Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Ruang Lingkup Aqidah Islam


Pendidikan aqidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri
seseorang. Ia merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak
memiliki aqidah menyebabkan amalannya tidak mendapat diterima oleh Allah
Subhanahu Wa Taala. Ayat-ayat yang terawal yang diturunkan oleh Allah
Subhanahu Wa Taala kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di
Makkah menjurus kepada pembinaan aqidah.
Dengan asas pendidikan dan penghayatan aqidah yang kuat dan jelas maka
nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah berjaya melahirkan sahabatsahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam mempertahan dan
mengembangkan Islam ke seluruh dunia.
Bilal bin Rabah tidak tergoyah imannya walaupun disiksa dan di tindih
dengan batu besar di tengah padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga
Amar bin Yasir tetap teguh iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut.
Dari sini kita nampak dengan jelas bahawa pendidikan aqidah amat penting dalam
jiwa setiap insan muslim agar mereka dapat mempertahan iman dan agama Islam
lebih-lebih lagi di zaman globalisasi yang penuh dengan cabaan dalam segenap
penjuru terutamanya internet dan teknologi maklumat yang berkembang dengan
begitu pesat sekali.
a. Pengertian Aqidah
Perkataan aqidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu aqada
yang berarti ikatan atau simpulan. Perkataan ini juga digunakan pada sesuatu
yang maknawi seperti akad nikah dan akad jual beli. Dari ikatan atau
simpulan yang maknawi ini maka lahirlah aqidah yaitu ikatan atau simpulan
khusus dalam kepercayaan. Sementara dari segi istilah, aqidah bermaksud
kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang
sehingga tidak mungkin tercerai atau terurai.
Secara teminologis (ishthilahan), terdapat beberapa definisi (tarif)
i.

antara lain:
Menurut Hasan Al-Banna




aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang
wajib diyakini keberadaannya oleh hati (mu), mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur
sedikitpun dengan keragu-raguan ( Al-Banna, tt., hal. 465)

3 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

ii.

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy :

, , ,


,

aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum


(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. Yakni
kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran itu (Al-Jazairy, 1978, hal. 21)
Jadi, Akidah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada Malaikat- malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitabkitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apaapa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama, perkara-perkara
yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma (konsensus) dari
Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita pasti, baik secara ilmiah
maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan
As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf As-shalih.
b. Dalil-Dalil tentang Aqidah




Katakanlah (kepada mereka yang berbuat kemusyirikan kepada Allah)
siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan dan menguasai) pendengaran dan penglihatan,
dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah
Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?. (QS : Yunus [10] : 31)

Ketahuilah/ilmuilah bahwasanya Laa Ilaha Illalah.(QS : Muhamad [47]:


19).

Kecuali

yang

bersaksi

terhadap

Laa

Ilaha

mengetahuinya.(QS : Zukhruf [47] : 86).



4 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Illalah dan

mereka

Tidaklah kami mengutus seorang Rosul/utusan sebelummu kecuali kami


wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Aku (Allah) maka bertauhidlah pada Ku (Allah). (QS : Al
Anbiya [21] : 25).
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang
disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. KemahaEsaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid
menjadi inti rukun iman.
Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam
meliputi:
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan

dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll.


2. Nubuwat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll
3. Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll
4. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan asSunnah seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda
kiamat, Surga-Neraka dsb.
c. Tujuan Aqidah Islam
Tujuan aqidah Islam bagi setiap muslim adalah:
i. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir.
Hal ini karena manusia adalah makhluk yang berketuhanan sejak ia
ii.

dilahirkan.
Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntutan

iii.

yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan YME.


Menghindarkan diri dari pengaruh akal yang menyesatkan manusia.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal pikiran. Pendapat
atau faham ini semata-mata didasarkan akal manusia, kadang-kadang

iv.

menyesatkan manusia itu sendiri.


Oleh karena itu, pikiran manusia perlu dibimbing oleh aqidah Islam,
agar terhindar dari kehidupan yang sesat.

d. Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-Nilai Aqidah


Adapun perilaku yang sesuaai dengan nilai-nilai aqidah islam, yaitu
antara lain:
i. Taqwa kepada Allah SWT. Taqwa kepada Allah berarti menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Taqwa
juga berarti berhati-hati dalam hidup, yakin menjaga diri dari semua
aturan yang diberikan Allah sebagaipenciptanya. Taqwa kepada Allah
menjadi kewajiban setiap muslim.

5 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Hai orang-orang yang beriman, taqwalah kamu kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akherat). Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
ii.

