Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN EKONOMI:

Perspektif Teori dan Empiris


EDUCATION AND ECONOMICS:
Perspectives of Theoretical and Empirical
Gatot Subroto
Peneliti Madya pada Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud.
Pascasarjana Ekonomi, Universitas Nasional Jakarta.
Email: gatsu28@yahoo.com

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji hubungan dan keterkaitan antara
pendidikan dengan ekonomi didasarkan teori model pertumbuhan endogenous
Solow dan adaptasinya. Pembahasan dikaitkan dengan berbagai kajian studi yang
telah dilakukan baik di Indonesia maupun negara lain dan contoh-contoh terapan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa investasi bidang pendidikan merupakan stimulasi
lebih tinggi dibandingkan dengan investasi fisik dalam jangka panjang. Mengacu
hasil kajian dapat disimpulkan: 1) hubungan kausalitas antara peran pendidikan
dan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin terbukti dan kuat; 2) sektor
pendidikan sebagai penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi semakin
mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang, karena pendidikan
memberikan high rate of return di masa yang akan datang. Pengeluaran pemerintah
secara proporsional dan tepat sasaran terhadap program pendidikan (rintisan wajib
belajar 12 tahun atau pendidikan menengah universal) memberikan dampak
percepatan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: pendidikan, modal manusia, tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
Abstract: This article aims to examine the relationship and linkages between
education and economic based theory of endogenous growth models of Solow and
adaptation. Discussion of studies associated with various studies that have been
conducted both in Indonesia and other countries and applied examples. The results
showed that the stimulation of investment for education is higher than the physical
investment in the long run. Referring to the results of the study concluded: 1) The
causal relationship between the role of education and economic growth becomes
more and more evident and stronger; 2) the education sector as a major driver of
economic development dynamics further encourage long-term process of
structural transformation, because of education have a high rate of return in the
future. Government spending proportionately and appropriately targeted for
education programs (universal education) will impact to economic growth.
Keywords: education, human capital, labor, economic growth.

Pendahuluan
Pendidikan memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah
menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik dan diakui keberadaannya. Tidak
selamanya pendidikan dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan karena pendidikan
merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya manusia, yang mana dalam
jangka panjang kontribusinya dapat dirasakan.
Bagaimana hubungan dan keterkaitan antara pendidikan dengan ekonomi?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut, tidak dapat dilepaskan dari masalah
pembangunan. Konsep pembangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam
tergantung konteks penggunaanya. Para ahli ekonomi mengembangkan teori
pembangunan yang didasari pada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses
pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah invesment in human capital
(Schultz, 1961). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan
suatu bentuk modal atau kapital sebagaimana bentuk-bentuk kapital lainnya, seperti
mesin, teknologi, tanah, uang, dan material. Manusia sebagai human capital tercermin
dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas
kerja. Tidak seperti bentuk kapital lain yang hanya diperlakukan sebagai alat saja,
human capital ini dapat menginvestasikan dirinya sendiri melalui berbagai bentuk
investasi, misalnya pendidikan formal/informal, pengalaman kerja, kesehatan, atau gizi,
bahkan migrasi.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa faktor utama yang mendukung proses
pembangunan adalah tingkat pendidikan masyarakat. Dalam proses tersebut didasari
pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional
suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya pendidikan
termasuk di dalamnya.
331713357.doc 2

Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan formal merupakan


salah satu instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang memiliki
produktivitas tinggi (Schultz, 1961). Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka
semakin tinggi pula tingkat produktivitas masyarakat tersebut.Dalam proses
pembangunan, teori human capital tersebut setidaknya harus memiliki dua syarat
keharusan. Pertama, adanya pemanfaatan teknologi secara efisien serta adanya sumber
daya manusia yang mengelola dan/atau menggunakan teknologi tersebut. Sumber daya
manusia dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori
human capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan merupakan investasi dalam
rangka meningkatkan produktivitas masyarakat. Masalahnya terletak pada sejauhmana
pendidikan berpengaruh terhadap proses pembangunan ekonomi dalam sebuah negara?
Kasus di beberapa negara mengindikasikan hal tersebut, misalnya di Afrika (Ghana,
Kenya, Nigeria) dan di Asia (Korea, Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia). Dengan
merujuk kepada pengalaman di negara-negara tersebut maka menjadi penting untuk
mengkaji sejauhmana fenomena yang sama dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini
penting mengingat Indonesia pada saat ini sedang mengalami suatu proses
ketidakseimbangan antara ekonomi dan pendidikan yang ditunjukkan oleh hubungan
antara tingkat pendidikan dan angka partisipasi tenaga kerja serta pengangguran.
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana aspek pendidikan berpengaruh dalam
pembangunan ekonomi dalam konteks Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai
pengalaman empiris serta menggunakan contoh-contoh terapan yang bersifat aplikatif.

Kajian Literatur dan Pembahasan


Teori Ekonomi

331713357.doc 3

Eksistensi teori ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam


menjelaskan fenomena perekonomian aktual. Analisis teoritis dan pembuktian empiris
selalu menjadi aktivitas kembar yang dilakukan secara koheren pada setiap bidang ilmu
termasuk ilmu ekonomi (Henderson dan Quant, 1980). Pertumbuhan ekonomi
umumnya merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang yang
terkait dengan proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan sebagai
proses berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada satu
saat saja/kurun waktu yang sebentar. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output
per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output total atau Produk
Domestik Bruto (PDB) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output
total dibagi dengan jumlah penduduk. Sedangkan pertumbuhan terkait aspek jangka
panjang mengandung arti bahwa kenaikan output per kapita harus dilihat dalam kurun
waktu yang cukup lama, misalnya 10 atau 20 tahun dan bahkan lebih lama.
Smith (1776), dalam bukunya ang berjudul An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations, mengajukan teori yang sangat terkenal, yaitu
mengenai spesialisasi dan pembagian kerja. Stok kapital (K) mempunyai dua pengaruh
terhadap tingkat output total (Q), yaitu pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung.
K berpengaruh langsung terhadap Q karena pertambahan K yang diikuti pertambahan
tenaga kerja (L) akan meningkatkan Q. Secara matematis, ditulis sebagai berikut: Q = f
(K, L).
Pengaruh tidak langsung dari K terhadap Q adalah berupa peningkatan
produktivitas per kapita melalui dimungkinkannya spesialisasi dan pembagian kerja
(specialization and devision of labor) yang lebih tinggi. Makin besar kapital (K) yang
digunakan, makin besar kemungkinan dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja, dan
selanjutnya akan meningkatkan produktivitas per pekerja.
331713357.doc 4

Peningkatan produktivitas bersumber dari tiga hal. Pertama, spesialisasi justru


akan meningkatkan keterampilan setiap tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.
Kedua, melalui sistem pembagian kerja akan menghemat waktu, saat pekerja beralih
dari jenis pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain. Ketiga, ditemukannya mesinmesin berteknologi semakin baik, yang mempermudah dan mempercepat proses
pekerjaan.
Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa peningkatan stok kapital (K) secara
terus menerus dengan berasumsi bahwa tenaga kerja (L) selalu terpenuhi, juga akan
diikuti oleh peningkatan output total (Q) secara terus menerus sampai mencapai batas
atas sumber daya. Di sini terjadi proses pertumbuhan ekonomi berhenti, yang disebut
sebagai keadaan dalam posisi stasioner (stationary state). Pada posisi ini, semua proses
pertumbuhan berhenti; pertumbuhan kapital berhenti, pertumbuhan penduduk berhenti,
dan pertumbuhan output berhenti.

