Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT DALAM

PADA PASIEN
KEMOTERAPI CA RECTUM

Disusun Oleh :
dr. Citra Latika Agustia

PEMBIMBING:
dr. Gomeus Effendy, SpPD

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG


GENTENG - BANYUWANGI
2016

PORTOFOLIO

Nama
: dr. Citra Latika Agustia
Wahana
: RSUD Genteng Banyuwangi
Topik
: Kemoterapi Ca Rektum
Tanggal Kasus
: 26 Oktober 2015
Nama Pasien
: Tn. S
No. RM : 248187
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Gomeus Effendy, SpPD
Tempat Presentasi : Ruang Diklat RSUD Genteng Banyuwangi
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
DESKRIPSI :
Tn. S Datang ke IGD Pro Kemoterapi Ca Rektum Ke-7
Tujuan :
-

Memberikan edukasi dan komunikasi tentang kondisi penyakit pasien dan rencana

penatalaksanaan yang akan dilakukan


Mempelajari dan menambah wawasan tentang penyakit ini agar dapat memberikan rencana

penatalaksanaan yang tepat


Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Cara Membahas :

Diskusi

Data Pasien
Nama Klinik : RSUD Genteng
Banyuwangi

Riset
Kasus
Audit
Presentasi &
Email
Pos
Diskusi
Nama : Tn. S
No. Reg : 248187
Telp : -

DATA PASIEN
Identitas Pasien :
Tn. S / Laki-Laki / 55 tahun / BB : 56 kg
Alamat : Genteng Kulon - Banyuwangi
Tanggal MRS : 26 Oktober 2015

Terdaftar sejak : 2015

ANAMNESA
Keluhan Utama :
Pasien datang ke UGD RSUD Genteng membawa rujukan dari dr. Gomeus Effendy Sp.PD
Pro Kemoterapi Ca Rektum ke-7.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pada tahun 2013, pasien mengeluh mulai mengalami kesulitan berdefekasi. Setiap kali
akan BAB harus mengedan kuat dan butuh waktu yang lama untuk mengeluarkan feses hingga
terasa nyeri. Feses yang keluar sedikit-sedikit dan bentuknya lebih kecil serta terkadang disertai
darah segar atau agak hitam diikuti diare secara bergantian. Pasien juga mengeluh adanya
benjolan yang keluar dari anus, nafsu makan menurun, merasa lemas, letih dan berat badan turun
kurang lebih 10 kg.
Pada akhir tahun 2014 sampai 2015, pasien berobat ke RS Adi Husada Surabaya dan RS
Darmo Surabaya. Berdasarkan keluhan dan hasil tumor marker yang tinggi, dokter menyarankan
pasien untuk melakukan pemeriksaan Kolonoskopi disertai Biopsi dan Rektosigmoidoskopi.
Pasien kemudian disarankan melakukan tindakan kolostomi dan dilanjutkan dengan kemoterapi.
Riwayat Atopi

:-

Riwayat Keluarga

: Tidak ada riwayat keluhan dan penyakit yang sama dalam keluarga

Riwayat Gaya Hidup: Perokok aktif sejak SMP dan baru berhenti 1 tahun lalu, jarang
menkonsumsi buah dan sayur.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, GCS :456


Tanda vital
TD : 130/80 mg/dL
N : 85x/mnt
Berat badan : 56 kg

Kepala dan Leher

RR : 20x/mnt

Tinggi Badan : 170 cm

Tax : 36,8 OC

Normocephal
Pupil iskor, Refleks Cahaya +/+, Anemia -/- , icteric -/THT dalam batas normal
KGB dan tiroid tidak membesar, Deviasi Trachea
Thorax
Paru :
Inspeksi
: simetris
Perkusi
: sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Aukultasi
:V
V
whezzing V
V
V
V
Cor : Ictus cordis tidak terlihat dan teraba pada ICS 5

Rhonki -

S1S2 single, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Extremitas

: Flat, soefel, meteorismus (-), bising usus (+) normal


Tampak stoma terbungkus plastic bag, feses (+)
Hepar dan lien : tidak teraba, nyeri tekan epigastric (-)
: Akral hangat, edema (-), Capillary refill < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap :

Hemoglobin : 12 mg/dl
Leukosit
: 4500 mm3
Hematokrit
: 32 %
Trombosit: 181.000
Gula Darah Sewaktu: 80 mg/dl
Faal Ginjal :
BUN : 8,4 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
Fungsi Hati :
SGOT : 30 U/l
SGPT : 28 U/l

