Anda di halaman 1dari 10

http://awin759.blogspot.co.id/2014/09/perancangan-pelabuhan.

html
PERANCANGAN PELABUHAN
BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN
1.1. Pendahuluan
Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu
diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak untuk memutuskan
pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi, politik dan teknis. Ketiga
dasar pertimbangan tersebut saling berkaitan, tetapi biasanya yang paling
menentukan adalah pertimbangan ekonomi.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam pembangunan suatu pelabuhan
adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi, volume
perdagangan melalui laut, dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik
melalui darat maupun air.
Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal berikut ini :
1)
Pembangunan pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik.
Sebagai contoh adalah pelabuhan militer yang diperlukan untuk mendukung
keamanan suatu Negara, misalnya pelabuhan Ujung di Surabaya sebagai pangkalan
angkatan laut. demikian juga pelabuhan perintis yang dibangun untuk membuka
hubungan ekonomi dan sosial daerah yang terpencil.
2)
Pembangunan suatu pelabuhan diperlukan untuk melayani/meningkatkan
kegiatan ekonomi daerah dibelakangnya dan untuk menunjang kelancaran
perdagangan antar pulau maupun Negara (eksport, import). Pelabuhan ini banyak
mendukung perkembangan kota didekatnya dan daerah belakang.
3)
Untuk mendukung kelancaran produksi suatu perusahaan/pabrik, sering
diperlukan suatu pelabuhan khusus. Pelabuhan ini akan melayani
pemasaran/pengiriman hasil produksi ataupun untuk mendatangkan bahan baku
pabrik tersebut. Sebagai contoh adalah pelabuhan kuala tanjung milik PT Inalum
(Indonesia Asahan Aluminium) di sumatera utara, sebagai prasarana untuk
mengimpor biji bauksit dan pemasaran/pengiriman aluminium hasil produksi
perusahaan tersebut. Mengingat sifatnya sebagai pendukung dari proyek utama,
maka pertimbangan ekonomis tidak seketat seperti dalam pembangunan pelabuhan
umum.
Sebelum memulai pembangunan pelabuhan umum harus dilakukan survey dan
studi untuk mengetahui volume perdagangan baik pada saat pembangunan
maupun di masa mendatang yang dapat di antisipasi dari daerah disekitarnya.
Volume perdagangan ini penting untuk menentukan layak tidaknya pelabuhan
tersebut dibangun, pada pelabuhan khusus, produksi dari suatu perusahaan
biasanya sudah diketahui, sehingga pelabuhan dapat direncanakan untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
Setelah beberapa studi diatas dilakukan, selanjutnya ditetapkan lokasi secara
umum pelabuhan, fungsi utama pelabuhan, dan jenis serta volume barang yang
dilayani. Langkah berikutnya adalah membuat studi pendahuluan dan layout
pelabuhan dalam persiapan untuk membuat penyelidikan lapangan yang lebih
lengkap yang diperlukan di dalam pembuatan perencanaan akhir pelabuhan.
Beberapa penyelidikan yang perlu dilakukan adalah survey hidrografi, dan