Peran Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi


Pendidikan tidak dapat terlepas dari masalah ekonomi, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan
keabsahannya. Alhumami (2004), menyatakan pendidikan bukan hanya melahirkan
sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta
menguasai teknologi, melainkan juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan
kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mendorong setiap warga negara
untuk mandiri berwirausaha secara adil dan sehat.

Kata lainnya, turut serta

memberikan kontribusi aktif dalam pembangunan, melalui produktivitasnya dapat


meningkatkan pendapatan serta akhirnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

331713357.doc 5

Studi tentang investasi sumber daya manusia telah dilakukan oleh Schultz
(1961:8), menyatakan bahwa investasi sumber daya manusia akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya itu menjadi lebih produktif dan merupakan salah
satu cara untuk keluar dari perbudakan. Meningkatnya sumber daya manusia ini akan
menjadikan manusia memiliki lebih banyak pilihan sehingga akan tercipta peningkatan
kesejahteraan. Beberapa kegiatan yang menurut Schultz dapat memperbaiki
kemampuan sumber daya manusia adalah pendidikan formal yang paling memiliki
hubungan erat dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
Investasi pada bidang pendidikan tidak hanya berfaedah bagi perorangan,
melainkan juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan
pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas
masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian
kesejahteraan sosial dan ekonomi, sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan
melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan
narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.
Istilah welfare dependency merupakan keadaan di mana seseorang atau rumah tangga
yang sangat bergantung pada tunjangan kesejahteraan dari pemerintah untuk
pendapatan mereka dalam jangka waktu lama, dan tanpanya mereka tidak akan mampu
untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari. Istilah tersebut sangat kontroversial, sering
membawa konotasi menghina bahwa penerima tidak bersedia untuk bekerja (Bane and
Ellwood, 1996).
United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990-an dengan
tegas menjelaskan betapa pentingnya pembangunan manusia, dimana kualitas manusia
merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Disebutkan juga, bahwa tujuan utama
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya
331713357.doc 6

untuk menikmati usia panjang, badan sehat, dan menjalankan kehidupan yang
produktif. Laporan tersebut menjelaskan bahwa, pembangunan berpusat pada manusia
dipromosikan melalui penegasan bahwa pembangunan manusia adalah tujuan akhir
pembangunan (the ultimate end), sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah sarana (the
principal means) untuk mencapai tujuan akhir pembangunan tersebut.
Semakin jelas bahwa perluasan pilihan dimaksud berada pada tataran proses
dan tataran hasil akhir pembangunan. Perluasan pilihan dalam tataran proses disediakan
untuk manusia dalam perannya sebagai pelaku pembangunan, sedangkan perluasan
pilihan dalam tataran hasil akhir disediakan untuk manusia dalam perannya sebagai
penikmat pembangunan.
Pembangunan manusia pada dasarnya adalah suatu upaya dalam rangka
membangun kemampuan manusia, tidak perduli apakah mereka miskin atau kaya,
melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, sekaligus sebagai
pemanfaatan (utilizing) kemampuan atau keterampilan mereka tersebut.

Qureshi

(2010), menyatakan konsep pembangunan manusia jauh lebih luas pengertiannya


dibandingkan dengan konsep pembangunan ekonomi yang menekankan kepada
pertumbuhan

ekonomi

(economic

growth),

kebutuhan

dasar

(basic

needs),

kesejahteraan masyarakat (social welfare), atau pengembangan sumber daya manusia


(human resource development).
Uraian-uraian di atas semakin memperkokoh paradigma pembangunan berpusat
pada manusia (people centered development) yang menempatkan manusia sebagai
tujuan akhir pembangunan dan bukan hanya sebagai alat pembangunan. Untuk
mewujudkan tujuan akhir pembangunan dimaksud, terdapat empat hal pokok
(productivity, equality, sustainability, dan empowerment) yang harus diperhatikan

331713357.doc 7

sebagai komponen kunci pembangunan manusia, sebagaimana uraian dari UNDP


berikut.
Pertama, produktivitas (productivity), mengandung makna bahwa manusia yang
produktif akan mampu menghasilkan pendapatan bagi dirinya dan bagi keluarganya
serta bagi daerahnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari
model pembangunan manusia, dan merupakan variabel endogen yang akan
berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.
Kedua, keadilan (equality), mengandung makna bahwa manusia sebagai mahluk
sosial harus memiliki kesempatan yang sama untuk hidup lebih baik. Praktik monopoli,
seperti monopoli ekonomi dan monopoli politik, harus dihapuskan melalui pengaturanpengaturan yang dilakukan secara demokratis. Semua orang boleh memilih apa yang
terbaik bagi kehidupannya sepanjang tidak melanggar aturan main yang telah
disepakati bersama secara konstitusional dan demokratis.
Ketiga, keberlanjutan (sustainability), mengandung makna bahwa sumber daya
yang tersedia dapat digunakan secara bijaksana untuk kepentingan manusia, baik
generasi masa kini maupun generasi masa yang akan datang. Generasi masa kini harus
sadar dan menjamin ketersediaan sumber daya yang sama-sama diperlukan oleh
generasi masa yang akan datang. Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui hanya
digunakan secara hemat sambil menanamkan kewajiban bagi generasi sekarang untuk
mencari alternatif sumber daya substitusi dari sumber daya yang dapat diperbaharui.
Keempat, pemberdayaan (empowerment), mengandung arti bahwa adalah fitrah
manusia yang tidak selalu memiliki kemampuan untuk mengakses peluang dan
kesempatan yang sama untuk mensejahterakan diri dan keluarganya. Karena itu perlu
adanya pemberdayaan agar pembangunan manusia dapat dilakukan oleh semua orang,
bukan semata-mata dilakukan untuk semua orang. Dengan pemberdayaan, maka semua
331713357.doc 8

