Anda di halaman 1dari 21

Bentol Mendadak

Di ruang praktek dr. Tendy, seorang gadis cantuk memeriksakan dirinya.


Dok, nih seluruh badan saya tiba-tiba bentol dan gatal, sampe mata juga bengkakjadi
takut Kata si gadis.
Mulai kapan keluhannya muncul? Tanya dr.Tendy
Mulai tadi setelah makan siang, dok
O ya? Emang makan apa tadi siang?
Hanya makan kepiting, rame-rame dengan teman sekantor. Tapi anehnya hanya saya yang
begini? Saya keracunan makanan ya dok? Apakah ini menular? Bias sembuh tidak ya,
dok?

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG (1)
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda
asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan. Selain itu, system imun juga
merupakan suatu system pertahanan internal yang berperan dalam mengenal dan
menghancurkan atau menetralkan benda-benda di dalam tubuh yang asing bagi diri
normal.

System

imun

mempertahankan

tubuh

dari

pathogen

invasive

(mikroorganisme penyebab penyakit misalnya bakteri dan virus), menyingkirkan sel


yang aus dan jaringan yang rusak oleh trauma atau penyakit yang dapat memudahkan
jalan untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan, mengenali dan menghancurkan
sel abnormal atau muatan yang berasal dari tubuh (fungsi ini dinamakan immune
surveillance) yang merupakan pertahanan internal utama terhadap kanker dan
melakukan respon imun yang tidak pada tempatnya yang menyebabkan alergi, yang
terjadi ketika tubuh melawan entitas kimiawi lingkungan yang normalnya tidak
berbahaya, atau menyebabkan penyakit otoimun, yang terjadi ketika system pertahanan
secara salah menghasilkan antibody terhadap tipe tertentu sel tubuh sendiri.(1)
1.2 KATA KUNCI
1. 2.1 Bentol
1.2.2 Gatal
1.2.3 Mata bengkak
1.2.4 Makanan
1.3 KATA SULIT
1.3.1 Bengkak
Adalah menjadi besar karena sakit.(2)
1.3.2 Menular
Adalah menjangkit (penyakit tersebut).(2)
1.3.3 Keracunan
Adalah terkena racun.(2)

1.4 MASALAH
2

1.4 1 Seorang gadis mengalami bentol, gatal dan mata bengkak setelah memakan
kepiting.
1.4.2 Diantara teman sekantornya yang juga memakan kepiting, hanya ia yang
mengalami gangguan tersebut.
1.5 PERTANYAAN
1.5.1 Mengapa gadis tersebut mengalami bentol, gatal, dan mata bengkak setelah
setelah memakan kepiting?
1.5.2

Apakah gangguan yang dialami gadis tersebut termasuk dalam keracunan

1.5.3

makanan dan dapat menular?


Mengapa diantara teman sekantornya yang juga memakan kepiting, hanya ia
yang mengalami gangguan tersebut?

1.6 HIPOTESA
1.5.1 Gadis tersebut

mengalami

gangguan-gangguan

tersebut,

kemungkinan

disebabkan ia alergi terhadap kepiting sedangkan teman-temannya tidak.


1.7 ILMU PENGETAHUAN YANG DIPERLUKAN
1.7.1 Anatomi
: System lymphatica
1.7.2 Histologi
: - Darah tepi dan sumsum tulang belakang
- Sistem lymphatica
1.7.3 Fisiologi
: - Reaksi hipersensivitas
- Sistem imunologi
1.7.4 Biokimia
: Protein dalam system imunitas humoral

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 ASPEK ANATOMI (3)
System limfatik terdiri atas jaringan limfatik dan pembuluh limfatik. Jaringan
limfatik merupakan jenis jaringan ikat yang mengandung banyak sel limfosit. Jaringan
limfatik didapat pada organ-organ berikut ini: thymus, nodus lymphaticus, lien, dan
nodulus lymphaticus. Jaringan limphatik penting untuk pertahanan imunologik tubuh
terhadap bakteri dan virus. (3)
Pembuluh limfa merupakan pembuluh yang membantu system kardiovaskuler
dalam mengendalikan cairan dari ruangan jaringan tubuh, lalu pembuluh ini
mengembalikan cairan ke dalam darah. Sistem limfatik pada dasarnya merupakan
system penyaluran dan tidak memiliki sirkulasi. Pembuluh limfatik ditemukan di
seluruh jaringan dan organtubuh, kecuali system saraf pusat, bola mata, telinga dalam,
epidermis kulit, cartilage, dan tulang. (3)
Limfa adalah nama yang diberikan untuk cairan jaringan yang masuk ke dalam
pembbuluh limfa. Kapiler limfa adalah anyaman pembuluh-pembuluh halus yang
mengalirkan limfa dari jaringan. Kapiler limfa selanjutnya mengalirkan limfa ke
pembuluh limfa kecil yang akan bergabung membentuk pembuluh limfa besar.
Pembuluh limfa terbentuk stabil karena banyaknya katub yang terdapat disepanjang
perjalanannya. (3)
Sebelum limfa masuk ke aliran darah, cairan ini melalui paling sedikit satu
kelenjar limfa,bahkan seringkali lebih dari satu. Pembuluh limfa yang membawa limfa
ke kelenjar limfa disebut pembuluh aferen; pembuluh yang membawa limfa keluar dari
kelenjar limfa desebut pembuluh eferen. Limfa memasuki aliran darah pada pangkal
leher melalui pembuluh limfa besar yang dinamakan ductus lymphaticus dexter dan
ductus thoracicus.(3)
Salah satu organ limpatik yaitu lien (limpa). Lien berwarna kemerahan dan
merupakan sebuah masa limfoid terbesar di dalam tubuh. Lien berbentuk lonjong dan
mempunyai incisura di ektremitas anteriornya, terletak tepat di bawah pertengahan kiri
diafragma, dekat dengan costa IX, X, dan XI. Sumbu panjangnya terletak sepanjang
corpus costalis X. kutub bawahnya membentang ke depan hanya samapai di linea
axillaris media, dan tidak dapat diraba pemerikasaan fisik. Lien diselubungi oleh
peritoneum dan yang berjalan dari hilum lienale sebagai ligamentum gastrolienale ke
4

