Anda di halaman 1dari 46

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap pemberian

Makanan Pendamping ASI yang mendukung Tumbuh Kembang


Anak di Daerah Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cidahu

Dibuat Oleh :
dr. Rachmi Nurhalimah
Dokter Pendamping :
dr. Dessy Andrianitha

PROGRAM INTERNSIP PUSKESMAS KECAMATAN CIDAHU KABUPATEN


KUNINGAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian dengan judul :
Gambaran Tingat Pengetahuan Ibu Terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI yang
mendukung Tumbuh Kembang Anak di Daerah Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cidahu
Laporan penelitian ini disusun untuk melengkapi tugas sebagai syarat dalam
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Cidahu, Kabupaten Kuningan
Jawa Barat.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membimbing selama menjalankan program internsip dan membantu dalam penyusunan laporan
penelitian ini yaitu :
1. drg. Fahmi Nurdin, selaku Kepala Puskesmas Cidahu yang telah memberikan kesempatan
kepada penyusun untuk menjalankan program internsip di Puskesmas Cidahu.
2. dr. Hj. Dessy Andrianitha, selaku Dokter Pendamping Lapangan yang telah mendampingi
dan telah membimbing kami selama menjalani program internsip di Puskesmas Cidahu.
3. dr.Pratiwi H.P, dr. Ilham K, dr. Rachelle N.A, dr. Rachmasari, dan dr.Sandra N.S serta teman
sejawat yang menemani masa internsip, atas dukungan dan bantuanya selama ini.
4. Semua staf dan pegawai Puskesmas Cidahu.
5. Seluruh Masyarakat Desa Di Wilayah kerja Puskesmas Cidahu yang telah membantu dalam
pelaksanaan program internsip.
6. Semua Pihak yang telah membantu baik moral maupun material yang tidak dapat kami
ii

sebutkan satu persatu.


Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan penelitian berikutnya.

Penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dunia kesehatan pada khususnya. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mengkaji laporan penelitian ini.

Kuningan, Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Untuk mencapai pertumbuhan optimal, seorang bayi memerlukan semua zat gizi makro
dan zat gizi mikro yang sesuai antara jumlah dengan kebutuhannya. Tak dapat dipungkiri,
kebutuhan nutrisi terbaik untuk bayi berusia 0 6 bulan adalah ASI.Tapi begitu menginjak usia 6
bulan ke atas, asupan bayi harus ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Memberikan MPASI terlalu cepat (sebelum usia 6 bulan). Di samping pencernaannya belum
sempurna, tindakan itu hanya akan memperbesar potensi bayi terkena alergi makanan. Juga,
pemberian MPASI terlalu cepat akan menyebabkan insting bayi untuk mengisap akan menurun
sehingga jumlah ASI yang dikonsumsi juga menurun. Kekurangan gizi banyak terjadi karena
pemberian MPASI yang terlalu dini. Jangan pula berikan MPASI terlambat (hanya ASI saja
setelah 6 bulan ke atas). Tak baik bagi pertumbuhannya. Bayi bisa menderita kekurangan gizi,
berat dan panjangnya tidak sesuai dengan yang seharusnya dicapai. Karena ASI sesudah usia 6
bulan tidak bisa mencukupi kebutuhan bayi lagi. Mulai Usia 6 Bulan Berikan MPASI. Karena
saat itu, bayi sudah bisa menopang kepalanya sendiri secara tegak dan menegakkan dadanya.
Dengan demikian bisa dikatakan proses menelannya sudah lebih baik. Sedangkan jika kepalanya
masih goyang-goyang, ditakutkan proses menelannya belum sempurna, maka dikhawatirkan
akan tersedak. Juga, fungsi pencernaan bayi pada usia tersebut sudah lebih baik
Agar pertumbuhan anak selalu terjaga pada jalur yang normal maka ibu perlu
menerapkan pola makan yang benar sejak dini dan berjenjang. Dimulai pada saat bayi berusia 06 bulan, makanan yang diberikan adalah ASI saja atau bagi ibu-ibu yang karena sesuatu hal tidak
dapat memberikan ASInya dapat diganti dengan susu formula pengganti ASI ( PASI). Setelah
anak berumur 6 bulan, selain tetap diberikan ASI atau PASI juga harus mulai diberikan tambahan
makanan yang dikenal dengan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI).
Tahap selanjutnya yaitu pada usia 1-2 tahun anak sudah dapat diberikan makanan biasa
seperti makanan pada orang dewasa.MPASI perlu diberikan pada saat yang tepat yaitupada usia 6
bulan karena pada saat itu pemberian ASI saja tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi anak yang
makin bertambah akibat pertumbuhan yang terus berlanjut dan aktifitas anak yang makin
meningkat.
Pengetahuan yang perlu dipahami benar adalah pengertian tentang MPASI. Ada dua
macam MPASI yaitu MPASI pabrikan dan MPASI tradisional. MPASI pabrikan dibuat di pabrik
makanan bayi/anak dibbuat dengan menggunakan peralatan modern. MPASI tradisional adalah

