Pendahuluan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerahNya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM). Penyiksaan (Torture) sebuah kejahatan di bawah hukum internasional.
Dilihat dari semua instrumen yang ada, penyiksaan adalah hal yang dilarang dan tidak bisa
dibenarkan dalam keadaan apapun. Hak untuk tidak disiksa merupakan salah satu HAM yang
bersifat pokok (core right) yang telah diatur dalam Pasal 5 UDHR, yaitu: No one shall be
subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment. Pengaturan
mengenai hal itu juga terdapat dalam Pasal 7 ICCPR, yaitu: No one shall be subjected to
torture or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment. In particular, no one shall
be subjected without his free consent to medical or scientific experimentation. 1 Hak dan
kewajiban dokter suatu tindakan yang dilakukan dokter secara material tidak bersifat
melawan hukum, apabila memenuhi syarat-syarat berikut secara komulatif. Tindakan itu
mempunyai indikasi medis dengan tujuan perawatan konkrit; dan dilakukan sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku di dalam bidang ilmu kedokteran; serta di izinkan oleh pasien.
Skenario 5
Seorang dokter (kapten) yang bekerja di kesatuan khusus militer dipanggil oleh
atasannya (kolonel). Sang kolonel memeberitahukan tentang situasi politik dan keamanan
akhir-akhir ini yang telah dipenuhi dengan banyaknya kasus pengeboman. Saat ini
kesatuanya telah menangkap seorang tersangka pelaku pengeboman. Suatu informasi intelijen
juga menyatakan bahwa orang itu telah menempatkan bom di suatu mall, tapi tidak tau
dimana. Tentu saja apabila bom tersebut meledak akan mengancam hidup banyak orang tak
berdosa. Sang kolonel mengatakan kepada si kapten agar membantu anak buahnya dalam
melakukan pemeriksaan terhadap tersangka yang mungkin akan cukup keras. Dokter
diharapkan dapat menilai kesehatan tersangka dan memantau jalannya pemeriksaan. Dokter
tersebut tahu bahwa dokter sebagai perofesional di bidang perikemanusiaan mestinya tidak
boleh berpartisipasi dalam suatu pemeriksaan yang keras (penyiksaan untuk memperoleh
pengakuan). Tapi di sisi lain banyak orang tak berdosa bisa menjadi korban.
Rumusan Masalah
Analisis Masalah
Hipotesis
Aspek Hukum Kepolisian
Dalam kasus ini, petugas meminta dampingan untuk menjaga kesehatan seorang
tersangka teroris yang akan diinterogasi secara keras, kami sebagai dokter kepolisian berada
disituasi yang menarik kedudukan dari kedua sisi, yaitu sebagai dokter yang memiliki kode
etik dan sebagai anggota kepolisian yang memiliki peraturan dan hukum kepolisian. Dari sisi
kepolisian, tentu diutamakan untuk melaksanakan tugas dan diberikan wewenang untuk
melakukan kewajiban sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Setiap tersangka yang
dicurigai melakukan tindak pidana, tidak serta merta ditahan dan diinterogasi oleh pihak
polisi namun memiliki langkah-langkah yang harus diikuti dan sesuai hukum.
1.
Penangkapan
Menurut Pasal 1 KUHAP ayat 20, penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa
pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup
bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta cara yang
diatur dalam undang-undang ini. Maka perlu diperhatikan bahwa seorang dapat ditangkap
apabila melanggar suatu peraturan pidana dengan ada dugaan kuat yang didasarkan atas bukti
permulaan yang cukup. Berdasarkan Pasal 19 KUHAP ayat 1, batas waktu penangkapan
adalah satu hari. Lalu menurut Pasal 28 KUHAP, penyidik dapat menangkap seorang yang
diduga telah melakukan kejahatan terorisme berdasar bukti awal yang cukup sebagaimana
dimaksud pasal 26 ayat 2 UU no. 15 tahun 2003 paling lama untuk 7x24 jam. Jadi, pada
kasus ini yang merupakan kasus dugaan terorisme, dapat digunakan pasal 28 KUHAP
mengenai penangkapan tersangka ini.