orang dapat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses


mempengaruhi kesejahteraan mereka.
Para ekonom telah sepakat bahwa sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa,
bukan hanya modal fisik atau sumber daya material merupakan faktor paling
menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa
bersangkutan (Todaro dan Smith, 2009). Proses tersebut mempunyai minimal dua
syarat pokok; pertama, adanya SDM yang secara kuantitas maupun kualitas mampu
mengolah dan memanfaatkan sumber daya lain dalam proses pembangunan, dan kedua,
adanya pasar yang mendukung transaksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam
pembangunan tersebut.Interaksi antara keluaran pendidikan dengan kebutuhan tenaga
kerja hampir dapat dipastikan bakal selalu mengalami kesenjangan. Salah satu
penyebabnya, karena pendidikan dan ketenagakerjaan merupakan dua entitas yang
memiliki ranah serta karakteristik berbeda. Perbedaan yang mencolok dan selalu
menciptakan kesenjangan adalah sifat pendidikan yang merupakan faktor demografis,
sementara ketenagakerjaan merupakan faktor ekonomis dan sebagian dari tujuan
pendidikan itu sendiri.
Faktor demografis dalam arti bahwa pendidikan yang bersifat pelayanan kepada
masyarakat secara merata dan adil di manapun, terkait di Indonesia yang terkendala
dengan luasnya negara kepulauan dan harus memberikan akses dan pemerataan yang
sama. Faktor ekonomis merujuk ketenagakerjaan yang merupakan optimasi pilihan
dalam hal ini tenaga kerja berpendidikan dan berketrampilan. Manakala terjadi
kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan ketenagakerjaan semakin melebar maka
hal ini akan mengancam produktivitas individu dan selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan secara keseluruhan.

331713357.doc 9

Oleh karena itu, pemerintah harus mempunyai proyeksi terhadap kebutuhan


tenaga kerja dan bidang apa saja untuk mendukung pembangunan masa depan. Hal ini
guna mengurangi terjadinya kegagalan pasar ketika pasar bebas berfungsi atau gagal
untuk memberikan alokasi sumber daya yang efisien (market failure), sehingga
terwujud adanya equilibrium atau kesetimbangan antara permintaan dan kebutuhan
tenaga kerja.
Model Pertumbuhan Endogenous (Endogenous Growth Model)
Dalam pendekatan PDB yang merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi yang terdiri
dari modal, tenaga kerja (baik kuantitas dan kualitas yang dapat diwakili oleh
pendidikan), teknologi, dan kualitas masyarakat (yang dapat diwakili oleh
pendidikannya). PDB akan meningkat atau pertumbuhan ekonomi akan terjadi apabila
faktor-faktor produksi ini meningkat. Dengan menggunakan data sekunder yang
dibutuhkan dan menerapkan metode ekonometrika, dapat diketahui peranan masingmasing faktor produksi, termasuk faktor produksi yang berupa pendidikan (baik secara
umum atau vokasi maupun per jenjang pendidikan) tenaga kerja dan masyarakat,
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Lewis (1956), mendefinisikan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
adalah tenaga kerja dikaitkan dengan pemanfaatan capital. Dengan stock of capital
tertentu, maka marginal product dari tenaga kerja (MPL) mulai dari titik tertentu,
menurun. Senada dengan Lewis, menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah suatu
formula kausalitas antara investasi, tabungan, modal, dan penduduk untuk
mempengaruhi hasil/output (Ray, 1998).
Kaldor

dalam

Djoyohadikusumo

(1994)

menyatakan

bahwa

proses

pertumbuhan jangka panjang diarahkan pada pertumbuhan sektoral yang mencakup

331713357.doc 10

sektor produksi primer dan sektor sekunder, sedangkan sektor tersier dianggap sebagai
fungsi dari perkembangan industri.
Sejalan dengan pendapat Kaldor, Lucas (dalam McMahon, 2002)
mengemukakan bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah kapital dan
tenaga kerja dengan unsur kualitas termasuk di dalamnya.
Solow (1956), menyatakan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah modal dan tenaga kerja. Persamaan modelnya adalah,
Q= f (K,L)

...................................... (1)

di mana: Q adalah output,


K adalah Kapital, dan
L adalah tenaga kerja.
Pendekatan ini menggunakan model fungsi produksi yang mula-mula
diperkenalkan oleh Cobb dan Douglas selama 1927-1947, yang fokus pada pentingnya
peranan modal manusia (human capital) dalam fungsi produksi itu mula-mula
dikembangkan oleh Solow (1956) dan argumennya dikembangkan oleh Becker (1993),
dan terakhir model itu dikembangkan oleh Lucas, yang diterapkan dan dikembangkan
lagi salah satunya oleh McMahon (2002). McMahon (2002), menunjukkan bagaimana
peranan

pendidikan

secara

umum

terhadap

pertumbuhan

ekonomi,

dengan

menggunakan endogenous growth model yang diformulasikan sebagai berikut.

Y = A [ (1 h N)1- K ] ha
di mana:
Y
A
1
h
N
1hN
K

=
=
=
=
=
=
=

.................................. (2)

output atau produk domestik bruto (PDB),


tingkat teknologi yang dianggap konstan,
alokasi waktu pekerja yang digunakan untuk produksi,
kualitas tenaga kerja yang dapat diwakili oleh tingkat pendidikannya,
jumlah tenaga kerja,
modal tenaga kerja,
modal fisik digunakan proksi nilai pembentukan modal tetap
domestik brutto (PMTDB),
331713357.doc 11

ha

1-

= pendidikan masyarakat,
= koefisien modal fisik yang menunjukkan peranan atau pengaruh modal
fisik terhadap PDB,
= koefisien modal tenaga kerja yang menunjukkan peranan atau
pengaruh modal tenaga kerja terhadap PDB,
= koefisien kualitas masyarakat yang menunjukkan peranan atau
pengaruh kualitas masyarakat terhadap PDB, dan
= suku galat (error term).

Melalui proses transformasi, model pertumbuhan ekonomi endogenous tersebut


menjadi bentuk linier berikut
Ln Y = ln A + 1- ln(1 h N) + ln K + ln ha

......... (3)

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Y pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB
atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga berlaku pada tahun tertentu sebagai dasarnya.
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9
lapangan usaha (sektor), yaitu: 1) pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, 2)
pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas dan air bersih, 5)
bangunan, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7) pengangkutan dan komunikasi, 8)
keuangan, serta 9) jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
Variabel teknologi (A), dalam persamaan tersebut merupakan teknologi yang
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam

