Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

Pengantar pemeriksaan keuangan negara ( Dasar hukum,

Kerangka institusional dan Standar Pemeriksaan keuangan Negara


(SPKN)
A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Di dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah
proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,
objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Pengertian tersebut pada intinya menjelaskan
empat hal yakni proses pemeriksaan, karakteristik pemeriksaan, tujuan pemeriksaan,
dan objek pemeriksaan.
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Lantas apa
yang dimaksud dengan pengelolaan dan tanggung jawab. Menurut undang-undang,
pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ini diwujudkan dengan
penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi
prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum. Sedangkan yang dimaksud dengan
tanggung jawab keuangan negara adalah kewajiban pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Jadi pengertian pengelolaan keuangan negara lebih ke arah proses
manajemen, mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pertanggungjawaban.
Sedangkan tanggung jawab keuangan negara menitikberatkan pada kewajiban
melaksanakan sesuai dengan aturan dan rambu-rambu yang ada.

B. Jenis dan Karakteristik Pemeriksaan Keuangan Negara

1. Pemeriksaan keuangan
a. Pengertian pemeriksaan keuangan
Secara sederhana pemeriksaan keuangan diartikan sebagai pemeriksaan atas
laporan keuangan. Laporan keuangan yang diperiksa adalah laporan keuangan
pemerintah pusat dan laporan keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini
dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dalam rangka memberikan pernyataan
opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan
pemerintah. Opini tersebut dibuat oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang intinya
menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diperiksa telah disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan kinerja
a. Pengertian pemeriksaan kinerja
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 4 ayat 3 menyatakan bahwa
pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang terdiri dari pemeriksaan aspek ekonomi, aspek efisiensi, serta
aspek efektivitas. Selain itu pengujian terhadap ketentuan perundang-undangan dan
pengendalian intern juga perlu dilaksanakan dalam melaksanakan pemeriksaan
kinerja.
b. Tujuan pemeriksaan kinerja
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menilai apakah entitas atau organisasi
menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien. Tujuan lebih lanjut
dari pemeriksaan kinerja ini adalah untuk mendorong ke arah perbaikan sesuai dengan
pernyataan yang dibuat oleh INTOSAI karena pemeriksaan jenis ini menghasilkan
temuan, simpulan, dan rekomendasi. Pemeriksaan kinerja menghasilkan informasi
yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program dan memudahkan
pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan pertanggungjawaban publik.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu


a. Pengertian pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, pemeriksaan dengan tujuan
tertentu adalah pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan. Pemeriksaan
ini dapat bersifat eksaminasi, reviu, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan

dengan tujuan tertentu ini antara lain meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain yang
berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian internal.

C. Pengertian dan Arti Pentingnya Standar Pemeriksaan


Standar audit yang diterbitkan oleh organisasi audit tersebut memiliki
kekhasan masing-masing. Namun demikian pada dasarnya standar audit yang
diterbitkan oleh organisasi-organisasi audit tersebut memuat tiga hal utama yang
sama, yaitu :
1. Standar Umum, yang mengatur mengenai persyaratan profesional yang harus
dipenuhi oleh pemeriksa.
2. Standar Pekerjaan Lapangan, yang mengatur mengenai bukti audit serta kegiatan
audit di lapangan.
3. Standar Pelaporan, yang mengatur mengenai pelaporan hasil pelaksanaan audit.
Pentingnya Standar Pemeriksaan Sebagai suatu pedoman atau panduan, maka
standar audit memiliki arti yang sangat penting, bukan saja bagi pemeriksa tetapi juga
pihak-pihak lainnya seperti manajemen entitas yang diaudit, para pengguna laporan
audit dan stakeholder lainnya.
a. Standar audit sebagai pedoman bagi pemeriksa
Standar audit memuat persyaratan kualifikasi pemeriksa serta standar mutu
pelaksanaan dan pelaporan audit. Dengan demikian standar audit berfungsi sebagai
pedoman bagi pemeriksa mengenai persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh
pemeriksa serta memberikan arah bagi pemeriksa untuk dapat melaksanakan dan
melaporkan hasil auditnya.
b. Standar audit sebagai alat ukur kinerja pemeriksa
Pemeriksa yang memenuhi persyaratan dalam standar audit serta audit yang
dilaksanakan berdasarkan standar audit, akan memberikan jaminan terhadap kualitas
hasil audit itu sendiri. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak memenuhi persyaratan
dalam standar audit dan audit tidak dilaksanakan berdasarkan standar audit, maka
hasil audit tidak dapat dijamin kualitasnya. Lebih dari itu, audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar audit akan menjadi semakin efisien dan efektif. Dengan demikian
standar audit dapat berfungsi sebagai alat ukur kinerja bagi pemeriksa.
c. Jaminan mutu bagi para pengguna laporan audit

