Anda di halaman 1dari 24

HANDOUT MATA KULIAH PSIKOMETRI

TEORI SKOR MURNI KLASIK


Wahyu Widhiarso
Fakultas Psikologi UGM
2008

PENGERTIAN SKOR
SKOR adalah penghargaan kuantitatif yang diberikan kepada subjek karena
respon yang diberikan
Skor besar diberikan jika respon subjek mendukung konstrak yang
hendak diukur
Skor kecil diberikan jika respon subjek kurang mendukung konstrak yang
hendak diukur
SKOR menunjukkan besarnya kapasitas konstrak psikologis yang diukur
dalam diri subjek
Semakin besar skor, semakin besar kapasitas konstrak psikologis
tersebut dimiliki oleh subjek
Skor Skala Kecemasan menunjukkan besarnya kapasitas kecemasan
dalam diri subjek
SKOR yang didapatkan oleh subjek mengandung eror
Eror adalah kesalahan pengukuran yang menyebabkan diskrepansi
antara besarnya skor dan besarnya kapasitas konstrak ukur dalam diri
subjek

ILUSTRASI
Besarnya Abilitas Subjek

Adanya eror menyebabkan


prediksi skor hasil pengukuran
terhadap besarnya abilitas
subjek menjadi bias.
Terlihat pada gambar, bahwa
ada skor hasil pengukuran yang
melenceng dari besarnya abilitas
subjek

Skor Hasil Pengukuran

Persamaan SKOR
Berat Badan
Individu

Berat Badan
Hasil Timbangan

51

53

Ti

Xi

EROR

Ei

Xi
Ti
Ei

= Skor Tampak (dari hasil pengukuran)


= Skor Murni (menunjukkan atribut ukur dengan tepat)
= Eror (ketidakakuratan pengukuran)

Xi
Ti
Ei

= Dapat diketahui secara langsung


= Tidak dapat diketahui
= Tidak dapat diketahui

TANTANGAN PSIKOMETRI

5=?+?
Seorang subjek mendapatkan skor 5 pada Skala Empati.
Berapakah skor murni subjek tersebut?
Bisakah kita menyelesaikan persamaan di atas? Tantangan
psikometri adalah menyelesaikan persamaan dengan dua
bilangan anu yang tidak diketahui.

TANTANGAN PSIKOMETRI

A =B +C
5=?+?
Dengan menggunakan asumsi, kita bisa menyelesaikan
persamaan di atas. Dari persamaan di atas, misalnya
diasumsikan bahwa kriteria B adalah (1) bilangan bulat dan
(2) bilangan gasal.
Dengan menggunakan asumsi tersebut, maka kita dapat
mengetahui besarnya B dan C.

CONTOH FUNGSI ASUMSI


Asumsi merupakan pengkondisian situasi agar sebuah prosedur
diterapkan. Asumsi adalah kriteria yang harus dipenuhi dan
menjadi persyaratan agar sebuah prosedur dapat berjalan
dengan baik.

Persamaan Pythagoras
c
a

a2+b2=c2
dapat berlaku jika diasumsikan
segitiga tersebut siku-siku dan
berada pada bidang datar

EROR PENGUKURAN

Simulasi

Pengantar
Andaikan kita mengukur abilitas individu beberapa kali
Setiap kali kita melakukan pengukuran, hasil pengukuran kita
mengandung unsur eror
Semakin banyak pengukuran dilakukan, didapatkan rerata
eror pengukuran sama dengan nol
Eror yang menyebabkan skor meningkat dan eror yang
menyebabkan skor menurun membuat rerata eror sama dengan
nol.

Rata-rata hasil pengukuran menunjukkan skor murni individu.

ILUSTRASI
HASIL PENGUKURAN IQ PADA SUBJEK SELAMA 5 KALI TRIAL
Trial
1
2
3
4
5
Rerata

T
100
100
100
100
100
100

Abilitas Individu
adalah konstan

E
-2
2
1
0
-1
0

Rata-rata eror
pengukuan adalah
nol

X
98
102
101
100
99
100

Rata-rata hasil
pengukuran
menunjukkan skor
murni individu

ILUSTRASI
Jika eror bersifat acak, maka dengan
melakukan pengukuran berulang
sebanyak mungkin maka didapatkan
distribusi skor tampak mengikuti kurva
normal dengan rerata sama dengan skor
murni

50
SEMAKIN BANYAK PENGUKURAN DILAKUKAN
Nilai rerata eror semakin mendekati nol
Nilai rerata skor tampak semakin mendekati skor murni
Keterpercayaan terhadap pengukuran semakin tinggi
Asumsinya :
Tidak ada unsur pembelajaran
Tidak ada unsur kelelahan pada subjek

ILUSTRASI
HASIL PENGUKURAN KECEMASAN 8 ITEM PADA 5 ORANG SUBJEK
ITEM

Subjek
A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

1
2
3
4
5

Jika diasumsikan item A1 hingga A8 mengukur konstrak yang sama maka


dapat dianalogikan subjek dikenai pengukuran sebanyak 8 kali. Semakin
banyak item yang dilibatkan maka semakin tinggi keandalan sebuah
pengukuran

ASUMSI TEORI SKOR MURNI KLASIK


EROR PENGUKURAN
Eror pengukuran bersifat acak. Eror pengukuran muncul karena banyak
faktor, faktor mana yang berpengaruh dan besarnya eror tiap faktor
tidak dapat diprediksi sehingga eror dapat dikatakan bersifat acak.