331713357.doc 12

klasifikasi yang lazim teknologi dikelompokkan menjadi dua yaitu teknologi modern
dan teknologi tradisional. Teknologi modern diidentikkan

dengan kegiatan proses

produksi dalam menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan penggunakan


peralatan produksi yang serba modern (mesin produksi modern, komputerisasi dan
pemanfaatan teknologi informasi yang terkini). Teknologi tradisional adalah kegiatan
proses produksi yang masih lebih banyak menggunakan tenaga manusia serta peralatan
produksi yang lebih bersifat manual dan kurang mekanis. Variabel teknologi untuk
penelitian ini dalam jangka pendek diasumsikan konstan atau tidak berubah.
Dalam kaitan variabel modal manusia (N), dalam konteks ini akan dilihat tidak
hanya jumlahnya yang dari tahun ke tahun cenderung bertambah melainkan juga akan
ditinjau peningkatan kualitasnya. Sudah barang tentu peningkatan kualitas sumber daya
manusia ini salah satunya bisa dicapai melalui pendidikan, baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal serta informal.
Variabel modal fisik (K) merupakan nilai kapital atau peralatan produksi yang
digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan barang dan jasa. Variabel ini agak
mendapatkan kesulitan dalam cara pengukurannya, sementara dapat digunakan proksi
nilai pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB).
Variabel pendidikan masyarakat (ha) merupakan gambaran tingkat pendidikan
yang telah diperoleh atau telah dicapai oleh seluruh masyarakat dalam satu wilayah
tertentu. Variabel ini bisa didekati dengan rata-rata tingkat pendidikan penduduk di
suatu wilayah.
Signifikansi pendidikan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
model berasal dari pemahaman bahwa semakin maju tingkat pendidikan masyarakat,
maka masyarakat yang bersangkutan akan semakin responsif terhadap proses

331713357.doc 13

perubahan sosial dan ekonomi yang selalu berkembang dinamis. Dengan kata lain,
pendidikan masyarakat menjadi stimulus dalam pertumbuhan ekonomi.
Dari persamaan di atas, dibagi dengan populasi, selanjutnya dapat dihasilkan
persamaan berikut serta gambarnya di bawah ini

Y/N = A (K/N, H/N)

............................................... (4)

Sumber: Solow, Robert M., (1988), Growth Theory an Exposition, New York: Oxford University Press, Inc.

Gambar 1 Proses Pertumbuhan Ekonomi dalam Jangka Pendek

Dari Gambar 1 dapat dikatakan bahwa, saat stok kapital fisik (K), meningkat
lebih cepat dari jumlah orang (N), physical capital deepening terjadi, meningkatkan
K/N sepanjang sumbu horizontal. Namun, apabila tidak terdapat kenaikan dalam
pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, physical capital deepening ini secara
terpisah menghadapi diminishing returns, seperti ditunjukkan dari A ke B. Ini
mengakibatkan pertumbuhan output menjadi semakin lambat sehingga akhirnya
mencapai suatu steady state.
Dengan kenaikan investasi human resources H/N, fungsi produksi yang hanya
dinyatakan sebagai fungsi kapital fisik pada sumbu horizontal bergeser ke atas. Dalam
331713357.doc 14

model pertumbuhan endogenous dengan increasing returns to scale, jalur waktu yang
dinamis dalam jangka pendek dan menengah adalah dari A ke C, karena terjadinya
capital deepening. Slope-nya bergerak ke atas, sehingga output per kapita Y/N tumbuh
dan tumbuh secara increasing returns tanpa hambatan meskipun dalam jangka panjang.
Apabila jumlah tabungan diasumsikan sama dengan jumlah investasi, baik
dalam bentuk capital maupun pengeluaran pendidikan, dalam persamaan berikut, dan
digambarkan melalui proses pembangunan dalam jangka panjang di bawah ini.

(IK + IH)/N = S/N

.......................................... (5)

Gambar 2 mengilustrasikan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka menengah dan


panjang dari kapital fisik dan manusia ditingkatkan melalui keseimbangan ekonomi
makro tabungan dan investasi. Apabila investasi tidak dibiayai dari tabungan saat
ekonomi

mendekati

kapasitas,

akan

timbul

inflasi.

Inflasi

berkepanjangan

menimbulkan resesi.

Sumber: Solow, Robert M., (1988), Growth Theory an Exposition, New York: Oxford University Press, Inc.

Gambar 2 Proses Pertumbuhan Ekonomi dalam Jangka Panjang

331713357.doc 15

Investasi kapital manusia, yang merupakan bagian dari investasi total, dilakukan
oleh keluarga yang membiayainya melalui forgone earning karena menyekolahkan
anak mereka (SF), membayar biaya kamar, penginapan, dan uang sekolah (S P). Biaya
institusional pendidikan umum dibiayai melalui pajak (S T). Investasi kapital fisik dan
investasi kapital manusia sama dengan tabungan per kapita.
Physical capital deepening jangka menengah terjadi dari (K/N) d ke (K/N)t,
ketika ini ditingkatkan dengan kapital manusia sebagai input yang terpisah (I A).
Investasi total dalam kapital fisik ditingkatkan dengan investasi kapital manusia
melalui pendidikan dan teknologi baru yang lebih besar dari nol, total capital
deepening ditunjukkan dengan garis yang melalui G bukan H. Kebijakan investasi
dalam kapital manusia dan pengetahuan akan menggeser investasi total per kapita dari
F ke I dan meningkatkan tabungan total dan stok kapital manusia. Output dan
pendapatan dalam jangka menengah akan tumbuh tidak dari A ke B tetapi dari A ke D.
Dalam jangka panjang berbagai investasi diperlukan untuk menggantikan
penyusutan, dan mengikuti pertumbuhan penduduk. Dengan investasi aktual pada G
dan dikurangi pada J untuk memelihara stok kapital per kapita konstan, total capital
deepening akan berlangsung terus hingga solusi jangka panjang dicapai pada E 1.
Investasi dan tabungan per kapita juga pada E0 sebelum memasukkan kapital manusia
dan pengetahuan dan pada E1 setelahnya.
Persamaan di atas secara tidak langsung menyiratkan keseimbangan model
ekonomi dua sektor. Artinya, apabila dalam suatu kondisi perekonomian investasi
sudah sama dengan tabungan maka seberapa naik atau turun kedua variabel akan
memberikan dampak yang sama terhadap pendapatan nasional.
K = K-1 + IK K K-1

.................................... (6)

331713357.doc 16

= modal fisik adalah nilai kapital atau peralatan yang digunakan dalam
proses produksi guna menghasilkan barang dan jasa;

K-1

= modal fisik satu tahun sebelumnya adalah nilai kapital atau peralatan
yang digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan barang dan
jasa satu tahun sebelumnya;

IK

= investasi modal fisik adalah nilai investasi yang dialokasikan untuk


kapital dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi;

K K-1 = depresiasi modal fisik satu tahun sebelumnya adalah suatu nilai yang
dialokasikan untuk sebagai cadangan perbaikan dan penggantian
peralatan yang aus atau berkurang nilai ekonominya karena digunakan
dalam proses produksi. Nilai depresiasi ini bersifat persentase tetap
dikaitkan dengan nilai asset yang dikerjakan dan digunakan dalam
proses produksi untuk suatu umur ekonomis tertentu.
H = H-1 + IH H H-1

......................................... (7)

= human capital adalah nilai investasi di bidang sumber daya manusia


yang tidak menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek;

H-1

= human capital satu tahun sebelumnya adalah nilai investasi di bidang


sumber daya manusia yang tidak bisa menghasilkan keuntungan
dalam jangka pendek satu tahun sebelumnya;