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hasyr: 18)
Berbuat
baik
kepada
kedua
orang
tua
Orang tua (ayah dan ibu) adalah orang yang menjadi perantara hidup
manusia di dunia. Islam memberi tuntunan bahwa setiap anak wajib
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, walaupun berbeda agama
dengan dirinya sendiri. Firman Allah:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
iii.
iv.

sombong dan membangga-banggakan diri ( Q.S An-nisa:36).


Berbuat baik kepada sesama manusia.
Berusaha dengan bersungguh-sungguh sepenuh hati

untuk

v.

memurnikan niat dalam beribadah kepada Allah Swt.


Berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk kesesatan, baik dalam

vi.

beribadah maupun peruatan dalam kehidupan sehari-hari


Berusaha untuk meningkatkan ketaatan dan ketakwaan lepada Allah

vii.

Swt. Dalam bentuk berbakti kepada keda orang tua.


Tidak mempercayai adanya makhluk gaib yang dapat mempengaruhi
nasib manudsia karena hak itu merupakan termasuk syirik.

e. Bahaya Penyimpangan Aqidah


Ada beberapa penyimpangan aqidah diantaranya:
1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya
pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang
menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.
2. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa
melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Quran dan

6 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut


tersesat.
3. Apabila anak tertepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan
dipengaruhi oleh acara l program televisi yang menyimpang,
lingkungannya, dan lain sebagainya.
f. Implementasi Agama Bagi Kehidupan
1. Aqidah dalam individu
Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam
rukun iman dalam kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
2. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling
menghormati dan saling menyayangi sesuai dengan ajaran islam.
Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah
yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena
dapat menjaga hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa
diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain

dengan saling

menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang


tentram dan harmonis. Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah tolong menolong, toleransi, musyawarah,
bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di depan
Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul
kehidupan bernegara yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik
pada negara itu sendiri.
Tak perlu lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena
rakyatnya sudah memiliki SDM yang tinggi berkat penerapan aqidah
yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan baik, maka negara
tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua
warganya akan hidup layak dan sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi
aqidah terhadap pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang
bagus untuk rakyat dan negaranya. Contohnya saat menyelesaikan
sebuah masalah pemerintahan. Dalam menyelesaikan masalah
pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan Al-quran dan
hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian
yang pasti dalam Al-quran dan hadist, maka akan dibuat keputusan
bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran tersebut. Segala
7 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar


dan diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu
kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan
diridhoi Allah Subhanahu Wa Taala.

2.2 Rukun Iman Sebagai Fondasi Aqidah Islam


Iman secara bahasa berarti kepercayaan, sedangkan secara istilah, iman
merupakan suatu keadaan yang didasarkan pada keyakinan dan mencakup segi-segi
perkataan dan perbuatan, yaitu perkataan hati dan lisan serta perbuatan hati dan anggota
badan. Perkataan hati adalah ilmu yang diyakini sementara perkataan lisan seperti dua
kalimat syahadat, tasbih dan istighfar. Adapun perbuatan hati seperti niat, ikhlas,
kecintaan kepada Allah, takut kepada Allah, tawakkal dan lainnya sementara perbuatan
anggota badan seperti sholat, haji dan lainnya. Sehingga secara syarI, iman yaitu
membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan
(perbuatan).
Iman mengandung 3 aspek, yaitu:
1. Hati, membenarkan apa yang kita percayai dengan yakin.
2. Lidah, menyatakan dan mengakui apa yang dipercayai hati.
3. Perbuatan, kesungguhan dan kebenaran iman akan terbukti kalau diikuti
dengan amal shaleh.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui di dalam hati tentang keberadaan Allah Taala, namun tidak diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Rukun iman memiliki enam pilar, yaitu:
a. Iman Kepada Allah
Sebagai umat islam, kita wajib meyakini bahwa yang menciptakan dan
mengatur alam semesta adalah Allah Taala, yaitu Zat Yang Maha Pencipta dan
8 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

maha kuasa atas segala sesuatu. Iman kepada allah adalah percaya atau yakin
dengan sesungguhnya akan adanya Allah Yang Maha Esa, baik zat-Nya,
perbuatan-Nya maupun sifat-sifat-Nya. Seseorang tidak akan dikatakan beriman
kepada Allah hingga ia mengimani empat hal, yaitu mengimani adanya Allah,
mengimani rububiah Allah,bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan
mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak
ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua
sembahan selain Allah. Mengimani semua nama dan sifat Allah yang Allah telah
tetapkan untuk untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta
menjauhi

sikap

menghilangkan

makna,

memalingkan

makna,

mempertanyatakan, dan menyerupakan-Nya.


b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah
Iman kepada malaikan berarti yakin dan membenarkan dengan sepenuh hati
bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan malaikan
dan makhluk gaib lainnya. Malaikan sebagai makhluk gaib tidak memasuki alam
nyata atau alam materiil, tapi alam rohani. Dia bertugas dan berfungsi sebagai
perantara dan pelaksana kehendak Allah, terutama yang berhubungan dengan
alam rohani manusia. Salah satu dari pekerjaan malaikat adalah meyampaikan
wahyu dan menulis segala perbuatan kita. Dari wahyu itulah kita memperoleh
informasi Tuhan itu esa. Allah memiliki aturan-aturan yang harus ditaati oleh
manusia (syariah).