curvature gastricamajor(membawa arteria dan vena gastric brevis serta arteri dan vena
gastroepiploicasinistra). Peritoneum juga berjalan menuju ren sinistra sebagai
ligamentum lienorenalis (memebawa arteria, vena lienalis, dan cauda pancreatis). (3)
Vaskularisasi lien yaitu sebagai berikut:
1. Arteri
Arteri lienalis adalah arteri yang besar dan merupakan cabang terbesar truncus
coeliacus. Jalan arteria splenica berkelok-berkelok disepanjang margo superior
pancreas. Arteri liena;lis kemudian bercabang menjadi enam pembuluh arteri yang
masuk ke lien melalui hilum lienale. (3)
2. Vena
Vena lienalis keluar dari hilum lienale dan berjalan di belakang cauda dan corpus
pancreatis. Di belakang collum pancreatis, vena lienalis bergabung dengan
mesentrica superior membentuk vena porta hepatis. (3)
Aliran limfa lien yaitu pembuluh limfa keluar dari hilum lienale dan berjalan
melalui beberapa kelenjar limfa yang terletak disepanjang arteri lienalis dan kemudian
bermuara ke nodi coliaca. AdapuniInnervasi lien, saraf-saraf berjalan mengikuti areteri
splenica dan berasal dari pleksus coeliacus. (3)
2.2 ASPEK HISTOLOGI (4)
2.2 1 Darah
2.2.1.1 Bagian berbentuk
Bagian ini terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darh putih
(leukosit), dan kepng darah (thrombosit).
1. Eritrosit
Pada manusia eritrosit ini berbentuk cakram biconcave
dengan diameter 7 8 mikron. Sifat eritrosit lunak. Fungsi eritrosit
ini mengangkut gas O2 dan CO2 dengan cara mengikatkannya pada
hemoglobin. Jumlah eritrosit normal rat-rata 4 juta/ mm3 dan
eritrosit yang baru dilepas dari sumsum tulang, masih mengandung
ribosomal RNA (r- RNA). Dengan pewarnaan tersebut r-RNA akan
tampak seperti jala-jala (retikulum), sehingga sel inii kemudian
disebut retikulosit. Proses pematangan retikulosit menjadi eritrosit
yang matang memerlukan waktu 24 jam. Umur eritrosit yang
beredar dalam pembuluh darah hanya 120 hari dan eritrosit yang

sudah tua akan dikeluarkan dari sirkulasi oleh system makrofag


tubuh misalnya dalam limfa. Variasi bentuk eritrosit:
1) Rulo
Merupakan bentuk ynag menyerupai tumpukan uang logam
akibat dari salng melekatnya eritrosit.
2) Krenasi ( crenation)
bentukan ini terjadi bila eritrosit berada di dalam larutan
(suasana sekitar) yang bersifat hipertonik.
3) Sel hantu (ghost cell)
Sebaliknya bentukan ini terjadi bila eritrosit terdapat dalam
larutan yang bersifat hipotonik.
2. Leukosit (sel darah putih)
Leukosit atau sel darah putih ini juga beredar di dalam
pembuluh darah dan melaksanakan fungsinya di dalam jaringan
tidak seperti eritrosit yang bekerja di dalam aliran darah. Fungsi
leukosit ini adalah sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing
hidup atau mati. Di dalam aliran darah bentuk leukosit seperti bola
dan segera menyerupai amuba (amoeboid) bila bersentuhan dengan
barang padat. Jumlah leukosit pada manusia dewasa 5000 9000
/mm3.
Berdasarkan

ada

tidaknya

butir

spesifik

di

dalam

sitoplasmanya, leukosit ini dibagi menjadi 2 kelompok:


1. Kelompok Granulosit
Kelompok ini terdiri dari sel darah putih yang mengandung
butir-butir spesifk dalam sitoplasmanya, disamping juga adanya
butir azurofilik (non spesifik), sehingga bisa dibedakan neutrofil,
eosinofil, dan basofil tergantung butir spesifiknya. Berdasarkan
perkembangan selnya, maka dalam kelompok ini masih dibagi
lagi sesuai dengan bentuk inti yang terdapat dalam sel tersebut.
Dengan melihat bentuk selnya bisa dibedakan bentuk STAB,
BAND, dan SEGMEN. Jadi dalam kelompok granulosit ini kita
bisa membedakan 9 macam sel yaitu : Band Neutrofil, Band
Eosinofil, Band Basofil, Stab Neutrofil, Stab Eosinofil, Stab
Basofil, dan Segmen Neutrofil, Segmen Eosinofil, serta Segmen
Basofil.
a. Neutrofil
6

Jumlah meliputi 70% dari seluruh jumlah leukosit, dimana


20% terdiri dari stab atau band, dan 50% terdiri dari bentuk
segmen. Granula spesifiknya bersifat netral (hampir tidak
mengambil bahan warna) dan halus, sehingga sering kali
tidak bisa dibedakan dengan warna sitoplasmanya (tanpak
homogen) mempunyai diameter kurang lebih 12 mikron
dengan bentuk inti yang sangat jelas yaitu berbentuk stab
atau band atau segmen. Fungsi neutrofil adalah memfagosit
atu memakan kuman atau benda asing yang masuk sehingga
merupakan pertahanan tubuh yang pertama.
b. Eosinofil
Jumlah eosinofil sekitar 1-4 % dari seluruh leukosit dengan
diameter 12-17 mikron dan inti pada umumnya terdiri dari
dua

segmen seperti kacamata. Granulernya bersifat

acidofilik dengan bentuk seperti kelereng-kelereng yang


sama besar dan tersebar merata di dalam sitoplasmanya. Sel
ini dapat bergerak secara amoeboid dan dapat mengadakan
fagositosis., tetapi lebih lambat dibandingkan dengan
neutrofil . jumlah sel ini akan meningkat pada keadaan alergi
atau infeksi parasit.
c. Basofil
Jumlah sel ini sangat sedikit yaitu 0-0,5 % dari seluruh
jumlah leukosit. Mempunyai diameter kira-kira 12 mikron
dengan inti yang tidak teratur, tetapi biasanya berbentuk
huruf S. Butir-butirnya kasar dengan ukurannya yang
berbeda dan bersifat basofilik, sehingga tampak berwarna
biru. Jumlah sel basofil ini meningkat pada infeksi virus
contohnya pada cacar air (chicken pox).
2. Kelompok Agranulosit
Kelompok ini terdiri dari sel-sel yang tidak mengandung butir
spesifik tapi masih mempunyai butir azurofilik (non spesifik).
Ada 2 macam sel yaitu Limfosit dan Monosit.
7

3. Keping Darah
Struktur ini merupakan pecahan /kepingan sitoplasma yang
mempunyai sel;aput sel lengkap den mengandung granula ungu di
dalamnya. Jumlah 150.000-300.000/mm3 dengan ukuran 2-5
mikron, dan bersal dari sel metamegakaryosit yang terdapat dalam
sumsum tulang. Fungsinya berperan dalam proses pembekuan darah,
mengangkut epinephrine dan serotonin sebagai vasoconstrictor, sera
memakan virus, bakteri dan partikel kecil lain.
2.2.1.2 Bagian tak berbentuk
Bagian ini berupa cairan yang disebut plasma. Plasma ini terdiri dari
plasma protein, garam anorganik dan bahan-bahan organk yang berasal
dari asam amino, vitamin, hormone, lipid dan sebagainya. Adapun
fungsi dari plasma ini antara lain sebagai alat transportasi dari bahan
metabolt ataupun sisa metabolism dan juga hormone. Selain itu plasma
juga ikut mengatur distribusi panas tubuh dan keseimbangan asam basa
maupun keseimbangan osmotic.
2.2.2 Sumsum Tulang
2.2.2.1 Sumsum Tulang Merah
Komposisinya terdiri dari :
1. Jaringan ikat penyangga, jaringan ini terdiri dari sel dan sabut
retikuler, sel macrophage, dan sinusoid-sinusoid.
2. Jala-jala jaringan myeloid, yang menyusun jaringan ini adalah
elemen-elemen darah, sel induk darah dan plasma sel (plasmocyte).
Fungsi utama sumsum tulang merah yaitu membentuk sel-sel darah
dan destruksi (menghancurkan) eritrosit yang sudah berumur lebih
dari 120 hari dengan menyisakan zat besi berupa FERITIN dan
HEMOSIDERN yang kemudian disimpan sel macrophage, sel
retikuler, sel hepar (hepatosit) ataupun dalam sabut otot bergaris.
2.2.2.2 Sumsum Tulang Kuning
Isi dari sumsum ini terutama adalah lemak, tetapi juga ada sel
macrophage, undifferentiated mesenchymal cell, dan sel retikuler.
Fungsi sumsum kuning organ penyimpan lemak dan cadangan jaringan
hematopoietic. Undifferentiated Stem Cell (Sel pangkal yang belum
berdifferensiasi) : Struktur ini merupakan sel induk darah, dimana
8