IH

= investasi human capital adalah nilai investasi yang dialokasikan untuk


pengembangan sumber daya manusia;

H H-1 = depresiasi human capital satu tahun sebelumnya adalah suatu nilai
yang diperhitungkan sebagai faktor yang menyebabkan berkurangnya
nilai ekonomi terhadap suatu sumber daya manusia. Data tentang
depresiasi menggunakan jumlah pekerja yang masuk kategori usia
tidak produktif (masa pensiun).
IK/N = IK (Y/N, IH/N, (Y/N)d )

......................................... (8)

IK/N

= investasi modal fisik per kapita investasi yang dilakukan terhadap


peralatan produksi setelah diperhitungkan dengan jumlah penduduk;

Y/N

= pendapatan per kapita;

IH/N

= investasi human capital per kapita investasi yang dilakukan di bidang


sumber daya manusia setelah disesuaikan dengan jumlah penduduk;

(Y/N)d = pendapatan per kapita tahun dasar adalah pendapatan per kapita tahun
yang dijadikan sebagai pijakan untuk mengetahui perubahan tahun
berikutnya.
IH/N = IH (Y/N)
IH

......................................... (9)

= investasi human capital per kapita adalah nilai investasi yang


dialokasikan untuk pendidikan kepada setiap individu.

331713357.doc 17

Sebagai catatan, dalam rangka untuk memahami dan mengembangkan


endogenous growth model lebih lanjut, diperlukan pendekatan yang lebih konkrit
terhadap penggunaan konsep, data, dan alat pengukuran agar penelitian lebih reliabel.
Terkait dengan data secara individu yang tersedia masih sangat terbatas.

Studi Empiris Terdahulu


Sejak karya Mankiw, Romer, dan Weil (1992) dan Barro (1991), telah dikembangkan
literatur Hanushek (1995), Temple (2001), Krueger dan Lindahl (2001), Gemmel
(1996), Benhabib dan Spiegel (1994)yang menyatakan hubungan positif antara
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.

Jumlah pendidikan diukur dengan rasio

penerimaan siswa di sekolah (Mankiw, Romer dan Weil (1992); Barro, (1991); Levine
dan Renelt (1992), rata-rata tahun bersekolah (Krueger dan Lindhal (2001); Hanushek
dan Woessmann (2008), tingkat melek huruf orang dewasa (Durlauf dan Johnson
(1995); serta Romer (1990b).
Hubungan antara kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi yang teruji
merupakan hasil karya Barro (1999), Hanushek dan Kimko (2000), Hanushek dan
Woessmann (2008). Studi tersebut mengembangkan pengukuran kualitas tenaga kerja
berdasarkan keterampilan kognitif dalam matematika dan ilmu pengetahuan, hal ini
dianggap memiliki pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Barro (1990)
menggunakan data nilai ujian siswa internasional untuk mengukur kualitas sekolah,
ditemukan hubungan positif antara kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.
Barro menggunakan model pertumbuhan endogen sederhana dengan pemerintah
berangkat dari standar karakterisasi konsumsi pemerintah yang dibiayai oleh investasi
publik (seperti jalan, pelabuhan, sanitasi, atau pendidikan) dan melengkapi investasi
swasta. Dalam konteks pendidikan, investasi termasuk meningkatkan kualitas masnusia
331713357.doc 18

itu sendiri yang memberikan dampak terhadap produktivitas dan akhirnya pertumbuhan
ekonomi secara nasional.
Cooray (2009), menguraikan bahwa dalam masyarakat yang lebih terdidik akan
membawa kepada tingkatan lebih tinggi untuk pertumbuhan ekonomi, dan dengan
demikian kemampuan pemerintah menjadi lebih baik dalam mengentaskan kemiskinan.
Hubungan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ini secara garis besar dapat dijelaskan
melalui teori pertumbuhan ekonomi dan teori human capital. Semacam konsensus
umum bahwa modal manusia merupakan faktor utama di balik pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Meskipun, pada tingkat makro, hasil empiris tidak selalu sesuai dengan
pandangan ini. Untuk menjelaskan hal kesenjangan antara teori dan empiris, secara
terfokus telah diletakkan pada kesalahan pengukuran dan kualitas data.
Hasil kajian Van Leeuwen (2008), menggunakan perkiraan alternatif modal
manusia, serta menemukan bukti bahwa dua pandangan utama tentang peran modal
manusia dalam pembangunan ekonomi oleh Lucas (1988) dan Romer (1990b) dapat
diterima secara berdampingan dan bukan berarti saling menolak satu sama lain. Dengan
menggunakan uji kointegrasi, Van Leeuwen (2007) menemukan bahwa di India dan
Indonesia, tingkat modal manusia adalah cointegrated dengan tingkat pendapatan
agregat selama abad ke-20 secara keseluruhan, yang menegaskan teori Lucas (1988).
Namun di Jepang, pendekatan Lucasian dapat diverifikasi hanya untuk paruh awal abad
ini, sementara setelah 1950 ada kointegrasi antara tingkat pertumbuhan pendapatan
agregat dan tingkat modal manusia, yang sejalan dengan pandangan Romer (1990b).
Studi Sitepu dan Sinaga (2006), bertujuan menganalisis dampak investasi
sumber daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan in Indonesia.
Analisisnya menggunakan kombinasi model Komputasi Keseimbangan Umum dan
metode Foster-Greer-Thorbecke. Investasi sumber daya manusia diwakili oleh
331713357.doc 19

pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan. Hasil simulasinya


menunjukkan bahwa investasi sumber daya manusia mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan rumah tangga. Indeks rasio kemiskinan, indeks
kesenjangan dan indeks intensitas kemiskinan juga menurun, kecuali untuk rumah
tangga bukan angkatan kerja di kota. Investasi sumber daya manusia untuk pendidikan
memberi manfaat lebih besar bagi rumah tangga perdesaan dibandingkan dengan rumah
tangga perkotaan, terutama untuk rumah tangga buruh pertanian dan pengusaha
pertanian di perdesaan, sedangkan investasi kesehatan memberi manfaat lebih besar
bagi rumah tangga bukan pertanian golongan atas di kota.
Penelitian Chenery dan Syrquin (1975) yang diuraikan lagi oleh Subroto
(1997;2000), menyatakan bahwa saat PDB per kapita sangat rendah di bawah $100,
peranan sektor pertanian sangat dominan karena menyumbang lebih dari 50 persen,
sedangkan sektor industri dan jasa masing-masing hanya sekitar 10 dan 30 persen,
sisanya sebesar 10 persen adalah sektor lain-lain. Pada saat PDB per kapita meningkat,
peranan sektor pertanian semakin menurun sementara peranan kedua sektor yang lain
semakin meningkat. Ketika PDB per kapita mencapai $1000, peranan pertanian
semakin mengecil, hanya sekitar 12 persen, sedangkan peranan sektor industri dan jasa
masing-masing mencapai 35 dan 44 persen. Titik temu antara sektor pertanian dan
industri terjadi pada saat PDB per kapita sekitar $350 dengan masing-masing
sumbangannya terhadap PDB sebesar 25 persen.
Terjadinya pergeseran struktur ekonomi tersebut ternyata tidak dengan
sendirinya diikuti adanya realokasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri
yang memerlukan pengetahuan/keterampilan relatif lebih tinggi. Mereka yang bekerja
di sektor pertanian bergeser ke sektor jasa, yang memerlukan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai. Artinya tidak serta merta dengan terjadinya pergeseran
331713357.doc 20

