Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR PENYAKIT

SISTEM MUSKULUSKELETAL RUPTUR LIGAMEN


A. Pengertian Ruptur Ligamen (Sprain)
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan
stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau
tenaga berlebihan dalam bidang gerakan sendi. (Sabiston, 1994). Sprain adalah cedera
struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar. (Brunner &
Suddarth, 2001). Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen
penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. (Kowalak, Jenifer P, 2011).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera
struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga
merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.

(Gambar 1.1 Sprain atau Keseleo)

B. Anatomi Fisiologi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua
ujung tulang pada sendi. Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.
Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe
ligamen :

1. Ligamen Tipis (ligamen pembungkus tulang dan kartilago)


Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini
memungkinkan terjadinya pergerakan.
2. Ligamen jaringan elastik kuning
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus
danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
.

(Gambar 1.1 Anatomi Fisiologi Ligamen)

C. Etiologi Sprain
Beberapa faktor sebagai penyebab sprain, yaitu:
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh
tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen
menurun pada usia tiga puluh tahun.
2. Terjatuh atau kecelakaan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringan
ligamen mengalami sprain.

3. Pukulan
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan
menyebabkan sprain.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain

karena kurangnya pemanasan.

Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.


Menurut Kowalak (2011), etiologi sprain (keseleo) meliputi :
1. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan

ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi diluar kisaran gerak (RPS)


normal.
2. Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan
Faktor Risiko
1. Riwayat keseleo sebelumnya (faktor risiko yang paling sering).
2. Gangguan pada jaringan ikat.
3. Kaki Cavovarus
D. Klasifikasi Sprain
Menurut Marilynn. J & Lee. J (2011), klasifikasi sprain dibagi menjadi:
1. Sprain derajat I (kerusakan minimal)
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif
dan pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan
instabilitas atau gangguan fungsi.
2. Sprain derajat II (kerusakan sedang)
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang
lebih menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan
tertahan, sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan
fungsi.
3. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan
kirasan gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran

pergerakan pasif mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah


(serabut saraf sudah benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan
yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.

(Gambar 1.2 Klasifikasi Sprain)


E. Patofisiologi Sprain
Faktor penyebab: umur, kecelakaan, pukulan, tidak melakukan
pemanasan, pemuntiran mendadak, fraktur/dislokasi, riwayat keseleo,
gangguan jaringan ikat, kaki cacovarus

Ligamen mengalami ruptur

Nyeri akut

Hambatan mobilitas fisik

Terputusnya serabut
ligamen

Terputusnya
pembuluh darah

Hematoma, edema

Kerusakan integritas kulit

Risiko disfungsi
neurovascular perifer

F. Penatalaksanaan Medis Sprain


1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; penguranganpengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Farmakologi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri
dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral
setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis.
4.
5.
6.
7.

Penerapan dingin dikompres dengan kantong es.


Pembalutan / wrapping eksternal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
Posisi ditinggikan atau diangkat.
Latihan ROM : Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan, latihan pelan pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung

jaringan yang sakit.


8. Penyangga beban : Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk
selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Sprain :
1. Sprain tingkat satu (first degree).
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan
istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
2. Sprain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE:

R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.

I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.

C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang
elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.

E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera.

Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan


yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara
balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
3. Sprain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian
dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen/radiologi, yaitu pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa. Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan
pada ligamen dan sendi.
2. MRI

(Magnetic

Resonance

Imaging),

yaitu

pemeriksaan

dengan

menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa


menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh yang lebih detail.
H. Komplikasi Sprain
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
1. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan

sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya.


2. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh
dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka
ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai
pembentukan jaringan parut secara berlebihan).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN RUPTUR LIGAMEN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Lihat apakah bersihan jalan nafas pasien efektif, perhatikan adanya
sumbatan jalan nafas.
b. Breathing

Perhatikan pola nafas pasien, penggunaan pernafasan cuping hidung,


penggunaan retraksi otot dada.
c. Circulation
Periksa nadi (tacicardi/bradicardi), periksa CRT, penurunan nadi pada
distal yang cedera.
d. Disability
Periksa GCS, terdapat nyeri atau bisa sampai kehilangan fungsi pada
bagian yang rupture, keterbatasan mobilitas, kesemutan, kelemahan otot.
e. Exposure
Terdapat hematoma dan pembengkakan pada bagian yang mengalami
sprain.
f. Give comfort
Terdapat rasa nyeri pada bagian yang cedera saat digerakkan.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah nyeri.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat
harus menanyakannya secara langsung kepada pasien dengan teknik P,
Q, R, S, T.