nantinya dia akan berubah sesuai kebutuhan tubuh terhadap sel-sel


darah, menjadi seri-seri perkembangan darah sebagai berikut :
a. Seri Rubristik, bila kebutuhannya terhadap eritrosit
1. Rubriblast : (Proerythroblast)
Merupakan sel muda, dan berbentuk bulat, mempunyai ukuran
paling besar dalam seri ini, bentuk intinya bulat dan open face
type, sitoplasmanya berwarna biru keruh (OPAQUE BLUE) dan
tidak mempunyai granula dalam sitoplasmanya.
2. Prorubrisit : (BASOPHYLIC-ERYTHROBLAST)
Sel ini lebih tua dari rubriblast dengan bentuk tetap bulat,
mempunyai ukuran lebih kecil dari rubriblast, intinya bulat
dengan gambaran lebih dense dan sitoplasma biru keruh dan
tidak mempunyai granula.
3. Rubrisit : (POLYCHROMATIC ERYTHROBLAST)
Ukuran semakin kecil, tetapi bentuknya tetap bulat, bentuk inti
bulat dan dense chromatine type, warna sitoplasma mulai
tercampur dengan warna merah (BUFFY) dan sitoplasma tetap
tidak mempunyai granula.
4. Metarubrisit : (Normoblast)
Ukuran sangat kecil seperti ukuran eritrosit, bentuk tetap sel
bulat, inti bulat dan piknotis serta terletak eksentris, dan
sitoplasma berwarna buffy dan tidak mengandung granula.
5. Eritrosit
Mempunyai ukuran 7-8 mikron, bentuk sel menjadi CAKRAMBICONCAVE, inti sudah menghilang dan warna sitoplasma
menjadi merah muda (pink).
b. Seri Myelositik, bila tubuh membutuhkan granulosit-leukosit yaitu
sel netrofil, eosinofil, dan basofil.
1. Myeloblast
Di dalam seri ini sel myeloblast merupakan sel yang terbesar
dan nantinya sel ini akan semakin mengecil, bentuk selnya bulat
dan dense chromatin type dan berbentuk bulat juga, sitoplasma
pucat jernih seperti tak berwarna (transculent)dan di dalam
sitoplasma ini tidak terdapat granula.
2. Promyelosit
9

Sel ini lebih kecil, tetapi bentuknya tetap bulat, mempunyai inti
bulat dan mulai dense dan sitoplasma tetap transculent, tetapi
mulai mengandung granula azurofilik
3. Myelosit
Sel ini tetap bulat, tetapi ukurannya lebih kecil lagi, mempunyai
inti tetap bulat dan mulai dense, sitoplasma transculent dan
mulai timbul granula spesifik.
4. Metamyelosit
Sel tetap bulat dengan ukuran lebih kecil lagi, inti mempunyai
cekungan

dan

dense

chromatin

type,

sitoplasma

tetap

mempunyai granula spesifik, granula azurofilik mulai berkurang.


5. Granulosit leukosit
Sel ini adalah sel yang sudah matang dan sudah siap untuk
dilepas ke pembuluh darah, dimana namanya sesuai dengan
bentuk inti dan jenis granuyla spesifik yang terdapat di dalam
sitoplasmanya yaitu: stab/band/segmen neutrofil, eosinofil, dan
basofil.

c. Seri Thrombositik, bila memerlukan platelets


1. Megakaryoblast
2. Promegakaryosit
3. Megakaryosit
4. Metamegakaryosit
5. Platelets
Struktur ini merupakan kepingan sitoplasma

dari

sel

Metamegakaryosit dengan masih membawa butir-butir / granula


didalamnya.
d. Seri Lymfositik, kalau perlu limfosit
Seri ini terdapat dalam sirkulasi, terutama berasal dari organ
limfatik, hanya sedikit yang berasal dari sumsum tulang. Sulit untuk
membedakan antara sel muda (LIMFOBLAST) dengan sel tua
(LIMFOSIT), Hanya bias dibedakan dengan cara ELECTRON
MIKROSKOP atau SCANNING ELEKTRON MiKROSKOP.
Dengan mikroskop sinar hanya bias dibedakan berdasarkan:
a. Ukurannya
b. Struktur Chromatine

: Limfoblast lebih besar dari Limfosit.


: Limfoblast halus openface type.
10

Limfosit kasar Dense chromatine


c. Anak Inti

type.
: Limfoblast mempunyai anak inti.
Limfosit tidak punya anak inti.

e. Seri Monositik bila memerlukan monosit


Seri ini merupakan stadum antara dimana sel-selnya hanya
sebentar-sebentar keberadaanya, sehingga sulit menjumpai struktur
masing-masing sel. Terdiri dari : Monoblast Promonosit
Monosit MACROPHAG. Monosit yang keluar dari aliran darah,
didalam jaringan akan berubah menjadi macrophage.

