Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Hormon Androgen terhadap Karakteristik Seks Sekunder Laki-laki

Disusun oleh:
Benita Rosalie (102014168)
Kelompok B5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) - 5694 2061
benita.2014fk168@civitas.ukrida.ac.id

Abstract
The reproductive system does not play a role in homeostasis and not essential to the survival of a
person, but the system still play an important role in a person's life for the existence of the
species. Reproductive abilities depend on a complex relationship between the hypothalamus, the
anterior pituitary, reproductive organs, and sex hormone target cell. This relationship uses a lot
of regulatory mechanism used by other body systems to maintain homeostasis, such as the
negative feedback. Basic sexual and reproductive functions are under the control of the nerves
and hormones. Reproduction process includes sexual maturation, gamete formation,
fertilization, pregnancy, and lactation. The primary sex organ is the gonad, the testes in males
and ovaries in women, which will produce gametes through the process of gametogenesis.
Gonads also produce hormones that will play a role in every process of the reproduction system,
for example in the development and maintenance of the secondary sex characteristics. The
reproductive system is also equipped with accessories reproductive organs. The male
reproductive system consists of a pair of testicles, excretory ducts and accessory glands, and
penis.
Keywords : Reproductive system, Gonad, Hormone, Secondary sex characteristics

Abstrak
Sistem reproduksi tidak berperan dalam homeostasis dan tidak esensial bagi kelangsungan hidup
seseorang, namun sistem ini tetap berperan penting dalam kehidupan seseorang untuk
melanjutkan keberadaan spesiesnya. Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan yang
rumit antara hipotalamus, hipofisis anterior, organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks.
Hubungan ini menggunakan banyak mekanisme regulatorik yang digunakan oleh sistem tubuh
lain untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kontrol umpan balik negatif. Fungsi seksual
dan reproduksi dasar berada dalam kontrol saraf dan hormon. Proses reproduksi meliputi
maturasi seksual, pembentukan gamet, fertilisasi, kehamilan, dan laktasi. Organ kelamin primer
adalah gonad, yaitu testis pada laki-laki dan ovarium pada perempuan, yang akan menghasilkan
1

gamet melalui proses gametogenesis. Gonad juga menghasilkan hormon yang akan berperan
dalam seluruh proses reproduksi, salah satunya berperan dalam perkembangan dan untuk
mempertahankan karakteristik seks sekunder. Sistem reproduksi juga dilengkapi dengan organ
reproduksi aksesoris. Sistem reproduksi laki-laki terdiri dari sepasang testis, duktus ekskretorius
dan glandula aksesorius, dan penis.
Kata kunci : Sistem reproduksi, Gonad, Hormon, Karakteristik seks sekunder

Pendahuluan1,2
Sistem reproduksi pada manusia berkaitan terutama dengan kelangsungan keberadaan
spesiesnya. Oleh karena itu, sistem ini berbeda dengan sistem organ lainnya dalam tubuh yang
berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan hidup individu. Proses reproduksi
meliputi maturasi seksual (perangkat fisiologis untuk reproduksi), pembentukan gamet
(spermatozoa dan ovum), fertilisasi (penyatuan gamet), kehamilan, dan laktasi. Organ kelamin
primer adalah gonad, terdiri dari testis pada laki-laki dan ovarium pada perempuan. Gonad
menghasilkan gamet melalui proses gametogenesis. Gonad juga menghasilkan hormon kelamin
yang berfungsi dalam perkembangan prenatal organ reproduksi, perkembangan dan
mempertahankan karakteristik seks sekunder, dan untuk aktivitas neuroendokrin hipotalamus.
Selain organ reproduksi primer, ditemukan juga organ reproduksi aksesoris, yaitu saluran
reproduksi dan kelenjar yang berkaitan dengan transpor, pemberian nutrisi, dan perlindungan
gamet setelah meninggalkan gonad. Genitalia eksterna juga termasuk organ kelamin aksesoris.
Sistem reproduksi laki-laki terdiri dari sepasang testis, duktus ekskretorius beserta glandula
aksesorius, dan penis. Duktus ekskretorius pada masing-masing sisi terdiri atas epididymis,
duktus deferens, dan duktus ejakulatorius. Glandula aksesorius antara lain sepasang vesikula
seminalis, sepasang glandula bolbourethralis, dan glandula prostata. Organ-organ genitalia
eksterna laki-laki terdiri atas penis dan scrotum.
Adapun tujuan dari penyusunan tinjauan pustaka ini adalah agar pembaca dapat memahami lebih
lanjut mengenai struktur makroskopis dan mikroskopis genitalia laki-laki dan peran hormon
terhadap perkembangan karakteristik seks sekunder pada laki-laki.

