada cara ini Trammel net dioperasikan di dasar perairan
dengan melingkarkan jaring hingga membentuk setengah lingkaran. Kemudian
ditarik ke kapal dan ikan & udang yang tertangkap dilepaskan. 3)Cara lingkaran
Pengoperasiannya dilakukan dengan menggunakan perahu motor dalam seperti
pada cara setengah lingkaran. Caranya adalah dengan melingkarkan jaring di
dasar perairan hingga membentuk lingkaran. Setelah itu jaring ditarik ke kapal
dan udang & ikan yang tertangkap diambil.
didagangkan. Adapun informasi lain yang didapat dari beberapa informan yang
menyebutkan musim kemarau dan musim hujan musim kemarau cenderung hasil
laut melimpah banyak terutama ikan besar biasanya ikan besar naik ke atas
permukaan laut dikarenakan kondisi dasar laut yang menjadi sangat panas
menyebabkan ikan kecil naik keatas permukaan maka dari itu hasil laut yang di
dapat sangat banyak lain halnya ketika musim dingin dimana kondisi hasil laut
tidak melimpah seperti susah didapatkannya jenis-jenis ikan dan udang.
Adapun informasi lain yang
menangkap atau melaut biasanya pada hari tertentu yaitu setiap malam jumat
kliwon dan ketika hajat laut yang terjadi setiap 1 tahun sekali pada tanggal 01
bulan Muharram yaitu nelayan tidak boleh beroperasi untuk menangkap ikan
ataupun udang. Hal ini sudah menjadi pengetahuan para nelayan karna informasi
tersebut sudah turunn temurun atau suatu tradisi yang harus diikuti.
Hasil laut jenis-jenis ikan dan udang tangkapan nelayan biasanya dijual di
Tempat Pelelangan Ikan, atau usaha milik perorangan yang biasa disebut bakul.
Nelayan yang mendapatkan hasil laut melimpah berupa jenis ikan ataupun udang
berukuran besar dan yang memiliki harga jual tinggi biasanya di lelangkan di
Tempat Pelelangan Ikan. TPI selain tempat menjual ikan dengan sistem lelang
berfungsi juga sebagai koperasi untuk para nelayan yang didirikan oleh
pemerintah setempat untuk memberikan bantuan seperti menyediakan es untuk
pengawetan ikan dan udang selama di laut, mendapatkan ala-alat untuk
menangkap ikan dan udang seperti jaring. Sementara bakul hanya membeli tanpa
memberikan bantuan apapun selain membeli hasil tangkapannya itu.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
6.2 Saran
Pada saat penelitian dilapangan hendaknya seluruh jenis yang ada dapat
didokumentasikan secara lengkap agar data dapat tersampaiakan dengan baik.
Setelah diketahui beberapa upacara adat dan tumbuhan yang masih digunakan
diharapkan ada penelitian lanjutan agar kenakearagaman budaya ini tetap tumbuh
serta tumbuhan yang selalu terjaga kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri.
Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) Semarang. 1996. Modifikasi
Kapal Sospek Dengan Menggunakan Alat Tangkap Multipurpose
(Multigear). Semarang : Penyusun Bagian Proyek Pengembangan TPI.
Direktorat Jendral Perikanan dan Kelautan. 2002. Jurnal Pengembangan Terumbu
Karang dan Pemanfaatannya. Jakarta
DISBUDPAR. 2006. Cagar Alam Pananjung. Ciamis, Jawa Barat
Effendie, I, M. 2002.
Nusatama. Yogyakarta.
Biologi
Perikanan.
Yayasan
Pustaka
Fauzy, et al. 1996. Klasifikasi Alat Penangkap Ikan Yang Disesuaikan Untuk
Perairan Indonesia. Edisi 2. Semarang : Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan.
Helmi A, Satria A. 2012. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap
Perubahan Ekologis. Journal UI Makara.
Http://earthgoogle.com (diakses pada 21 Juni 2016 Pukul 15:27
WIB)
KPH
Ciamis.
2012.
Taman
Wisata
Alam
Pangandaran.
http://www.kphciamis.perumperhutani.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=148&Itemid=278. Diakses 25
Maret 2016.
Subani, W. dan H.P. Barus. 1989. Alat Penangkap Ikan Laut dan Udang Di
Perairan Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun
1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : BPPL, BPPP. Departemen
Pertanian.
Subani, 1972. Alat Dan Cara Penangkapan Ikan Di Indonesia. Jilid I Lembaga
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta
Sudirman dan Mallawa 2004 Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta
Sudirman dan Natsir. 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya. UMM
Press:Malang
Suwignyo, Sugiarti. 1989. Avertebrata Air. Bogor. Lembaga Sumberdaya
Informasi. IPB
Sumaryadi, Adi. 2012. Cagar Alam Pananjung. [Online]. Tersedia:
http://pangandaranbeach.com/wisata/detail/1/cagar-alampananjung.html. Diakses pada tanggal 04 Mei 2016.
