Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dinar Aliefia
Muhammad Andrie Ardiansyah
Muhammad Teguh Wahyudi
Nuke Fernanda
Raras Nurwijayanti
Ruzka Septiani Prasiwi

(P2. 31. 33. 1. 15. 002)


(P2. 31. 33. 1. 15. 023)
(P2. 31. 33. 1. 15. 040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI D-IV TINGKAT II
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Telp.(021)7397641, 7397643.Fax (021) 7397769
2016

Sejarah dan Perkembangan Toksikologi Lingkungan


1. Pengertian Toksikologi
Definisi umum toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun.
Doul dan Bruce (1986) memberikan definisi racun sebagai agen yang dapat
mengakibatkan kerusakan atau kematian apabila dicerna atau terabsorpsi.
Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengaruh-pengaruh yang mengganggu atau merusak yang disebabkan oleh agenagen kimia dalam sistem biologi. Truhaut (1974), menyatakan bahwa toksikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang bahan-bahan racun, yaitu senyawa yang
dapat menyebabkan perubahan atau gangguan terhadap organisme, dapat
membahayakan dimana hal terburuk yang mungkin terjadi adalah kematian pada
organisme target.
Racun (poison) adalah setiap agen yang dapat menyebabkan kerusakan
dalam sistem biologi. Pada hakikatnya semua zat kimia yang terdapat di alam
memiliki potensi untuk menghasilkan kerusakan atau kematian apabila bahan
tersebut ada dalam jumlah yang cukup untuk mengakibatkan kerusakan atau
kematian pada organisme.

2. Pengertian Lingkungan
Secara harfiah lingkungan berarti ruang lingkup atau sekitar atau alam
sekitar atau masyarakat sekitar, dll.
Lingkungan juga diartikan sebagai kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam, seperti tanah, energi, air, surya, serta flora
dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun yang hidup di dalam lautan,
dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia, eperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik. Lingkungan dapat diartikan juga sebagai segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia dan memengaruhi perkembangan hidup
manusia.

3. Toksikologi sebagai Ilmu Lingkungan


Ilmu-ilmu lingkungan merupakan suatu ilmu yang bersifat multidisiplin
karena melibatkan beberapa bidang studi, diantaranya biologi, ekologi, kimia,
biokimia, fisika, geofisika, geologi, klimatologi, dll. Perkembangan ilmu dan
teknologi di zaman modern ini turut mengembangkan ilmu-ilmu lingkungan
yang pada awalnya merupakan bagian dari sejarah alam dan kedokteran. Akan
tetapi, sekarang sudah menjadi kesatuan yang terpadu dengan pendekatan
interdisiplin untuk mempelajari sistem-sistem lingkungan.
Ilmu lingkungan berkembang pesat pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an
yang aktif ditekankan untuk melakukan investigasi ilmiah yang didorong dengan
cara pendekatan multidisiplin untuk menganalisi masalah-masalah lingkungan
yang kompleks. Dibutuhkan adanya peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan lingkungan dan protokol lingkungan untuk suatu penelitian serta
kesadaran masyarakat tentang pentingnya suatu aksi dalam menghadapi masalahmasalah lingkungan. Kesadaran ini diawali oleh terbitnya buku Silent Spring
oleh R. Carson (1962) serta adanya laporan-laporan tentang isu-isu lingkungan,
seperti tumpahan minyak di lautan, pembakaran hutan, pertambangan, dan
pemanasan global. Maka sekarang berkembang ilmu-ilmu lingkungan seperti:
1. Kimia Lingkungan
2. Entomologi Lingkungan
3. Toksikologi Lingkungan
4. Ekotoksikologi
5. Dll

4. Sejarah dan Perkembangan Toksikologi Lingkungan


Kata racun berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata tox, yang artinya
panah. Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam peperangan,
dan disetiap anak panah selalu terdapat racun. Didalam Papyrus Ebers
(1552 SM) orang-orang mesir kuno telah memuat infomasi tentang ramuan untuk

racun. Di India (500-600 SM) di dalam Charaka Samhita di tulis bahwa perak,
tembaga, emas , timbale dan lain-lain bersifat racun.
Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai bapak kedokteran dan
seorang

toksikolog,

dia banyak menulis tentang

racun

bisa ular

dan penangkalnya. Ada juga Pendacious Dioscorides (50 M)dikenal sebagai


bapak Meteria Medika, dalam bukunya dia mengelompokkan racun dari
tanaman, hewan dan mineral. Hal ini membuktikan bahwa efek yang ditimbulkan
oleh racun telah dikenal oleh manusia sejak awal perkembangan manusia.
Namun evaluasi yang lebih serius terhadap usaha ini baru dimulai oleh
Maimonides (1135-1204) dalam bukunya yang terkenal yaitu Racun dan
Antidotumnya. Pada abad 16, Paracelcius (Philippus Aureolus Theophratus
Bombast von Hohenheim) yang hidup antara 1493-1541, seorang toksikolog
besar yang menyatakan semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang tidak
beracaun, hanya dosis yang membuatnya menjadi tidak beracun. Pernyataan ini
menjadi konsep dasar hubungan dosis reseptor dan indeks terapi yang
berkembang kemudian hari.
Matthieu Joseph BonaventuraOrfila (1787-1853) dikenal sebagai bapak
toksikologi modern, dia mengembangkan hubungan sistematik antara suatu
informasi kimia dan biologi tentang racun. Dia adalah orang pertama yang
menjelaskan pentingnya analisis kimia guna membuktikan bahwa ada kaitan
antara zat kimia dengan badan. Dia juga merancang metode untuk mendeteksi
racun dan menunjukkan pentingnya analisis kimia sebagai bukti hukum pada
kasus kematian akibat keracunan.
Sejarah mencatat pada awal revolusi pertanian telah menggunakan berbagai
jenis bahan kimia yang begitu saja dibuang ke lingkungan. Demikian juga
limbah industri yang pada awalnya tanpa melalui pengolahan dibuang ke
lingkungan