Scrotum1,2
Scrotum adalah sebuah kantong longgar yang menonjol keluar dari bagian bawah dinding
anterior abdomen. Dinding scrotum tersusun dari kulit, fascia, dan otot polos yang membungkus
dan menopang testis di luar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Selain itu,
scrotum juga berisi epididymis dan ujung bawah funiculus spermaticus.
Kulit scrotum tipis, berkerut, berpigmen, dan membentuk kantong tunggal. Sedikit peninggian di
garis tengah menunjukkan garis persatuan dari kedua penonjolan labioscrotalis. Fascia
superficialis, melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan stratum membranosum dinding
anterior abdomen. Akan tetapi, panniculus adiposus diganti oleh otot polos yang dinamakan
tunika dartos. Otot ini dipersarafi oleh serabut saraf simpatik dan berfungsi untuk mengerutkan
kulit di atasnya. Stratum membranosum fascia superficialis (fascia Collesi) di depan melanjutkan
diri sebagai stratum membranosum dinding anterior abdomen (fascia Scarpae), di belakang
melekat pada corpus perienale dan pinggir posterior membrana perinei. Pada bagian lateralnya,
fascia superficialis melekat pada rami ischiopubica. Kedua lapisan fascia superficialis berperan
dalam membentuk sekat median yang menyilang scrotum dan memisahkan testis satu dengan
yang lain. Fasciae spermaticae, lapisan yang tersusun tiga lapis ini terletak di bawah fascia
superficialis dan berasal dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing-masing sisi. Musculus
cremaster di dalam fascia cremasterica dapat dibuat kontraksi dengan menggores kulit sisi
medial paha. Hal ini disebut refleks cremaster. Serabut aferen lengkung refleks ini berjalan pada
ramus femoralis nervi genitofemoralis (L1-2) dan serabut eferen motorik berjalan pada ramus
genitalis nervi genitofemoralis. Tunika vaginalis, terletak di dalam fasciae spermaticae dan
meliputi permukaan anterior, media, dan lateral masing-masing testis. Tunika vaginalis
merupakan perluasan ke bawah processus vaginalis peritonei, dan biasanya sesaat sebelum lahir
menutup dan memisahkan diri dari bagian atas processus vaginalis peritonei dan cavitas
peritonealis. Dengan demikian tunika vaginalis merupakan kantong tertutup, diinvaginasi dari
belakang oleh testis. Cairan limfe dari kulit dan fascia, termasuk tunika vaginalis, dialirkan ke
nodi lymphoidei inguinales superficiales.

Testis1-3
Testis adalah sepasang organ lunak berbentuk oval atau lonjong, dengan ukuran panjang kurang
lebih 1,5-2 inci (4-5 cm) dan berdiameter 1 inci (2,5 cm). Masing-masing testis merupakan organ
kuat yang mudah bergerak, terletak di dalam scrotum. Testis sinister biasanya terletak lebih
rendah dibandingkan testis dexter. Kutub atas kelenjar sedikit miring ke depan. Masing-masing
testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat, yaitu tunika albuginea. Dari permukaan dalam
capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam organ testis menjadi
lobulus-lobulus, kurang lebih 250 lobulus. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubulus
seminiferus yang berkelok-kelok. Tubulus seminiferus merupakan tempat berlangsungnya
spermatogenesis. Epitel germinativum khusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung
sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma, sel-sel Sertoli yang menopang
dan memberi nutrisi kepada sperma yang sedang berkembang, dan sel-sel bulat interstitial (selsel Leydig) yang menghasilkan hormon testosteron. Tubulus seminiferus bermuara ke dalam
jalinan saluran yang dinamakan rete testis. Rete testis dihubungkan oleh ductuli efferentes yang
kecil ke ujung atas epididymis.
Arteria testicularis adalah sebuah cabang dari aorta abdominalis. Venae testiculares keluar dari
testis dan epididymis sebagai anyaman vena, plexus pampiniformis. Anyaman ini menjadi kecil
dan akhirnya membentuk sebuah vena tunggal yang berjalan ke atas melalui canalis inguinalis.
Vena testicularis dextra mengalirkan darahnya ke vena cava inferior, sedangkan vena testicularis
sinistra bermuara ke vena renalis sinistra.
Pembuluh-pembuluh limfe berjalan ke atas di dalam funiculus spermaticus dan berakhir di nodi
lymphoidei di samping aorta (nodi lymphoidei lumbales atau paraaortici) setinggi vertebra L1,
yaitu

pada

planum

transpyloricum. Aliran

seperti

ini

diperkirakan

karena

selama

perkembangannya, testis bermigrasi dari bagian atas dinding posterior abdomen, turun melalui
canalis inguinalis, masuk ke dalam scrotum, menarik pembuluh darah dan limfe untuk
mengikutinya.