Widodo, J. 1990. Nilai Hasil Tangkapan Ikan Demersal dan
Hubungannya dengan Beberapa Faktor Lingkungan
Abiotik di Laut Jawa. Buletin Perikanan 1 : 64-72.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hari, tanggal
Nama informan
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
:
:
:
:
:
:
List Pertanyaan
1. Jenis-jenis ikan dan udang yang biasa ditangkap oleh
nelayan Pangandaran
2. Alat-alat
apa saja
yang
biasa
digunakan
untuk
Informan 1
Hari, tanggal
Nama informan
Jenis kelamin
Usia
Alamat
: Laki-laki
: 50 tahun
: Desa Pangandaran
Pekerjaan
Informan 2
Hari, tanggal
Nama informan
: Wanto
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
: Laki-laki
: 40 tahun
: Dsn. Parapat
: Kepala Dusun
Informan 3
Hari, tanggal
Nama informan
: Sikun P
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama Bekerja
: Laki-laki
: 61 tahun
: Dsn. Parapat
: Nelayan
: 50 tahun
Informan 4
Hari, tanggal
Nama informan
: Usnadi
Jenis kelamin
Usia
Alamat
: Laki-laki
: 66 tahun
: Dsn.Pangandaran Barat
RT.02 RW.06
: Nelayan (sesepuh)
: 37 tahun
Pekerjaan
Lama bekerja
Informan 5
Hari, tanggal
Nama informan
: Enang sudarna
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: 59 tahun
: Dsn.Pangandaran Barat
RT.02 RW.06
: Nelayan (Rukun Nelayan)
: 46 tahun
Informan 6
Hari, tanggal
Nama informan
: Datam Sutarjo
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
: Laki-laki
: 46 tahun
: Dsn.Parapat
: Pengurus TPI Minasari
Informan 7
Hari, tanggal
Nama informan
: Adam Ahdi
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: Laki-laki
: 51 tahun
: Dsn. Parapat RT.07 RW.07
: Nelayan (Kepala Bagang)
: 17 tahun
Informan 8
Hari, tanggal
Nama informan
: Painem
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: Perempuan
: 40 tahun
: Desa Babakan
: Juragan Nelayan
: 15 tahun
Informan 9
Hari, tanggal
Nama informan
: Darno
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: laki-laki
: 47 tahun
: Desa Babakan
: Juragan Nelayan
: 35 tahu
Informan 10
Hari, tanggal
Nama informan
: Trisno
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: Laki-laki
: 43 tahun
: Desa Babakan
: Juragan Nelayan
: 25 tahun
Informan 11
Hari, tanggal
Nama informan
: Opi
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: Laki-laki
: 27 tahun
: Dsn Pangandaran Barat
: Nelayan
: 5 tahun
Informan 12
Hari, tanggal
Nama informan
: Karyono
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: laki-laki
: 55 tahun
: Desa Babakan
: Nelayan
: 30 tahun
Informan 13
Hari, tanggal
Nama informan
: Rohman
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: Laki-laki
: 45 tahun
: Desa Babakan
: Nelayan
: 30 tahun
Informan 14
Hari, tanggal
Nama informan
: Sapun
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lama bekerja
: Laki-laki
: 40 tahun
: Dsn Pangandaran Timur
: Juragan Nelayan
: 9 tahun
Ikan
Kerapu
kecil
(Ephinephelus
fuscoguttatus)
Ikan
Ekor
kuning
(Caesio
Ikan
Tenggiri
commerson)
Ikan
Kerapu
Hitam
(Epinephelus
lanceolatus)
Ika
n Lamedang (Rastrelliger kanagurta)
Ikan
Kurau
(Eleutheronema
tetradactylum)
Udang
Api
monoceros)
merah
(Metapenaeus
Udang ganggrung (
Pembuatan Jaring
Bagang/Bagan
Saung
sebagai
beristirahat
tempat
nelayan Bagian
atas
dari
Bagan
untuk
Katrol sebagai alat untuk menaikkan Jaring yang berisi jenis-jenis ikan
jarring dari dasar permukaan ke atas
oleh
alat
tangkap
Bagang/Bagan
Alat-alat
yang
digunakan
menangkap ikan jenis alat tangkap Pukat tempel untuk melakukan pelayaran
Pantai berupa Tali dan jarring sirang
Waktu
Kegiatan
1.
2.
3.
4.
15.00-17.00 (120)
5.
6.
Briefing
8.
22.00
Istirahat
Waktu
Kegiatan
1.
3.
Persiapan Penelitian
4.
06.00-07.00 (60)
Makan
5.
Orientasi Medan
6.
10.00-12.00 (120)
6.
7.
13.00-18.00 (300)
8.
18.00-19.30 (90)
9.
10.
22.00
Istirahat
Waktu
Kegiatan
1.
3.
Persiapan Penelitian
4.
06.00-07.00 (60)
Makan
5.
6.
7.
8.
22.00
Istirahat
Waktu
Kegiatan
1.
3.
Persiapan Penelitian
4.
06.00-07.00 (60)
Makan
5.
6.
7.
8.
22.00
Istirahat
Waktu
Kegiatan
1.
3.
Persiapan Penelitian
4.
06.00-07.00 (60)
Makan
5.
6.
18.00 19.3
0 (90`)
7.
8.
22.00
Istirahat
Waktu
Kegiatan
1.
2.
Persiapan Penelitian
3.
06.00-07.00 (60)
Makan
4.
Penyelesaian penelitian
5.
ISHOMA
6.
13.30-15.30 (120`)
Packing
7.
15.30-18.00 (150)
Free Time
8.
18.00-18.30 (30`)
Solat maghrib
9.
18.30-19.30 (60)
Makan malam
10.
19.30-20.30 (60)
11.
20.30-22.00 (90)
Acara angkatan
Waktu
Kegiatan
1.
2.
3.
07.30-08.30 (60)
Makan pagi
4.
08.30-16.30 (480)
5.
16.30