Fungsi iman kepada malaikat diantaranya:


i) Memiliki pemahaman bahwa ada malaikat yang bertugas mencatat amal
perbuatan manusia, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang
jahat.
ii) Mengimani malaikat berikut sifat-sifatnya akan memberikan manfaat
yang besar dalam hidup dan kehidupan manusia di tengah-tengah
masyarakat yang penuh dengan berbagai macam persoalan.
iii) Mengimani malaikat dengan segala sifat-sifatnya akan mendorong
seseorang untuk melakukan hal yang terbaik dan berlomba-lomba dalam
kebaikan seperti yang diperintahkan oleh Allah.
Perbedaan manusia dan malaikat, yaitu:
i.

Asal kejadian, manusia diciptakan dari tanah sedangkan malaikat dari


cahaya.

9 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

ii.

Manusia ada yang patuh dan ada yang ingkar, sedangkan malaikat
senantiasa patuh dan taat kepada Allah Subhanahu Wa Taala.

iii.

Manusia dikaruniai nafsu, sedangkan malaikat tidak dikaruniai nafsu.

iv.

Manusia berjenis kelamin dan berkembangbiak, sedangkan malaikat


tidak.

v.

Wujud manusia terlihat, sedangkan wujud malaikat tidak nyata.

c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah


Pengeritan iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini
sepenuh hati bahwa Allah Subhanahu Wa Taala telah menurunkan kitabkitabnya kepada para nabi dan rosul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah
ucapan-Nya dan bukanlah ciptaan-Nya, karena kalam merupakan sifat Allah dan
sifat Allah bukanlah makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa al-quran
merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang diturunkan
sebelumnya.
Dalam al-quran disebutkan bahwa adalah empat kitab Allah, yaitu:

Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihissalaam.

Zabur diturunkan kepada Nabi Daud Alaihissalaam.

Injil diturunkan kepada Nabi Isa Alaihissalaam.

Al-quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi


Wasallam.

Al-quran sebagai kitab terakhir memiliki keistimewaan yang senantiasa


terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan.
Kitab adaah kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul untuk
diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Sedangkan suhuf
adalah wahyu yang disampaikan kepada para rosul, tetapi masih berupa lembaranlembaran yang tepisah. Persamanaan kitab dan suhuf adalah sama-sama wahyu dari
Allah. Sedangkan perbedaannya adalah isi kitab lebih lengkap daripada suhuf dan
kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan. Kitab-kitab Allah berfungsi untuk
menuntun manusia dalam meyakini Allah Subhanahu Wa Taala dan apa yang telah
diturunkan kepada rasul-rasulnya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah:
Perilaku yang mencerminkan keimanan kepada kitab Allah, yaitu:

Meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari Allah.

10 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Menjadikan kitab Allah sebagai pedoman khusus kitab yang diturunkan


kepada kita.

Memahami isi kandungannya.

Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Iman Kepada Rosul-rosul Allah


Iman kepada rasul-rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam
rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim. Yang dimaksud dengan iman
kepada rasul adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah
orang-orang yang terpilih oleh Allah untuk menerima wahyu dan untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Mengimani bahwa ada di
antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah sebagai perantara antara diriNya dengan para makhuknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah manusia biasa
yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak ketuhanan, karenanya
menyembah para nabi dam rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah.
Rasul adalah orang-orang yang diutus Allah SWt dengan syariat yang baru
untuk menyeru manusia kepadanya, sedangkan nabi adalah orang yang diutus
Allah untuk menetapkan atau menjalankan syariat rasul-rasul sebelumnya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1) Mengajarkan aqidah tauhid yaitu untuk menanamkan kepada umat
manusia bahwa:

Allah adalah ZatYang Maha Kuasa dan satu-satunya zat yang


harus disembah.

Allah adalah pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya


serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya.

Allah adalah zat yang pantas dijadikan tuhan, sembahan manusia.

Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluknya.

2) Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau


beribadah kepada Allah.
3) Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana
hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut peintah
Allah.

11 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

4) Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri


dengan sifat-sifat utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati
janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5) Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan
ketentuan yang digariskan Allah.
6) Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh
dan taat kepada perintah Allah dan rasulnya bahwa mereka akan
mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa.
Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah
sebagai berikut:

Teguh keimanannya kepada Allah semakin kuat keimanan seseorang


kepada rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada
Allah.

Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul, kebenaran yang dibawa para
rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa al-quran maupun
hadits-hadistnya.

Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lainnya.

Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah.

Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Meyakini Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.

Mencintai Nabi Muhammad SAW.

e. Iman Kepada Hari Akhir


Seseorang yang meyakini akan adanya perhitungan amal dan pembalasannya
di akhirat akan bersifat hati-hati, baik dalam kata maupun perbuatan. Pengadilan
Allah yang mahaadil akan digelar dan tak ada satupun makhluk yang dapat
mengelak pada hari akhirat. Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di
antara dunia dan akhirat) berupa fitrah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur).
Mengimani hari kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di surga atau
neraka. Semua kehidupan umat di jagat raya ini kelak akan berakhir. Semua
alam raya, bintang-bintang di langit akan redup, deburan ombak behenti,
gunung-gunung hancur dan alam luluh lantak.
Hari kiamat atau hari akhir adalah suatu peristiwa luar biasa yang pasti akan
terjadi di mana seluruh makluk, termasuk manusia yang pernah hidup di muka
12 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

bumi akan dimatikan, kemudian hidup dan dibangkitkan kembali untuk


mendapat perhitungan dan pembalasan atas segala amal yang pernah
dilakukannya selama hidup di dunia.
Ada dua macam kiamat yang kita kenal dan kita alami, yaitu sebagai berikut:
i) Kiamat sugra (kiamat kecil) yang merupakan kehancuran, kematian atau
berakhirnya kehidupan setiap makhluk yang bernyawa.
ii) Kiamat kubra (kiamat besar) adalah peristiwa besar atau hancur binasanya
alam semesta beserta isinya (makhluk) sebagai awal dimulainya
kehidupan akhiran. Kiamat pasti terjadi, tetapi tidak seorangpun
mengetahui waktu terjadinya kiamat, termasuk para nabi dan rasulnya
karena kiamat itu didatangkan secara tiba-tiba dan hanya Allah saja yang
mengetahuinya.
Fungsi iman kepada hari akhir tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Menjadikan seseorang lebih meyakini adanya kehidupan berikutnya


(kebangkitan).

Meyakini bagian-bagian dari peristiwa hari akhir, seperti adanya hisab


(perhitungan), mizan (timbangan amal), surga dan neraka sebagai
konsekuensi bagi manusia untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatan-perbuatannya selama hidup di dunia.

Memberikan dorongan untuk bersikap disiplin, taat, dan patuh


menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta takut
terhadap azab Allah.

Mendorong untuk selalu berbuat baik (berama saleh) karena semua amal
perbuatan manusia selama hidup di dunia akan mendapat balasan.

Iman kepada hari akhir memiliki nilai positif bagi hidup dan kehidupan
manusia di dunia melalui kesadarannya untuk berperilaku sebagai berikut:

Senantiasa bertindak penuh perhitungan dan kehati-hatian dengan


mendasarkan kesadaran yang tinggi dan iman yang benar sesuai ajaran
islam.

Senantiasa berdisiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi ajaran


agama Allah karena mengetahui bahwa segala amal perbuatan akan selalu
dipantau, dicatat dan diperhitungkan pada pengadilan akhirat kelak.

13 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Memiliki pandangan hidup optimis dan raja atau penuh pengharapan


bahwa kelak Allah pasti akan memberikan balasan yang setimpal atas
perbuatan mausia sesuai dengan janjinya.

Memiliki dorongan untuk merasakan kenikmatan dan takut merasakan


siksaan.

Menyadarkan manusia dari sifat lupa diri terhadap kesenangan dunia dan
berusaha menyelaraskan kebutuhan duniawi dan ukhrawi.

Menghilangkan sifat egois dan berusaha memupuk sifat sosial agamis,


yakni mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Hikmah penghayatan iman kepada hari akhir adalah:

Menyadari bahwa hari kiamat pasti akan datang dan tidak ada yang tahu
waktu kejadiannya, kecuali hanya Allah.

Hancurnya alam semesta di hari kiamat membuktikan bahwa Allah Maha


Kuasa melakukan segala sesuatu yang dia kehendaki.

Akibat peristiwa luar biasa tersebut, manusia harus mempersiapkan diri


dengan bekal amal saleh karena tidak pernah ada satupun makhluk yang
mengetahui waktu dan kedahsyatannya.

Manusia akan mendapatkan keadilan Allah dengan seadil-adilnya.

Manusia harus menyadari tanda-tanda menjelang datangnya hari kiamat


dan mulai introspeksi untuk memperbaiki segala ucapan, sikap atau
tingkah lakunya.