Yang dimaksudkan pada pasal 28 KUHAP tersebut mengenai bukti awal yang cukup
tertera dalam pasal 26 UU no. 15 tahun 2003 yaitu bukti awal yang cukup dapat berupa
laporan intelijen, dan pada ayat 2 disebutkan bahwa penentuan apakah bukti awal sudah
cukup harus diproses oleh ketua atau wakil ketua pengadilan negeri dan proses pemeriksaan
dilakukan tertutup dalam waktu paling lama 3 hari. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan
dan diputuskan bahwa bukti telah cukup maka dapat dilakukan penyidikan. Pada kasus ini,
sesuai dengan undang-undang, kepolisian telah mendapat laporan dari badan intelijen
mengenai kecurigaan pelaku pengeboman. Maka setelah didapat bukti laporan, pemeriksaan
bukti awal kemudian dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat dan setelah itu polisi
melakukan penangkapan. Selain pasal 26 UU no. 15 tahun 2003, terdapat pula penjelasan
mengenai alat bukti pada kasus terorisme yang diatur dalam pasal 27 UU no. 15 tahun 2003,
yaitu:
disimpan secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa dengan itu dan
Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar,
yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang
tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam
secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: tulisan, simbol, atau
perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
2.
pasal 1 butir 21 KUHAP, adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini. Penahanan dapat dilakukan setelah memenuhi kedua
syarat yaitu syarat subjektif dan objektif. Syarat subjektif adalah alasan terkait dengan pribadi
tersangka misalnya tersangka yang ditahan dengan adanya bukti yang cukup namun
dikhawatirkan tersangka akan melakukan hal melarikan diri, merusak atau menghilangkan
barang bukti, dan atau mengulangi tindak pidana. Syarat objektif berlaku pada pemenuhan
ketentuan pasal 21 KUHAP yaitu melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman 5
tahun atau lebih atau tindak pidana lain yang diatur oleh undang-undang. Pada penahanan,
polisi juga terikat pada ketentuan peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia no 8
tahun 2009 dalam pasal 15 sampai 21 bahwa seorang polisi wajib menghormati hak-hak asasi
manusia termasuk milik tersangka atau terdakwa.
3.
Interogasi
Setelah tersangka teroris ini ditahan dengan bukti-bukti awal yang dinilai cukup, maka
dilakukan upaya interogasi oleh pihak kepolisian. Interogasi adalah sebuah fungsi
penyidikan. Tujuan dari dilakukannya interogasi adalah untuk mendapatkan dan
mengumpulkan semua informasi tentang kejadian yang diselidiki serta tentang pelaku
kejadian yang diselidiki serta tentang pelaku kejahatannya dan membuat si terdakwa
mengakui kejahatannya. Di dalam kasus disebutkan bahwa pihak polisi berencana melakukan
upaya kekerasan untuk mendapatkan informasi. Hal ini tidak dapat serta merta dilakukan.
Untuk melakukan kekerasan ini akan disebut penyiksaan.
Penyiksaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada
seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu atau dari orang
ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah
dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas
hasutan dari dengan persetujuan, atau sepengetahuan pejabat publik. Berbeda dengan
penganiayaan yang dapat dilakukan siapa saja, penyiksaan biasanya dilakukan oleh pejabat
pemerintah termasuk kepolisian. Melakukan kekerasan dalam interogasi diperbolehkan,
dengan syarat tertentu yaitu apabila:
Upaya persuasif tidak berhasil Hanya untuk tujuan perlindungan dan penegakan
manusia
Harus memastikan bahwa bantuan medis dan penunjangnya diberikan kepada
orang-orang yang terluka atau terkena dampak pada waktu sesegera mungkin
Harus memastikan bahwa sanak keluarga atau teman dekat yang terluka atau
terkena dampak diberitahu sesegera mungkin.
Namun sebaiknya kekerasan ditempuh sebagai jalan terakhir ketika sudah tidak
dapat dihindari lagi dan dengan masih berpegang pada prinsip-prinsip keadilan dan
kemanusiaan. Kekerasan tidak ditempuh sebagai jalan pertama dan sebisa mungkin dihindari.
Ada banyak cara untuk mendapatkan informasi misalnya dengan menginterogasi secara
verbal dengan menilik sisi psikologis dan lingkungan tersangka. Maka sebagai seorang dokter
polisi yang terikat kewajiban dan hukum polisi dan memiliki keterikatan dengan hukum dan
etika kedokteran, merupakan suatu kewajiban untuk menasehati mendahulukan prosedur
interogasi secara persuasif terlebih dahulu.
