197904262002122001naskah 0.6
197904262002122001naskah 0.6
PENDAHULUAN
Peraturan proteksi radiasi dan ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi didasarkan
pada prinsip bahwa bekerja dengan menggunakan sumber radiasi pengion harus dilakukan
dengan cara membatasi penerimaan dosis radiasi serendah mungkin. Oleh karena itu pada
lokasi-lokasi dimana material radioaktif tersebut digunakan, misalnya pada fasilitas untuk
diagnosa dan terapi penyakit dengan sinar X atau sinar Gamma di rumah sakit, perlu dibuat
perisai agar paparan radiasinya tidak menyebar keluar.
Material yang dapat digunakan sebagai perisai agar paparan radiasi tidak menyebar ke
tempat yang tidak diinginkan antara lain adalah beton, timbal, baja, dan material berat lain.
Untuk radiasi sinar X atau sinar Gamma, kemampuan material dalam menyerap radiasi
terutama dipengaruhi oleh densitas material dan besarnya energi radiasi. Timbal mempunyai
densitas yang besar sehingga jika digunakan sebagai dinding perisai radiasi Gamma ketebalan
yang diperlukan tidak terlalu besar. Namun, harganya jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan beton. Selain itu ketersediaan bahan dan pelaksanaan pengerjaan beton lebih mudah
dari pada timbal. Oleh karena itu, jika faktor tebal dinding bukan menjadi masalah, maka
penggunaan beton sebagai dinding perisai radiasi menjadi pilihan yang ekonomis.
Beton sebagai bahan bangunan dapat dibuat dalam berbagai variasi. Perbedaan
komposisi campuran bahan penyusun beton normal akan menghasilkan beton dengan kualitas
dan harga yang juga berbeda. Nilai faktor air semen (fas) beton normal menunjukkan tingkat
perbandingan antara jumlah air dan jumlah semen yang digunakan dalam campuran beton,
dimana semakin besar nilai fas berarti semakin sedikit penggunaan semen yang berarti juga
semakin murah harga beton. Namun, semakin besar nilai fas kekuatan beton akan semakin
menurun. Faktor air semen 0,6 mewakili tingkat fas yang besar dengan kuat tekan beton yang
dihasilkan masih memenuhi syarat beton struktur. Selanjutnya diperlukan suatu penelitian
untuk mengetahui tingkat kemampuan beton normal dengan fas 0,6 sebagai perisai radiasi.
Tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi elektromagnetik melewati suatu
bahan penyerap adalah efek foto listrik, hamburan Chompton, dan produksi pasangan.
Probabilitas terjadinya ketiga proses tersebut ditentukan oleh nomor atom bahan peresap dan
energi radiasi yang diserap. Efek foto listrik terutama terjadi pada foton dengan energi antara
0,01 MeV hingga 0,5 MeV, dan pada materi dengan nomor atom besar. Pada peristiwa ini
energi foton diserap seluruhnya oleh elektron yang terikat oleh atom bahan. Proses hamburan
Chompton dominan pada radiasi elektromagnetik dengan energi antara 0,2 MeV hingga 5
MeV. Pada peristiwa ini, energi foton datang yang diserap oleh elektron atom bahan diubah
menjadi energi kinetik elektron dan foton hamburan yang berenergi lebih rendah. Proses
2
produksi pasangan lebih sering terjadi pada bahan dengan nomor atom tinggi dan hanya dapat
terjadi pada energi lebih besar dari 1,02 MeV. Pada peristiwa ini foton yang berinteraksi
dengan atom bahan akan lenyap dan sebagai gantinya timbul sepasang elektron-positron.
Positron yang terbentuk selanjutnya berinteraksi dengan elektron dalam bahan, hingga massa
dari kedua partikel berubah menjadi dua buah foton yang selanjutnya dapat berinteraksi
dengan bahan melalui proses fotolistrik maupun hamburan Chompton (Akhadi M., 2000).
METODE PENELITIAN
Beton normal dibuat dari campuran batu pecah, pasir, semen dan air, dengan faktor air
semen 0,6. Sumber radiasi yang digunakan adalah Europium-152 (152Eu) pada tingkat energi
121,7824 keV, Iodium-131 (131I) yang memiliki intensitas energi 364,5 keV, dan Cesium-137
(137Cs) dengan intensitas energi 661,6 keV.
Benda uji terdiri dari dua macam, yaitu benda uji untuk uji teknis beton berbentuk
silinder jumlah 3 buah dan benda uji untuk uji koefisien attenuasi beton berbentuk kubus
dengan ketebalan 1 cm sampai dengan 15 cm.
