PEMBAHASAN
antara lain:
Menurut Hasan Al-Banna
aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang
wajib diyakini keberadaannya oleh hati (mu), mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur
sedikitpun dengan keragu-raguan ( Al-Banna, tt., hal. 465)
ii.
, , ,
,
yang
bersaksi
terhadap
Laa
Ilaha
Illalah dan
mereka
dilahirkan.
Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntutan
iii.
iv.
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hasyr: 18)
Berbuat
baik
kepada
kedua
orang
tua
Orang tua (ayah dan ibu) adalah orang yang menjadi perantara hidup
manusia di dunia. Islam memberi tuntunan bahwa setiap anak wajib
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, walaupun berbeda agama
dengan dirinya sendiri. Firman Allah:
untuk
v.
vi.
vii.
dengan saling
maha kuasa atas segala sesuatu. Iman kepada allah adalah percaya atau yakin
dengan sesungguhnya akan adanya Allah Yang Maha Esa, baik zat-Nya,
perbuatan-Nya maupun sifat-sifat-Nya. Seseorang tidak akan dikatakan beriman
kepada Allah hingga ia mengimani empat hal, yaitu mengimani adanya Allah,
mengimani rububiah Allah,bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan
mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak
ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua
sembahan selain Allah. Mengimani semua nama dan sifat Allah yang Allah telah
tetapkan untuk untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta
menjauhi
sikap
menghilangkan
makna,
memalingkan
makna,
ii.
Manusia ada yang patuh dan ada yang ingkar, sedangkan malaikat
senantiasa patuh dan taat kepada Allah Subhanahu Wa Taala.
iii.
iv.
v.
Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul, kebenaran yang dibawa para
rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa al-quran maupun
hadits-hadistnya.
Mendorong untuk selalu berbuat baik (berama saleh) karena semua amal
perbuatan manusia selama hidup di dunia akan mendapat balasan.
Iman kepada hari akhir memiliki nilai positif bagi hidup dan kehidupan
manusia di dunia melalui kesadarannya untuk berperilaku sebagai berikut:
Menyadarkan manusia dari sifat lupa diri terhadap kesenangan dunia dan
berusaha menyelaraskan kebutuhan duniawi dan ukhrawi.
Menyadari bahwa hari kiamat pasti akan datang dan tidak ada yang tahu
waktu kejadiannya, kecuali hanya Allah.
Di alam mahsyar, hanya amal perbuatan yang baik yang akan membantu
memayungi
di
tengah-tengah
kumpulan
seluruh
makhluk
yang
dan takwa.
Melalui akal dan pikiran manusia dapat memahami bahwa takdir manusia
bukan berarti berdiam diri saja atau menyerah tanpa usaha dan kerja keras.
Menumbuhkan sikap dan prilaku terpuji serta menghilangkan sifat tercela.
Aplikasi dari iman terhadap qadha dan qadar yang benar adalah
menyelaraskan ucapan, prilaku dan hatinya untuk berbuat baik kepada sesama
tanpa membeda-bedakannya.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.( Q.S An-Nisa:136 ).
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan
dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya untuk kebaikan manusia
itu sendiri.
Aqidah berasal dari kata Aqd yang berarti pengikatan. Aqidah merupakan apa yang
diyakini oleh seseorang dan aqidah merpakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan
pembenarannya kepada sesuatu. Adapun pengertian aqidah secara istilah adalah perkara
yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi
suatu kenyataan yang teguh dan kokoh yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Aqidah islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala tindakan. Seseorang dipandang sebagai muslim
atau bukan muslim tergantung pada aqidahnya. Apabila ia beraqidah islam, maka segala
amalnya tidak memiliki arti apa-apa, meskipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam
pandangan manusia.
Aqidah islam atau iman mengikat seseorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari islam. Oleh karena itu, menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diiatur dalam ajaran islam.
Iman ibarat fondasi, yang menjadi penyangga pada sebuah bangunan (agama), karena
kokohnya bangunan akan sangat bergantung pada kokohnya fondasi dan iman itu dapat
kuat bila disanggah oleh enam pilar utama yang disebut rukun iman.