Di alam mahsyar, hanya amal perbuatan yang baik yang akan membantu
memayungi

di

tengah-tengah

kumpulan

seluruh

makhluk

yang

dibangkitkan. Oleh karena itu, kesadaran untuk menabung amal tersebut


sudah harus dipersiapkan saat ini juga.

Semua perhitungan amal perbuatan manusia dihitung secara teliti dan


tidak akan terlewati meski hanya seberat biji zarrah.

f. Iman Kepada Qadha dan Qadar


Beriman kepada qadha dan qadar akan memberikan pelajaran kepada
manusia bahwa sesuatu yang terjadi di alam semesta ini berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Zat Yang Maha Tinggi. Qadha dan
qadar berasal dari bahasa arab yang mengandung banyak makna. Qadha dapat
14 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

berarti hukum atau keputusan, berarti kehendak atau menjadikan, sedangkan


qadar berarti ukura atau ketentuan dan kepastian.
Iman kepada qadha dan qdar memiliki fungsi dan manfaat terhadap manusia
itu sendiri, antara lain sebagai berikut:
Memotivasi manusia untuk senantiasa bersyukur, patuh terhadap Allah

menjauhi larangan Allah dan takut terhadap azab Allah.


Iman kepada qadha dan qadar yang terefleksi melalui perilaku, diupayakan

untuk meningkatkan kualitas hidupnya.


Mempelajari ilmu pengetahuan dan menggali dengan kreativitasnya untuk
menemukan dan mengungkapkan ilmu-ilmu Allah dengan berlandaskan iman

dan takwa.
Melalui akal dan pikiran manusia dapat memahami bahwa takdir manusia

bukan berarti berdiam diri saja atau menyerah tanpa usaha dan kerja keras.
Menumbuhkan sikap dan prilaku terpuji serta menghilangkan sifat tercela.
Aplikasi dari iman terhadap qadha dan qadar yang benar adalah
menyelaraskan ucapan, prilaku dan hatinya untuk berbuat baik kepada sesama
tanpa membeda-bedakannya.

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.( Q.S An-Nisa:136 ).
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan
dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya untuk kebaikan manusia
itu sendiri.
Aqidah berasal dari kata Aqd yang berarti pengikatan. Aqidah merupakan apa yang
diyakini oleh seseorang dan aqidah merpakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan
pembenarannya kepada sesuatu. Adapun pengertian aqidah secara istilah adalah perkara
yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi

15 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

suatu kenyataan yang teguh dan kokoh yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Aqidah islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala tindakan. Seseorang dipandang sebagai muslim
atau bukan muslim tergantung pada aqidahnya. Apabila ia beraqidah islam, maka segala
amalnya tidak memiliki arti apa-apa, meskipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam
pandangan manusia.
Aqidah islam atau iman mengikat seseorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari islam. Oleh karena itu, menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diiatur dalam ajaran islam.
Iman ibarat fondasi, yang menjadi penyangga pada sebuah bangunan (agama), karena
kokohnya bangunan akan sangat bergantung pada kokohnya fondasi dan iman itu dapat
kuat bila disanggah oleh enam pilar utama yang disebut rukun iman.
Jika akar adalah iman, maka kita dapat mengambil pelajaran dari akar sebuah pohon,
yang mana akar adalah bagian paling bawah dan merupakan pondasi yang menopang batang
dan buah yang berada di atasnya. Akar ini akan menjadi kuat dan sehat jika terpenuhi nutrisi
dan gizi yang ada di lingkungan atau tanah di mana dia tumbuh.
Demikian juga iman, dia hanya dapat tumbuh dengan nutrisi yang tepat dan tumbuh
dalam lingkungan yang tepat. Nutrisi bagi iman adalah al-quran dan sunnah. Selanjutnya
adalah batang yang menggambarkan keislaman seseorang, kuat atau tidaknya tergantung dari
akar, yaitu iman yang tak terlihat namun ada dala hati dan akan tampak dalam amal nyata
mempraktekkan keislamannya tersebut. Bahkan benar tidaknya keislaman seseorang itu juga
tergantung dari benar tidaknya keimanan.
Dan yang terakhir adalah buah yang menggambarkan ihsan atau hasil dari iman dan
islam yang dipraktekkan dalam kehidupan nyata, dalam hal ini rahmatan lil Alamin itu akan
terwujud dari iman dan islam yang baik dan juga benar, sehingga dapat dirasakan oleh diri,
lingkungan dan masyarakatnya.

16 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

2.3 Pengertian dan Ruang Lingkup Syariah


A. Pengertian Syariah
Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi
manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam
rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia
untuk mencapai keridhoan Allah SWT yang dirumuskan dalam Al-Quran, yaitu:
i.