istilah umtuk MPASI yang dibuat di dalam rumah tangga dengan menggunakan bahan-bahan
makanan yang ada di lingkungan rumah tangga karena itu sering juga disebut MPASI lokal.
Hakikat MPASI adalah makanan bukan minuman karena elemen utamanya adalah bahan
makanan padat seperti beras, ikan, buah dan sayuran. Tentu saja dalam proses pembuatannya
boleh saja ditambahkan bahan-bahan lain seperti susu, garam dan kaldu untuk meningkatkan
citarasanya. Sehingga membuat anak menyukainya. Meskipun MPASI adalah makana, bentuknya
tidak selalu padat tetapi disesuaikan dengan kemampuan anak dalam mencerna makanan
tersebut. Untuk anak usia 6-9 bulan dapat diberikan MPASI bentuknya lunak seperti bubur
sedangkan untuk anak yang lebih tua dapat diberikan dalam bentuk yang lebih padat misalnya
nasi tim atau biskuit. Semakin usia anak bertambah sejalan dengan semakin berkembangnya
sistem pencernaannya maka bentuk makanan yang diberikan juga berangsur-angsur meningkat,
seperti makanan untuk orang dewasa.
Penerapan pola makan yang demikian itu akan menyebabkan konsusmsi susu anak
semakin menurut sedangkan konsumsi MPASI akan semakin meningkat. Pada akhirmya setelah
anak berusia 2 tahun yaitu saat pemberian ASI dihentikan maka kebutuhan gizi anak sepenuhnya
dipasok dari makanan sehari-hari. Kekeliruan yang sering terjadi adalah cara ibu dalam
memberikan / memilih MPASI bagi anaknya. Biasanya MPASI awal diberikan oleh ibu pada
anknya adalah susu formula.padahal telah kita ketahui bahwa susu formula adalah minumayang
bukan termasuk MPASI. Meskipun susu formula merupakan sumber zat gizi yang baik akan
tetapi tidak berarti dapat menggantikan makanan padat sebagai makanan pokok.
Pola makan yang baik pada anak tidak terjadi dengan sendirinya tetapi harus diajarkan
sejak dini. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam menciptakan kebiasaan makan yang
baik pada anak sebagai bagian dari membentuk manusia seutuhnya dimasa depan.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Bagaimanakah konsep makanan pendamping asi?

2.

Apakah makanan pendamping ASI tersebut?

3.

Apa saja makanan pendamping ASI tersebut?

4.

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu ibu terhadap pemberian makanan


pendamping ASI yang mendukung tumbuh kembang bayi di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Cidahu.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat
pengetahuan ibu-ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI yang mendukung tumbuh
kembang bayi di wilayah kerja puskesmas kecamatan cidahu.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian pemberian MPASI
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang macam-macam MPASI yang mendukung
tumbuh kembang bayi
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Hasil penelitan diharapkan menjadi pengetahuan dan menambah wawasan juga kepekaan
peneliti terhadap kondisi nyata yang ada di masyarakat saat ini berkaitan dengan
pengetahuan terhadap pemberian MPASI yang mendukung tumbuh kembang bayi.
b. Bagi Institusi
Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan referensi dan pembelajaran baik secara
keilmuwan dan pengembangan akademi.
c. Bagi masyarakat
Dapat menginformasikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai macam-macam
pemberian makanan pendamping ASI yang dapat mendukung tumbuh kembang bayi.
d. Bagi tenaga kesehatan
Penelitian dapat dijadikan masukan untuk tenaga kesehatan dalam memberikan
penyuluhan dan informasi seputar macam-macam makanan pendamping ASI yang dapat
mendukung tumbuh kembang anak.
1.5 KERANGKA KONSEPSIONAL
Faktor yang mempengaruhi sikap dan tingkat pengetahuan :

Faktor Internal :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. ekonomi
Faktor Eksternal :
1. Lingkungan
2. Sosial Budaya

Tingkat pengetahuan tentang


makanan pendamping ASI meliputi:
1. Pengertian Makanan
Pendamping ASI
2. Kapan mulai Pemberian
Makanan pendamping ASI
3. Macam bentuk dan jenis
makanan pendamping ASI
4. Cara dan jadwal pemberian
makanan pendamping ASI.
Kerangka konsep
Variabel tunggal
Tingkat pengetahuan ibu ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI
-

Baik
Cukup
Kurang

Konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


Faktor Internal :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Ekonomi

Faktor Pemberian
MPASI yang benar
Faktor Eksternal :
1. Lingkungan
2. Sosial budaya

1.6 PERUMUSAN HIPOTESA


Berdasarkan tinjauan pustaka atau kerangka pemikiran di atas, maka penulis mencoba
untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, apakah hasil penelitian sama dengan
hipotesis tersebut. Pemberian MPASI yang benar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ekonomi
Lingkungan
Sosial budaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah
bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendamping ASI, ASIpun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan
pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI

melainkan hanya untuk

melengkapi ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan
diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Krisnatuti, 2008:14
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah
usia 6 bulan. Jika makanan pendamping ASI diberikan terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) akan

menurunkan konsumsi ASI dan bayi bisa mengalami gangguan pencernaan. Namun sebaliknya
jika makanan pendamping ASI diberikan terlambat akan mengakibatkan bayi kurang gizi, bila
terjadi dalam waktu panjang (Hendras, 2010). Standar makanan pendamping ASI harus
memperhatikan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan kelompok umur dan tekstur
makanan sesuai perkembangan usia bayi (Azrul, 2003).
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada
bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24
bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena
tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode
ini.
Secara umum ada dua jenis MP-ASI (Aminah, 2010) yaitu :
1)

MP ASI pabrik yaitu MP ASI hasil pengolahan pabrik yang biasanya sudah dikemas
/instan, sehingga ibu tinggal menyajikan atau mengolah sedikit untuk diberikan kepada
bayi.

2)

MP ASI lokal yaitu MP ASI buatan rumah tangga atau hasil olahan posyandu, dibuat dari
bahan-bahan yang sering ditemukan disekitar rumah sehingga harganya terjangkau.
Sering juga disebut MP ASI dapur ibu, karena bahan-bahan yang akan dibuat makanan
pendamping ASI di olah sendiri.