Epididymis1-3
Epididymis merupakan struktur kuat yang terletak posterior terhadap testis, dengan ductus
deferens terletak pada sisi medialnya. Epididymis mempunyai ujung atas yang melebar, caput,
4

corpus, dan cauda yang arahnya ke inferior. Di lateral, terdapat sulcus nyata di antara testis dan
epididymis, yang diliputi oleh lapisan visceral tunika vaginalis dan dinamakan sinus epididymis.
Epididymis merupakan saluran yang sangat berkelok-kelok, panjangnya hampir 20 kaki (6 m),
tertanam di dalam jaringan ikat. Saluran ini berasal dari cauda epididymis sebagai ductus
deferens dan masuk ke dalam funiculus spermaticus. Saluran panjang ductus epididymis
merupakan tempat penyimpanan spermatozoa untuk menjadi matang. Fungsi utama epididymis
adalah mengabsorbsi cairan. Di samping itu, epididymis juga berungsi untuk menambahkan zat
pada cairan semen untuk memberikan nutrisi pada spermatozoa yang sedang mengalami proses
pematangan.
Perdarahan dan aliran cairan limfe pada epididymis sama seperti pada testis, yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Ductus Deferens1-3
Ductus deferens merupakan saluran berdinding tebal dengan panjang sekitar 18 inci (45 cm),
yang menyalurkan sperma yang sudah matang dari epididymis ke ductus ejaculatorius dan
urethra. Ductus deferens berasal dari ujung bawah atau cauda epididymis dan berjalan melalui
canalis inguinalis. Ductus deferens keluar dari anulus inguinalis profundus dan berjalan di sekitar
pinggir lateral arteria epigastrica inferior. Kemudian ductus deferens berjalan ke bawah da
belakang pada dinding lateral pelvis dan menyilang ureter pada daerah spina ischiadica. Ductus
deferens kemudian berjalan ke medial dan bawah pada permukaan posterior vesica urinaria.
Bagian terminal ductus deferens melebar membentuk ampulla ductus deferens. Ujung bawah
ampulla menyempit dan bergabung dengan ductus vesiculae seminalis membentuk ductus
ejaculatorius.

Vesicula Seminalis1-3
Vesicula seminalis adalah dua buah organ yang berlobus dengan panjang kurang lebih 2 inci (5
cm) dan terletak pada permukaan posterior vesica urinaria. Ujung atasnya terletak agak
berjauhan dan ujung bawahnya saling berdekatan. Pada sisi medial masing-masing vesicula
seminalis terdapat bagian terminal ductus deferens. Di posterior, vesicula seminalis berbatasan
5

dengan rectum. Menuju inferior, masing-masing vesicula seminalis menyempit dan bersatu
dengan ductus deferens sisi yang sama untuk membentuk ductus ejaculatorius. Masing-masing
vesicula seminalis mengandung saluran melengkung yang tertanam di dalam jaringan ikat.
Vesicula seminalis menghasilkan sekret, yaitu cairan yang kental dan basa yang kaya akan
fruktosa, yang ditambahkan pada cairan semen untuk memberi nutrisi dan melindungi sperma.
Dinding vesicula seminalis berkontraksi selama ejakulasi dan mendorong isinya ke ductus
ejaculatorius, dengan demikian mengeluarkan spermatozoa ke urethra.
Cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media memperdarahi vesicula
seminalis. Pembuluh baliknya bermuara ke dalam vena iliaca interna. Limfe mengalir ke nodi
iliaci interni.

Ductus Ejaculatorius1,2
Ductus ejaculatorius pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran (ampulla) di bagian
ujung atas ductus deferens dan ductus dari vesicula seminalis. Panjang masing-masing ductus
ejaculatorius kurang dari 1 inci (< 2,5 cm). Ductus ejaculatorius menembus facies posterior
dinding prostat dan bermuara ke urethra pars prostatica, dekat pinggir utriculus prostaticus.
Fungsi ductus ini adalah mengalirkan cairan vesicula seminalis ke urethra pars prostatica.