30
cm
15
Gambar 1. Benda
cmUji Teknis
15
cm
1 - 15
15
cm
cm
Gambar 2. Benda Uji Koefisien Attenuasi
Uji modelus Elastisitas beton dilaksanakan dengan standar pengujian berdasarkan SNI
03-4169-1996.
c. Uji berat jenis beton
Berat jenis beton diuji dengan jalan menimbang silinder beton (A) dan mengukur
dimensinya sehingga volume silinder beton dapat diketahui (V). Berat jenis beton
dihitung dengan persamaan: Bj = A/V
(1)
131
I dan
137
152
melewati beton perisai (Ii). Jumlah data yang akan didapatkan sebanyak jumlah
penyinaran yang dilakukan pada tiap sampel, dimana pada penelitian ini dilakukan
100 kali penyinaran dengan waktu cacah 20 detik. Dari data yang tersedia disusun
distribusi normal untuk menentukan nilai reratanya (I). Kemudian dihitung besarnya
intensitas relatif (Io/I), dimana Io adalah intensitas radiasi elektromagnetik dari
sumber sinar radiasi sebelum melalui beton perisai. Selanjutnya dibuat grafik
hubungan antara ketebalan dengan intensitas relatif, dimana absis menunjukkan
ketebalan dan ordinat menunjukkan intensitas relatif dalam bentuk ln. Garis yang
menghubungkan titik-titik pada grafik tersebut menyatakan persamaan I=Ioe-x, dan
besarnya kemiringan garis tersebut menunjukkan nilai koefisien atenuasi bahan perisai
Berat Jenis
Sampel
1
2
3
Rerata
(kg/m3)
2388.22
2240.39
2371.20
2333.27
(MPa)
44.11
39.33
41.93
41.79
(MPa)
38706
37263
35042
37003.67
Berat jenis beton yang dihasilkan berada dalam kisaran 2200 Kg/m 3 - 2500 Kg/m3,
sehingga beton tersebut termasuk dalam kategori beton normal. Hasil uji kuat tekan
menunjukkan rerata kuat tekan yang dihasilkan sebesar 41.79 Mpa. Kekuatan minimal beton
struktur yaitu l7.5 Mpa, sedangkan kekuatan beton normal biasanya dalam kisaran 30 Mpa.
Banyak faktor yang berpengaruh pada tingkat kuat tekan beton, yaitu karakterstik bahanbahan utama penyusun beton yang dipilih, rencana proporsi campuran beton, dan pelaksanaan
pekerjaan beton. Bahan-bahan utama penyusun beton yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai karakteristik yang cukup bagus, diantaranya dilihat dari kekuatan aus agregat
kasarnya yang jauh dari batas minimum yang disyaratkan. Dari perhitungan gradasi agregat
campuran, diperoleh gradasi campuran yang terbentuk mempunyai karakteristik saling
mengisi yang baik. Sifat saling mengisi ini menjadikan di dalam beton tidak terlalu banyak
rongga sehingga kekuatan beton tinggi.
Pekerjaan pembuatan beton dilaksanakan dengan cermat, baik selama proses
pengadukan bahan-bahan penyusun beton, maupun selama pencetakannya. Pemadatan
dilakukan secara manual menggunakan alat bantu batang besi, sehingga kepadatan yang
diperoleh cukup baik. Pada beton yang cukup padat tidak banyak terdapat rongga di dalamnya
sehingga kekuatannya pun tinggi. Perawatan beton selama menunggu sampai umur uji 28 hari
dilakukan dengan menyimpan benda uji beton di dalam bak air sehingga kelembapannya
selalu terjaga. Kelembapan beton perlu dijaga terutama selama terjadinya proses hidrasi
semen untuk memastikan air di dalam beton tidak menguap keluar. Menguapnya air ke luar
mengakibatkan beton kekurangan air untuk terjadinya proses hidrasi yang sempurna, sehingga
dapat timbul retak-retak pada permukaan beton yang dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan beton.