topografi; penyelidikan tanah di rencana lokasi pemecah gelombang, dermaga, dan


bangunan-bangunan pelabuhan lainnya; angin, arus, pasang surut dan gelombang.
Perencanaan pelabuhan harus memperhatikan berbagai faktor yang akan
berpengaruh pada bangunan-bangunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh.
Ada tiga faktor yang harus diperhitungkan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu angin, pasang surut, dan gelombang. Angin menimbulkan arus
dan gelombang. Angin juga dapat menimbulkan tekanan pada kapal dan bangunan
pelabuhan. Pasang surut adalah penting di dalam menentukan dimensi bangunan
seperti pemecah gelombang, dermaga, pelampung penambat, kedalaman alur
pelayaran, perairan pelabuhan dan sebagainya. Gelombang yang menyerang
bangunan pantai akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
tersebut. Bangunan harus tetap aman terhadap gaya gelombang yang bekerja
padanya. Selain itu gelombang juga akan berpengaruh pada ketenangan di perairan
pelabuhan.
1.2. Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan
Kapal laut diusahakan oleh suatu perusahaan pelayaran untuk mengangkut barang
dan atau penumpang. Keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut tergantung
banyak faktor seperti banyak/sedikitnya barang dan penumpang yang diangkut,
waktu pelayaran kapal, waktu singgah di pelabuhan, dan sebagainya.
Kapal yang berada di pelabuhan harus membayar biaya jasa pelabuhan, yang
meliputi biaya labuh, tambat, air, pandu, tunda, dermaga, dsb. Berbagai kegiatan
yang ada di pelabuhan antara lain melakukan bongkar muat barang, menaikturunkan penumpang, penyelesaian surat-surat administrasi, pengisian bahan
bakar, reparasi, penyediaan perbekalan dan air bersih, dsb.
Untuk bisa memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus bisa
memenuhi beberapa persyaratan berikut ini :
1)
Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat seperti
jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang dapat diangkut ke
dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat.
2)
Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang (daerah
pengaruh) subur dengan populasi penduduk yang cukup padat.
3)
Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.
4)
Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama
menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi
bahan bakar.
5)
Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dan
gudang-gudang penyimpanan barang.
6)
Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal-kapal.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut pada umumnya pelabuhan mempunyai
bangunan-bangunan.
1)
Pemecah gelombang, yang digunakan untuk melindungi daerah perairan
pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang besar yang datang dari laut lepas
akan dihalangi oleh bangunan ini. Apabila daerah perairan sudah terlindung secara
alamiah, maka tidak diperlukan pemecah gelombang.
2)
Alur pelayaran, yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
keluar/masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar
yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Apabila
laut dangkal maka harus dilakukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman
yang diperlukan.

3)
Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk
melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar (di kolam putar),
dsb. Kolam pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang dan mempunyai
kedalaman yang cukup.
4)
Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang di gunakan untuk merapatnya
kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam
dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan sejajar dengan pantai yang
disebut quai atau wharf; dan yang menjorok (tegak lurus) pantai disebut pier. Pada
pelabuhan barang dibelakang dermaga harus terdapat halaman yang cukup luas
untuk menempatkan barang-barang selama menunggu pengapalan atau angkutan
ke darat. Dermaga ini juga dilengkapi dengan kran untuk mengangkut barang dari
dan ke kapal.
5)
Alat penambat, digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat di
dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke dermaga. Alat
penambat bisa diletakkan di dermaga atau di perairan yang berupa pelampung
penambat. Pelampung penambat ditempatkan di dalam dan di luar perairan
pelabuhan. Bentuk lain dari pelampung penambat adalah dolphin yang terbuat dari
tiang-tiang yang dipancang dan dilengkapi dengan alat penambat.
6)
Gudang, yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barangbarang yang harus menunggu pengapalan.
7)
Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
8)
Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
9)
Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan
untuk membawa kapal masuk/keluar pelabuhan. Untuk kapal-kapal besar,
keluar/masuknya kapal dari/ke pelabuhan tidak boleh dengan kekuatan (mesin) nya
sendiri, sebab perputaran baling-baling kapal dapat menimbulkan gelombang yang
akan mengganggu kapal-kapal yang sedang melakukan bongkar muat barang.
Untuk itu kapal harus di tarik oleh kapal tunda, yaitu kapal kecil bertenaga besar
yang dirancang khusus untuk menunda kapal.
10) Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat, kran apung, kendaraan
untuk mengangkut/memindahkan barang seperti forklift.
11) Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan
muatan kapal seperti dokter pelabuhan, karantina, bea cukai, imigrasi, keamanan,
dsb.
1.3. Pemilihan Lokasi Pelabuhan
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan.
Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi,
kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang,
arus dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang
yang akan di bongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi, dan daerah industri di
belakangnya. Tetapi biasanya faktor-faktor tersebut tidak bisa semuanya terpenuhi,
sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal.
Berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai
berikut :
1)
Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan,
termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan.
2)
Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan
kolam pelabuhan.

