Anda di halaman 1dari 6

Gambaran Umum

Permasalahan lalu lintas yang semakin kompleks, selalu menjadi perhatian Publik.
Diantaranya adalah Kemacetan Lalu lintas. Kemacetan lalu lintas pada umumnya terjadi di
kota kota besar, salah satunya adalah Jakarta yang merupakan ibu kota dari negara
Indonesia. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta sangat menghambat masyarakat
dalam melakukan kegiatan ataupun aktivitasnya. Presiden Susilo Bambang Yodhoyono telah
menegaskan bahwa Jakarta harus bebas dari Kemacetan lalu lintas pada tahun 2020 dan harus
ada kemajuan yang signifikan pengurangan kemacetan di Jakarta pada tahun 2014, oleh
karena itu warga Jakarta dan Pemerintah lebih baik memikirkan hal hal yang konstruktif
kearah perbaikan dan mencari berbagai alternatif upaya pemecahan masalah kemacetan
lalulintas di Jakarta.
Kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor, dan
kemacetan lalu lintas tersebut menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi
masyarakat khususnya para pengguna jalan. Dengan adanya kondisi yang merugikan ini,
masyarakat dapat memberikan masukan ( input ) kepada pemerintah povinsi DKI Jakarta,
sehingga pemerintah dapat mengeluarkan ( output ) suatu kebijakan terhadap masyarakat,
yaitu kebijakan yang dapat mengurangi atau menghilangkan kemacetan lalu lintas di kota
Jakarta. Hal ini seperti yang di jelaskan oleh David Easton mengenai kebijakan sebagai
Model Sistem.
Banyak kebijakan ( policy ) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta. Salah satunya adalah kebijakan 3 in 1.
Kebijakan 3 in 1 sejatinya ditujukan untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi.
Pembatasan ini diharapkan bisa berujung kepada berkurangnya kemacetan di Kota Jakarta.
Namun dalam penerapannya, kebijakan 3 in 1 dinilai tidak lagi efektif dan justru
menimbulkan permasalahan baru.
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan permasalahan kemacetan lalu lintas yang
terjadi di kota Jakarta, dan bagaimana pemerintah provinsi DKI Jakarta mengeluarkan
kebijakan 3 in 1 dalam berlalu lintas di kota Jakarta serta dan implementasi dari kebijakan itu
di masyarakat.
BAB II PERMASALAHAN
Kemacetan lalu lintas adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya
lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan

( pengertian kemacetan lalu lintas menurut wikipedia ). Kemacetan lalu lintas yang terjadi di
DKI Jakarta telah dimulai sejak pukul 07.00 wib yaitu jam masuk kantor dan pukul 16.00 wib
jam keluar kantor, bahkan hingga pukul 22.00 wib di beberapa ruas jalan tertentu.
Faktor faktor penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta yaitu :
1. Faktor Jalan Raya ( ruang lalu lintas jalan )
Buruknya kondisi ruang lalu lintas jalan serta sempit/terbatasnya ruang jalan akan
menghambat pergerakan pengguna jalan Penyebab buruknya kondisi ruang jalan raya antara
lain: adanya kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan, pemanfaatan ruang jalan untuk
urusan yang bukan semestinya atau pemanfaatan yang keliru, misal: jalan digunakan untuk
praktik pasar, warung dan perparkiran. Terbatasnya lahan jalan dapat diartikan daya tampung
(kapasitas) yang rendah dari ruang lalu lintas jalan, disebabkan jumlah kendaraan yang
melintas/beredar melebihi daya tampung ruang jalan dan pemanfaatan yang keliru dari ruang
lalu lintas jalan.
2. Faktor Kenderaan.
Faktor kendaraan adalah faktor-faktor yang berasal dari kondisi kendaraan yang melintasi di
jalan raya. Berbagai hal yang menyangkut kondisi kendaraan bisa berupa: jenis, ukuran,
kuantitas (jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan raya. Misal: jumlah
kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi daya tampung jalan raya, beroperasinya jenis
dan ukuran kendaraan tertentu yang berpotensi memacetkan arus lalu lintas.
3. Faktor Manusia ( pemakai Jalan )
Faktor manusia adalah faktor-faktor yang berasal dari manusia selaku pemakai jalan.
Berbagai hal menyangkut manusia antara lain: sikap, perilaku dan kebiasaan (behavior and
habit) yang kurang tepat ketika menggunakan jalan raya menyebabkan kemacetan lalu lintas
dan membahayakan pihak lain, misal: sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri, tidak
mau mengalah, arogan, menganggap bahwa melanggar aturan berlalu lintas adalah hal biasa
serta tidak mengetahui atau tidak mau peduli bahwa gerakan (manuver) nya mengganggu
bahkan membahayakan keselamatan pengguna jalan lain.
4. Faktor Lain
Banyak faktor lain selain ketiga faktor (komponen) di atas yang dapat menyebabkan
kemacetan lalu lintas, misalnya: penerapan yang keliru terhadap kebijakan dan undangundang lalu lintas angkutan jalan, keberadaan mall (pintu mall) di tepi jalan raya sehingga
keluar masuk kendaraan, orang dan angkutan umum yang ngetem akan mengganggu
kelancaran lalulintas, kurangnya jumlah petugas pengatur lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan,
dan cuaca (hujan deras dan banjir), dll.