2.2.3 Sistem Lymphatica


2.2.3.1 Pembuluh limfa
1) Kapiler
Mempunyai kapiler darah bedanya diameter lebih besar, letak lebih
dalam, dan ujung berakhir buntu.
2) Pembuluh limfa sedang
Bila diameter lebih dari 0,2 mm, dndingnya bias dibedakan 3 lapis
seperti pada vena tetapi batasnya tidak jelas. Mempunyai katub yang
selalu berpasangan, meruopakan lipatan dari tunika intima (jar. Ikat
dengan endotel pada kedua sisinya).
1) Pembuluh limfa besar
Dibanding dengan vena besar, pembuluh limfa besar mempunyai
perkembangan otot didalam tunika media yang lebih baik, tetapi
lapisan-lapisan pada dindingnya tidak jelas. Contoh : Ductus
Lymphaticus Dexter.
2.2.3.2 Organ Limfatik
Yang termasuk organ limfatik adalah:
1. Kelenjar Limfa (Lymf Node)
2. Tonsila
Merupakan akumulasi jaringan limfoid (primary nodule dan
germinal center), berkapsul dan diliputi oleh jaringan epitel. Ada
tiga macam tonsil yaitu :
a. Tonsila Palatina
b. Tonsila Lingualis
11

c. Tonsila Pharyngica
3. Thymus
Tumbuh pada janin kehamilan akhir minggu ke 6, kemudian
membesar sampai pubertas dan akhirnya mengalami kemunduran
yang disebut aged involution. Pada saat dewasa sebagian besar
jaringan limfoid diganti oleh jarongan ikat dan jaringan lemak.
Kemunduran karena penyakit disebut accident involution.
Secara makroskopis, thymus berbentuk pipih berwarna abuabu dan terdiri atas dua lobus. Secara mikroskopis, tiap lobus
dibungkus oleh kapsula tipis yang terdiri atas jaringan ikat kendor
yang memasuki lobulus dan membagi lobus menjadi lobulus yang
berbentuk polygonal. Tiap lobulus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Cortex dan medulla.
4. Limpa (Lien)
Lien adalah organ limfatik terbesar, dibungkus oleh kapsula
jaringan ikat yang memasuki parechym sebagai trabekula. Secara
makroskopis lien terdiri dari 2 bagian yaitu bagian yang berwarna
abu-abu, berisi bentukan bulat yang disebut pulpa putih dan daerah
gelap kemerahan yang disebut pulpa merah.
Sirkulasi lien yaitu cabang arteria lienalis memasuki hilus
masuk trabekula sebagai arteria trabekularis meninggalkan
trabekula sebagai arteriaa sentralis selubung jaringan limfoid
menjadi sangat tipis penicillus (arteria penicillar) yang terdiri atas
2-6 pembuluh darah.
2.3 ASPEK FISIOLOGI (5)
2.3.1 Sistem imunologi
Tubuh terus menerus diancam oleh mikroba-mikroba yang infeksius
dari lingkungan sekitarnya (bakteri, virus, jamur, parasit). Agar dapat memerangi
para pengacau ini, organisme dilengkapi dengan suatu sistem pertahanan yang
memberikan suatu tingkat kekebalan yang sangat baik. Terdapat bua macam
kekebalan: kekebalan bawaan yang tidak spesifik (patogen) dan kekebalan yang
12

didapat (adaptif) yang spesifik (patogen). Kedua system sangat terjalin sangat
erat, dan keduanya melibatkan partisipasi sel-sel dan factor-faktor yang dapat
larut. (5)
2.3.1.1 Pertahanan yang Tidak Spesifik
Pertahanan yang tidak spesifik terhadap substansi-substansi asing
(bakteri, virus, partikel anorganik, dan lain-lain), dan dalam kasus
tertentu juga terhadap pemecahan substansi dari tubuh sendiri
(misalnya, debris eritrosit) diadakan oleh substansi yang larut tertentu
seperti protein (misalnya, lisozim, factor-faktor komplemen), substansisubstansi sinyal (misalnya, limfokim dan monokin, bersama-sama
disebut sebagai inteleukin), dan kelompok-kelompok agresif (misalnya,
O2 radikal), maupun fagosit (misalnya, monosit/makrofag) dan
granulosit neutrofil. (5)
2.3.1.2 Pertahanan Yang spesifik
Kunci bagi pertahanan ynag didapat adalah kemampuan limfosit
dalam menghasilkan antibody yang spesifik untuk satu dari jutaan zat
asing yang mungkin masuk ke dalam tubuh. Antigen yang merangsang
pembentukan antibody biasanya berupa protein dan polipeptida, tetapi
anttibodi terhadap asam nukleat dan lemak juga dapat terbentuk bila
terdapat dalam bentuk nucleoprotein dan lipoprotein, dan secara
eksperimental dapat tercipta antibody terhadapo molekul-molekul yang
lebih kecil jika molekul tersebut berikatan dengan protein. Imunitas
yang didapat memiliki dua komponen: imunitas humoral dan imunitas
selular. (6)
Imunitas humoral diperantai oleh antibody immunoglobulin darah
berupa fraksi