Surat Asy-Syura ayat 13







Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan
kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa
yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka
kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepadaNya) (Quran surat Asy-Syura ayat 13).

ii.

Surat Asy-Syura ayat 21






Artinya : Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah
yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah ?
sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah tentukanlah
mereka dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan
memperoleh azab yang pedih. (Quran Surat Asy-Syura Ayat : 21).

iii.

Surat Al-Jatsiyah ayat 18



Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan)


dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti

17 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Quran Surat Al-Jatsiyah


ayat : 18).
B. Ruang Lingkup Syariah
Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung
dengan Allah SWT (ritual), yang terdiri dari :

Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat,


puasa, dan haji.

Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rumun Islam.

Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum,


pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan,
qomat, Itikaf, doa, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan,
pengurusan mayit, dan lain-lain.

Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf,


fidyah, hibbah, dan lain-lain.

2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan


yang lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti),
diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama
dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utangpiutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan
lain-lain.
3. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan
orang lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan
dengannya), diantaranya : perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah,
penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin,
berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu, liam dzilar, ilam
walimah, wasiyat, dan lain-lain.
4. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash,
diyat, kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat
dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5. Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan
(politik), diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan),
adalah (keadilan), taawun (tolong menolong), tasamu (toleransi),
18 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), ziamah (kepemimpinan)


pemerintahan dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur,
sabar, tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen),
syajaah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lainlain.
7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan,
berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim,
mesjid, dawah, perang, dan lain-lain.

19 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

2.4 Persamaan dan Perbedaan Syariah dan Fiqh


A. Persamaan
Syariah dan Fiqih , adalah dua hal yang mengarahkan kita ke jalan yang
benar. Dimana, Syariah bersumber dari Allah Subhanahu Wa Taala, Al-Qur'an,
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dan Hadist. Sedangkan Fiqih
bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqih , tetapi tetap merujuk pada Al-Qur'an
dan Hadist .
1. Sama-sama aturan hukum yang berasal dari alqur'an dan hadits
2. Sama-sama aturan hukum yang diterapkan kepada umat manusia
B. Perbedaan

Fiqih digali dari Al'qur'an dan hadits nabi, sementara syari'at terdapat didalam
Alquran. Fiqih hasil dari pemikiran manusia sedangkan syari'at wahyu dari Allah

secara langsung ada dalam alqur'an dan hadits tanpa melalui pemikiran.
Fiqih sifatnya lokalitas, artinya berlaku hanya pada tempat/wilayah tertentu

sedangkan syari'at bersifat universal.


Fiqih sifatnya zonni, sedangkan syari'at sudah yakin. yakin = 100%, zonni =

dugaan kuat/75 %
Fiqih bisa berubah dari waktu ke waktu, sedangkan syari'at tidak akan pernah

mengalami perubahan sampai hari kiamat.


Syariat bersifat umum dan mencakup semua hukum baik Itiqodiah (keyakinan),
akhlak dan perbuatan. Sedangkan Fiqh merupakan satu bagian dari Syariat dan
hanya

membahas

tentang

hukum-hukum Furuiyah praktis

seperti

shalat, hudud (pidana Islam), Jual-beli, dan semua perbuatan seorang hamba.
Syariat adalah kumpulan beberapa hukum dan kaidah yang dibawa Al-Quran
dan

juga

sunnah

Rasullulah

saw. Sedangkan Fiqh

adalah

pemahaman

dan Istinbat yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah dan ia merupakan sisi

praktis (Amaliyah) dari syariat.


Syariat terdapat dalam al-Quran dan Kitab-kitab Hadis. Sedangkan Fikih

terdapat dalam kitab-kitab fikih.


Syariat hanya satu, sedang fikih mungkin lebih dari satu.
Syariat menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan
keragamannya.

Syariat disebut juga Islamic Law dan fiqh disebut juga Islamic Jurisprudence.