Jika akar adalah iman, maka kita dapat mengambil pelajaran dari akar sebuah pohon,
yang mana akar adalah bagian paling bawah dan merupakan pondasi yang menopang batang
dan buah yang berada di atasnya. Akar ini akan menjadi kuat dan sehat jika terpenuhi nutrisi
dan gizi yang ada di lingkungan atau tanah di mana dia tumbuh.
Demikian juga iman, dia hanya dapat tumbuh dengan nutrisi yang tepat dan tumbuh
dalam lingkungan yang tepat. Nutrisi bagi iman adalah al-quran dan sunnah. Selanjutnya
adalah batang yang menggambarkan keislaman seseorang, kuat atau tidaknya tergantung dari
akar, yaitu iman yang tak terlihat namun ada dala hati dan akan tampak dalam amal nyata
mempraktekkan keislamannya tersebut. Bahkan benar tidaknya keislaman seseorang itu juga
tergantung dari benar tidaknya keimanan.
Dan yang terakhir adalah buah yang menggambarkan ihsan atau hasil dari iman dan
islam yang dipraktekkan dalam kehidupan nyata, dalam hal ini rahmatan lil Alamin itu akan
terwujud dari iman dan islam yang baik dan juga benar, sehingga dapat dirasakan oleh diri,
lingkungan dan masyarakatnya.
ii.
iii.
Fiqih digali dari Al'qur'an dan hadits nabi, sementara syari'at terdapat didalam
Alquran. Fiqih hasil dari pemikiran manusia sedangkan syari'at wahyu dari Allah
secara langsung ada dalam alqur'an dan hadits tanpa melalui pemikiran.
Fiqih sifatnya lokalitas, artinya berlaku hanya pada tempat/wilayah tertentu
dugaan kuat/75 %
Fiqih bisa berubah dari waktu ke waktu, sedangkan syari'at tidak akan pernah
membahas
tentang
seperti
shalat, hudud (pidana Islam), Jual-beli, dan semua perbuatan seorang hamba.
Syariat adalah kumpulan beberapa hukum dan kaidah yang dibawa Al-Quran
dan
juga
sunnah
Rasullulah
adalah
pemahaman
dan Istinbat yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah dan ia merupakan sisi
Syariat disebut juga Islamic Law dan fiqh disebut juga Islamic Jurisprudence.
C. Kesimpulan
20 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa syariat lebih umum dari
makna fiqh, dan fiqh adalah satu bagian saja, namun begitu tidak salah jika
orang memakai istilah syariat dan yang di maksud adalah fiqh seperti yang
sudah biasa diistilahkan dalam fakultas undang-undang, mereka menamakan fiqh
dengan nama syariat. Meskipun bukan makna yang sebenarnya, namun
termasuk dalam kategori menyebutkan sesuatu yang umum tetapi maksudnya
adalah yang khusus.
Secara etimologis (lughawi), Syariat berarti jalan ke tempat pengairan atau
jalan air di sungai. Sedangkan secara terminologis (Istilah), Syariat berarti
hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya untuk hambaNya. Perbedaan antara Syariat dan Fiqh ialah Syariat bersifat umum sedangkan
Fiqh merupakan bagian dari Syariat.
Salah satu contoh dari Syariat adalah firman Allah yang terdapat dalam AlQuran yang menerangkan tentang wudlu, dan contoh fiqh yang berhubungan
dengan contoh syariat tersebut adalah hasil Ijtihad para Mujtahid.
Membedakan pengertian antara Syariah Islamiyyah dengan Fiqh Islamy
adalah suatu hal yang sangat krusial bagi kita, dimana sering terjadi perselisihan
hanya karena masalah sepele yang seharusnya tidak perlu diributkan.
Syariah Islamiyyah adalah teks-teks suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad, baik Kitab maupun Sunnah, yang mana sunnah sendiri adalah
terjemahan, penjabaran dan praktek dari Quran. Sedangkan Fiqih Islamy adalah
hasil konklusi dari pemahaman para Ulama Fiqih atas teks-teks suci tadi.
Sebuah kesalahan ilmiah mencampuradukkan atau tidak membedakan antara
Syariah dengan Fiqih. Karena Syariah itu mashumah alias tidak bisa salah,
di dalamnya semua kebenaran yang harus kita imani, kita lakukan, dan di
dalamnya semua kebaikan dan kemaslahatan kita di dunia dan akhirat.