- globulin protein plasma. Immunoglobulin

diproduksi oleh limfosit B, dan zat ini mengaktifkan system komplemen


serta menyerang dan menetralkan antigen. Imunitas humoral merupakan
pertahanan utama terhadap infeksi bakteri. (6)
Imunitas selular diperantarai oleh limfosit T. Imunitas ini
bertanggung jawab untuk menimbulkan reaksi alergi tipe-lambat
(deleyed allergenic reaction) dan penolakan tandur jaringan asing. Sel T
sitotoksik menyerang dan menghancurkan sel yang memiliki antigen
13

yang mengaktifkan sel-sel T tersebut. Sel T sitotoksik ini membunuh sel


dengan memasukkan perforin dan dengan memicu apoptosis. Imunitas
selular merupakan pertahanan utama terhadap infeksi akibat virus,
jamur, dan beberapa bakteri seperti basil tuberculosis. Imunitas ini juga
membantu pertahanan tubuh terhadap tumor. (6)

2.3.2 Reaksi Hipersensitivitas (7)


2.3.2.1 Alergi yang Disebakan oleh sel T Teraktivasi dengan Alergi Reaksi
Lambat (7)
Pada beberapa kondisi, salah satu efek samping imunitas yang
penting adalah timbulnya alergi atau jenis hipersensitivitas imun lainnya.
Ada beberapa tipe alergi dan hipersensitivitas lainnya, beberapa
diantaranya

hanya

terjadi

pada

orang-orang

yang

mempunyai

kecenderungan alergi yang spesifik. (7)


Alergi reaksi lambat disebabkan oleh sel T teraktivasi dan bukan
oleh antibody. Pada kasus terkena racun dari tumbuhan yang menjalar,
toksin dari racun itu sendiri tidak menyebabkan banyak kerusakan
jaringan. Namun, pada kontak yang berulang, toksin menyebabkan
pembentukan sel T pembantu dan sel T sitotoksik yang tekativasi.
Kemudian, pada kontak berikutnya dalam waktu satu hari atau lebih, sel
T teraktivasi dalam jumlah besar akan berdifusi dari sirkulasi darah
kedalam kulit sebagai respon terhadap toksin dari tumbuhan beracun
tadi. Dan, pada saat yang sama, sel T ini menimbulkan reaksi imun yang
diperantai sel. Mengingat bahwa tipe imunitas ini dapat menyebabkan
pelepasan banyak bahan toksik dari sel T yang teraktivasi, dan juga
menyebablkan invasi makrofag yang luas kejaringan beserta efek-efek
makrofag selanjutnya, maka kita dapat mengerti bahwa hasil akhir dari
beberapa alergi reaksi- lambat dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang serius. (7)
2.3.2.2 Alergi pada Orang Alergik dengan Antibody Ig E Berlebihan(7)

14

Beberapa orang mempunyai kecenderungan alergik. Alergi


semacam ini disebut alergi atopic karena disebakan oleh respon system
imun yang tidak lazim. Kecenderungan alergi ini diturunkan secara
genetis dari orang tua ke anak, dan ditandai dengan adanya sejumlah
besar antibody Ig E dalam darah. Antibody ini disebut regain atau
antibody tersensitisasi untuk membedakannya dengan antibody Ig G
yang lebih umum. Bila suatu alergen (yang didefinisikan sebagai suatu
antigen yang bereaksi secara spesifik dengan antibody reagin Ig E tipe
spesifik) memasuki tubuh, maka terjadi reaksi alergen -regain, dan
kemudian terjadi reaksi alergi. (7)
Sifat khusus antibody Ig E (reagin) adalah adanya kecenderungan
yang kuat untuk melekat pada sel mast dan basofil. Sesungguhnya satu
sel mast atau basofil dapat mengikat sampai setengah juta molekul
antibody Ig E. Bila suatu antigen (alergen) yang mempunyai banyak
tempat ikatan kemudian berikatan dengan beberapa antibody Ig E yang
melekat pada sel mast atau basofil, maka ini menyebabkan perubahan
segera pada membrane sel mast tau basifil, mungkin disebakan oleh efek
fisik dari molekul antibody yang dapat merubah membrane sel. Karena
itu, dapat terjadi berbagai respon jaringan, bergantung pada macam
jaringan tempat reaksi alergen-reagin terjadi. (7)
2.4 ASPEK BIOKIMIA(8)
Peran mendasar darah dalam memelihara homeostasis dan mudahnya darah
diperoleh memiliki arti bahwa penelitian terhadap konstituen-konstituen darah
sangatlah penting dalam perkembangan biokimia dasar dan biokimia klinis. Sifat dasar
sejumlah protein plasma, terutama imunoglobin (antibody). Perubahan jumlah sebagai
protein plasma dan immunoglobulin terjadi pada banyak penyakit dan dapat dipantau
dengan elektroforesisi atau prosedur lainnya yang sesuai. (8)
2.4.1 Imunoglobulin Plasma Berperan Besar Dalam Mekanisme Pertahanan Tubuh. (8)
Sistem imun tubuh terdiri dari dua komponen utama: Limfosit B dan
Limfosit T. limfosit B terutama berasal dari sel sumsum tulang pada hewan
tinggi-tinggi dan bursa Fabricius pada unggas. Limfosit T berasal dari timus. Sel
B bertanggung jawab membentuk antibodi humoral dalam darah yang juga
dikenal sebagai immunoglobulin. Sel T berperan dalam berbagai respons
15