C. Kesimpulan
20 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa syariat lebih umum dari
makna fiqh, dan fiqh adalah satu bagian saja, namun begitu tidak salah jika
orang memakai istilah syariat dan yang di maksud adalah fiqh seperti yang
sudah biasa diistilahkan dalam fakultas undang-undang, mereka menamakan fiqh
dengan nama syariat. Meskipun bukan makna yang sebenarnya, namun
termasuk dalam kategori menyebutkan sesuatu yang umum tetapi maksudnya
adalah yang khusus.
Secara etimologis (lughawi), Syariat berarti jalan ke tempat pengairan atau
jalan air di sungai. Sedangkan secara terminologis (Istilah), Syariat berarti
hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya untuk hambaNya. Perbedaan antara Syariat dan Fiqh ialah Syariat bersifat umum sedangkan
Fiqh merupakan bagian dari Syariat.
Salah satu contoh dari Syariat adalah firman Allah yang terdapat dalam AlQuran yang menerangkan tentang wudlu, dan contoh fiqh yang berhubungan
dengan contoh syariat tersebut adalah hasil Ijtihad para Mujtahid.
Membedakan pengertian antara Syariah Islamiyyah dengan Fiqh Islamy
adalah suatu hal yang sangat krusial bagi kita, dimana sering terjadi perselisihan
hanya karena masalah sepele yang seharusnya tidak perlu diributkan.
Syariah Islamiyyah adalah teks-teks suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad, baik Kitab maupun Sunnah, yang mana sunnah sendiri adalah
terjemahan, penjabaran dan praktek dari Quran. Sedangkan Fiqih Islamy adalah
hasil konklusi dari pemahaman para Ulama Fiqih atas teks-teks suci tadi.
Sebuah kesalahan ilmiah mencampuradukkan atau tidak membedakan antara
Syariah dengan Fiqih. Karena Syariah itu mashumah alias tidak bisa salah,
di dalamnya semua kebenaran yang harus kita imani, kita lakukan, dan di
dalamnya semua kebaikan dan kemaslahatan kita di dunia dan akhirat.
Sedangkan Fiqih adalah hasil cipta karya para Ulama Fiqih yang berdasarkan
pemahaman, kajian, dan telaah mereka terhadap Syariah. Karenanya, wajar kalau
ada perbedaan pendapat di antara mereka dalam satu masalah yang sama,
setinggi apapun derajat dan keilmuwan mereka, masih tetap saja mereka manusia
yang bisa benar dan bisa keliru.
Hal ini tidak berarti kalau Fiqih itu tidak ada harganya dan tidak besar
nilainya, bukan demikian, tetapi disini kita maksudkan bahwa Fiqih tidak
memiliki qodasah atau kesakralan sebagaimana yang dimiliki oleh Kitab dan
Sunnah.
Akhirnya Fiqih itu adalah hasil perasan pikiran Ulama Fiqih meskipun
bersandarkan dan berdasarkan pada Kitab dan Sunnah, oleh karena itu sifatnya
21 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

debatable, diantara merekapun saling berbeda pendapat, sesuai dengan


pemahaman dan dalil yang mereka miliki.
Dalam kata lain, Syariah adalah istilah yang memiliki nilai yang lebih tinggi
karena istilah itu sendiri Tuhan yang menggunakan.


Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan/jalan) dari urusan
(agama), Maka ikutilah syariat itu (al-Jatsiyah: 18)
Namun, ada satu poin penting yang harus diperjelas disini, bahwa Fiqih
Islami itu memiliki dua jenis hukum:
Pertama, hukum-hukum yang ditetapkan oleh teks-teks suci tadi secara
qati dan gamblang, artinya ketika membaca teks tersebut jelas tanpa perlu
penafsiran atau kajian lagi, seperti: kewajiban shalat, puasa, zakat harta,
memenuhi janji, keharaman mencuri, zina, larangan nikah sejenis, dan lainnya
yang disebut secara gamblang dalam dalil-dalil naqly, yaitu Kitab dan Sunnah
Mutawatirah.
Kedua, hukum-hukum yang didiamkan atau tidak dijelaskan secara gamblang
serta multi-interpretasi, sehingga para ulama pun berijtihad dan hasilnya
berbeda-beda. Seperti: apakah fatihah dimulai dari basmalah atau dari
Alhamdulillah, apakah niat puasa ramadhan wajib diucapkan setiap malam
atau tidak, apakah boleh menghitung awal Ramadhan dan akhirnya dengan hisab
falaki atau tidak, berapakan nishab barang curian sehingga seorang pencuri bisa
dihukum hudud, dan lain sebagainya. (Al Madkhal Al Fiqhy Al Aam, Prof.
Musthafa Zarqa. Rahimahullah).
Jadi, perbedaan pendapat ulama fiqih dalam sebuah masalah merupakan
khazanah dan kekayaan intelektual umat Islam yang harus dibanggakan dan
dijaga, bukan diributkan atau malah jadi sumber perpecahan.
Ikutlah kata Imam Abu Hanifah saat beliau berkata, Kalau pendapat dan
ijtihad saya bertentangan dengan kebenaran sebuah hadis, maka buang pendapat
saya, dan amalkan hadis.
Ikutlah kata Iman Ahmad saat ditanya kenapa shalat dibelakang imam masjid
bermazhab Maliki (ada perbedaan beberapa hal terkait membatalkan wudhu
antara kedua mazhab itu) beliau berkata, Bagaimana saya tidak shalat di
belakang Imam Darul Hijrah Malik bin Anas!.
Ikutlah kata Imam Auzai yang selama bertahun-tahun menyebut Imam Abu
Hanifah ahli bidah (karena belum pernah bertemu dan belum kenal, cuma
dengar kata orang) saat beliau berkata setelah membaca risalah Imam Abu