2.2 GANGGUAN PEMBERIAN MP-ASI TERLALU DINI


1)

Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan makanan yang
kurang bersih juga karena pembentukkan zat anti oleh usus bayi yang belum sempurna.

2)

Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus bayi yang
masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.

3)

Terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak. Bila makanan yang diberikan
kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) dan
dapat terjadi sugar baby atau obesitas bila makanan yang diberikan mengandung kalori
yang terlalu tinggi.

4)

Produksi ASI menurun, karena bayi yang sudah kenyang dengan MP-ASI tadi, maka
frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI.

5)

Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan, sehingga dapat menimbulkan
hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.

2.2.1

Risiko jangka pendek


a)

Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan menurunkan frekuensi dan
intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan risiko untuk terjadinya penurunan
produksi ASI.

b)

Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi
dari ASI sehingga menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.

c)

Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.

d)

Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa
sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh,
tetapi memberi nutrient lebih sedikit daripada ASI sehingga kebutuhan gigi/nutrisi anak
tidak terpenuhi.

e)

Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat.

f)

Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi anak

g)

Defluk atau kolik usus yaitu istilah yang digunakan bagi kerewelan atau tangisan yang
terus menerus bagi bayi yang dipercaya karena adanya kram di dalam usus.

2.2.2

Risiko jangka panjang


a)

Obesitas

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko utama dari pemberian makanan
yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi
kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat.
b) Hipertensi
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah ( 15 mg/100 ml). Namun, masukan
dari diet bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah dikenalkan. Konsekuensi
dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya
gangguan/hipertensi.
c) Arteriosklerosis

Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet yang mengandung tinggi energi
dan kaya akan kolesterol serta lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang
rendah dapat menyebabkan terjadinya arteriosklerosis dan penyakit jantung iskemik.
d) Alergi Makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan
alergi terhadap makanan. Manifestasi alergi secara klinis meliputi gangguan
gastrointestinal, dermatologis, gangguan pernapasan sampai terjadi syok anafilaktik (Cox,
2006).
Yang harus diperhatikan dalam menentukan makanan pendamping ASI sebagai berikut :
1)

Umur bayi

Metabolisme anak sebenarnya tidak sama dengan metabolisme orang dewasa, hanya
anak-anak lebih aktif perkembangannya, sehingga untuk itu diperlukan bahan ekstra.
Lebuh muda usia seorang anak maka lebih banyak zat makanan yang diperlukan untuk
tiap kilogram berat badannya (Azrul, 2003)

2)

Berat badan bayi

Berat badan yang lebih maupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan
supaya pertumbuhan berjalan sebaik-baiknya (Azrul, 2003).
3)

Suhu lingkungan

Suhu tubuh dipertahankan pada 36,50c 300c untuk metabolisme yang optimum. Dengan
adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan
sebagian panasnya yang harus diganti dengan hasil metabolisme (Azrul, 2003).
4)

Aktifitas

Tiap aktifitas memerlukan energi. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka makin
banyak energi yang dibutuhkan (Azrul, 2003).
5)

Keadaan sakit

Pada keadaan sakit, seperti adanya infeksi terhadap metabolisme yang berlebihan dari
pada asam amino dan lagi pula suhu tubuh meninggi, kedua-duanya memerlukan
makanan yang tidak boleh dilupakan (Azrul, 2003).
Tanda-tanda Bayi Sudah Siap Diberikan MP-ASI
1)

Mempunyai kontrol yang baik terhadap kepala dan leher.

2)

Sudah bisa duduk sendiri

3)

Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan.

4)

Lidah tetap di dalam saat sendok dimasukkan ke dalam mulutnya.

5)

Terbiasa pada tekstur dan makanan baru

6)

Menggapai makanan atau benda lain, meraih dan memasukkannya ke dalam


mulut.

7)

Memindahkan sendok dari satu tangan ke tangan yang lainnya

8)

Bila sudah kenyang, bisa menunjukkannya dengan cara memalingkan kepala atau
dengan menutup mulut rapat-rapat. (Almatseir, 2001)

2.3

Waktu Pemberian MP-ASI


Makanan pendamping ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup

energi dan nutrient dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai di berikan
pada usia 6 bulan. Pada usia ini otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk
memamah. Sebelum usia 4 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya karena
mereka belum bisa mengendalikan gerakan lidahnya dengan baik (WHO, 2003)
2.3.1 Alasan MP-ASI Diberikan Pada Usia 6 Bulan
1) ASI adalah salah satu makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi sampai
berumur 6 bulan
2) Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat menghindarkan dari
berbagai risiko penyakit
3) Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan
bayi untuk berkembang menjadi lebih matang
4) Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi agar sistem
yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat berkembang dengan baik

5) Menunda pemberian makanan padat mengurangi risiko alergi makanan


6) Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena
kekurangan zat besi
7) Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari risiko terjadinya
obesitas di masa datang
8) Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga kesedian ASI
9) Menunda pemberian makanan padat membantu jarak pada kelahiran bayi
10) Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi lebih mudah
(Dian, 2006).
Penundaan pemberian makanan padat sampai bayi berusia 6 bulan berlaku bagi bagi yang
mendapatkan ASI, ASI eksklusif dan juga susu formula.
ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia berusia
enam bulan. ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI
memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat
bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare,
sudden infant death syndrome/SIDS - sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan
penyakit infeksi lain yang biasa terjadi.
Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6
bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Organisasi Kesehatan Dunia WHO
mengatakan: ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan
makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi Evaluasi pada bukti-bukti
yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama
6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi.
Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang
tersedia didalam ASI pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi
makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih selama
bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI anda bisa
memenuhi kebutuhannya dengan baik.
2.4 Kapan Mulai Memberi Makanan Pendamping Asi?