Kemacetan lalu lintas yang terjadi di DKI Jakarta tentunya menimbulkan dampak negatif
terhadap masyarakat maupun pemerintah, yang dapat dirasakan langsung atau tidak langsung,
yaitu :
1. dampak negatif dari kemacetan lalu lintas terhadap masyarakat maupun pemerintah Kerugian
ekonomi karena boros bahan bakar (BBM), terganggunya jadwal bisnis dan kegiatan keluarga
dengan segala macam dampak yang mengikutinya.
2. Stress dan kelelahan dengan segala akibatnya, seperti mudah tersinggung, mudah marah, dan
turunnya produktivitas.
3. Penurunan kualitas udara di Jakarta akibat meningkatnya kadar zat-zat pencemar utama yang
berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor dengan rentetan dampak lainnya seperti
penyakit dan berkontribusi besar pada terjadinya pemanasan global dan perubahan cuaca
(climate change).
4. Lesunya dunia pariwisata Jakarta.
5. dan masih banyak lagi kerugian yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Dengan adanya faktor faktor penyebab kemacetan lalu lintas dan dampak negatip yang
ditimbulkan dari kemacetan lalu lintas, seperti yang dijelaskan diatas, maka mendorong
pemerintah untuk melakukan upaya upaya untuk mengatasi kemacetan lalu lntas tersebut.
Diantaranya adalah mengeluarkan kebijakan 3 in 1.
BAB III PEMBAHASAN
Jakarta adalah ibu kota dari negara Indonesia, yang memiliki penduduk yang cukup
besar. Jakarta juga di kelilingi oleh kota kota besar seperti Bogor, Bekasi dan Tangerang.
Aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu yang berada di Jakarta berpengaruh besar
terhadap situasi lalu lintas di kota Jakarta. Permasalahan permasalahan yang menimbulkan
Kemacetan lalu lintas di Jakarta, dan dampak negatip dari kemacetan lalu lintas tersebut,
mengakibatkan perhatian khusus bagi Pemerintah DKI Jakarta untuk mengeluarkan kebijakan
( Policy ) dalam upaya menyelesaikan permasalahan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta.
Dan proses pembuatan Kebijakan ini seperti yang di jelaskan David Easton bahwa kebijakan
merupakan produk bekerjanya sebuah sistem politik yang dilakukan melalui proses : pertama
yaitu pemberian input ( tuntutan tuntutan kebijakan ), kedua yaitu konversi ( formulasi
kebijakan ) dan ketiga yaitu output ( hasil hasil atau outcome kebijakan ).
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam mengatasi
kemacetan lalu lintas adalah melakukan perbaikan pada faktor jalan raya ( ruang lalu lintas
jalan ), perbaikan pada faktor kenderaan, perbaikan pada faktor manusia dan perbaikan pada