struktur ekonomi, tenaga kerja dengan cepat mengganti/menambah pengetahuannya


agar tertampung dalam stuktur perekonomian baru, melalui pendidikan dan pelatihan
merupakan jawaban sangat tepat.
Tulisan Yoon (2006), mengkaji sebuah model siklus bisnis riil internasional
dengan modal manusia dapat menjelaskan siklus bisnis dalam sebuah perekonomian
kecil yang terbuka. Parameter dan kalibrasi dalam model tersebut menyertakan
investasi goncangan teknologi khusus dan modal manusia ke dalam kerangka
neoklasik. Model tersebut dimungkinkan untuk diduplikasikan dengan modus
penyesuaian-penyesuaian pada siklus bisnis model di Korea.
Penelitian lainnya Donald dan Shuanglin (1993), melakukan estimasi
persamaan yang diturunkan dari fungsi produksi agregat dan menggunakan data cross
section pada 47 negara dalam 10 tahun dan 58 negara dalam 11 tahun. Hasilnya,
tingkat pertumbuhan pegeluaran pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada semua kasus. Tingkat pertumbuhan
pengeluaran kesejahteraan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada
satu kasus tetapi tidak signifikan pada semua kasus, dan tingkat pertumbuhan
pengeluaran pertahanan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada satu
subset negara-negara tertentu tetapi insignifikan untuk negara lainnya.
Hasil penelitian Pascual dan lvarez- Garca (2006), dengan judul Government
Spending and economic growth in the European Union Countries: An empirical
Approach, yang menggunakan model regresi dan panel data terhadap 15 negara di
Eropa tahun 1994-2000 mempunyai hubungan yang positif. Khususnya terhadap
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan sangat mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi secara signifikan.

331713357.doc 21

Sodik (2007), melakukan penelitian dengan metode General Least Square dan
menggunakan data panel periode 1993-2003 pada 26 provinsi di Indonesia, menguji
pengaruh variabel investasi swasta, investasi pemerintah, konsumsi pemerintah, tenaga
kerja dan tingkat keterbukaan. Hasilnya, variabel investasi swasta tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Variabel keterbukaan ekonomi memiliki
hubungan yang konsisten dengan teori tetapi tidak signifikan, dan variabel angkatan
kerja berpengaruh signifikan dengan tanda negatif untuk tahun 1993-2003 dan tahun
1998-2000. Keadaan itu dapat dijelaskan bahwa variabel angkatan kerja pada tahuntahun krisis moneter saat itu mengalami goncangan ekonomi dunia, sehingga
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja menjadi negatif. Hal tersebut justru
mengindikasikan bahwa keterampilan berwirausaha dengan salah satu bentuknya
melalui pendidikan dan pelatihan menjadi sangat penting.

Kondisi Indonesia
Menurut data BPS (2004-2013), secara makro perkembangan PDB Indonesia tahun
2004 dari 257 (US$ Milyar) mengalami kenaikan yang sangat tinggi menjadi 1.063,1
(US$ Milyar) tahun 2013 atau sekitar empat kali lipat, dengan laju pertumbuhan antara
4,6 sampai 6,5 persen. Sisi lain, apabila ditinjau Indek Pembangunan Manusia (IPM)
juga mengalami peningkatan cukup signifikan. Dimulai dari indek sebesar 65,8 pada
tahun 2002 meningkat menjadi 73,29 pada tahun 2012. Artinya, seiring dengan
semakin meningkatnya PDB dibarengi pula adanya peningkatan IPM.
Sebagai kebijakan nasional, pembangunan bidang pendidikan telah diposisikan
secara strategis sebagai prioritas program pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah anggaran pendidikan yang ditetapkan sebesar 20 persen pada berbagai

331713357.doc 22

level pemerintahan dalam amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional.
Belanja fungsi pendidikan pemerintah pusat dalam APBN 2013 baru mencapai
10,3% atau Rp 1.154,38 triliun (Data Pokok APBN 2007-2013, Kemenkeu), sedangkan
pada tahun 2008 diperkirakan jumlah belanja pendidikan berkisar 7,98%. Secara ideal,
dengan semakin meningkatnya pemenuhan anggaran pendidikan dapat mengakibatkan
mutu dan perluasan akses pendidikan menjadi semakin baik dan luas.
Indikasi lain yang perlu menjadi perhatian lebih untuk menjadikan pendidikan
sebagai basis perubahan dalam meningkatkan pembangunan, khususnya pembangunan
ekonomi adalah indikator pendidikan yang dilihat dari perubahan rata-rata lama
sekolah, angka buta huruf, dan angka partisipasi murni (APM) serta angka partisipasi
kasar (APK). Berdasarkan data indikator pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk
Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas semakin baik. Pada tahun 2011 rata-rata
selama 7,9 tahun, meningkat menjadi selama 8,2 tahun pada 2013, yang artinya setara
dengan kelas 2 SMP atau sederajat.
Senada dengan hasil penelitian Subroto (2013), bahwa rata-rata lama sekolah
penduduk Indonesia pada tahun 2004-2010 adalah selama 7,8 tahun. Dalam model
simulasinya bahwa peningkatan alokasi dana pendidikan sebesar 10 persen berdampak
terhadap variabel rata-rata lama sekolah akan meningkat sekitar 0,13 persen dan
variabel kemiskinan turun sebesar -1,92 persen.
Tabel 1 Indikator Pendidikan 2011-2014
Capaian Pendidikan
Rata-rata lama sekolah penduduk >
15 tahun
Buta aksara penduduk > 15 tahun
(%)
APM SD/sederajat (%)
APM SMP/sederajat (%)

2011

2012

2013

2014*)

7,9

8,0

8,2

8,3

4,3

4,2

4,5

4,2

95,5
77,7

95,7
78,8

95,8
80,0

96,0
82,6

331713357.doc 23

APK SMA/sederajat (%)


APK PT usia 19-23 tahun (%)

76,5
27,1

78,7
27,9

82,0
28,7

85,0
30,0

*)

Target dalam RPJMN 2010-2014


Sumber: Kemendikbud, 2014 (Arahan Menteri dalam Rembuknas Pendidikan dan Kebudyaan).