Urethra1,2
Urethra merentang dari vesica urinaria sampai ujung penis. Urethra terdiri atas tiga bagian.
Urethra pars prostatica, merentang mulai dari bagian dasar vesica urinaria, menembus prostat
dan menerima sekresi kelenjar tersebut. Panjangnya kurang lebih 1,25 inci (3 cm) dan mulai dari
collum vesicae. Urethra pars membranacea, panjangnya mencapai 1-2 cm. Bagian ini dikelilingi
oleh sfingter urethra eksternal. Urethra pars cavernosa, bagian ini dikelilingi oleh jaringan erektil
berspons (corpus spongiosum). Urethra pars cavernosa membesar ke dalam fossa navicularis
sebelum berakhir para meatus urethra eksternal pada glans penis.

Prostat1-3
Prostat merupakan organ glandula fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatica.
Panjang prostat kurang lebih 1,25 inci (3 cm) dan terletak di antara collum vesica urinaria di atas
dan diaphragma urogenitale di bawah. Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula
terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Prostat
yang berbentuk kerucut, mempunyai basis yang terletak di superior dan berhadapan dengan
collum vesica urinaria; dan apex prostatae yang terletak di inferior berhadapan dengan
diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior
prostat untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus. Ke
posterior, basis prostatae berlanjut dengan collum vesicae urinaria, otot polos berjalan tanpa
terputus dari satu organ ke organ yang lain. Urethra masuk ke pusat basis prostatae. Ke inferior,
apex prostatae terletak pada facies superior diaphragma urogenitale. Urethra meninggalkan
prostat tepat di atas apex facies anterior. Ke anterior, facies anterior prostatae berbatasan dengan
symphisis pubis, dipisahkan oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat di dalam cavum
retropubicum (cavum Retzius). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan aspek posterior os
pubis oleh ligamentum puboprostaticum. Ligamentum ini terletak di samping kanan dan kiri
linea mediana dan merupakan penebalan fascia pelvis. Ke posterior, facies posterior prostate
berhubungan erat dengan facies anterior ampulae recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum
rectovesicale (facies Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh penyatuan dinding
ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang awalnya meluas ke bawah sampai ke
corpus perineale. Ke lateral, facies lateralis prostatae difiksasi oleh serabut anterior musculus
levator ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Prostat secara tidak sempurna
terbagi dalam lima lobus. Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak mempuyai jaringan
kelenjar. Lobus medius atau lobus medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di
antara urethra dan ductus ejaculatorius. Facies superior lobus medius berhubungan dengan
trigonum vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang
urethra dan di bawah ductus ejaculatorius dan juga mengandung jaringan kelenjar. Lobus
lateralis dexter dan sinister terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh
alur vertikal dangkal yang terdapat pada permukaan posterior prostat. Masing-masing lobus
lateralis mengandung banyak kelenjar. Kelenjar-kelenjar prostat yang jumlahnya banyak,
tertanam di dalam campuran otot polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra
7

pars prostatica. Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung
asam sitrat dan fosfat asam. Cairan ini ditambahkan ke semen pada saat ejakulasi. Otot polos
pada capsula dan stroma berkontraksi, dan sekret yang berasal dari banyak kelenjar diperas
masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkali dan membantu menetralkan
asiditas vagina dan meningkatkan motilitas sperma. Kelenjar prostat membesar saat remaja dan
mencapai ukuran optimalnya pada laki-laki yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki,
ukurannya terus bertambah seiring pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua pertiga dari
semua laki-laki mengalami pembesaran prostat yang mengganggu perkemihan.
Cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media memperdarahi prostat. Venavena membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula prostatica dan
selubung fibrosa. Plexus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis penis profunda dan
sejumlah venae vesicales, serta bermuara ke vena iliaca interna. Pembuluh limfe prostat
mengalirkan cairan limfe ke nodi iliaci interni. Persarafan prostat berasal dari plexus
hypogastricus inferior. Saraf simpatik merangsang otot polos prostat selama ejakulasi.

Glandula Bolbourethralis1,2
Glandula bolbourethralis merupakan sepasang kelenjar kecil yang terletak di bawah musculus
sphincter urethrae. Ductusnya menembus membrana perinealis (lapisan fascia inferior
diaphragma urogenitale) dan bermuara ke urethra pars spongiosa. Kelenjar ini mensekresi cairan
basa yang mengandung mukus ke dalam urethra penis untuk melumasi dan melindungi serta
ditambahkan ke cairan semen. Glandula ini dikendalikan oleh hormon testosteron. Kastrasi
menyebabkan atrofi kelenjar ini.