Praktek memberikan pisang pada bayi-bayi muda (dianggap bayi tidak puas dengan
pemberian ASI) seringkali kita jumpai di Indonesia. Banyak pula yang berakhir tragis karena
pisang tersebut menyumbat saluran cernanya, yang istilah kedokterannya disebut phytobezoar
sehingga harus diatasi dengan tindakan bedah.
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya Makanan
Pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 4-6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran
WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Alasan pemberian MP ASI mulai 4-6
bulan, adalah :

Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4-6 bulan.

Hilangnya refleks menjulurkan lidah pada usia 4-6 bulan.

Kematangan mekanisme menelan.

Kemampuan bayi untuk duduk.

Pertumbuhan gigi geligi.

Kemampuan bayi untuk meniru pengasuhnya.

2.5 Waktu Memperkenalkan Makanan Pendamping Asi Setelah Bayi Berusia 6 Bulan
Pakar ASI dan pakar kesehatan menyatakan bahwa Anda harus menunggu sampai bayi
Anda berusia 6 bulan untuk memperkenalkan makanan padat, dengan kata lain, pemberian
makanan padat harus dimulai pada usia 6 bulan, bukan pada usia 4 bulan.
Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini, dan
sebagian besar organisasi kesehatan telah memperbaharui rekomendasi mereka dan mendukung
hasil riset tersebut. Sayangnya, banyak penyedia jasa kesehatan belum memperbaharui
rekomendasi mereka pada para orang tua, dan banyak sekali buku-buku yang masih ketinggalan
jaman, sehingga masih banyak yang merekomendasikan pengenalan makanan padat di usia 4
bulan.

Organisasi-organisasi di bawah ini merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif (tanpa


ada tambahan cereal, jus atau makanan lainnya) pada semua bayi selama 6 bulan pertama dalam
hidup mereka (bukan pada usia 4 6 bulan):
1.

World Health Organization Organisasi Kesehatan Dunia

2.

UNICEF Organisasi PBB yang mengurus masalah anak-anak

3.

US Department of Health & Human Services Departemen Kesehatan AS

4.

American Academy of Pediatrics Organisasi Dokter Anak di AS

5.

American Academy of Family Physicians Organisasi Dokter Keluarga di AS

6.

American Dietetic Association Asosiasi Diet AS

7.

Australian National Health and Medical Research Council Badan Kesehatan Nasional
Australia

8.

Royal Australian College of General Practitioners Organisasi Dokter Umum Australia

9.

Health Canada Organisasi Kesehatan Kanada

2.6 Mengenalkan Jenis Makanan Pendamping Asi


Mulailah dengan 1 jenis rasa setiap mengenalkan jenis makanan baru. Jangan
mencampurkan beberapa jenis makanan sebelum diketahui pasti bahwa bayi dapat mentoleransi
masing-masing jenis makanan tersebut.
Umumnya bayi cenderung menyukai rasa manis, sebab itu jika ingin memberikan
sayuran, mulailah dengan rasa yang manis misalnya wortel atau ubi manis. Jika bayi tidak
menyukai sayuran, sebaiknya tetap konsisten diberikan karena dalam beberapa kali pemberian,
bayi akan mulai menyukainya.
Mulailah dengan tekstur yang halus kemudian lebih kasar. Perpindahan refleks tergantung
pada ketrampilan bayi. Refleks muntah (gag reflex) terjadi jika bagian pertengahan lidah
dirangsang mundur ke bagian belakang lidah setelah usia 6 bulan, sehingga memungkinkan bayi
mengkonsumsi tekstur makanan yang lebih kasar.
2.7 Cara Memulai MPASI
Makanan diberikan pertama kali dengan menggunakan ibu jari sebagai sendoknya.
Perhatikan reaksi bayi, ada yang langsung membuka mulut, dan ada pula yang mengeluarkan
makanan yang diberikan. Hal ini berarti refleks menjulurkan lidahnya belum hilang atau bayi

belum beradaptasi dengan rasa baru. Cobalah berulang kali sampai bayi terampil mengkonsumsi
tekstur makanan baru tersebut.
Ketrampilan bayi untuk menelan makanan, sangat ditunjang dengan memberikan
rangsangan yang tepat untuk saraf pengecapan. Jika mengenalkan makanan yang manis,
sebaiknya diletakkan di ujung lidah, sedangkan untuk sayur mayur di bagian tengah lidah.
2.8 Jumlah porsi Makanan Pendamping Asi yang Diberikan
Coba terlebih dulu sesendok teh MPASI, untuk mengetahui reaksi bayi. Jika tampaknya menyukai
makanan tersebut, boleh ditambahkan lagi bertahap sampai jumlah yang dianjurkan untuk usianya ( 2-3
sendok makan).
Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru.
Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia menyukai pisang tetapi esok hari lebih menyukai
apel.
Jangan memaksa bayi untuk makan, karena menyebabkan waktu makan akan menjadi pengalaman yang
tidak menyenangkan untuknya.
Tanda-tanda bayi tidak ingin makan lagi, bayi menutup mulutnya dan menghindari sendok yang
diberikan.

2.9 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping Asi


Jadwal makan bayi sebaiknya disesuaikan dengan jadwal makan keluarga yaitu, 3x makanan
pokok (sarapan pagi, makan siang, makan malam), 2x makanan selingan (jam 10.00 dan 16.00),
serta 3x ASI (saat bagun pagi, sebelum tidur siang dan malam).
Pengenalan MP ASI tentu saja ada resikonya, antara lain intoleransi atau alergi terhadap jenis
makanan baru.
Gejalanya dapat berupa, rasa tidak nyaman di perut yang membuat bayi rewel. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, sebaiknya mencoba jenis makanan baru dilakukan pada pagi hari.
2.10 Kiat Pemberian Makan
Makanan bayi dan anak haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur. Kebutuhan energi bayi dan
anak relatif lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena pertumbuhannya yang pesat.
Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama 80-120 kkal/kg berat badan.