Hasil Kolonoskopi (23/06/2014):

Hasil Pemeriksaan :
Anorektal : 2 cm sampai 9 cm dari anal
nampak masa tumor sirkuler berdungkul
keras tapi skop masih dapat lewat. Biopsi 4x
Kesimpulan :
Keganasan rectum sepanjang 2 cm sampai 9
cm dari anal, sirkuler ada penyempitan lumen
tetapi skop masih dapat melewatinya.
Hasil Patologi Anatomi :
Adenoca Recti

Hasil Rektosigmoidoskopi (08/06/2015) :


Hasil Pemeriksaan :
Anorektal : Nampak masa tumor telah
infiltrasi sampai Sphingter Rectum, sehingga
nampak
melebar
dan
tumor
telah
menyebabkan obstruksi lumen sehingga skop
hanya dapat masuk sekitar 8 cm saja.
Kesimpulan :
Masa tumor Rectum telah menyebabkan
infiltrasi ke Sphincter Ani dan ke proksimal
hanya sampai 8 cm saja masa tumor telah
menyebabkan obstruksi hamper total sehingga
skop tak dapat masuk lagi. Biopsi tidak
dilakukan atas permintaan pasien.

Diagnosa Kerja : Ca Rektum kemoterapi ke-7


Terapi:

Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj Dexamethason 1x4 mg
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan Oxaliplatin 100 mg
dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU 1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14
tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang beri 5FU 750 mg secara IV pelan 5-15 menit),

bila 5FU dalam 500 PZ sudah habis beri RL 14 tpm


Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 ampul (Siang-Malam)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Anatomi


Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum and
coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon
sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian
bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneral. Vaskularisasi rektum berasal dari cabang arteri
mesenterika inferior dan cabang dari arteri iliaka interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari
pleksus hemorriodalis internus dan berjalan ke kranial ke vena mesenterika inferior dan seterusnya
melalui vena lienalis ke vena porta. Ca Recti dapat menyebar sebagai embulus vena kedalam hati.
Pembuluh limfe dari rektum diatas garis anorektum berjalan seiring vena hemorriodalos superior dan
melanjut ke kelenjar limfa mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma
rektum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfa ini. Dinding rektum terdiri dari 5 lapisan,
yaitu mukosa yang tersusun oleh epitel kolumner, mukosa muskularis, submukosa, muscularis propria
dan serosa. 1,2,5,11

B. Angka Kejadian
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian pada
hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization, 2003). Menurut data di RS
Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan keenam dari 10
jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana. Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang
paling mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan
juga adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan
bisa dicegah.1,3,4
Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5%
pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki laki memiliki insidensi terbanyak
mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5. 1,2

C. Etiologi dan Faktor Resiko

1. Polip : Kepentingan utama dari polip bahwa telah diketahui potensial untuk menjadi
kanker kolorektal. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang
bertahap, dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma formation,
perkembangan dari displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker. 13
2. Idiopathic Inflammatory Bowel Disease
Ulseratif Kolitis: merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1%

dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. 13


Penyakit Crohns: dilaporkan squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat

pada fistula kronik pasien dengan crohns disease.14


3. Faktor Genetik
Riwayat Keluarga: Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan

riwayat kanker kolorektal pada keluarga terdekat.13


Herediter Kanker Kolorektal: Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi
progresi dari normal menuju mukosa kolon yang maligna. Dua sindrom dimana
mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki mekanisme yang
berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary non polyposis

colorectal cancer (HNPCC).13


4. Diet: Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian,
meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara serat
dan kanker kolorektal. 13,16
5. Gaya Hidup: Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga
kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan
merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk
menderita adenoma yang berukuran besar.
6. Usia: Usia merupakan faktor paling relevan yang mempengaruhi risiko kanker kolorektal
pada sebagian besar populasi. Risiko dari kanker kolorektal meningkat bersamaan dengan
usia, terutama pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih, dan hanya 3% dari
kanker kolorektal muncul pada orang dengan usia dibawah 40 tahun. Lima puluh lima
persen kanker terdapat pada usia 65 tahun, angka insiden 19 per 100.000 populasi yang
berumur kurang dari 65 tahun, dan 337 per 100.000 pada orang yang berusia lebih dari 65
tahun.13

D. Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah : 1,2,5,7,8,12
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB
Feses yang lebih kecil dari biasanya
Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut
atau nyeri
Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
Mual dan muntah,
Rasa letih dan lesu
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus.