22 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Hanifah yang diberikan oleh Imam Ibnu Mubarak, Ikutilah dia, tidak akan sesat
orang yang mengikutinya.
Ikutilah para Imam besar itu saat mereka berkata, Pendapat saya benar, tapi
ada kemungkinan salah. Pendapat orang lain salah, tapi ada kemungkinan
benar.
Selevel Imam Abu Hanifah saja, tidak mampu meyakinkan Imam Malik atas
pendapatnya, sehingga tercatat perbedaan ijtihad mereka.
Selevel Imam Malik tidak mampu meyakinkan Imam Syafii atas
pendapatnya, sehingga tertulis indah perbedaan ijtihad mereka.
Selevel Imam Syafii tidak mampu meyakinkan Imam Ahmad atas
pendapatnya, sehingga tercatat perbedaan ijtihad mereka.
Siapa kita untuk memaksakan pendapat yang kita yakini kepada orang lain?
Siapa kita?
Berani-beraninya mengakui hanya pendapat kita saja yang mewakili Syariah
dan pendapat orang lain tidak!
Biarlah hukum-hukum ijtihadi itu seperti adanya, mari sama-sama kita jaga
dan laksanakan apa yang telah kita sepakati, dan mari kita saling memahami,
saling

mengerti

dan

saling menghargai

perbedaan

yang

belum

kita

sepakati.disinilah letak Ikhtilaful Ummah Rahmah.


D. Contoh Syariat dan Fiqh
Sebelum mengerjakan shalat, orang Islam disyariatkan mengerjakan wudlu
terlebih dahulu dengan syariat Allah dalam firman-Nya :



....
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu, dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
mukamu, kepalamu, dan (basuh) kakimu sampai dengan mata kaki... (QS. AlMaidah : 6)
Untuk mengerjakan wudlu, para Imam Madzhab sepakat bahwa membasuh
muka, membasuh kedua tangan, dan kedua kaki serta menyapu kepala adalah
keempat hal yang harus dikerjakan sebagai rukun wudlu. Hanya saja mereka
berbeda pendapat mengenai kadar seberapa bagian kepala yang harus disapu.
Golongan Maliki berpendapat bahwa yang harus disapu adalah seluruh kepala,
sedangkan menurut golongan Syafii sebagian kepala saja walaupun hanya
sehelai rambut, dan sebagian berpendapat minimal tiga helai rambut. Sebagian
golongan Hanafi berpendapat seperempat kepala,dan sebagian lain berpendapat
23 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

sebatas tiga jari. Sebagian golongan Ahmad yang terkuat berpendapat sama
dengan golongan Maliki yaitu seluruh kepala dan sebagian lagi berpendapat
sebesar ubun-ubun saja.
Untuk melaksanakan wudlu, golongan Maliki berpendapat hanya empat itulah
yang harus dikerjakan, sedangkan golongan Syafii, Maliki, dan Ahmad
menambahkan adanya niat. Selain itu, golongan Syafii dan golongan Ahmad
berpendapat bahwa empat hal tersebut harus dikerjakan berturut-turut atau tertib
sesuai

dengan

urut-urutan

yang

disebutkan

dalam

Al-Quran.

Sedangkan golongan Maliki dan golongan Ahmad berpendapat bahwa untuk


mengerjakan empat hal itu harus berkesinambung yaitu dari melaksanakan satu
hal harus segera melaksanakan hal yang lain (muwalah). Cara membasuh dan
menyapu empat anggota wudlu itu golongan Maliki mengharuskan menggosokgosok (tadlik).
Dengan demikian, mengenai rukun wudlu, terdapat perbedaan pendapat sebagai
berikut :

Menurut golongan Hanafi, membasuh muka, membasuh kedua tangan,


menyapu kepala, dan membasuh kedua kaki.

Menurut golongan Syafii, niat, membasuh muka, membasuh kedua


tangan, menyapu kepala, membasuh kedua kaki, dan tertib.

Menurut

golongan

Ahmad,

niat,

membasuh

muka,

membasuh

kedua tangan, menyapu kepala, membasuh kedua kaki, tertib, dan


muwalah.

Menurut golongan Maliki, niat, membasuh muka, membasuh kedua


tangan, menyapu kepala, membasuh kedua kaki, muwalah, dan tadlik.

Demikian sebagai contoh hasil ijtihad para Fuqaha terhadap ketentuan. Syariat.
Hasil ijtihad itu disebut Fiqh.

24 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16

Anda mungkin juga menyukai