Contoh. Sebuah Tes Matematika diberikan kepada siswa di kelas. Eror pengukuran muncul
secara acak. Ada siswa diuntungkan dengan karakteristik soal yang berupa multiple
choice, ada siswa yang diuntungkan karena kebetulan materi yang ditanyakan sesuai
dengan yang dipelajari dengan tekun sehingga skor mereka meningkat. Di sisi lain, ada
siswa yang dirugikan tes dilakukan ketika siang hari ketika siswa dalam kondisi lelah,
sehingga skor mereka menurun.

Karena bersifat acak, eror tidak memiliki hubungan dengan eror lainnya
maupun dengan skor murni.

Besarnya eror pada pengukuran satu tidak terkait dengan besarnya eror pada pengukuran
yang lain. Di sisi lain, besarnya eror tidak terkait dengan tingginya kualitas atribut psikologis
subjek.

Eror tidak memiliki hubungan dengan eror lainnya


Trial

Hari 1

E1

Hari 2
X1

E2

X2

-1

-1

-1

-3

-1

-1

-3

-2

-1

-2

10

re1e2=0

EROR PENGUKURAN
EROR SISTEMATIK
Eror sistematik besarnya adalah konsisten pada tiap
pengukuran.
Eror ini tidak mempengaruhi distribusi skor, melainkan
mempengaruhi rerata skor

EROR NON SISTEMATIK


Eror non sistematik adalah eror yang bersifat acak sehingga
besarnya bervariasi pada tiap pengukuran.
Eror ini mempengaruhi distribusi skor, tetapi tidak
mempengaruhi rerata skor

Eror Sistematik
T
2
1
3
4
2

E
1
1
1
1
1

X
3
2
4
5
3

Nilai Eror Konstan

Eror Non Sistematik


T
2
1
3
4
2

E
-2
1
-1
2
0

X
0
2
2
6
2

Nilai Eror Bervariasi

ERROR NON SISTEMATIK

ERROR SISTEMATIK

ILUSTRASI
Besarnya Abilitas Subjek
Eror Sistematik

Eror Non Sistematik

Skor Hasil Pengukuran

RELIABILITAS & VALIDITAS


VALIDITAS
Pengukuran yang tidak
mengenai sasaran (Kurang
Tepat Ukur)

RELIABILITAS
Pengukuran mengenai
sasaran tetapi seksama
(Kurang Konsisten)
TARGET UKUR
HASIL UKUR

MODEL TEORI SKOR MURNI KLASIK


HUBUNGAN ANTAR SKOR MURNI
NILAI SKOR MURNI SAMA (T1=T2) PARALEL
Masing-masing item memiliki kapasitas yang sama dalam mengukur
atribut ukur

NILAI SKOR MURNI SETARA (T1=T2+B) TAU EQUIVALENT


Masing-masing item memiliki kapasitas yang relatif setara dalam
mengukur atribut ukur yang mengikuti pola aditif.

NILAI SKOR MURNI LINIER (T1=AT2+B) CONGENERIC


Masing-masing item memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengukur
atribut ukur dengan hubungan dalam pola persamaan linier

MODEL TEORI SKOR MURNI KLASIK


Kutipan item dalam Skala Harga Diri
1.

Saya orang yang gagal

SS

TS

STS

Saya sering merasa tidak berguna

SS

TS

STS

APAKAH KEDUA ITEM MEMILIKI KAPASITAS YANG SAMA


DALAM MENGUKUR HARGA DIRI INDIVIDU ?

RANGKUMAN ASUMSI

X=+E
Skor tampak adalah penjumlahan antara skor murni dan error

et = 0
Tidak ada hubungan antara eror pengukuran (e) dan sekor murni (T)

e1e2 = 0
Besarnya error pada satu tes tidak berhubungan dengan error pada tes lainnya

e1t2 = 0
Besarnya error pada satu tes tidak berhubungan dengan skor murni pada tes lainnya

MODEL TEORI SKOR MURNI KLASI


Paralel

T1=T2
Cov(E1E2)=0
Var(E1)=Var(E2)
k1= k1

skor murni sama


varian eror tidak memiliki kaitan
varian eror sama besar
aitem belahan sama panjang

T-equivalent

T1=T2+C
Cov(E1E2)=0
k1= k1

perbedaan antar skor murni selalu tetap


varian eror tidak memiliki kaitan
aitem belahan sama panjang

Congeneric

T1=CT2 +C
Cov(E1E2)=0

hubungan skor murni mengikuti persamaan linier


varian eror tidak memiliki kaitan

Anda mungkin juga menyukai