Setiap 3 tahun, pertambahan umur kebutuhan energi turun 10 kkal/kg berat badan (Barnes &
Curran, 1996). Selain air, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral).
Penyajian disesuaikan dengan pola menu seimbang
Pola makanan orang Indonesia umumnya memasok 60-70% energi total dari karbohidrat, 1520% dari lemak, selebihnya 10-25% dari protein. Secara umum makanan dikelompokkan
menjadi :
-

Kelompok susu yang mengandung protein dengan nilai biologis tinggi, kalsium, fosfor,

riboflavin, vitamin A dan D (jika difortifikasi).


Kelompok daging dan telur yang mengandung protein bernilai biologis tinggi, zat besi,

vitamin B dan A (dari hati dan telur).


Kelompok sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, provitamin A dari

sayur dan buah yang berwarna hijau dan kuning, trace element, serat.
Kelompok serealia (sumber karbohidrat) mengandung protein nabati, mineral, serat dan
vitamin B.

Menu seimbang harus mencakup keempat kelompok makanan tersebut, tentu saja disesuaikan
dengan bahan makanan, kebiasaan makan, dan selera makan. Bentuk & porsi makan disesuaikan
dengan daya terima, toleransi dan kemampuan makan bayi/anak
Biasanya anak sudah dapat mengkonsumsi makanan padat, jika refleks menjulurkan lidahnya
sudah hilang, sudah dapat menegakkan kepalanya, dan enzim pencernaannyapun sudah cukup
matang untuk dapat mengkonsumsi makanan padat. Anak sudah dapat mengkonsumsi makanan
berserat, jika ketrampilan mengunyah dan menelannya sudah berkembang. Demikian pula
jumlah makanan harus ditingkatkan porsinya secara bertahap sesuai dengan isi lambung bayi
atau anak.
2.11 PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN
BENAR
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan kemampuan bayi/anak
menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap :
a. Makanan bayi umur 0 6 bulan
c. Makanan bayi umur 6 9 bulan
d. Makanan anak umur 9 12 bulan

e. Makanan anak umur 12 24 bulan


Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak perlu
penanganan secara khusus.

1.

Makanan Bayi Umur 0 6 Bulan


Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif ) Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi

ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.
Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang
antara ibu dan anak.
2.

Berikan kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan

berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.
3.

Berikan ASI dari kedua payudara Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian

pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 10 kali setiap hari.


INGAT !
Berikan kolostrum
Berikan ASI Eklusif

Makanan Bayi Umur 6 bulan awal

1.

Pemberian ASI diteruskan, diberikan dari kedua payudara secara bergantian

2.

Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah

memiliki reflek mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit
yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali
salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan
jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian
baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya.
3.

Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan

seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan sendok, jangan sekali-kali
menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan dot berisiko selain dapat pula menyebabkan
bayi/anak mencret itu dapat mengakibatkan infeksi telinga.
4.

Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak baduta sambil tiduran dapat

menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk keruang tengah.

5.

Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima,

ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi
terbiasa dengan rasa makanan tersebut.
Teruskan pemberian ASI
Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI
Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari
2.15 Makanan Bayi Umur 6 9 Bulan
1.

Pemberian ASI diteruskan

2.

Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu, bayi mulai

diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari. (cara membuat terlampir).


3.

Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit

dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat
menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi
penyerapan vit A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
4.

Setiap kali makan, berikanlah MP-ASI bayi dengan takaran paling sedikit sbb :

Pada umur 6 bulan beri 6 sendok makan

Pada umur 7 bulan beri 7 sendok makan

Pada umur 8 bulan beri 8 sendok makan

Pada umur 9 bulan beri 9 sendok makan

Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya

1.

Makanan Bayi Umur 9 - 12 Bulan


Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap.

Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi
harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
2.

Berikan makanan selingan 2 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi

tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar
kebersihannya terjamin.
3.

Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam

makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti (terlampir). Pengenalan

berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang
sehat dikemudian hari.
INGAT !
Teruskan pemberian ASI
Berikan makanan lunak 3 kali sehari dengan takaran yang cukup
Berikan makanan selingan 2 kali sehari
Perkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan
2.17 Makanan Anak Umur 12 24 Bulan
1.

Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang, tetapi

merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.


2.

Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi

separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan
2 kali sehari.
3.

Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan Makanan. Misalnya

nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang
ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan:
bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.
4.

Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi

pemberian ASI sedikit demi sedikit.


INGAT !
Teruskan pemberian ASI
Berikan makanan keluarga 3 kali sehari
Berikan makanan selingan 2 kali sehari
Gunakan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya.
Memperhatikan kebersihan individu dan lingkungan
Kebiasaan memberi makan anak sambil berjalan di luar rumah dan kebiasaan mengudap tentu
saja tidak dianjurkan karena alasan kebersihan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
faktor-faktor penelitian terhadap suatu keadaan yang diteliti, dalam hal ini adalah mengetahui
gambaran

Tingkat pengetahuan ibu Terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI yang

mendukung Tumbuh Kembang Anak di Daerah Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cidahu
3.2 POPULASI PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai anak
usia 6-24 bulan.