Hasil pengujian beton terhadap sinar radiasi yang didapat berupa data intensitas radiasi
sinar gamma baik sebelum maupun sesudah melewati perisai beton normal. Data tersebut
selanjutnya diolah dengan bantuan software SPSS untuk mendapatkan satu nilai intensitas
radiasi rerata dari sekumpulan data yang terdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai intensitas relatif dengan jalan membagi intensitas awal radiasi sebelum
melewati perisai dengan intensitas radiasi setelah melewati perisai untuk tiap jenis sumber
radiasi dan tiap ketebalan perisai beton. Contoh perhitungan ditunjukkan pada Tabel 2
Tabel. 2. Tabel Hubungan Tebal Perisai dengan Intensitas Radiasi dari Sumber Iodium-131
Bertenaga 364,5 keV
Tebal
I rerata
(cm)
0
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
(Cacah/20 detik)
5066,2
1348,641
976,809
615,545
505,482
412,957
297,75
224,791
204,399
149,873
117,644
74,367
44,524
33,675
Io/I
ln (Io/I)
1
3,7565
5,1865
8,2304
10,0225
12,2681
17,0149
22,5374
24,7858
33,8033
43,0638
68,1243
113,7858
150,4439
0
1,3235
1,6461
2,1078
2,3048
2,5070
2,8341
3,1152
3,2103
3,5206
3,7627
4,2213
4,7343
5,0136
152
Eu,
131
I, dan
137
macam bahan perisai, sinar radiasi dengan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan
koefisien attenuasi yang lebih kecil. Koefisien attenuasi adalah besaran yang menyatakan
kemampuan bahan dalam menyerap sinar radiasi. Semakin kecil koefisien attenuasi berarti
kemampuan serapannya terhadap sinar radiasi juga semakin rendah. Kemampuan serapan
suatu perisai menjadi lebih kecil ketika digunakan pada sinar radiasi berenergi tinggi yang
memiliki daya tembus besar, yang berarti koefisien attenuasi dari perisai tersebut juga akan
menjadi lebih kecil. Energi sinar yang digunakan dalam penelitian ini berturut-turut dari
rendah ke tinggi
adalah sinar
131
sehingga
I,
dan
137
Cs,
koefisien attenuasi
dari sinar
152
Eu,
152
Eu,
diperoleh
menurun berurutan
131
I, dan 137Cs.
Energi (keV)
121,7824
364,5
661,6
cm-1
0,5902
0,2902
0,2889
Grafik hubungan antara energi dengan koefisien attenuasi beton normal ditampilkan
pada Gambar 5.
suatu sinar radiasi yang besar pula. Sedangkan, semakin tinggi energi sumber radiasi,
kemampuannya menembus suatu material perisai juga semakin tinggi. Hal ini menyebabkan
kemampuan serapan perisai menurun, yang berarti nilai koefisien attenuasinya menjadi lebih
rendah. Karena keterbatasan ketersediaan sumber sinar, serta waktu dan biaya, pada penelitian
ini hanya digunakan tiga macam sumber radiasi. Meski demikian, hasil regresi eksponensial
grafik hubungan antara energi sinar dengan koefisien attenuasi diperoleh koefisien
determinasi diatas 0,5 sehingga persamaan regresi yang didapat cukup mewakili hubungan
antara energi radiasi dengan koefisien attenuasinya.
Nilai koefisien attenuasi yang diperoleh kemudian dinormalisasikan dengan cara
dibagi dengan berat jenisnya untuk mendapatkan nilai koefisien attenuasi massa. Grafik
hubungan antara energi dengan koefisien attenuasi massa beton normal ditampilkan pada
Gambar 6.
.
Gambar 7. Variasi Intensitas Radiasi Terhadap Tebal Perisai Beton Normal
Melalui grafik tersebut selanjutnya dapat ditentukan berapa tebal perisai yang
diperlukan jika diinginkan tingkat intensitas akhir tertentu dari sinar dengan energi dan
intensitas awal sama dengan yang digunakan dalam penelitian ini.
Selain dengan metode grafik, ketebalan perisai radiasi (x) suatu material dengan
koefisien atenuasi () untuk energi tertentu dengan intensitas awal (Io) dan intensitas akhir
setelah melewati perisai (I), dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
ln
Io
x
I
= 250 keV
Io
= 5 rem/jam
I pekerja radiasi
I masyarakat umum
Berdasarkan persamaan regresi dari grafik hubungan antara energi dengan koefisien
attenuasi untuk beton normal (Gambar 5) diperoleh besarnya koefisien attenuasi untuk energi
(variabel X) 250 keV adalah sebagai berikut:
= 0,598e-0,0013x = 0,282944 cm-1
Tebal dinding perisai yang diperlukan dihitung menggunakan Persamaan : ln
Io
x
I
5
0,282944 x
0,000571
x = 32,08 cm
Tebal dinding pembatas dengan ruang publik:
ln
5
0,40482 x
0,0000570
x = 40,23 cm
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Koefisien attenuasi yang menunjukkan tingkat kemampuan beton dalam menyerap radiasi sinar
gamma dari beton normal dengan faktor air semen 0,6 mangikuti persamaan =0,598e-0,0013x
10
Anonim, 1990, Tatacara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI T-15-1990-03),
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Pemukiman,
Badan
Penelitian
dan
11