E. Diagnosis
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal, diantaranya
ialah : 1,2,5,7,8,9,12
1) Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji
faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan
2) Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.
Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,
pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor
akan teraba keras dan menggaung.

3) Dapat pula dengan Barium Enema,. yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan
melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
4) Sigmoidoscopy, yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk
biopsi.
5) Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk
biopsi.
6) Biopsi. Jika ditemuka tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu
sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel
skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.1,2

F. Staging
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging system,
yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV). 1,2,5,15
1. Stadium 0: kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada mukosa
saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I: kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan
melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar dinding
rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II: kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.

4. Stadium III: kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar kebagian
tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV: kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau ovarium.
Disebut juga Dukes D rectal cancer

TNM/Modified Dukes Classification System


Modified
TNM
Dukes
Stadium
Stadium

Deskripsi

T1 N0
M0

Tumor terbatas pada submucosa

T2 N0
M0

B1

Tumor terbatas pada muscularis


propria

T3 N0
M0

B2

Penyebaran transmural

T2 N1
M0

C1

T2, pembesaran kelenjar


mesenteric

T3 N1
M0

C2

T3, pembesaran kelenjar


mesenteric

T4

C2

Penyebaran ke organ yang


berdekatan

Any T,
M1

Metastasis jauh

G. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa adalah terapi standar
dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar untuk kanker rektal
yang digunakan antara lain ialah :

1. Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I
dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. 2,7,6 Tipe pembedahan yang dipakai antara lain : 1,2,9,10

Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker

ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.


Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan

anastomosis.
2. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut, radiasi
dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi
adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang
sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh
tertentu. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable. 1,2,9
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium
II lanjut dan Stadium III). Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU)
dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya,
levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi leucovorin.
Protokol ini menurunkan angka kekambuhan kira kira 15% dan menurunkan angka
kematian kira kira sebesar 10%. 1,2,9

H. Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai berikut :

1. Stadium I - 72%
2. Stadium II - 54%
3. Stadium III - 39%
4. Stadium IV - 7%

HASIL PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.

Mengetahui tatalaksana dan tatacara kemoterapi


Komunikastif efektif dengan pasien dan keluarganya mengenai tujuan kemoterapi.
Komunikastif efektif dengan pasien dan keluarganya mengenai prognosis penyakit.
Motivasi untuk kepatuhan dalam melakukan kemoterapi.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif
Dari anamnesis didapatkan pasien laki-laki usia 55 tahun, dengan Pro Kemoterapi Ca rectum
ke 7 hingga ke 12. Pasien ini memiliki faktor resiko untuk terjadinya Ca Rektum, yaitu usia
pasien saat ini 55 tahun, merupakan seorang perokok aktif sejak SMP dan baru kurang lebih 1
tahun terakhir berhenti merokok, konsumsi rokok dalam satu hari rata-rata 1-2 bungkus.
Konsumsi makanan yang kurang sayur dan buah. Dari gejala klinis pasien, perubahan
kebiasaan defekasi dari konstipasi hingga diare, feses berukuran lebih kecil yang terkadang
disertai darah segar atau kehitaman, nyeri saat defekasi, rasa letih dan lesu, serta adanya
penurunan berat badan.
2. Obyektif
Pemeriksaan penujang berupa Kolonoskopi yang disertai biopsi dan Rectosigmoidoskopi
menyimpulkan adanya massa tumor rektum yang menyebabkan obstruksi hampir total dan
mengindikasikan adanya keganasan pada rectum. Pasien juga sudah melakukan kolostomi.
Berdasarkan TNM staging system, tumor rectum kemungkinan besar sudah masuk dalam
stadium III Dukes C.
3. Assessment

Ca Rektum Stadium III Dukes C


4. Planning Terapi
Inf RL, sebagai sumber cairan dan elektrolit.
Premedikasi :
- Ranitidin: menurunkan sekresi asam lambung
- Ondansetron: mengurangi efek emesis akibat obat kemoterapi serta meningkatkan
-

moilitas lambung.
Dexamethason: untuk mengurangi efek sitokin yang terbentuk akibat efek obat yang

membunuh sel kanker dan meningkatkan efikasi antiemetic


Leucovorin: agar 5FU mudah masuk ke sel kanker
5FU dan Oxaliplatin: untuk membunuh sel kanker