3.3. SAMPEL PENGUMPULAN DATA


Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan di
posyandu desa jatimulya dan cihideung hilir. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang.
3.4.
JENIS DAN SUMBER DATA
3.4.1. JENIS DATA
Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau
rekaman video.
3.4.2. Sumber data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu ibu yang memiliki
bayi usia 6-24 bulan di daerah jatimulya dan cihideung hilir. Total populasi semuanya
berjumlah 386 orang. Dengan rincian sebagai berikut :
Desa
Jatimulya
Cihideung Hilir
Total

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

60
153
213

48
125
173

Dari data populasi tersebut diambil sample dengan rumus Slovin :


N=
N
1+ N (e)2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan,penulis mengambil 10%
dari hasil perhitungan diatas penulis mengambil sample sebanyak 80 orang ibuyang memiliki
balita usia 6 24 bulan.
3.5. PENENTUAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana yang
dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner, perangkat tes, pedoman
wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya.
3.6. PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan adalah kuesioner. Responden diberikan 20 pertanyaan pilihan
ganda dan 1 pertanyaan essai, masing-masing terdiri dari : 5 pertanyaan tentang pemberian ASI
ekslusif, 10 pertanyaan tentang pengetahuan terkait MPASI, 5 pertanyaan terkait pengaruh
lingkungan terhadap pemberian MPASI, dan 1 pertanyaan essai tentang mitos tradisi daerah
setempat terhadap MPASI.
Kuesioner diberikan sebelum penyuluhan. Tahapan terdiri dari :
Tahap 1 : Pengukuran tingkat pengetahuan ibu tentang cara dan bagaimana pemberian
MPASI yang baik.
Tahap 2 : Pemberian intervensi dengan memberikan penyuluhan tentang MPASI
3.7. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari
hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut
dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
3.8. METODE DOKUMENTASI
Tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan
-

3.9.

Tanggal
Pukul
Tempat
Tanggal

: 23 Januari 2016
: 09.30 selesai
: Posyandu Jatimulya
: 28 Januari 2016

Pukul

: 09.00 - selesai

Tempat

: Balai Desa Cihideung Hilir

DEFINISI OPERASIONAL
Pemberian MPASI yang benar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1

Umur

2
3
4
5
6

Pendidikan
Pekerjaan
ekonomi
Lingkungan
Sosial budaya

Tabel 3.1 Definisi operasional


No
Variabel
1. Umur

Variabel Bebas
Definisi
Metode
Umur responden saat ini
Kuesioner
ketika memiliki anak >6

Skoring
< 25 tahun
>25 tahun

SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Dll
Bekerja
Tidak bekerja

Tinggi = > Rp.

2500.000
Sedang = Rp.

bulan
2.

Pendidikan

Pendidikan terakhir

Kuesioner

responden

3.

Pekerjaan

Kegiatan yang dilakukan

Kuesioner

responden untuk
mendapatkan penghasilan.
4.

Ekonomi

Tingkat kemampuan

Kuesioner

responden untuk mencukupi


kebutuhan hidup.

1000.000 Rp.

5.

Lingkungan

Pengaruh dan peranan


lingkungan sekitar, yang
mempengaruhi pemberian
MPASI pada bayi

Kuesioner

2500.000
Rendah = < Rp.

1000.000
Berpengaruh
Tidak ada
pengaruh

6.

Sosial

Kebiasaan atau tradisi yang

Budaya

ada di daerah tersebut yang

Kuesioner

Ada
Tidak ada

Kuesioner

Baik : Skor >8


Cukup : Skor 6-8
Kurang : Skor <5

berkaitan terhadap
pemberian MPASI yang
baik. Seperti mitos- mitos
7.

Pengetahuan

yang beredar di masyrakat


Sejauh mana tingkat
pengetahuan ibu terkait
pemberian MPASI yang
baik meliputi kapan,apa saja
dan bagaimana cara
pemberiannya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Komunitas Umum
Nama Puskesmas

: Puskesmas Cidahu

Kabupaten

: Kuningan

Dengan/tanpa perawatan : Dengan perawatan


Nama Kepala Puskesmas : drg. Fahmi Nurdin
4.1.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Cidahu
UPTD Puskesmas DTP Cidahu merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten
Kuningan. Tepatnya berada di Wilayah Desa Cidahu Kecamatan Cidahu, letaknya berada di
sebelah Timur Kabupaten Kuningan. Kondisi jalan hampir 100% baik dan beraspal, dapat dilalui
oleh kendaraan roda 2 maupun roda 4. Keadaan wilayah 75% perbukitan dengan keadaan tanah
sekitar 75% pasir dan batu. Wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Cidahu merupakan Puskesmas
Daerah Tempat Perawatan, yang beroperasi melayani kesehatan selama 24 jam.
Peta Wilayah :
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Cidahu

a. Luas wilayah :
Tabel 4.1. Luas Wilayah
No

Desa

sawah

kebun/
Tegalan

Pekarangan

Ladang/
Huma

Pengang
onan

Hutan
Rakyat

Hutan
Negara

Perke
bunan

Kolam

Lain
-Lain

Jumlah

Cihideunggirang

46

39.881

19.904

3.1

12

1.2

5.782

132.867

Cihideung hilir

22

69.74

131.338

5.2

10

6.598

251.876

Nanggela

56

28.11

89.29

7.2

7.853

257.453

Cidahu

41

24.596

29.812

2.45

22

0.5

2.187

168.307

Kertawinangun

25

17.44

4.192

14.05

36.4

0.5

4.97

131.522

Datar

54

21.5

65.69

5.05

30

21.089

262.275

Bunder

30

7.261

187.639

1.5

6.25

2.24

275.626

Cieurih

104

37.908

271.931

21

32.1

64

23.876

664.418

Cibulan

108

38.47

46.329

20

8.6

15000

75

18.6

579.997

10.627

371.37

101

45.308

101

2.75

18.55

84.13
5

Cikeusik

29

16.831

81.145

24

11

168.976

Jatimulya

40

24.5

32.548

48.75

313.185

5.15

478.133

656

371.545

1405.79

63

50.3

156.25

463.185

400.4

5.2

173.15

3764.82

10

Legok

11
12

Jumlah Kec. Cidahu

Sumber data: UPT BP3K Cidahu 2014

b. Batas-Batas
1. Sebelah utara

: Kab. Cirebon

2. Sebelah Timur : Kab. Cirebon


3. Sebelah Barat

: Kec.Kalimanggis

4. Sebelah Selatan : Kecamatan Luragung

c. Jumlah Desa dan Wilayah Administrasi


Jumlah Desa pada wilayah kerja Puskesmas Cidahu berjumlah 12 desa yang terdiri dari:
- Desa Cihidenggirang