Standar
kompetensi,

audit

integritas,

mensyaratkan
obyektivitas,

agar
dan

pemeriksa

dapat

independensi

mempertahankan

dalam

perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan. Dengan demikian audit yang dilaksanakan berdasarkan


standar audit akan menghasilkan laporan audit yang dapat diandalkan oleh para
pengguna laporan audit. Para pengguna laporan audit akan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi terhadap laporan hasil audit karena audit (dimaksud)
dilakukan oleh pemeriksa yang kompeten dan independen serta dilaksanakan sesuai
dengan standar audit.

BAB 3 Standar Perilaku Auditor Keuangan Negara (SPAKN)/ Kode etik.


Penerimaan Penugasan dan Perencanaan dalam pemeriksaan keuangan
negara
A. KODE ETIK APIP
Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan pegawai negeri sipil yang
diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melaksanakan
pengawasan dan pemantauan tindak lanjutnya. Isi dari kode etik APIP ini memuat 2 (dua)
komponen, yaitu:

1. Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang melandasi


perilaku auditor :
a. Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap jujur, berani,
bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan yang handal.
b. Obyektivitas
Auditor

harus

menjunjung

tinggi

ketidakberpihakan

profesional

dalam

mengumpulkan, mengevaluasi, dan memroses data/informasi audit. Auditor APIP membuat


penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan
sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.
c. Kerahasiaan
Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan
tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan.
d. Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan,
keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.
Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan oleh auditor dan merupakan
pertanggungjawaban prinsip-prinsip perilaku auditor. Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:
a) Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan
bersungguh-sungguh;
b) Dapat menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi
dan organisasi dalam melaksanakan tugas;
c) Dapat mengikuti perkembangan peraturan

perundang-undangan

dan

mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan


dan profesi yang berlaku;
d) Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;
e) Tidak menjadi bagian kegiatan ilegal atau mengikatkan diri pada tindakantindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;
f) Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara sesama auditor dalam
pelaksanaan audit; dan
g) Saling mengingatkan, membimbing, mengoreksi perilaku sesama auditor.

BAB 4 Hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko


pengendalian dan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat
dan daerah
A. Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah sebuah sistem pengendalian internal terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur yang
sering disebut sebagai pengendalian dan secara kolektif akan membentuk suatu pengendalian
internal entitas.

Manajemen biasanya memiliki 3 (tiga) tujuan umum terkait dalam merancang sistem
pengendalian:

Keandalan laporan keuangan.


Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan bagi para investor,
kreditur dan pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun
profesional untuk meyakinkan bahwa informassi disajikan secara wajar sesuai dengan
ketentuan dalam pelaporan seperti misalnya GAAP. Tujuan pengendalian internal
yang efektif terhadap laporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab
pelaporan keuaangan ini.

Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi.


Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan sumber daya
perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju
perusahaan. Sebuah tujuan penting atas pengendalian tersebut adalah akurasi
informasi keuangan dan nonkeuangan mengenai kegiatan operasi perusahaan yang
akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan.

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan


Perusahaan publik, perusahaan nonpublik maupun organisasi nirlaba diharuskan
untuk mematuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa peraturan ada
yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan terhadap
lingkungan dan hukum hak-hak sipil, sedang yang terkait erat dengan akuntansi
misalnya peraturan pajak penghasilan dan kecurangan.

B. Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor dalam Pengendalian Internal

Tanggung jawab terhadap pengendalian internal berbeda bagi manajemen dan auditor.
Manajemen bertanggung jawab untuk menegakkan dan menjaga pengendalian internal
entitas. Tanggung jawab auditor termasuk memahami dan menguji pengendalian internal atas
laporan keuangan.
1. Tanggung

jawab

Manajemen

untuk

Menegakkan

Pengendalian

Internal

Manajemen yang harus menegakkan dan memeilihara pengendalian internal


entitasnya. Konsep ini konsisten bahwa manajemen, bukan auditor yang
bertanggung jawab dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan PABU.
2.

konsep penting yang mendasari manajemen dalam merancang dan menerapkan


pengendalian internal: keyakinan yang memadai dan keterbatasan-keterbatasan
bawaan.