Seiring dengan itu, program pemberantasan buta aksara secara nasional telah
mengalami kemajuan, yaitu adanya penurunan sejak tahun 1995, hingga mencapai
sekitar 4,2 persen penduduk yang masih buta huruf pada tahun 2014.
Indikator angka partisipasi, menurut data Kemendikbud 2013, APM SD atau
penduduk usia 7-12 tahun meningkat dari 95,5 persen pada 2011 menjadi 96,0 persen
pada 2014. Dalam rentang waktu yang sama APM SMP atau penduduk usia 13-15
tahun meningkat dari 77,7 persen menjadi 82,6 persen; sedangkan APK SM atau
penduduk usia 16-18 tahun meningkat dari 76,5 persen menjadi 85,0 persen; dan APK
PT atau penduduk usia 19-23 tahun meningkat dari 27,1 persen menjadi 30,0 persen.
Kondisi di atas masih akan memunculkan fenomena tersendiri bagi
pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, antara kesenjangan pendapatan,
kemiskinan, dan kemakmuran masyarakat. Sylwester (2002) telah merekomendasikan
dari hasil kajiannya yang menunjukkan bahwa negara yang mencurahkan banyak
perhatian terhadap public education (dilihat dari persentase PDB terhadap pendidikan)
mempunyai tingkat kesenjangan yang rendah.
Apalagi pada tahun 2015 mendatang diberlakukannya kawasan perdagangan
bebas yang disebut ASEAN Economic Community (AEC). Siap atau belum siap,
Indonesia harus bergerak cepat untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia dalam
menyambut AEC. Jika tidak kita akan tersingkir dan hanya sebagai penonton dalam
komunitas ekonomi terbuka tersebut (Subroto, 2009).
Pendidikan memberikan banyak manfaat balikan kepada individu. Berbagai
studi yang telah dilakukan di berbagai negara baik itu negara maju dan berkembang

331713357.doc 24

membuktikan bahwa balikan pada investasi pendidikan khususnya pada upah yang
menunjukkan hubungan positif. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi upah
yang akan diperoleh, jenis pekerjaan dan karir seseorang, bahkan pendidikan tinggi
memberikan balikan kepada pekerja wanita lebih daripada balikan yang diterima oleh
pekerja lelaki (Walker dan Zhu, 2003).
Untuk itu sangat diperlukan campur tangan pemerintah untuk memperbaiki
mutu dan penyediaan pendidikan bagi anak-anak bangsa mengingat besarnya balikan
pendidikan bagi setiap individu untuk mendapatkan kesejahteraan, pekerjaan, dan
kualitas diri yang lebih baik yang pada akhirnya dapat memberikan pengaruh positif
dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menjadi sumber daya manusia yang
lebih produktif dan berkualitas untuk mendukung perekonomian individu serta
pembangunan perekonomian nasional tumbuh lebih tinggi.

Simpulan dan Saran


Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan di atas, dapat ditarik dua simpulan. Pertama,
hubungan kausalitas antara peran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menjadi
semakin nyata, kuat dan solid. Sebagai ilustrasi, Jepang merupakan negara

Asia

pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan.


Menyusul, negara-negara Asia Timur lain, China, Hongkong, Korea Selatan, Malaysia,
dan Singapura. Jadi jelas pendidikan mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kedua, menjadikan bidang pendidikan sebagai penggerak
utama dinamika perkembangan ekonomi akan semakin mendorong proses transformasi
struktural berjangka panjang, karena pendidikan membuahkan high rate of return di
masa akan datang.
331713357.doc 25

Saran
Mengacu pada simpulan, dapat dirumuskan empat alternatif pilihan kebijakan. Pertama,
kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga mendorong perlunya peningkatan alokasi anggaran secara
proporsional dan efektif terhadap penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah
secara langsung. Menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan peningkatan
pendidikan universal umum sebagai wujud perluasan pelayanan pendidikan 12 tahun,
untuk mendorong tenaga kerja muda, terampil, serta semakin kreatif.
Kedua,

memberikan

dorongan

melalui

penambahan

kegiatan-kegiatan

penelitian dan pengembangan sebagai inovasi yang berkesinambungan untuk


mendukung pembangunan yang berbasis teknologi tepat guna serta sesuai dengan
kebutuhan masyarakat luas, khususnya penyerapan tenaga kerja.
Ketiga, dalam kondisi daya saing kompetitif produk/komoditi yang tidak
mungkin terhindarkan jika tidak diimbangi daya saing kompetitif sumber daya
manusia. Dalam arti, mengandalkan keunggulan komparatif sumber daya manusia
yang melimpah dan murah sudah kurang relevan. Oleh karena itu, perluasan akses
terhadap pendidikan perlu semakin ditingkatkan, melalui pemberian insentif atau
beasiswa dengan berbagai skema afirmatif terhadap pemerataan serta kesempatan bagi
masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah semakin digiatkan.
Terakhir, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, perlu
dilaksanakan

program

lapangan/kesempatan

peningkatan

kerja,

serta

pendapatan

pengurangan

masyarakat,

kemiskinan

secara

penciptaan
simultan.

Peningkatan pengeluaran pemerintah terhadap program pendidikan (seperti program


rintisan wajib belajar 12 tahun atau pendidikan menengah universal) akan memberikan

331713357.doc 26

dampak percepatan pertumbuhan ekonomi. Artinya, semua program bermuara pada


pembangunan manusia Indonesia seutuhnya melalui pertumbuhan yang berkualitas.

Pustaka Acuan
Alhumami, Amich. 2004. Tiga Isu Kritis Pendidikan, Opini Kompas, Jumat, 2 Juli
2004.
Bane, M.J., and Ellwood, D.T., 1996. Welfare Realities: From Rhetoric to Reform.
Cambridge, MA: Harvard University Press.
Barro, Robert. J., 1990. Government Spending in a Simple Model of Endogeneous
Growth,The Journal of Political Economy, Vol 98, No.5 Part 2: The Problem
of Development: A Conference of the Institute for the Study of Free
Enterprise System (Oct, 1990), hal.103--125.
-----------, 1991. Economic Growth in a Cross-Section of Countries, Quaterly Journal
of Economics, Vol. 106, (May 1991), hal. 407-433.
-----------, 1999. Inequality, Growth and Investment, National Bureau of Economic
Research,Working
Paper
No.
73038,
JEL
No.
0413.
http://www.nbr.org/paper/w708 (diunduh: 6 September 2012).
Becker, Gary S., 1993. Human Capital, The University of Chicago Press, Chicago.
Benhabib., J and Spiegel, M., 1994. The Role of Human Capital in Economic
Development: Evidence from Aggregate Cross Country Data, Journal of
Monetary Economics, 34, 143-173.
Badan Pusat Statistik, 2004-2013. Produk Domestik Bruto, http://www.bps.go.id/
(diunduh:13 Juli 2013).
Chenery, H. B., and Syrquin, M. 1975. Patterns of Development, 1950-1970; London,
Oxford University Press.
Cobb, C. W. and Douglas, P. H., 1928. A Theory of Production, American Economic
Review 18 (Supplement): 139165. //.uvm.edu/~wgibson/CYU/cobbdouglas.pdf (diunduh: 09 Juli 2010)
Cooray, A. V., 2009. The Role of Education In Economic Growth, Proceedings of the
2009, Australian Conference of Economists (pp. 1-27). Adelaide, Australia:
South Australian Branch of the Economic Society of Australia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Repubnlik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
Donald, N.B., and Shuanglin, L., 1993. The Differential Effects on Economic Growth of
Government Expenditures on Education, Welfare, and Defense. Journal of
Economic Development, Vol. 18, No. 1.
Djoyohadikusumo, Soemitro., 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan, Jakarta: LP3ES.