1.3.1. Tinjauan topografi dan geologi


Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk
membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa
mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas
pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri. Apabila daerah
daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk kemungkinan
perluasan daratan dengan melakukan penimbunan pantai tersebut.
Selain keadaan tersebut, kondisi geologi perlu juga diteliti mengenai sulit tidaknya
melakukan pengerukan daerah perairan dan kemungkinan menggunakan hasil
pengerukan tersebut untuk menimbun tempat lain. Di beberapa tempat, daerah
pantai (daratan) merupakan daerah rawa yang sering tergenang air pada waktu air
pasang dan merupakan tanah yang mempunyai daya dukung sangat rendah untuk
mendukung bangunan-bangunan di atasnya.
penggunaan bahan kerukan dasar laut untuk mereklamasi daerah rawa. daerah
daratan secara periodik dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat air surut
daerah daratan kering sedang pada waktu pasang tergenang air. daerah tersebut
akan di bangun suatu pelabuhan. Seperti terlihat dalam gambar 1.2.b. dibuat turap
atau penahan tanah, yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai dermaga. Tanah
hasil kerukan dasar laut digunakan untuk menimbun daratan, dengan demikian
diperoleh kedalaman perairan yang cukup untuk kolam pelabuhan, sementara
daerah rawa dapat direklamasi.
1.3.2. Tinjauan pelayaran
Pelabuhan yang dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan
menggunakannya. Kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti
angin, gelombang dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada
badan kapal. Faktor tersebut semakin besar apabila pelabuhan teletak di pantai
yang terbuka ke laut., dan sebaliknya pengaruhnya berkurang pda pelabuhan yang
terletak di daerah yang terlindung secara alam. Pada umumnya angin dan arus
mempunyai arah tertentu yang dominan. Diharapkan bahwa kapal-kapal yang
sedang memasuki pelabuhan tidak mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus
sisi kapal. Demikian juga, sedapat mungkin kapal-kapal harus memasuki pelabuhan
pada arah sejajar dengan arah angin dominan.
1.3.3. Tinjauan sedimentasi
Pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaran di daerah
perairan pelabuhan memerlukan biaya yang cukup besar. Pengerukan ini dapat
dilakukan pada waktu membangun pelabuhan maupun selama perawatan.
Pengerukan selama perawatan harus sedikit mungkin.
Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus
sesedikit mungkin (kalau bisa tidak ada). Untuk itu di dalam perencanaan
pelabuhan harus ditinjau permasalahan sedimentasi. Proses sedimentasi ini sulit
ditanggulangi, oleh karena itu masalah ini harus diteliti dengan baik untuk dapat
memprediksi resiko pengendapan. Sedimen yang ada pada daerah pantai bisa
berupa pasir atau sedimen suspensi. Sedimen suspensi biasanya berasal dari
sungai-sungai yang bermuara di pantai.
1.3.4. Tinjauan gelombang dan arus

Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan


pelabuhan. Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh
maka dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang.
Di dalam tinjauan pelayaran, diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk ke
pelabuhan menurut alur pelayaran lurus (tanpa membelok) dan alur tersebut harus
searah dengan arah penjalaran gelombang terbesar dan arah arus. Suatu mulut
pelabuhan yang besar akan memudahkan kapal memasuki pelabuhan.
Akan tetapi pada umumnya persyaratan-persyaratan untuk kemudahan pelayaran
tidak bisa semuanya dipenuhi. Mulut pelabuhan yang besar dan menghadap arah
datangnya gelombang akan menyebabkan masuknya energi gelombang yang besar
ke pelabuhan, sehingga mengganggu kapal yang sedang bongkar muat barang.
Demikian juga mulut pelabuhan yang menghadap arah arus akan menyebabkan
sedimentasi di pelabuhan.
1.3.5. Tinjauan kedalaman air
Kedalaman laut sangat berpengaruh pada perencanaan pelabuhan. Di laut yang
mengalami pasang surut variasi muka air kadang-kadang cukup besar. Menurut
pengalaman, tinggi pasang surut yang kurang dari 5 m masih dapat dibuat
pelabuhan terbuka. Bila lebih dari 5 m, maka terpaksa dibuat suatu pelabuhan
tertutup yang dilengkapi dengan pintu air untuk memasukkan dan mengeluarkan
kapal. Di sebagian besar perairan Indonesia, tinggi pasang surut tidak lebih dari
2 m sehingga digunakan pelabuhan terbuka.
Untuk pelayaran, kapal-kapal memerlukan kedalaman air yang sama dengan sarat
(draft) kapal ditambah dengan suatu kedalaman tambahan. Kedalaman air untuk
pelabuhan didasarkan pada frekuensi kapal-kapal dengan ukuran tertentu yang
masuk ke pelabuhan. Jika kapal-kapal terbesar masuk ke pelabuhan hanya satu kali
dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya boleh masuk pda waktu air
pasang. Sedang kapal-kapal kecil harus dapat masuk ke pelabuhan pada setiap
saat.
1.4. Ukuran dan Bentuk Pelabuhan
Ukuran pelabuhan ditentukan oleh jumlah dan ukuran kapal-kapal yang akan
menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Ditinjau dari segi biaya, ukuran
pelabuhan harus sekecil mungkin, tetapi masih memungkinkan pengoperasian yang
mudah. Pemakaian kapal tunda untuk membantu gerak kapal di dermaga juga
berpengaruh pada ukuran pelabuhan. Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang
diperlukan untuk dermaga ditambah dengan kolam putar (turning basin) yang
terletak didepannya. Ukuran kolam putar tergantung pada ukuran kapal dan
kemudahan gerak berputar kapal, yang dapat dibedakan dalam empat macam.
1)
Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan
diameter empat kali panjang kapal yang menggunakannya.
2)
Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar
mempunyai diameter dua kali dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya.
Gerak putaran akan lebih lama dan dapat dilakukan oleh kapal dan bantuan kapal
tunda.
3)
Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang
kapal. Gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan
bantuan kapal tunda.
4)
Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter 20 % lebih
panjang dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya. Dalam hal ini untuk

membantu perputaran, kapal harus ditambatkan pada suatu titik tetap, misalnya
dengan pelampung, dermaga, atau jangkar.
pelabuhan dengan dermaga (pier) tunggal dan kolam putar serta alur pendekatan
yang panjang dan diperlebar pada ujung dekat pantai untuk memungkinkan gerak
berputarnya kapal. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pelabuhan tersebut
memerlukan ruang minimum dan dapat menampung dua kapal. Pelabuhan ini
dibuat dengan mengeruk alur pada air dangkal. Pelabuhan terlindung secara alam
oleh suatu pulau, sehingga tidak memerlukan pemecah gelombang. Di pelabuhan
ini kapal yang akan meninggalkan dermaga harus membelok sendiri terhadap ujung
pier dan kemudian meninggalkan pelabuhan melalui alur pendekatan.
dalam hal ini angin dan gelombang mempunyai satu arah, dan ketenangan air di
pelabuhan diperoleh dengan membuat satu pemecah gelombang yang bermula dari
garis pantai dan kemudian membelok sejajar pantai. Kedalaman air bertambah
dengan cepat dari garis pantai, sehingga lebar pelabuhan dapat dibatasi. Pemecah
gelombang dimanfaatkan sebagai dermaga yang dapat digunakan oleh dua buah
kapal. Kapal berputar dengan menggunakan bantuan dolphin.
bentuk pelabuhan yang panjang dan sempit dengan mulut masuk pelabuhan di satu
ujung dan mulut keluar pada ujung lain. Dermaga dapat digunakan untuk berlabuh
empat kapal. Di dekat pemecah gelombang yang sejajar pantai dilengkapi dengan
alat penambat yang digunakan sebagai tempat tunggu selama dermaga masih
digunakan.
bentuk pelabuhan dengan daerah perairan dilindungi oleh dua buah pemecah
gelombang dengan satu mulut, sejumlah dermaga dan kolam putar besar berbentuk
lingkaran dengan jari-jari sama dengan dua kali panjang kapal terbesar. Pelabuhan
ini juga dilengkapi dengan tempat penungguan sebelum kapal mendapat giliran
merapat di dermaga. Selain itu juga terdapat tempat untuk kapal-kapal kecil.
1.5. Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan
semi alam dan buatan. Lay out pemecah gelombang tergantung pada arah
gelombang dominan, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang
diperlukan untuk melayani trafik di pelabuhan tersebut. Pemecah gelombang bisa
berupa dua lengan yang menjorok ke laut dari garis pantai dan sebuah pemecah
gelombang yang sejajar pantai dan dilengkapi dengan dua mulut untuk masuk dan
keluarnya kapal. bentuk lain adalah satu lengan pemecah gelombang yang berawal
dari pantai menuju ke laut yang kemudian membelok dan sejajar pantai. Di sini
terdapat satu mulut, dan digunakan apabila angin dan gelombang berasal dari satu
arah. Pemecah gelombang bisa pula terdiri dua lengan yang menjorok ke laut dari
garis pantai dengan kedua lengan tersebut konvergen dan membentuk suatu celah
di laut untuk jalan masuk dan keluar kapal.
1.6. Lokasi dan Lebar Mulut Pelabuhan
Untuk mengurangi tinggi gelombang di perairan pelabuhan, mulut pelabuhan tidak
boleh lebih besar dari yang diperlukan untuk keamanan pelayaran atau arus
berbahaya yang ditimbulkan oleh pasang surut. Lebar mulut pelabuhan tergantung
pada ukuran pelabuhan dan kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Biasanya
untuk pelabuhan kecil lebar mulut pelabuhan adalah 100 m, pelabuhan sedang
antara 100 m dan 160 m, dan untuk pelabuhan besar adalah 160 m sampai 260 m.
apabila mulut berada diantara pemecah gelombang dengan sisi miring maka
lebarnya diukur pada air rendah, yaitu sama dengan lebar yang diperlukan