Kewajiban Moral Dokter
Kewajiban moral seorang dokter ialah kewajiban seorang dokter yang mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan. Beberapa dasar dalam kewajiban moral seorang
dokter akan diuraikan berikut ini. Beuchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk
mencapai suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle). Ke-4
kaidah dasar moral tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
(menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien), dan fidelity
(loyalitas dan promise keeping). Selain prinsip atau kaidah dasar moral, profesional
kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai panduan bersikap dan berperilaku. Nilai-nilai
dalam etika profesi tercermin di dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Sumpah
dokter berisikan suatu kontrak kewajiban moral antara dokter dengan Tuhannya, sedangkan
kode etik kedokteran berisikan kontrak kewajiban moral antara dokter dengan peergroupnya, yaitu masyarakat profesinya.
Baik sumpah dokter maupun kode etik kedokteran berisikan sejumlah kewajiban
moral yang melekat kepada para dokter. Meskipun kewajiban tersebut bukanlah kewajiban
hukum sehingga tidak dapat dipaksakan secara hukum, namun kewajiban moral tersebut
haruslah menjadi pemimpin dari kewajiban dalam hukum kedokteran. Jika meninjau kasus
dari segi kewajiban moral berdasarkan hal-hal yang telah dibahas di atas, seharusnya sebagai
dokter, tidak memperkenankan para polisi melakukan tindak penyiksaan kepada tersangka,
yang mana, dalam kasus juga disebutkan bahwa tujuan dokter ikut menginterogasi adalah
untuk menjaga kesehatan tersangka, artinya disini telah terjadi hubungan dokter-pasien pada
dokter dan tersangkanya.
Jika dokter mendukung adanya penyiksaan terhadap tersangka, artinya dokter telah
melanggar sumpah dan kode etik kedokterannya. Dalam hal seorang dokter diduga
melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa melanggar norma hukum), maka ia akan
dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk
dimintai pertanggungjawaban (etik dan disiplin) profesinya.
Hak Asasi Manusia
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Melanggar
HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia
memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu
Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat
terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang
tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Pembagian Bidang,
Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / Personal Right
kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol/partai politik dan organisasi politik
lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil/pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum.
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadila
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak warga negara adalah segala sesuatu yang harus didapatkan warga negara dari
negara (pemerintah). Kewajiban warga negara adalah segala sesuatu yang harus dilakukan
warga negara terhadap negara. Hak dan Kewajiban warga negara menurut UUD 1945:
-
Pasal 27 (1,2,3)
Pasal 28 (A,B,C,D,E,F,G,H,I,J)
Pasal 29 (2) (kebebasan memeluk agama)
Pasal 30 (Pertahanan dan keamanan negara)
Pasal 31 (Mendapatkan pendidikan)
Kedokteran Polisi
Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri adalah unsur Pelaksana Pusat
POLRI yang bertugas pokok membina dan menyelenggarakan fungsi kedokteran dan
kesehatan POLRI dalam rangka mendukung tugas POLRI dalam bentuk Dukungan
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Visi dan Misi Dokkes Polri Fungsi
Dukungan Kesehatan adalah penerapan ilmu kedokteran dalam mendukung fungsi pokok
POLRI antara lain dalam rangka pelaksanaan Scientific Crime Investigation, Kesehatan
Lapangan, Intelkam, Lalu lintas dan lain-lain berupa dukungan Kedokteran Kepolisian (vide
UU No. 2, 2002, tentang POLRI) dan Kesehatan Kesamaptaan Kepolisian. Fungsi Pelayanan
Kesehatan diselenggarakan bagi Anggota/PNS Polri beserta keluarga dan Masyarakat umum
sebagai bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat dari jajaran POLRI.
KASAT SERSE Kasat serse atau nama lainnya penyidik menirut pasal 1 KUHAP
ayat (1) adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesiayang diberi wewenang khusus oleh
undang undang untuk melakukan penyidikan. Berdasarkan pasal 5 KUHAP penyidik
memiliki kewajiban:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
Mencari keterangan dan barang bukti
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung-jawab.
Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penahanan;
2. pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.
vi. Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan
ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter; Saya akan
memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran; Saya akan
memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan; Dalam
menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh
supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik
kepartaian, atau kedudukan sosial; Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan; Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran
saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan; Saya ikrarkan
sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Kode Etik Kedokteran
Kewajiban Umum
-
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah
dokter
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
persetujuan pasien
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
sendiri kebenarannya
Pasal 7a
Seorang dokter harus dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan teman
sejawatnya, dan berupaya mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
-
makhluk insani
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta
Terhadap Pasien
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk
masalah lainnya
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
-
persetujuan atau dengan prosedur yang etis Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan
Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan
tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan,
kekurangan telah dinyatakan sebagai cita-cita yang tertinggi dari rakyat biasa,
Menimbang, bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi dengan peraturan hukum,
supaya orang tidak akan terpaksa memilih jalan pemberontakan sebagai usaha
perlu ditingkatkan,
Menimbang, bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa di dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menegaskan kembali kepercayaan mereka
pada hak-hak dasar dari manusia, akan martabat dan nilai seseorang manusia dan
akan hak-hak yang sama dari laki- laki maupun perempuan, dan telah memutuskan
akan mendorong kemajuan sosial dan tingkat hidup yang lebih baik dalam
Menimbang, bahwa pemahaman yang sama mengenai hak-hak dan kebebasankebebasan tersebut sangat penting untuk pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari
janji tersebut,
maka dengan ini, Majelis Umum, Memproklamasikan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia sebagai suatu standar umum untuk keberhasilan bagi semua bangsa dan semua
negara, dengan tujuan agar setiap orang dan setiap badan di dalam masyarakat, dengan
senantiasa mengingat Deklarasi ini, akan berusaha dengan cara mengajarkan dan memberikan
pendidikan guna menggalakkan penghargaan terhadap hak- hak dan kebebasan-kebebasan
tersebut, dan dengan jalan tindakan-tindakan yang progresif yang bersifat nasional maupun
internasional, menjamin pengakuan dan penghormatannnya yang universal dan efektif, baik
oleh bangsa-bangsa dari Negara-negara Anggota sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari
wilayah-wilayah yang ada di bawah kekuasaan hukum mereka.
Pasal 1
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.
Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam
Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan
atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak
akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan
internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara
yang merdeka, yang berbentuk wilyah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di
bawah batasan kedaulatan yang lain.
Pasal 3
Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai induvidu.
Pasal 4
Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan; perhambaan dan
perdagangan budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.
Pasal 5
Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, diperlakukan atau
dikukum secara tidak manusiawi atau dihina.
Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana
saja ia berada.
Pasal 7
Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama
tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk
diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang
mengarah pada diskriminasi semacam ini.
Pasal 8
Setiap orang berhak atas pemulihan yang efektif dari pengadilan nasional yang
kompeten untuk tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak dasar yang diberikan
kepadanya oleh undang-undang dasar atau hukum.
Pasal 9
Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang.
Pasal 10
Setiap orang, dalam persamaan yang penuh, berhak atas peradilan yang adil dan
terbuka oleh pengadilan yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak dan
kewajibankewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan kepadanya.
Pasal 11
(1) Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana
dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu
pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang perlukan untuk
pembelaannya.
(2) Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan tindak pidana karena perbuatan
atau kelalaian yang tidak merupakan suatu tindak pidana menurut undang-undang
nasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak
diperkenankan menjatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukum yang
seharusnya dikenakan ketika pelanggaran pidana itu dilakukan.
Pasal 12
Tidak seorang pun boleh diganggu urusan pribadinya, keluarganya, rumah tangganya
atau hubungan surat menyuratnya dengan sewenang-wenang; juga tidak diperkenankan
melakukan pelanggaran atas kehormatan dan nama baiknya. Setiap orang berhak
mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan atau pelanggaran seperti ini.
Pasal 13
(1) Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-batas
setiap negara.
(2) Setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri, dan
berhak kembali ke negerinya.
Pasal 14
(1) Setiap orang berhak mencari dan mendapatkan suaka di negeri lain untuk
melindungi diri dari pengejaran.
(2) Hak ini tidak berlaku untuk kasus pengejaran yang benar-benar timbul karena
kejahatan-
kejahatan yang
tidak berhubungan
dengan politik,
atau
karena
(2) Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan
pemerintahan negeranya.
(3) Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kehendak ini harus
dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan murni,
dengan hak pilih yang bersifat umum dan sederajat, dengan pemungutan suara secara
rahasia ataupun dengan prosedur lain yang menjamin kebebasan memberikan suara.
Pasal 22
Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak akan
terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang sangat diperlukan untuk
martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun
kerjasama internasional, dan sesuai dengan pengaturan serta sumber daya setiap negara.