Provoking (penyebab): Apa yang menimbulkan nyeri?

Quality (kualitas): Apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam,


permukaan dll? Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu
sebelumnya?

Region (daerah): Dimana letak nyeri?

Severity (intensitas): Jelaskan skala nyeri dan frekuensi, apakah di


sertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis,
pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?

Timing (waktu): Kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya? Tibatiba atau bertahap? Frekuensi?

2) Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada muskuloskeletal lainnya?
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini?
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sprain terfokus pada sistem muskuluskeletal:
1) Inspeksi : adanya kelemahan otot, pembengkakan, perubahan warna
kulit, ketidakmampuan menggunakan sendi.
2) Palpasi : adanya hilang sensasi rasa atau mati rasa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal.
3. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer ditandai dengan faktor risiko trauma.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
injury fisik

Rencana Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasl
Intervensi
NOC
NIC
Pain level
Pain control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik

Pain Management
Analgesic administration
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang

nonfarmakologi untuk

dapat mempengaruhi nyeri

mengurangi nyeri,

seperti suhu ruangan,

mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

pencahayaan dan kebisingan


4. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
5. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
6. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Periksa ketepatan obat,
dosis, frekuensi obat yang di
resepkan
9. Periksa riwayat alergi obat
10. Tingkatkan istirahat
11. Berikan informasi tentang

nyeri seperti penyebab nyeri,


berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
12. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Kerusakan
integritas kulit

NOC

NOC

Tissue Integrity : Skin

berhubungan

and Mucous

dengan faktor

Membranes
Wound Healing :

mekanik

primer dan sekunder


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama..
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan kriteria
hasil:
1. Integritas kulit yang
baik bisa
dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah

Pressure Management
1. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering.
2. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
3. Monitor status nutrisi pasien.
4. Kaji lingkungan dan
peralatan yang menyebabkan
tekanan
5. Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal,
formasi traktus
6. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan perawatan
luka
7. Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
8. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka

terjadinya sedera
berulang.
5. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
Hambatan

NOC :

NIC

mobilitas fisik

Joint Movement :

Exercise therapy :

berhubungan

Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer

ambulation
1. Monitoring vital sign

dengan
gangguan
muskuloskleta
l

performance
Setelah dilakukan tindakan

sebelm/sesudah latihan dan


lihat respon pasien saat
latihan
2. Konsultasikan dengan terapi

keperawatan

fisik tentang rencana

selama.gangguan mobilitas

ambulasi sesuai dengan

fisik teratasi dengan kriteria


hasil:

kebutuhan
3. Bantu klien untuk

1. Klien meningkat

menggunakan tongkat saat

dalam aktivitas fisik


2. Memverbalisasikan

berjalan dan cegah terhadap

perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan

cedera
4. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
5. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs

kemampuan
berpindah
3. Memperagakan
penggunaan alat

secara mandiri sesuai


kemampuan
6. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.

Bantu untuk
mobilisasi (walker)
Risiko
disfungsi
neurovaskular

NOC

NIC

Neurologi Status
Perifer

Traction/immobilization
care
1. Posiskan kesejajaran tubuh

perifer

Kriteria hasil
1. Sensasi ekstermitas
tidak terganggu
2. Fungsi motorik tidak
terganggu
3. Tidak ada perbedaan
panas/dingin di
ekstermitas
4. Tonus otot ekstermitas
tidak terganggu

yang sesuai
2. Monitor sirkulasi, gerakan
dan sensasi ekstermitas yang
sakit
3. Monitor adanya komplikasi
imoblisasi
4. Instruksikan pentingnya
nutrisi adekuat untuk
kesembuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymus.

2009.

Cedera

Muskuloskeletal.

Available

at

(http://arsip2.lkc.or.id/kesehatan/detail/82). Diakses tanggal 15 September


2016.
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Mirah.

2013.

Makalah

Dislokasi,

Sprain,

dan

Strain.

Available

at

(http://www.scribd.com/doc/106915170/Makalah-Dislokasi-Sprain-Strain).
Diakses tanggal 15 September 2016.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA,
intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Purnomo,

Irfan.

2010.

Sprain

Strain.

Available

(https://irfandedikpurnomo.files.wordpress.com/2010/01/sprain-strain2.doc).
Diakses tanggal 15 September 2016.

at

Anda mungkin juga menyukai