imunologis selular (cell-mediated immunologic response), misalnya penolakan


tandur, reaksi hipersensitivitas, dan pertahanan terhadap sel ganas dan banyak
virus. Bagian ini hanya membahas immunoglobulin plasma yang disintesis
terutama di sel plasma. Sel ini adalah sel khusus turunan sel B yang membentuk
dan mengeluarkan immunoglobulin ke dalam plasma sebagai respons terhadap
pajanan oleh beragam antigen. (8)
Immunoglobulin mengandung minimal dua rantai ringan (L) identik (23
kDa) dan dua rantai besar (H) identik (53-75 kda) yang disatukan menjadi
tetramer (L2H2) oleh ikatan disulfida. (8)
2.4.2 Fungsi Utama Imunoglobulin (8)
Imunoglobulin
IgG

Fungsi Utama
Antibody utama dalam respons sekunder.
Mengopsonisasi bakteri, dan menyebabkan
bakteri

tersebut

lebih

mudah

untuk

difagositosis. Memfiksasi komplemen, yang


meningkatkan
Menetralkan
IgA

permusuhan
toksin

bakteri

bekteri.
dan

virus.

Melewati plasenta.
IgA sekretorik mencegah melekatnya bakteri
dan virus pada membrane mukosa. Tidak

IgM

memfiksasi komplemen.
Dibentuk dalam respons primer terhadap
antigen. Memfiksasi komplemen. Tidak
dapat menembus plasenta. Reseptor antigen

IgD

pada permukaan sel B.


Tidak jelas. Banyak ditemukan dalam

IgE

permukaan sel B serta di dalam serum.


Memerantai hipersensitivitas tipe cepat
dengan menyebabkan pelepasan mediator
dari sel mast dan basofil jika terpajan oleh
antigen

(allergen).

infeksi

cacing

Pertahanan
dengan

terhadap

menyebabkan

pelepasan berbagai ennzim dari eosinofil.


Tidak memfiksasi komplemen. Pertahanan
16

utama pejamu terhadap infeksi cacing

2.4.3 Pembentukan Imunoglobulin yang Berlebihan atau kurang dapat menyebabkan


Penyakit (8)
Penyakit immunoglobulin mencakup peningkatan prosduksi kelas
tertentu immunoglobulin atau bahkan molekul immunoglobulin spesifik (yang
terakhir ini oleh tumor klonal sel plasma yang disebut myeloma). Mielona
multiple adalah suatu penyakit neoplastik: elektroforesis serum atau urin
biasanya akan memperlihatkan peningkatan besar satu immunoglobulin tertentu
atau satu rantai ringan tertentu (yang terakhir dinamai protein Bence Jones).
Penurunan produksi dapat terbatas pada satu kelas molekul imunooglobulin
(mis. IgA atau IgG) atau dapat mengenai semua kelas immunoglobulin (IgA,
IgD, IgE, IgG, dan IgM). Penurunan hebat sintesis satu kelas immunoglobulin
akibat kelainan genetic dapat menyebabkan penyakit imunodefisiensi serius,
misalnya agammaglobulinemia yang sangat mempengaruhi produksi IgG,
karena terganggunya pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme. (8)

17

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan

landasan

teori

yang

telah

dijelaskan

maka

kita

dapat

menghubungkannya denagn kasus bahwa :


3.1.

Gadis tersebut

mengalami gatal, bentol, dan mata bengkak setelah memakan

kepiting
Serangan imun adaptif yang tidak tepat menyebabkan reaksi yang
merugikan di tubuh. Seranan ini mencakup respon otoimun ( dimana system imun
berbalik melawan salah satu jaringan tubuh sendiri), penyakit kompleks imun
(berupa respon antibody berlebih yang tumpah dan merusak jaringan normal) dan
alergi. sehingga pada kasus ini gadis tersebut mengalami serangan imun yang tidak
tepat, yang menyebabkan reaksinya merugikan tubuh. Serangan ini dikategorikan
alergi. (1)
Alergi adalah akuisisi reaktifitas imun spesifik yang tidak sesuai atau
hipersensitivtas terhadap bahan lingkungan yang biasanya tidak berbahaya,
miisalnya debu atau serbuk sari tanaman bahan penyebab dikenal sebagai allergen.
Pajanan ulang pada orang yang telah tersensitisasi memicu serangan imun yang
bervariasidari reaksi ringan yang hanya mengganggu hingga reaks berat yang
merusak tubuh dan bahkan mematikan. Respons alergi dklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu hipersensitivitas tipe cepat dan hipersensitivitas tipe lambat. Pada
hipersensitivitas tipe cepat, respons alergi muncul dalam waktu sekitar 20 menit
setelah orang yang tersensitisasi terpajan ke suatu allergen. Pada hipersensitivitas
tipe lambat, reaksi umumnya belum muncul sampai 1 hari atau lebih setelah
pajanan. Perbedaan dalam waktu ini disebabkan oleh perbedaan mediator yang
berperan. Suatu allergen mungkin mengaktifkan respon sel B atau sel T. reaksi
alergi tipe cepat melibatkan sel B dan dipicu oleh interaksi antibodi dengan antigen,
sedangkn reaksi tipe lambat melibatkan sel T dan merupakan respons imunitas
selular yang lebih lambat terhadap allergen. Berdasarkan kasus, gadis tersebut
mengatakan bahwa ia mulai mengalami alergi setelah tadi selesai makan siang,
maka gadis tersebut dikatakan mengalami hipersensitivitas tipe cepat. (1)
Coombs dan Gell membedakan empat jenis hipersensitivitas dan kemudian
ditambah satu jenis lagi reaksi yang lain. Reaksi tipe I adalah anafilaksis, tipe II
cytotoxic, tipe III complex-mediated, tipe IV Cell-mediated ( delayed type), tipe V
18