Pasal 23
(1) Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak
atas syarat-syarat perburuhan yang adil dan menguntungkan serta berhak atas
perlindungan dari pengangguran.
(2) Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama untuk
pekerjaan yang sama.
(3) Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan menguntungkan,
yang memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri
maupun keluarganya, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya.
(4) Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja untuk
melindungi kepentingannya.
Pasal 24
Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam
kerja yang layak dan hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah.
Pasal 25
(1) Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan
dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas
jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai
usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang
berada di luar kekuasaannya.
(2) Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Semua anakanak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapat
perlindungan sosial yang sama.
Pasal 26
(1) Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma,
setidak- tidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan
rendah harus diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka
bagi semua orang, dan pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama
oleh semua orang, berdasarkan kepantasan.
(2) Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta
untuk mempertebal penghargaan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan
dasar. Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi dan persahabatan di
antara semua bangsa, kelompok ras maupun agama, serta harus memajukan kegiatan
Perserikatan Bangsa- Bangsa dalam memelihara perdamaian.
(3) Orang tua mempunyai hak utama dalam memilih jenis pendidikan yang akan
diberikan kepada anak-anak mereka.
Pasal 27
(1) Setiap orang berhak untuk turut serta dalam kehidupan kebudayaan masyarakat
dengan bebas, untuk menikmati kesenian, dan untuk turut mengecap kemajuan dan
manfaat ilmu pengetahuan.
(2) Setiap orang berhak untuk memperoleh perlindungan atas keuntungankeuntungan
moril maupun material yang diperoleh sebagai hasil karya ilmiah, kesusasteraan atau
kesenian yang diciptakannya.
Pasal 28
Setiap orang berhak atas suatu tatanan sosial dan internasional di mana hak-hak dan
kebebasan- kebebasan yang termaktub di dalam Deklarasi ini dapat dilaksanakan
sepenuhnya.
Pasal 29
(1) Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat tempat satu-satunya di
mana dia dapat mengembangkan kepribadiannya dengan bebas dan penuh.
(2) Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus
tunduk hanya pada pembatasanpembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang yang
tujuannya semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan yang tepat
terhadap hak-hak dan kebebasankebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syaratsyarat yang adil dalam hal kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
(3) Hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dengan jalan bagaimana pun sekali-kali tidak
boleh dilaksanakan bertentangan dengan tujuan dan prinsip-prinsip Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Pasal 30
Tidak sesuatu pun di dalam Deklarasi ini boleh ditafsirkan memberikan sesuatu Negara,
kelompok ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan apa pun, atau
melakukan perbuatan yang bertujuan merusak hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang
mana pun yang termaktub di dalam Deklarasi ini.
BAB VI KESIMPULAN
Kesimpulan kelompok kami bahwa, dokter polisi adalah dokter yang bekerja dibawah
institusi yang secara tidak langsung harus mengedepankan kewajiban dari institusi tersebut
dalam upaya penyidikan (walaupun penyidikan menggunakan metode interogasi yang agak
keras). Karena undang-undang, dokter seharusnya pro pasien dan mendahulukan pasien
tetapi karena undang-undang pula dokter akan terbebas dari hukum. Kelompok kami percaya,
bahwa prosedur penahanan tersangka telah mencukupi persyaratan, dan telah terpenuhnya
syarat akan dilakukan daya paksa pada tersangka demi mendapatkan informasi untuk
menghindari dalam berbagai bentuk pengerusakan. Dan sebagai dokter polisi, dokter akan
memastikan kesiapan pasien dalam menerima daya paksa dalam interogasi, maupun
memastikan adanya bantuan medis untuk tersangka setelah daya paksa oleh penyelidik
selesai.
Sekian penjelasan kami mengenai hasil diskusi kasus kedua modul forensik. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih tutor pembimbing dan para narasumber yang kemudian akan
menilai makalah dan presentasi kami. Kritik dan saran akan kami jadikan pembelajaran untuk
diskusi, pembuatan makalah, ataupun seminar selanjutnya. Semoga ilmu yang dipelajari
dapat bermanfaat.BAB VIII DAFTAR PUSTAKA
1. Sujatmoko A. Penahanan (detention) dan penyiksaan (torture) dalam hukum HAM
internasional.
Available
at:
pidana
(KUHAP)
nomor
tahun
1981.
Available
at