Diaphragma Urogenitale2
Diaphragma urogenitale adalah diaphragma musculofasciale berbentuk segitiga yang mengisi
celah arcus pubis. Diaphragma ini dibenuk oleh musculus sphincter urethrae dan musculus
transversus perinei profundus yang terletak di antara lamina superior dan lamina inferior fascia
diaphragma urogenitale. Lamina inferior fascia diaphragma urogenitale sering disebut sebagai
8

membrana perinealis. Anterior terhadap diaphragma urogenitale terdapat celah kecil di bawah
symphisis pubis, yang dilalui oleh vena dorsalis penis.

Spatium Profundum Perinei2


Ruang tertutup yang terletak di dalam diaphragma urogenitale, di antara lapisan superior fascia
dan membrana perinealis, dikenal sebagai spatium profundum perinei. Ruang ini berisi urethra
pars membranacea, musculus sphincter urethrae, glandula bolbourethralis, musculus transversus
perinei profundus, arteria dan vena pudenda interna beserta cabang-cabangnya, dan nervus
dorsalis penis.

Spatium Superficiale Perinei2


Spatium superficiale perinei dibatasi di bawah oleh lapisan membranosa fascia superficialis dan
di atas oleh diaphragma urogenitale. Di belakang ditutup oleh penyatuan dinding atas dan
bawahnya. Ke lateral, spatium ini ditutupi oleh perlekatan lapisan membranosa fascia
superficialis dan diaphragma urogenitale ke pinggir arcus pubis. Ke anterior, spatium ini
berhubungan bebas dengan rongga potensial yang terletak di antara fascia superficialis dinding
anterior abdomen dan otot-otot abdomen anterior. Spatium superficiale perinei berisi strukturstruktur yang membentuk radix penis disertai otot-otot yang meliputinya, yaitu musculus
bulbospongiosus dan musculus ischiocavernosus. Di samping itu, ramus perinealis nervi pudendi
pada setiap sisi berakhir di dalam spatium dengan mempersarafi otot dan kulit yang berada di
atasnya.

Penis1-3
Penis mempunyai radix yang terfiksasi dan corpus yang tergantung bebas. Organ ini berfungsi
sebagai tempat keluar urin dan semen serta sebagai organ kopulasi. Radix penis dibentuk oleh
tiga massa jaringan erektil yang dinamakan bulbus penis dan crus penis dextrum dan sinistrum.
Bulbus penis terletak di garis tengah dan melekat pada permukaan bawah diaphragma
urogenitale. Bulbus dilewati oleh urethra dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus
9

bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggis arcus pubis dan permukaan
luarnya diliputi oleh musculus ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri ke depan sebagai
corpus penis dan membentuk corpus spongiosum penis. Di anterior, kedua crus penis saling
mendekati dan pada bagian dorsal corpus penis terletak berdampingan membentuk corpus
cavernosum penis. Corpus penis pada hakikatnya terdiri dari tiga jaringan erektil yang diliputi
fascia berbentuk tubular (fascia Buck). Jaringan erektil dibentuk oleh dua corpora cavernosa,
yang saling berhubungan, yang terletak di dorsal dan satu corpus spongiosum yang terletak pada
permukaan ventralnya. Pada bagian distal, corpus spongiosum melebar membentuk glans penis,
yang meliputi ujung distal corpora cavernosa dan banyak mengandung ujung-ujung saraf
sensorik. Pada ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara dari urethra yang disebut
meatus urethrae externus. Preputium merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang menutupi
glans penis. Preputium dihubungkan dengan glans penis oleh lipatan yang terdapat tepat di
bawah muara urethra dan dinamakan frenulum. Corpus penis disokong oleh dua buah fascia
profunda yang terkondensasi, yang berjalan ke bawah dari linea alba dan symphisis pubis untuk
melekat pada fascia penis. Musculus bulbospongiosus terletak di kanan dan kiri garis tengah,
meliputi bulbus penis dan bagian posterior corpus spongiosum penis. Fungsinya adalah menekan
urethra pars spongiosa dan mengosongkan sisa urin atau semen. Serabut-serabut anterior juga
menekan vena dorsalis penis, sehingga menghambat aliran vena dari jaringan erektil dan
berperan dalam proses ereksi penis. Musculus ischiocavernosus terdapat pada crus penis masingmasing sisi. Otot ini berfungsi untuk menekan crus penis pada masing-masing sisi dan membantu
proses ereksi penis.
Corpora cavernosa penis diperdarahi oleh arteria profunda penis, sedangkan corpus spongiosum
penis diperdarahi oleh arteria bulbi penis. Selain itu, penis juga diperdarahi oleh arteria dorsalis
penis. Ketiga pembuluh arteri tersebut merupakan cabang dari arteria pudenda interna. Pembuluh
balik penis bermuara ke venae pudendae internae. Cairan limfe kulit penis dialirkan ke kelompok
medial nodus inguinalis superficialis. Struktur-struktur profunda penis mengalirkan cairan
limfenya ke nodi iliaci interni. Persarafan penis berasal dari nervus pudendus dan plexus
pelvicus.