C. Komponen Pengendalian Internal COSO


Kerangka Terintegrasi-Pengendalian Internal COSO, kerangka pengendalian internal
yang paling banyak diterima di Amerika Serikat menjelaskan lima komponen pengendalian
internal yang dirancang dan diterapkan manajemen untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa tujuantujuan pengendalian dapat terpenuhi. Komponen pengendalian
internal COSO terdiri dari hal-hal berikut ini:

Lingkungan Pengendalian

Penilaian Risiko

Aktivitas Pengendalian

Informasi dan Komunikasi

Pengawasan

BAB 5 Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian


Internal Pemerintahan (SPIP)
A. Menilai Resiko Pengendalian
Auditor mendapatkan bahwa pemahaman atas rancangan dan implementasi
pengendalian internal untuk membuat penilaian awal resiko pengendalian sebagai
bagian dari penilaian keseluruhan auditor terhadap resiko salah saji yang material.
Dalam beberapa kondisi, auditor mungkin mempelajari bahwa kelemahan dalam
pengendalian adalah signifikan sehingga laporan keuangan klien tidak dapat diudit.
Sehingga, sebelum membuat penilain awal atas resiko pengendalian untuk setiap
kelompok transaksi yang material, auditor pertama kali harus menentukan apakah
entitas tersebut dapat diaudit.
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah menukur resiko pengendalian
dengan menghubungkan pengndalian kekurangan-kekurangan yng signifikan dan
kelemahan-kelemahan material terhadap tujuan audit terkait dengan transaksi.

B. Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan ( SPIP )


Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus
dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan efisien. Untuk mewujudkannya
dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa
penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat
mencapai tujuan. Sistem inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP).
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian
Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta
hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak, sehingga
dalam pengembangan dan penerapannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
harus memperhatikan aspek biaya manfaat (cost and benefit), rasa keadilan dan

kepatutan,

perkembangan

teknologi

informasi

dan

komunikasi

serta

mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.

BAB 6 Audit atas transaksi Pendapatan


A. Mendapatkan Pemahaman dan Menilai Risiko Pengendalian
Menilai risiko pengendalian.
Empat penilaian yang spesifik harus dibuat untuk tiba dipenilaian awal :
1. Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit
2. Menentukan resiko kendali yang telah dinilai didukung oleh
pemahaman yang diperoleh
3. Menilai apakah mungkin bahwa resiko kendali yang dinilai lebih
rendah bisa didukung
4. Menentukan resiko pengendalian yang sesuai yang telah dinilai

Mengidentifikasi sasaran audit yang terkait dengan transaksi


auditor biasanya menilai resiko pengendalian untuk sasaran hasil audit yang
terkait dengan transaksi untuk masing-masing jenis transaksi dalam setiap siklus
transaksi

Mengidentifikasi pengendalian spesifik


auditor mengidentifikasi kendali dengan melanjutkan informasi yang
deskriptif tentang sistem klien.
Pengujian Pengendalian (test of control)
Pengujian

pengendalian

merupakan

prosedur

audit

yang

dirancang

untuk

memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama


ditujukan untuk mendapatkan informsi mengenai:
1) frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan.
2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut dan.

3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut. Perancangan


program audit untuk pengujian pengendalian di bahas lebih lanjut dalam bab 8
penaksiran resiko dan desain pengendalian.
Prosedur Analitis
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal
proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini
dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara
data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitij
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor
melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk
itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan
perbandingan (comparative financial statements) merupkaan cara yang umumnya
ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis
besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien.
Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan
a.

kemungkinan

Penerapan

prinsip

terjadi
akuntansi

karena
berterima

kesalahan
umum

dalam:
di

Indonesia

b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia


c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia
d.

Ketidaktepatan

e.

Perhitungan

f.