faktor lainnya yaitu dengan mengeluarkan kebijakan kebijakan untuk mengatasi


permasalahan kemacetan lalu lintas di kota Jakarta. Kebijakan yang sudah dikeluarakan oleh
pemerintah DKI Jakarta diantaranya adalah kebijakan 3 in 1 ( yang akan dibahas oleh penulis
dalam makalah ini ). Kebijakan ini diatur di dalam Keputusan Gubernur Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4104 / 2003 tentang Penetapan kawasan Pengendalian Lalu
lintas dan kewajiban mengangkut paling sedikit 3 orang penumpang perkenderaan pada ruas
ruas jalan tertentu di propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kenderaan yang dimaksud
disini adalah Mobil penumpang bukan umum, mobil bus bukan umum dan mobil barang yang
memasuki dan atau berada dikawasan pengendalian lalu lintas wajib mengangkut penumpang
paling sedikit 3 orang per kendaraan termasuk pengemudi.
Kawasan Pengendalian Lalu Lintas wajib mengangkut penumpang paling sedikit 3 orang per
kendaraan termasuk pengemudi, yang ada di DKI Jakarta, yaitu :
a. Jalan Sisingamangaraja, jalur cepat dan jalur lambat
b. Jalan Jenderal sudirman, jalur cepat dan jalur lambat
c. Jalan MH Thamrin, Jalur cepat dan jalur lambat
d. Jalan Medan merdeka barat
e. Jalan majapahit
f. Jalan pintu besar selatan
g. Jalan pintu besar Utara
h. Jalan Hayam Wuruk
i.

Sebagian jalan jenderal gatot subroto antara persimpangan jalan gatot subroto jalan
gerbang pemuda (Balai Sidang Senayan) samapai dengan persimpangan jalan HR Rasuna
said jalan Jendral Gatot Subroto pada jalur umum bukan tol .

Kawasan Pengendalian Lalu Lintas untuk pembatasan jumlah penumpang, diberlakukan


mulai pukul 07.00 10.00 dan pukul 16.00 19.00 WIB. Pelaksanaan pemberlakuan
kawasan pengendalian ini tidak diberlakukan pada hari sabtu, minggu dan hari libur nasional
yang ditetapkan dengan keputusan Presiden RI.
Pada awalnya kebijakan 3 in 1 ( three in one ), yang diterapkan di kota Jakarta ini berjalan
cukup baik, karena setidaknya dapat menimbulkan kesadaran bagi masyarakat pengguna
jalan untuk bersama sama mewujudkan arus lalu lintas yang tertib dan lancar, masyarakat
berfikir sebaiknya menggunakan kenderaan angkutan umum ataupun kenderaan pribadi yang
memiliki penumpang minimal 3 orang ( termasuk supir ) selama berada di kawasan
Pengendalian Lalu Lintas untuk pembatasan jumlah penumpang, selain itu adanya
kekhawatiran masyarakat terhadap sanksi yang diberikan oleh aparat penegak hukum