Follow up
1. Tanggal 26 Oktober 2015
o S: Kemoterapi Ca Rektum
o O: TD: 130/ 90 mmHg, nadi: 85 x/menit, napas: 20x/menit, suhu: 36,80C
Abdomen: terdapat stoma post colostomy
Lab normal
o A: Ca Rektum Kemoterapi ke-7
o P:
Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj Dexamethason

1x4 mg.
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan
Oxaliplatin 100 mg dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU
1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14 tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang beri
5FU 750 mg secara IV pelan 5-15 menit), bila 5FU dalam 500 PZ sudah habis

beri RL 14 tpm
Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 mg (Siang-Malam)
Obat Oral : Sanmaag sirup 3xIC, Ulsidex sirup 3x1C, Domperidon tablet 3x10

mg, Lansoprazol 2x30 mg


Diet nasi TKTP

2. Tanggal 9 November 2015


o S: Kemoterapi Ca Rektum
o O: TD: 120/ 70 mmHg, nadi: 82 x/menit, napas: 22x/menit, suhu: 36,50C
Abdomen: terdapat stoma post colostomy
Lab normal
o A: Ca Rektum Kemoterapi ke 8
o P:
Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj

Dexamethason 1x4 mg
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan
Oxaliplatin 100 mg dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU
1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14 tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang
beri 5FU 750 mg secara IV pelan 5 menit), bila 5FU dalam 500 PZ sudah

habis beri RL 14 tpm


Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 mg (Siang-Malam)
Obat Oral : Sanmaag sirup 3xIC, Ulsidex 3x1C, Domperidon tablet 3x10 mg,

Lansoprazol 2x30 mg
Diet nasi TKTP

3. Tanggal 23 November 2015


o S: Kemoterapi Ca Rektum
o O: TD: 140/ 80 mmHg, nadi: 80 x/menit, napas: 22x/menit, suhu: 36,50C
Abdomen: terdapat stoma post colostomy
Lab normal
o A: Ca Rektum Kemoterapi ke-9
o P:
Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj Dexamethason

1x4 mg.
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan
Oxaliplatin 100 mg dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU
1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14 tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang beri
5FU 750 mg secara IV pelan 5-15 menit), bila 5FU dalam 500 PZ sudah habis

beri RL 14 tpm
Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 mg (Siang-Malam)

Obat Oral : Sanmaag sirup 3xIC, Ulsidex sirup 3x1C, Domperidon tablet 3x10

mg, Lansoprazol 2x30 mg


Diet nasi TKTP

4. Tanggal 7 Desember 2015


o S: Kemoterapi Ca Rektum
o O: TD: 140/ 90 mmHg, nadi: 88 x/menit, napas: 20x/menit, suhu: 36,70C
Abdomen: terdapat stoma post colostomy
Lab normal
o A: Ca Rektum Kemoterapi ke-10
o P:
Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj Dexamethason

1x4 mg.
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan
Oxaliplatin 100 mg dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU
1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14 tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang beri
5FU 750 mg secara IV pelan 5-15 menit), bila 5FU dalam 500 PZ sudah habis

beri RL 14 tpm
Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 mg (Siang-Malam)
Obat Oral : Sanmaag sirup 3xIC, Ulsidex sirup 3x1C, Domperidon tablet 3x10

mg, Lansoprazol 2x30 mg


Diet nasi TKTP

5. Tanggal 21 Desember 2015


o S: Kemoterapi Ca Rektum
o O: TD: 120/ 70 mmHg, nadi: 82 x/menit, napas: 22x/menit, suhu: 36,50C
Abdomen: terdapat stoma post colostomy
Lab normal
o A: Ca Rektum Kemoterapi ke-11
o P:
Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj Dexamethason

1x4 mg.
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan
Oxaliplatin 100 mg dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU
1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14 tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang beri

5FU 750 mg secara IV pelan 5-15 menit), bila 5FU dalam 500 PZ sudah habis

beri RL 14 tpm
Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 mg (Siang-Malam)
Obat Oral : Sanmaag sirup 3xIC, Ulsidex sirup 3x1C, Domperidon tablet 3x10

mg, Lansoprazol 2x30 mg


Diet nasi TKTP

6. Tanggal 4 Januari 2016


o S: Kemoterapi Ca Rektum
o O: TD: 140/ 80 mmHg, nadi: 83 x/menit, napas: 22x/menit, suhu: 36,50C
Abdomen: terdapat stoma post colostomy
Lab normal
o A: Ca Rektum Kemoterapi ke-12
o P:
Inf RL 10 tpm
Premedikasi : Inj Ranitidin 1x25 mg, Inj Ondansetron 1x8 mg, Inj Dexamethason