- Desa Datar

- Desa Cihideunghilir

- Desa Bunder

- Desa Nanggela

- Desa Cieurih

- Desa Cidahu

- Desa Cibulan

- Desa Kertawinangun

- Desa Legok

- Desa Cikeusik

- Desa Jatimulya

4.1.2 Data Demografi dan Kependudukan Wilayah Kerja Puskesmas Cidahu


1) Komposisi dan Jumlah Penduduk
Kecamatan

Cidahu pada tahun 2015 mempunyai Jumlah penduduk sebanyak 44.179

orang, terdiri dari 22.832 laki-laki dan 21.347 orang perempuan, dengan jumlah KK
sebanyak 12.472 KK. kepadatan penduduk di kecamatan Cidahu 11,74 jiwa/Km2. Jumlah
KELOMPOK
Penduduk menurut
golongan umur dan jenisJUMLAH
kelamin PENDUDUK
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No

UMUR

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

LAKI-LAKI +

1.

(TAHUN)
04

1973

1835

PEREMPUAN
3808

2.

59

2050

1897

3947

3.

10 14

2355

2037

4392

4.

15 19

2176

1961

4137

5.

20 24

1970

1719

3689

UPTD

6.

25 29

2008

1940

3948

Puskesmas

DTP

7.

30 34

1806

1788

3594

Cidahu

Tahun

8.

35 39

1689

1825

3514

2015

9.

40 44

1514

1499

3013

10.

45 49

1319

1412

2731

11.

50 54

1265

1234

2499

12.

55 59

1193

1096

2289

13.

60 64

955

835

1790

14.

65 69

848

684

1532

15.

70 74

618

579

1197

16.

75 +
JUMLAH

369
24108

436
22777

805
46885

Tabel
Menurut
Umur
Kelamin

4.2. Jumlah
Penduduk
Kelompok
dan Jenis

4.2. Hasil Penelitian


a. Distribusi Frekuensi Usia
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Usia Ibu

Responden
Jumla
Usia
< 25 Tahun
>25 Tahun
Total

h
23
57
80

Presentase (%)
71,25
28,75
100

60
50
40
30
20
10
0
> 25 tahun

< 25 tahun

Diagram 4.1
Distribusi Statistik responden Berdasarkan Usia
Dari data yang didapat berdasarkan usia yang menjadi responden dan telah mengisi
kuesioner, diketahui responden yang berusia lebih dari 25 tahun sebanyak 57 orang atau 28,75%,
sedangkan responden yang berusia kurang dari 25 tahun sebanyak 23 orang atau 71,25%

b. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir


Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu

Responden
Pendidikan

Jumla

Terakhir
SD
SMP
SMA

h
34
22
19

Presentase (%)
42,5
27,5
23,75

SARJANA
Total

5
80

6,25
100

40
35
30
25
20
15
10
5
0
SD

SMP

SMA

SARJANA

Diagram 4.2
Distribusi statistic responden berdasarkan pendidikan terakhir
Dari data yang di dapat berdasarkan tingkat pendidikan responden yang mengisi
kuesioner menunjukan paling banyak pendidikan terakhirnya adalah SD sebanyak 34 orang atau
42,5%, sebagian lainnya lulusan SMP sebanyak 22 orang atau 27,5%, lulusan SMA 19 orang atau
23,75% dan lulusan sarjana hanya 5 orang atau 6,25%.
c. Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu


Responden
Jumla
Pekerjaan
Ibu Rumah

Presentase (%)

Tangga
Bekerja /

73

91,25

Wiraswasta
Total

7
80

8,75
100

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ibu Rumah Tangga

Bekerja / Wiraswasta

Diagram 4.3
Distribusi statistic responden berdasarkan pekerjaan
Dari data yang di dapat berdasarkan pekerjaan responden yang mengisi kuesioner
menunjukan paling banyak adalah Ibu rumah tangga sebanyak 73 orang atau 91,25%, dan yang
bekerja/wiraswasta adalah sebanyak 7 orang atau 8,75%.

d. Distribusi Penghasilan / Ekonomi keluarga


Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penghasilan/ Ekonomi keluarga
Responden
Jumla
Penghasilan
<Rp.1000.000
Rp.1000.000

h
57

Presentase (%)
71,25

Rp.2500.000
>Rp.2500.000
Total

17
6
50

21,25
7,5
100

60
50
40
30
20
10
0

Diagram 4.4
Distribusi statistic responden berdasarkan Penghasilan / Ekonomi keluarga
Dari data yang di dapat berdasarkan penghasilan/ekonomi keluarga yang mengisi
kuesioner menunjukan paling banyak adalah <Rp.1000.000 sebanyak 57 orang atau 71,25%,
sedangkan yang 1juta- 2,5 juta sebanyak 17 orang atau 21,25%, dan paling sedikit >Rp 2,5juta
sebanyak 6 orang atau 7,5%