10

Pubertas
Pubertas merupakan proses dimana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciriciri fisik dan sifat yang memungkinkannya mampu bereproduksi. Pada anak laki-laki, pubertas
sebagian besar merupakan respons tubuh terhadap kerja androgen yang meluas, yang disekresi
oleh testis yang baru aktif dibawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hipofisis anterior.
Meskipun proses perubahan pada pubertas dapat diprediksi, namun onset usia sangat berbedabeda di berbagai tempat di dunia dan bahkan pada anak-anak dengan latar belakang etnis yang
berbeda dalam wilayah yang sama. Perbedaan ekonomi juga dapat memengaruhi onset usia. Pada
anak laki-laki, pubertas terlihat saat dimulainya pembesaran testis pada usia 9-14 tahun. Ciri-ciri
seksual sekunder lain secara progresif akan tampak dalam 2-2,5 tahun kemudian, dan rambut
wajah yang tampak paling akhir belum tumbuh sempurna sampai usia 20-25 tahun. Perubahan
fisik pada pubertas anak laki-laki dibagi menjadi 5 tahap menurut sistem yang dikembangkan
oleh Marshall dan Tanner. Walaupun mereka tidak menempatkan temuan ini untuk dapat
digunakan secara universal, sistem tersebut telah digunakan secara luas dalam menggambarkan
waktu dan progresivitas perubahan pada pubertas yang normal. Gambaran yang ditemukan oleh
mereka bersifat spesifik terhadap faktor demografis dari populasi penelitian mereka dan terhadap
tahun dilakukannya penelitian tersebut. Pola dari gambaran perubahan pada pubertas ini adalah
tetap, namun ciri-ciri dan waktu dari perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ras, nutrisi, dan
faktor genetik serta faktor lingkungan lainnya.3
Adrenarke menggambarkan peran kelenjar adrenal pada pubertas. Pada adrenarke terdapat
peningkatan sintesis dan sekresi androgen yang relatif lemah oleh adrenal, seperti
androstenedion, dehidroepiandrosteron (DHEA), dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S).
Walaupun kelenjar adrenal hanya berperan sebesar 5% dari androgen total yang bersirkulasi pada
anak laki-laki, namun androgen adrenal ini bertanggung jawab dalam memulai pertumbuhan
rambut pada aksila dan pubis. Androgen adrenal dikonversi di perifer menjadi androgen yang
lebih poten, yaitu testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). Testosteron dan DHT kemudian
menstimulasi pertumbuhan rambut pubis dan aksila, begitu pula pertumbuhan dan sekresi
kelenjar sebasea aksila. Rambut aksila dan pubis biasanya timbul bersamaan dengan peningkatan
ukuran testis dan secara jelas menandakan onset pubertas. Pemicu terjadinya adrenarke secara
pasti belum diketahui. Bukti yang terbaik menunjukkan bahwa adrenarke merupakan kejadian
11