1x4 mg.
Leucovorin 200 mg dalam 200 ml PZ 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan
Oxaliplatin 100 mg dalam 200 ml D5% 50 tpm dalam 2 jam, dilanjutkan 5FU
1000 mg dalam 500 ml PZ 10-14 tpm dalam 22 jam (Setelah 5FU terpasang beri
5FU 750 mg secara IV pelan 5-15 menit), bila 5FU dalam 500 PZ sudah habis

beri RL 14 tpm
Inj Ondancetron 3x4 mg (Siang-Malam)
Inj Ranitidin 3x25 mg (Siang-Malam)
Obat Oral : Sanmaag sirup 3xIC, Ulsidex sirup 3x1C, Domperidon tablet 3x10

mg, Lansoprazol 2x30 mg


Diet nasi TKTP

DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan, Isaac. Rectal Carsinoma. 2006. Available from: www.emedicine.com


(Download: 25 Desember 2015)
2. Sadler TW. Langman embriologi kedokteran. 10th ed. Jakarta: EGC, 2009.
3. Sjamsuhidajat, de Jong. Buku ajar ilmu bedah. 3rd ed. Jakarta: EGC, 2010.
4. Kumar, Cotran, Robbins. Buku ajar patologi. 7th ed. Jakarta: EGC, 2007.
5. Manuaba TW. Panduaan penatalaksanaan kanker solid peraboi 2010. Jakarta: Sagung
seto, 2010.
6. Meredith et al. The multidisciplinary management of rectal cancer. Surg Clin N Am.
2009. Available from: http://www.sassit.co.za/Journals/Colorectal/Colorectal
%20Ca/Rectal%20Ca/MDT%20Mx%20rectal%20Ca%20SCNA.pdf. (Download 25
Desember 2015)
7. College of oncology national guidelines. Rectum cancer. 2007. Available from:
http://www.collegeoncologie.be/files/files/Richtlijnen/Rectal_Cancer_10646440_nl.pdf.
(Download 25 Desember 2015)
8. Schwartz SI. Schwartzs principles of surgery. 9th ed. United States of America: The
McGraw-Hill companies, 2010.
9. Cagir B. Rectal cancer. 2012

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/281237-overview. (Download 30


April 2015)
10. Dalal KM, Bleday R. Cancer of the rectum. In: Zinner MJ, Ashley SW, editors. Maingots
abdominal operations. The United States of America: The McGraw-Hill companies:
2007. P. 693-725.
11. Sabiston DC. Sabiston buku ajar bedah (Essentials of surgery). 19th ed. Jakarta: EGC.
2012.
12. Engstrom FP, Arnoletti PJ. Rectal Cancer. J Natl Compr Canc Netw 2009;7:838-881
Available from: http://www.jnccn.org/content/7/8/838.full.pdf+html (Download 30
Desember 2015)
13. Cutsem1EV, Dicato M. The diagnosis and management of rectal cancer: expert
discussion and recommendations derived from the 9th World Congress on
Gastrointestinal Cancer, Barcelona, 2007. Annals of Oncology 19 (Supplement 6): vi1
vi8, 2008
Available from: http://annonc.oxfordjournals.org/content/19/suppl_6/vi1.full.pdf+html
(Download 30 Desember 2015)
14. Khuhaprema T, Srivatanakul P. Colon and Rectum Cancer in Thailand: An Overview.
Jpn J Clin Oncol 2008;38(4)237243
Available from: http://jjco.oxfordjournals.org/content/38/4/237.full.pdf+html (Download
30 Desember 2015)
15. Smith N, Brown G. Preoperative staging of rectal cancer. Acta Oncologica, 2008; 47: 2031. Available from: http://informahealthcare.com/doi/pdf/10.1080/02841860701697720
(Download 30 Desember 2015)
16. Law LW, Lee MY. Impact of Laparoscopic Resection for Colorectal Cancer on Operative
Outcomes

and

Survival.

Ann

Surg

2007;245:

17.

Available

from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1867940/pdf/20070100s00001p1.pdf
(Download 30 Desember 2015)

Anda mungkin juga menyukai