Pekerjaan

pisah

batas

(penambahan,
penyalinan,

(cutoff)

pengurangan,

penggolongan

pencatatan

pengalian
dan

dan

peringkasan

transaksi
pembagian)
informasi

g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan


Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan (sale
revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan:

BAB 7 Audit atas transaksi belanja


A. SIFAT SIKLUS BELANJA DAERAH
Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh
barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk
dinas dan instansi pemerintah daerah.siklus ini dimulai dengan adanya permintaan pembelian
dari berbagai dinas/setingkat dinas melalui pengajuan daftar isian anggaran dari masing
masing dinas. Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah bisa dilakukan secara
tunai maupun kredit (menimbulkan uang), baik untuk belanja aparat maupun belanja
pelayanan publik. Audit siklus belanja ini berkaitan dengan belanja pegawai; belanja
operasional seperti pengadaan barang inventaris kantor dan ATK; belanja pemeliharaan dan
lain-lain. Dua kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan
pengeluaran kas.
Kedua kelompok ini mempengaruhi rekening-rekening sebagai berikut :
1) Kas
2) Persediaan barang habis pakai
3) Aktiva tetap
4) Aktiva lain lain
5) Utang
Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah ini sangat berpengaruh terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah. Kesalahan dalam membedakan antara pengeluaran /
belanja untuk belanja aparat dengan pengeluaran/belanja untuk pelayanan publik akan
menyebabkan laporan keuangan yang salah saji. Berbagai pos rekening seperti belanja
administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan
dapat bersifat material secara individual. Dengan demikian, auditor berusaha untuk
mencapai tingkat resiko yang lebih rendah dengan memastikan bahwa transaksi dalam
pos belanja daerah bukan merupakan sumber salah saji material dalam laporan keuangan.

B. RESIKO BAWAAN
Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak entitas adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya resiko bawaan siklus belanja, yaitu :
1) Volume transaksi yang selalu tinggi
2) Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa rotasi
3) Pembelian aktifa yang tidak perlu
4) Masalah akuntansi yang berkembang.
Tingginya volume transaksi akan meningkatkan kemungkan terjadinya salah saji.
Semakin tinggi volume transaksi, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pencatatan transaksi tersebut. Disamping it, terdapat juga kemungkinan
bahwa entitas melakukan pembelian aktiva yang tidak perlu. Namun, sering terjadi kasus
dimana dimana entitas masih tetap mencatumkan aktiva yang tidak berguna dalam
neracanya sebesar nilai dari aktiva tersebut. Masalah akuntansi mengenai penetuan
apakah harga perolehan aktiva dikapitalisasi atau dibebankan mengakibatkan tingginya
kemungkinan kesalahan dalam pengeluaran kas.

BAB 8 Audit atas transaksi Penerimaan dan Pengeluaran pembiayaan


AUDIT TERHADAP TRANSAKSI KAS
( PENERIMAAN )

A. Permasalahan Audit Terhadap Saldo Kas


Tujuan menyeluruh dalam audit atas siklus penjualan dan penerimaan kas adalah
untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan
secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Auditor dalam rangka pelaksanaan audit terhadap saldo rekening kas menghadapi
kemungkinan adanya risiko deteksi yang pada dasarnya dipengaruhi oleh tingkat risiko
melekat dan risiko pengendalian. Mengingat transaksi yang terbentuk dalam siklus ini
demikian besarnya (berpengaruh terhadap ke lima siklus yang lain) dengan sendirinya

risiko melekat yang ada dalam siklus ini juga sangat tinggi. Oleh karenanya tujuan audit
untuk memperoleh keyakinan terhadap eksistensi dan peristiwa yang melatar belakangi
pembentukan transaksi, serta kesempurnaan penyajian elemen kas harus mendapat
perhatian yang seksama.sangat berbeda dengan permasalahan dalam pencapaian tujuan
memperoleh keyakinan terhadap hak dan kewajiban, maka dalam hal ini tingkat risiko
salah saji menjadi sangat rendah. Demikian halnya terhadap tujuan penyajian dan
pengungkapannya cenderung beresiko rendah. Namun demikian harus diingat,
bahwasanya efektivitas pengendalian terhadap penerimaan dan pengeluaran kas sangat
tergantung pada kelima siklus yang terkait dengan rekening kas.
Memperhatikan hal-hal yang relevan dengan pengujian ini, maka langkah yang
harus dipertimbangkan oleh auditor adalah:
1. auditor menentukan perencanaan pendahuluan auditor terhadap risiko deteksi sebagai
dasar penentuan strategi audit terhadap setiap asresi kas,
2. menentukan revisi risiko
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN
( PEMBIAYAAN )
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang atau jasa. Barang yang
diperoleh perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan
untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau sediaan dan
surat berharga yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam
jangka waktu satu tahun atau kurang. Jasa yang diperoleh perusahaan juga dapat dibagi
menjadi dua, yaitu jasa yang hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang (jasa
personel, bunga, asuransi, iklan) dan jasa yang menghasilkan manfaat lebih dari satu tahun
(aktiva tidak berwujud).

Anda mungkin juga menyukai