intrinsik dan telah diprogram di dalam kelenjar adrenal yang tidak bergantung pada ACTH.
Androgen bertanggung jawab menentukan perkembangan seks pria, termasuk maskulinisasi
saluran genitalia internal dan eksternal, perkembangan karakteristik seks sekunder pria (misalnya
pertumbuhan janggut), kesuburan, dan karakter anabolik jaringan somatik (misalnya bentuk
rangka tubuh pria serta ukuran dan berat otot). Lebih dari 95% testosteron dalam darah disintesis
di testis, sisanya disintesis di korteks adrenal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.1,3,4
Pematangan testis saat pubertas meliputi saat dimulainya produksi androgen oleh sel Leydig,
pertumbuhan tubulus seminiferus, dan dimulainya spermatogenesis. Ketiga kejadian ini dikontrol
oleh gonadotropin seperti FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone).
Selama masa kanak-kanak, konsentrasi FSH dan LH rendah baik pada kelenjar hipofisis maupun
plasma. Amplitudo dan frekuensi denyut kedua hormon ini juga rendah, menunjukkan bahwa
generator denyut GnRH (gonadotropin-releasing hormone) berputar lambat. Ciri khas dari aksis
gonadotropin-hipofisis ini dikenal sebagai juvenile pause. Kurang lebih satu tahun sebelum
pembesaran testis, pelepasan denyut FSH dan LH mulai meningkat baik dalam amplitudo
maupun frekuensinya. Hal ini sebagian besar terjadi pada saat tidur. Hal ini menandakan ritme
diurnal pada sekresi FSH dan LH merupakan manifestasi endokrinologis pertama pada pubertas.
Variasi diurnal ini mungkin dapat jelas terlihat pada awal dan pertengahan pubertas, sebagian
besar kemudian menghilang pada akhir pubertas. Dimulainya pubertas diperkirakan merupakan
akibat lepasnya generator denyut GnRH di hipotalamus dari inhibisi SSP. Lokasi dan mekanisme
yang tepat mengenai pelepasan inhibisi ini belum diketahui. Walaupun banyak bukti yang
menunjukkan bahwa sumber pencetus juga berada di SSP, namun terdapat penelitian yang
berkembang terhadap peranan leptin, yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh sel-sel lemak.
Pada permulaan dari progresi pubertas, leptin telah dibuktikan merupakan salah satu dari
berbagai faktor yang memengaruhi pematangan generator denyut GnRH. Individu yang tidak
memiliki generator denyut GnRH hipotalamus tidak akan mengalami pubertas (contohnya pada
sindrom Kallman) dan adanya tumor atau pembedahan pada daerah mediobasal hipotalamus juga
berhubungan dengan pubertas yang terlambat atau bahkan tidak terjadinya pubertas. Peningkatan
ukuran testis pada onset pubertas sebagian besar merupakan hasil dari peningkatan massa tubulus
seminiferus dan dimulainya spermatogenesis. Stimulasi sel Leydig menghasilkan peningkatan
produksi testosteron hingga 10 kali lipat selama proses pubertas namun hanya sedikit
memengaruhi ukuran testis. Sel-sel Leydig menempati kurang dari 10% massa testis total.1,3,5
12

Testosteron dan metabolitnya menyebabkan perubahan somatik pada anak laki-laki dalam masa
pubertas. Perubahan somatiknya antara lain :3,6

pembesaran laring;
suara yang lebih dalam;
peningkatan massa tulang;
peningkatan massa dan kekuatan otot skelet;
penebalan kulit;
peningkatan dan penebalan rambut pada batang tubuh, pubis, aksila, dan wajah.3,6

Pertumbuhan somatik pada pubertas merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara steroid
seks gonad, hormon pertumbuhan (growth hormone, GH), dan faktor pertumbuhan yang
menyerupai insulin-I (insulin-like growth factor I, IGF-I). Insulin dan tiroksin juga penting untuk
pertumbuhan yang optimal. Tidak adanya GH, IGF-I, atau reseptor IGF-I akan menyebabkan
dwarfisme somatik, walaupun terdapat konsentrasi steroid seks yang normal dalam plasma.
Seiring dengan perubahan denyut frekuensi LH yang menandai dimulainya pubertas adalah
perubahan amplitudo sekresi GH. Hal ini tampaknya merupakan akibat dari stimulasi estrogen
pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki, walaupun peningkatan GH dapat
dimulai dan dipertahankan oleh testosteron, mamun hal ini tidak terjadi pada pemberian DHT.
Lebih jauh lagi, sekresi GH akibat adanya testosteron dapat dihambat dengan pemberian
tamoksifen, yang memblok reseptor estrogen. Sebaliknya, bahkan dosis kecil estrogen dapat
meningkatkan konsentrasi GH. Penemian ini menunjukkan bahwa efek testosteron pada
pertumbuhan tulang adalah secara tidak langsung dan mungkin merupakan akibat aromatisasi
testosteron menjadi estradiol. Hal ini sangat berlawanan dengan kerja testosteron di otot, dimana
androgen bekerja secara langsung terhadap peningkatan massa otot. Pertumbuhan tulang terjadi
ketika testosteron, yang telah diaromatisasi menjadi estradiol, meningkatkan kadar GH. Ini
menyebabkan peningkatan yang sama terhadap IGF-I, suatu hormon anabolik poten yang
memperantarai berbagai kerja metabolik GH termasuk pembentukan tulang trabekular.
Normalnya, GH menstimulasi sintesis IGF-I, dan IGF-I menekan pelepasan GH melalui lingkar
umpan balik negatif. Akan tetapi, saat pubertas GH terus meningkat walaupun kadar IGF-I yang
bersirkulasi tinggi. Hal ini memungkinkan pertumbuhan tulang linear yang maksimal selama
pubertas. Diluar pubertas, kombinasi peningkatan GH dan IGF-I hanya terdapat pada
akromegali, suatu keadaan penyakit yang ditandai oleh sekresi GH otonom. Kecepatan puncak