331713357.doc 27

Durlauf, S. N., and Johnson, P. A., 1995. Multiple Regimes and Cross-Country Growth
Behaviour, Journal of Applied Econometrics, Vol. 10, No. 4. (Oct-Dec,1995),
pp. 365-384.
Gemmel, N., 1996.
Evaluating the Impacts of Human Capital Stocks and
Accumulation on Economic Growth: Some New Evidence, Oxford Bulletin of
Economics and Statistics, 58, 9-28.
Hanushek, E., 1995. Interpreting Recent Research on Schooling in Developing
Countries, World Bank Research Observer, 10, 227-246.
Hanushek, E., and Kimko, D., 2000. Schooling Labour Force Quality, and the Growth
of Nations, American Economic Review, 90, 1184-1208.
Hanushek, E., and Woessmann, L., 2008. The Role of Cognitive Skills in Economic
Development, Journal of Economic Literature, 46, 607-668.
Henderson, James M., dan Richard E. Quant., 1980. Microeconomics Theory: A
Mathematical Approach, Third Edition, Singapore: McGraw-Hill
International Editions.
Kementerian Keuangan, 2007-2013. Data Pokok Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Evaluasi Kinerja Kemdikbud 20102014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013, Arahan Menteri dalam
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, tanggal 5-7 Maret 2014.
Krueger, A., and Lindahl, M., 2001. Education and Growth: Why and for Whom?,
Journal of Economic Literature, 39, 1101-1136.
Lewis, W.A., 1956. Theory of Economic Growth, George Allen & Unwin Ltd. Great
Britain, edition used Unwin University Books, nineth impression, ISBN 0 04
330054 5
Lucas, R. E., Jr. 1988. On the Mechanics of Economic Development, Journal of
Monetary, Economics,Vol. 22, July 1988, hal. 3-42.
Levine, R., and Renelt, D., 1992. A Sensitivity Analysis of Cross-Country Growth
Regressions, The American Economic Review, Vol. 82, No. 4. (Sep.1992), pp.
942-963.
Mankiw, N. G., Romer, D., Weil, D. N., 1992. A Contribution to the Empirics of
Economic Growth, Quaterly Journal of Economics Vol.107, (May, 1992), hal.
407-437.
McMahon, W. W., 2002. Education and Development Measuring the Social Benefits,
New York: Oxford University.
Pascual, M., dan lvarez- Garca, S., 2006. Government Spending and Economic
Growth in the European Union Countries: An Empirical Approach, diunduh
dari http://-papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm? abstract_id=914104 (diunduh:
13 September 2013).
Qureshi, M. N., 2010. Evolution of Human Development Approach by Cutting the
Heart of Economic Growth Approach - Brief Review of Literature. European
Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences -Isue 23-2010 : 8
- 18.
331713357.doc 28

Ray, Debraj., 1998. Development Economics, New Jersey: Princeton University Press.
Romer, P. M., 1990a. Endogenous Technological Change, Journal of Political
Economy, Vol. 98, part 2, hal. 71-102.
-----------, 1990b, Human Capital and Growth: Theory and Evidence, CarnegieRochester Conference Series on Public Policy 32, 251-286.
Schultz, T. W., 1961. Investment in Human Capital, American Economic Review, 51,
1-17.
Sitepu, R. K., dan Sinaga, B. M., 2006. The Impact of Human Capital Investment on
Economic Growth and Poverty in Indonesia: CGE Model Approach, Program
Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB Bogor.
Smith, Adam., 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations,
//hn.psu.edu/faculty/ jmanis/adam-smith/wealth-nations.pdf (diunduh:18
Maret 2007)
Sodik, Jamzani., 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional:
Studi Kasus Data Panel di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 12 (1):
27-36.
Solow, Robert M., 1956. A Contribution to the Theory of Economic Growth, The
Quartly Journal of Economics, Vol.70, No.1 (Feb. 1956), pp.65-99.
-----------,1988, Growth Theory an Exposition, New York: Oxford University Press, Inc.
Subroto, Gatot., 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Sumber Daya
Manusia, Jurnal Ilmiah Kajian No. 009/III/ Juni/1997.
-----------, 2000. Pendidikan sebagai Investasi Pemerintah dan Masyarakat, Prespektif
Humaniora, No 017 Tahun V September Tahun 2000.
-----------, 2009. Peluang dan Tantangan Pendidikan Ketenagakerjaan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Jurnal Penelitian dan
Kebijakan, Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang
Kemdiknas, Jakarta, No 6 Tahun ke 2, 2009.
-----------, 2013. Peran Pendidikan Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah dalam
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Indonesia, Disertasi Doktor Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sylwester, Kevin., 2002. Can Education Expenditures Reduce Income Inequality?
Economics
of
Education
Review
21
(2002)
hal.
4352.
www.elsevier.com/locate/econedurev (diunduh: 3 Maret 2010).
Temple, J., 2001. Growth Effects of Education and Social Capital in OECD Countries,
Economic Studies, 33, 57-101.
Todaro, M. P., and Smith, S. C., 2009, Economic Development, 10/E, Prentice Hall,
ISBN-10: 0321485734.
Van Leeuwen., B., 2007. Human Capital and Economic Growth in India, Indonesia,
and Japan: A Quantitative Analysis, 1890-2000, Thesis, Utrecht University:
Utrecht

331713357.doc 29

-----------, 2008. Human Capital and Economic Growth in Asia 18902000: A timeseries Analysis, Asian Economic Journal, Volume: 22, Issues 3 September
2008, hal: 225-240.
Walker, Ian., dan Zhu, Yu., 2003. Education, earnings and productivity: recent UK
evidence,
Labour
market
Trends,
Vol.3,
No.
3,
145-152.
www.researchgate.net/...Education_earnings_and_producti... (diunduh pada 4
November, 2012)
Yoon, J. H., 2006. The Impact Effects of Investment-Specific Technology Shocks in a
Small Open Economy: Value Function Iteration Approach, Journal of
Economic Research 11 (2006) hal.129158.
-o-

331713357.doc 30

Anda mungkin juga menyukai