merupakan

penyabab

cepatnya

menurunnya

kualitas

lingkungan.RACHEL CARSON sekitar tahun 1962 menerbitkan buku yang


berjudul Silent Spring dalam bukunya menggambarkan secara statistik terjadi
peningkatan kematian burung-burung dan ikan akibat pemakaian pestisida yang
berlebih. Sehingga dikemudian hari keadaan tersebut akan dapat meracuni
manusia (HODGSON dan LEVI, 2000).Tulisan Carson membangkitkan
kesadaran manusia akan bahaya hazards bahan kimia di lingkungan. Untuk itu

diperlukan perlindungan terhadap lingkungan, yaitu penetapan batas minimal


senyawa berbahaya yang diijinkan berada di lingkungan. Kesadaran ini
melahirkan berbagai peraturan dan regulasi yang bertujuan terciptanya
lingkungan hidup yang sehat dan aman.
Di Indonesia, penelitian penurunan kualitas lingkungan yang berdampak
pada kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan, seperti pada tahun 1996
masyarakat Semarang dibuat gundah, karena publikasi hasil penelitian dosen
perguruan tinggi di kota itu tentang kandungan logam berat (Pb, Cd, Hg, dll)
pada daging ayam broiler (WIDIANARKO, 1997).
Penelitian terhadap pengaruh pencemaran lingkungan pada kualitas dan
keamanan pangan bukanlah hal yang baru sama sekali di Indonesia, karena
sudah dimulai dua dekade sebelumnya, seperti hasil penelitian Lembaga Ekologi
Unversitas Padjadjaran Bandung dan Universitas Wagningen-Belanda pada
tahun 1972 dan juga dengan peneliti Jepang pada tahun 1988, melaporkan bahwa
produk budidaya, seperti ikan, telur, itik, udang, kerang-kerangan dan beras telah
tercemar oleh logam berat (Cd) yang relatif tinggi, selain itu ditemukan juga
akumulasi pestisida hidrokarbon terklorinasi (WIDIANARKO, 1997).
PAGORAY (2001) melaporkan tingginya kandungan b, Cd dan Hg
dibantaran Kali Donan kawasan industri Cilacap. Tingginya kandungan logam
berat tersebut diakibatkan pembuangan limbah logam berat sisa proses produksi
belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan pemerintah dan masih
digunakannya logam-logam berat dalam proses produksi.

Ilmu Toksikologi lingkungan muncul dilatarbelakangi oleh adanya interaksi


manusia dan lingkungan yang ditandai dengan:

Penemuan bahan kimia baru yang cukup banyak baik alamiah maupun

buatan (sintesis)
Perubahan kualitas lingkungan akibat aktivitas manusia (industri, kendaraan
bermotor, kebutuhan perumahan baru, peningkatan produksi pertanian dll).
Perubahan tersebut dilakukan sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan
manusia

Pengingkatan hasil samping kegiatan manusia berupa limbah (padat, cair dan
gas) yang dibuang ke lingkungan dengan atau tanpa pengolahan terlebih
dahulu. Jumlah limbah yang cukup banyak membuat alam tidak mampu self
purification. Oleh karena itu perlu campur tangan manusia untuk menjaga
agar alam tetap mampu self purification, sehingga kerusakan alam,
timbulnya penyakit akibat lingkungan bisa dicegah.

Beberapa peristiwa berkaitan dengan peracunan lingkungan:

Pencemar udara SOX, CO, NOX, PAH(Policyclic Aromatic Hidrocarbon),


DDT(Dietil Difenil Dichlor Etan), PCB (Polichlor Bifenil), CFC (Chloro
Fluorocarbon) dll efeknya mulai dari yang ringan iritasi kulit, hingga berat
seperti penyakit pernafasan, efek DDT pada cakung telur menjadi rapuh

sehingga mudah pecah, tidah menetas dan akhirnya populasi punah.


Bocornya reaktor nuklir seperti di chernobil, rusia, fukusima jepang.
Efeknya antara lain terjadi kanker kelenjar gondok pada anak-anak akibat

sinar radioaktif dari radon.


Pabrik plastik dengan bahan baku vinil chlorida dan acetalidehide. Pabrik ini
membuang Hg ke teluk Minamata. Ikan mengandungn 27-102 ppm berat
kering Hg. Selama tahun 1953-1960 terjadi keracunan hg pada 111 nelayan.

Gejala: sulit mendengar dan kehilangan koordinasi otot-ototnya.


Kasus bom Hiroshima & Nagasaki. Detonasi bom secara langsung
menyebarkan panas yang tak terkira dan memastikan semua organisme
sekitar 1 mil.

Daftar Pustaka
Diunggah pada tanggal 19 Februari 2009 oleh Dr. I Made Agus Gelgel Wirauta.
M.Sc. Website http://www.scribd.com/doc/27116301/Toksikologi-Umum Dr. I
Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Sc.
(Wikipedia Bahasa Indonesia ; Definisi Lingkungan, April 2014).

Anda mungkin juga menyukai