13

pertumbuhan pada anak laki-laki terjadi saat kadar testosteron plasma mencapai 50% kadar pria
dewasa, dan pertumbuhan akan berlanjut sampai terjadi penyatuan epifisis tulang panjang.
Steroid seks (mungkin melalui aktivitas estrogen) bertanggung jawab terhadap penutupan
epifisis, yang terjadi pada usia pertengahan 21 tahun pada laki-laki muda. Banyak hal yang
menentukan tinggi akhir pada pria dewasa, meliputi predisposisi genetik, indeks massa tubuh
pada onset pubertas, nutrisi, dan lamanya pubertas. Penentu genetik pada pertumbuhan tulang
tampaknya terdapat pada lengan pendek bagian distal kromosom X. Lokus ini tampaknya tidak
mengalami inaktivasi X, sehingga lokus ini dan lokus homolog lainnya pada kromosom Y akan
menentukan tinggi akhir pada pria dewasa. Efek-efek pada pola kontrol genetik ini secara khusus
terjadi pada pria dengan kelainan kromosom seks yang disebut sindrom Klinefelter yang
memiliki kariotipe 47XXY dan tinggi abnormal, mungkin karena dosis ganda dari penentu
perawakan yang terkait-X. Semakin tinggi massa tubuh pada akhir masa kanak-kanak
memengaruhi tinggi akhir baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Anak dengan lemak
tubuh yang leih banyak cenderung mengalami pubertas lebih dini. Anak ini mengalami
percepatan pertumbuhan setelah periode pertumbuhan prapubertas yang lebih pendek, karena itu
mungkin tidak akan mencapai tinggi dewasa seperti yang diramalkan secara genetik. Anak lakilaki memasuki pubertas lebih lambat dari anak perempuan sehingga memiliki periode
pertumbuhan prapubertas yang lebih lama. Anak laki-laki juga mengalami puncak kecepatan
pertumbuhan linear yang lebih hebat selama masa remaja dibandingkan dengan anak perempuan.
Karena alasan tersebut maka pria dewasa cenderung lebih tinggi daripada wanita dewasa.
Androgen memiliki efek anabolik langsung pada massa otot. Peningkatan sekres androgen
selama pubertas menignkatkan massa otot pada anak laki-laki dan perempuan. Akibat kadar
androgen yang bersirkulasi lebih tinggi, maka efek ini lebih jelas terlihat pada anak laki-laki.1,3

Penutup
Pubertas akan dialami oleh setiap manusia dengan rentang usia yang berbeda untuk laki-laki dan
perempuan. Onset usia terjadinya pubertas tidak bersifat mutlak, bervariasi, bahkan tidak
menutup kemungkinan dapat terjadinya kelainan pada setiap individu. Pubertas pada laki-laki
dipicu oleh hormon testosteron. Sekresi hormon testosteron dikendalikan melalui hubungan
14

antara hipotalamus, hipofisis anterior, organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks. Pada
skenario 7, dikatakan bahwa anak laki-laki tersebut mengalami perkembangan karakteristik seks
sekunder yang merupakan bagian dari pubertas. Namun, tumbuhnya kumis dan jambang pada
anak laki-laki yang masih berusia 8 tahun tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi pubertas
prekoks atau pubertas dini pada anak tersebut akibat adanya gangguan fisiologis pada sistem
reproduksi.
Prekositas seksual adalah timbulnya ciri-ciri seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada anak
perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki. Etiologi peningkatan produksi dan
aktivitas hormon seksual ini mungkin akibat peningkatan sekresi gonadotropin atau penyakit
instrinsik pada adrenal, ovarium, atau testis.3

Daftar Pustaka
1. Veldman J, Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Diterjemahkan dari Sloane E.
Anatomy and physiology an easy learner. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
h.345-53
2. Sugiharto L, et al. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Diterjemahkan dari Snell RS. Clinical
anatomy by systems. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. h.779-92
3. Umami V. At a glance sistem reproduksi. Diterjemahkan dari Heffner LJ, Schust DJ. The
reproductive system at a glance. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. h.24-7,32-3,64
4. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. h.716-7
5. Adelar SB, Saragih S. Adolescence perkembangan remaja. Diterjemahkan dari Santrock JW.
Adolescence. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2003. h.90-3
6. Pendit BU, Yesdelita N. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Diterjemahkan dari Sherwood
L. Human physiology: from cells to system. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2011. h.812,819-28

15

16

Anda mungkin juga menyukai