Sedangkan Fiqih adalah hasil cipta karya para Ulama Fiqih yang berdasarkan
pemahaman, kajian, dan telaah mereka terhadap Syariah. Karenanya, wajar kalau
ada perbedaan pendapat di antara mereka dalam satu masalah yang sama,
setinggi apapun derajat dan keilmuwan mereka, masih tetap saja mereka manusia
yang bisa benar dan bisa keliru.
Hal ini tidak berarti kalau Fiqih itu tidak ada harganya dan tidak besar
nilainya, bukan demikian, tetapi disini kita maksudkan bahwa Fiqih tidak
memiliki qodasah atau kesakralan sebagaimana yang dimiliki oleh Kitab dan
Sunnah.
Akhirnya Fiqih itu adalah hasil perasan pikiran Ulama Fiqih meskipun
bersandarkan dan berdasarkan pada Kitab dan Sunnah, oleh karena itu sifatnya
21 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16
Hanifah yang diberikan oleh Imam Ibnu Mubarak, Ikutilah dia, tidak akan sesat
orang yang mengikutinya.
Ikutilah para Imam besar itu saat mereka berkata, Pendapat saya benar, tapi
ada kemungkinan salah. Pendapat orang lain salah, tapi ada kemungkinan
benar.
Selevel Imam Abu Hanifah saja, tidak mampu meyakinkan Imam Malik atas
pendapatnya, sehingga tercatat perbedaan ijtihad mereka.
Selevel Imam Malik tidak mampu meyakinkan Imam Syafii atas
pendapatnya, sehingga tertulis indah perbedaan ijtihad mereka.
Selevel Imam Syafii tidak mampu meyakinkan Imam Ahmad atas
pendapatnya, sehingga tercatat perbedaan ijtihad mereka.
Siapa kita untuk memaksakan pendapat yang kita yakini kepada orang lain?
Siapa kita?
Berani-beraninya mengakui hanya pendapat kita saja yang mewakili Syariah
dan pendapat orang lain tidak!
Biarlah hukum-hukum ijtihadi itu seperti adanya, mari sama-sama kita jaga
dan laksanakan apa yang telah kita sepakati, dan mari kita saling memahami,
saling
mengerti
dan
saling menghargai
perbedaan
yang
belum
kita
....
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu, dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
mukamu, kepalamu, dan (basuh) kakimu sampai dengan mata kaki... (QS. AlMaidah : 6)
Untuk mengerjakan wudlu, para Imam Madzhab sepakat bahwa membasuh
muka, membasuh kedua tangan, dan kedua kaki serta menyapu kepala adalah
keempat hal yang harus dikerjakan sebagai rukun wudlu. Hanya saja mereka
berbeda pendapat mengenai kadar seberapa bagian kepala yang harus disapu.
Golongan Maliki berpendapat bahwa yang harus disapu adalah seluruh kepala,
sedangkan menurut golongan Syafii sebagian kepala saja walaupun hanya
sehelai rambut, dan sebagian berpendapat minimal tiga helai rambut. Sebagian
golongan Hanafi berpendapat seperempat kepala,dan sebagian lain berpendapat
23 | Kelompok V PAI Pend. Matematika 1B16
sebatas tiga jari. Sebagian golongan Ahmad yang terkuat berpendapat sama
dengan golongan Maliki yaitu seluruh kepala dan sebagian lagi berpendapat
sebesar ubun-ubun saja.
Untuk melaksanakan wudlu, golongan Maliki berpendapat hanya empat itulah
yang harus dikerjakan, sedangkan golongan Syafii, Maliki, dan Ahmad
menambahkan adanya niat. Selain itu, golongan Syafii dan golongan Ahmad
berpendapat bahwa empat hal tersebut harus dikerjakan berturut-turut atau tertib
sesuai
dengan
urut-urutan
yang
disebutkan
dalam
Al-Quran.
Menurut
golongan
Ahmad,
niat,
membasuh
muka,
membasuh
Demikian sebagai contoh hasil ijtihad para Fuqaha terhadap ketentuan. Syariat.
Hasil ijtihad itu disebut Fiqh.