ditambah dengan lebar karena kemiringan sisi bangunan pada kedalaman tersebut.
Misalnya jika lebar mulut adalah 150 m dan mulut tersebut berada diantara
pemecah gelombang dengan kemiringan 1 : 3, maka untuk pelabuhan dengan
kedalaman 10 m, lebar pada muka air rendah adalah 210 m.
Gelombang dari laut dalam akan masuk ke pelabuhan melalui mulut pelabuhan.
Dalam perjalanannya masuk ke pelabuhan, tinggi gelombang berkurang secara
berangsur-angsur karena adanya proses difraksi, yaitu menyebarnya energi
gelombang ke seluruh lebar daerah perairan pelabuhan. Tinggi gelombang di kolam
pelabuhan dapat dihitung dengan rumus Stevenson. Rumus tersebut hanya
memberikan hasil perkiraan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari
kondisi gelombang di kolam pelabuhan diperlukan tes model hidraulis.
Rumus Stevenson mempunyai bentuk :

Dengan :
Hp : tinggi gelombang di titik P di dalam pelabuhan (m).
H : tinggi gelombang di mulut pelabuhan (m).
b
: lebar mulut (m).
D : jarak dari mulut ke titik P
B : lebar kolam pelabuhan di titik P, yaitu panjang busur lingkaran dengan jarijari D dan pusat pada titik tengah mulut (m).
Persamaan tersebut tidak berlaku pada titik yang berjarak kurang dari 15 m dari
mulut.
1.7. DATA KAPAL
Daerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergangtung pada karakteristik
kapal yang akan berlabuh. Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus
meninjau daerah perairan untuk alur, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat
pembuangan bahan pengerukan, daerah daratan yang diperlukan untuk
penempatan, penyimpanan dan pengangkutan barang-barang. Kedalaman dan
lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan. Kuantitas angkutan (trafik) yang diharapkan menggunakan pelabuhan
juga menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur. Luas kolam pelabuhan
dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang akan
berlabuh. Untuk keperluan perencanaan pelabuhan tersebut, maka berikut ini
diberikan dimensi dan ukuran kapal secara umum, seperti terlihat dalam tabel 2.1.

Sesuai dengan penggolongan pelabuhan dalam empat sistem pelabuhan, maka


kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan tersebut juga disesuaikan, seperti
terlihat dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2. Dimensi kapal pada pelabuhan

Gambar 2.1. Dimensi kapal


Dimana :
(B = lebar kapal, d = tinggi bagian kapal terendam,
Lpp = panjang kapal, Loa = panjang kapal dari muka air)
1.7.1. Karakteristik kapal rencana.
Fasilitas dermaga yang akan didesain direncanakan menerima beban dengan
contoh desain kriteria data kapal pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 1.1 Contoh Kriteria Data Kapa

Anda mungkin juga menyukai