terhadap pengendera kenderaan yang memiliki penumpang satu atau dua orang ( termasuk
supir ). Tetapi setelah beberapa tahun kemudian ( untuk saat ini ) kebijakan 3 in 1 sudah tidak
efektif lagi untuk dilakukan. Permasalah baru yang muncul yaitu :
pertama kebijakan ini justru menjadi ladang bisnis baru bagi para joki 3 in 1. Para joki ini
kian hari kian bertambah, bahkan muncul persaingan diantara para Joki yang mengganggu
pengguna jalan. Para joki ini tak hanya berdiri di trotoar, tetapi mereka berdiri di tempat yang
sudah memakan badan jalan, dengan maksud agar para pengendara kendaraan bisa melihat
keberadaannya. Tentunya hal ini menimbulkan permasalahan baru berupa rawannya terjadi
kecelakaan lalu lintas, kemacetan lalu lintas dapat bertambah, dan ketertiban serta kelancaran
lalu lintas tidak dapat terwujud.
Kedua semakian berkurangnya disiplin masyarakat terhadap peraturan atau kebijakan yang
telah dibuat oleh pemerintah, hal ini dapat diketahui masyarakat mudah mengakali terhadap
kebijakan 3 in 1 sehingga tidak terkena sanksi dari aparat penegak hukum. Masyarakat
pengguna jalan saat memasuki Kawasan Pengendalian Lalu Lintas untuk pembatasan jumlah
penumpang, hanya cukup mengikutsertakan joki di kenderaannya, hingga penumpang
kenderaannya berjumlah 3 orang ( termasuk supir ) kemudian membayar joki tersebut.
Sehingga otomotis pengemudi tersebut tidak melanggar aturan yang terdapat dalam kebijakan
3 in 1.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bahwa kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta disebabkan oleh banyak
faktor, yang dapat dijelaskan secara umum yaitu faktor jalan raya ( ruang lintas kenderaan ),
faktor manusia, faktor kenderaan dan faktor lainnya. Dan kemacetan lalu lintas ini dapat
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya para pengguna jalan dan juga
berdampak terhadap negara / pemerintah.
Kebijakan ( Policy ) 3 in 1 yang telah dikeluarkan oleh pemerintah DKI Jakarta
bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di kota Jakarta. Kebijakan 3 in 1 ini
menjelaskan bahwa setiap kenderaan yang memasuki kawasan Pengendalian Lalu Lintas
harus memiliki penumpang minimal 3 orang ( termasuk supir ). Kebijakan 3 in 1 ini diatur di
dalam Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4104 / 2003
tentang Penetapan kawasan Pengendalian Lalu lintas dan kewajiban mengangkut paling
sedikit 3 orang penumpang perkenderaan pada ruas ruas jalan tertentu di propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

Kebijakan 3 in 1 ini pada awalnya berjalan cukup baik, tetapi untuk saat ini ( tahun
2011 ) kebijakan 3 in 1 tersebut dianggap kurang efektif. Karena fakta yang ditemukan di
lapangan kebijakan ini dimanfaatkan oleh para joki untuk mencari uang. Para joki ini
berperan sebagai penumpang bagi kenderaan yang kurang penumpang pada saat hendak
memasuki kawasan Pengendalian lalu lintas wajib mengangkut penumpang paling sedikit 3
orang per kendaraan termasuk pengemudi. Selain itu kebijakan ini dapat diakali oleh
pengguna jalan karena dengan memanfaatkan joki, pengemudi dapat memasuki kawasan 3 in
1, jadi kesadaran masyarakat untuk turut mewujudkan keamanan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas semakin sulit terwujud.
Saran dari penulis, berkaitan dengan kebijakan 3 in 1dalam mengatasi kemacetan lalu
lintas yang terjadi di kota Jakarta, yaitu :
1. karena kebijakan 3 in 1 ini masih berjalan, maka perlunya kegiatan rutin dari aparat
penegak hukum yaitu Polisi lalu lintas untuk melakukan tindakan tegas terhadap para
pengguna jalan yang tidak mematuhi aturan 3 in 1 ini (Keputusan Gubernur Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4104 / 2003 )
2. Bahwa kebijakan 3 in 1 yang ada sekarang sudah tidak efektif lagi untuk diterapkan di
masyarakat, karena tidak bisa mengurangu kemacetan lalu lintas di kota Jakarta
bahakan menimbulkan permasalahan yang baru.
3. Perlunya kebijakan baru untuk mengganti kebijakan 3 in 1 dalam mengatasi
permasalahan kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta. Kebijakan yang
paling tepat untuk menggantikan 3 in 1 adalah Jalan berbayar yaitu setiap pengendara
yang hendak melintas di kawasan berpenumpang tiga orang atau lebih akan dikenakan
retribusi sesuai yang ditentukan. Selian itu kebijakan sistem pembatasan warna
kendaraan, yaitu adanya kenderaan yang boleh beroprasi pada hari tertentu dengan
warna kenderaan yang telah ditentukan pula.

Anda mungkin juga menyukai