stimulatory hypersensitivity. Reaksi tipe I, II, III, dan IV berdasarkan reaksi anatara
antigen dan antibody humoral dan digolongkan dalam reaksi tipe cepat dan reaksi
tipe IV mengikutsertakan reseptor pada permukaan sel limfosit dan termasuk dalam
tipe lambat. Karena pada kasus ini alergi yang dialami oleh gadis tersebut adalah
tipe cepat maka akan dijelaskan mekanisme reaksi tipe cepat yaitu: Pada manusia
ditemukan alergi berupa reaksi anfilaksis local bila berkontak dengan antigen
seperti serbuk bunga rumput, bulu, atau rambut binatang,dan tungau yang terdapat
dalam debu rumah. Kontak antigen dengan IgE yang terikat pada sel mukosa
saluran pernapasan dapat menimbulkan gejala asma. Gejalah urtikaria timbul
karena kontak antara IgE di dalam kulit dengan antigen yang terdapat di dalam
makanan dan masuk edaran darah melalui absorpsi usus. (9) Tampak juga pelebaran
pembuluh darah dan limfa, rasa gatal timbul karena ujung saraf kulit yang
superfisal turut terserang. (10)
Urtikaria meyebabkan reaksi anafilaktoid terlokalisasi. Histamine yang
dilepaskan secara local menyebabkan fasodilatasi yang menyebabkan red-flare
segera dan peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan pembengkakan
kulit dalam beberapa menit. (11)
Peka atau tidaknya seseorang terhadap suatu antigen dapat dicoba dengan
penyuntikan antigen kedalam kulit (skin test). Bila orang itu peka, maka
pengeluaran histamine akan menimbulkan reaksi setempat berupa urtikaria dan
kemerahan yang timbulnya cepat, mencapai maksimum setelah 30 menit dan mulai
menghilang. (9)
Jadi, gejala-gejala gatal, bentol, dan mata bengkak merupakan akibat dari
alergi atau hipersensivitas tipe cepat.
3.2.

Diantara teman sekantornya yang makan kepiting, hanya gadis tersebut yang
mengalami bentol, gatal dan mata bengkak.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa tipe alergi dan
hipersenstivitas lainnya. Dimana diantaranya hanya terjadi pada orang-orang yang
mempunyai kecenderungan alergi yang spesifik. Alergi yang spesifik ini
merupakan reaksi dari sistem imun di dapat yang spesifi.

(1)

Respon imun adaptif

spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau menetralkan
sasaran tertentu yang secara spesifik tubuh telah bersiap mengahadapinya setelah
19

mengalami pajanan berikutnya. (1) Sasaran sistem imun adaptif berfariasi diantara
orang-orang tergantung pada jenis serangan imun yang dijumpai pada orang
tersebut. Hal ini dilakukan dengan membentuk kumpulan sel memori setelah
berjumpa dengan suatu pathogen tertentu sehingga jika kembali bertemu dengan
pathogen tersebut maka system imun akan menghasilkan pertahanan yang lebih
cepat dan kuat. (1)
Beberapa orang mempunyai kecenderungan alergik semacam ini disebut
alergi atopi, karena disebabkan oleh resopons sistem imun yang tidak lazim.
Kecenderungan alergi ini diturunkan secara genetis dari orang tua ke anak, dan
ditandai dengan adanya sebagian besar antibody IgE dalam darah. Antibody ini
disebut reagen atau antibody tersensitisasi untuk membedakannya dengan antibody
IgG yang lebih umum. Bila suatu allergen memasuki tubuh, maka akan terjadi
reaksi allergen-reagen dan kemudian terjadi reaksi alergi. (7)
Sehingga berdasarkan keterangan tersebut, gadis dalam kasus mengalami
alergi karena kecenderungan alergi ini kecenderungan alergi ini diturunkan secara
genetis dari orang tua ke anak, sehingga bila allergen masuk ke dalam tubuh maka
akan terjadi alergi.

20

BAB IV
KESIMPULAN
Gadis tersebut mengalami bentol, gatal dan mata bengkak setelah makan kepiting
disebabkan karena seranagan imun adaptif yang tidak tepat yaitu alergi. Sedangkan
teman-temannya tidak mengalami gangguan tersebut karena adanya kecendurungan
alergi ini diturunkan secara genetis dari orang tuanya.

21

Anda mungkin juga menyukai