e. Distribusi Pengaruh Lingkungan terhadap pemberian MPASI


Tabel 4.7 Distribusi pengaruh lingkungan terhadap pemberian MPASI
Responden
Jumla
Pengaruh
Ada
Tidak ada
Total

h
63
17
80

Presentase (%)
78,75
21,25
100

70
60
50
40
30
20
10
0
Ada pengaruh

Tidak ada pengaruh

Diagram 4.5
Distribusi statistic responden berdasarkan pengaruh Lingkungan terhadap pemberian
MPASI
Dari data yang di dapat berdasarkan pengaruh lingkungan, yang mengisi kuesioner
menunjukan paling banyak adalah adanya pengaruh lingkungan sebanyak 63 orang atau
78,75%,sedangkan yang tidak ada pengaruh lingkungan terhadap pemberian MPASI yang baik
adalah sebanyak 17 orang atau 21,25%.
f. Distribusi Pengaruh sosial budaya ( mitos,dll) terkait pemberian MPASI
Tabel 4.8 Distribusi pengaruh sosial budaya terhadap pemberian MPASI
Responden
Jumla
Pengaruh
Ada
Tidak ada
Total

h
18
62
80

Presentase (%)
22,5
77,5
100

70
60
50
40
30
20
10
0
Ada pengaruh

Tidak ada pengaruh

Diagram 4.6
Distribusi statistic responden berdasarkan pengaruh sosial budaya terhadap pemberian
MPASI
Dari data yang di dapat berdasarkan pengaruh sosial budaya, yang mengisi kuesioner
menunjukan paling banyak adalah tidak adanya pengaruh sosial budaya terhadap pemberian
MPASI sebanyak 62 orang atau 77,5%, sedangkan ada pengaruh sosial budaya sebanyak 18
orang atau 22,5%.
g. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang pemberian MPASI yang baik.
Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang pemberian MPASI yang baik.

Responden
Jumla
Pengetahuan
Baik

Presentase (%)

(Skor >8)
Cukup

29

36,25

(Skor 6-8)
Kurang

36

45

(skor <5)
Total

15
80

18,75
100

40
35
30
25
20
15
10
5
0
Baik

Cukup

Kurang

Diagram 4.7
Distribusi statistic responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang pemberian
MPASI yang baik.
Dari data yang di dapat berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang pemberian MPASI
yang baik, yang mengisi kuesioner menunjukan paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup
sebanyak 36 orang atau 45%, sedangkan sisanya berpengetahuan baik sebanyak 29 orang atau
36,25% dan berpengetahuan kurang sebanyak 15 orang atau 18,75%.

h. Adapun kumpulan beberapa mitos yang beredar di masyarakat sekitar, dan penulis

dapatkan dari hasil wawancara dan kuesioner adalah sebagai berikut :


Bayi setelah beberapa hari dianjukan segera diberi pisang atau pepaya, supaya tidak

kelaparan.
Bayi tidak boleh makan telur, supaya tidak bisulan
Setelah 3 bulan bayi harus sudah diberi makan.
Bayi tidak boleh makan ikan, supaya tidak alergi

BAB V
DISKUSI

Tujuan utama dari penilitian ini adalah meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang memiliki
balita terkait pemberian makanan pendamping ASI yang mendukung tumbuh kembang bayi di
wilayah kerja puskesmas kecamatan cidahu.
Hasil kuesioner menunjukan paling banyak tingkat pengetahuan ibu berdasarkan skoring
adalah cukup tentang pemberian MPASI terhadap bayi yang menunjang tumbuh kembang bayi.
Berdasarkan teori pengetahuan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi faktor
ekternal dan faktor internal ibu. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1
2
3
4
5
6

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
ekonomi
Lingkungan
Sosial budaya

Dalam Pembahasan ini peneliti akan menguraikan beberapa hal yang menjadi variable
yang mempengaruhi, Pembahasannya adalah sebagai berikut :
1. Umur
Berdasarkan tabel 4.3 dapat kita ketahui bahwa responden berusia >25 tahun adalah sebanyak 57
orang atau 71,25%. Dan <25 tahun adalah sebanyak 23 orang atau 28,75%.
Usia sangat berpengaruh terhadap kepedulian dan kesigapan ibu dalam membuat dan
menyiapkan MPASI untuk anaknya. Karena jika usia terlalu muda biasanya ibu masih belum siap
dan berpengalaman cukup untuk menyiapkan variasi bahan makanan untuk bayi.

2. Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.4 dapat kita ketahui bahwa responden yang paling banyak pendidikan
terakhirnya adalah SD sebanyak 34 orang atau 42,5%, sebagian lainnya lulusan SMP sebanyak

22 orang atau 27,5%, lulusan SMA 19 orang atau 23,75% dan lulusan sarjana hanya 5 orang atau
6,25%.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu akan
pemberian MPASI yang baik yang menunjang tumbuh kembang anak.

3. Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.5 dapat kita ketahui bahwa responden paling banyak adalah Ibu
rumah tangga sebanyak 73 orang atau 91,25 %, dan yang bekerja/wiraswasta adalah sebanyak 7
orang atau 8,75%.
Ibu yang bekerja diluar atau karyawan sangat memiliki waktu yang terbatas untuk
memberikan dan memperhatikan pemberian MPASI yang baik dan menunjang tumbuh kembang
anaknya. Sehingga terkadang kurang memperhatikan pemberian MPASI yang baik.
4. Ekonomi
Berdasarkan

tabel

4.6

dapat

kita

ketahui

bahwa

responden

paling

banyak

penghasilan/ekonomi keluarga yang mengisi kuesioner menunjukan paling banyak adalah


<Rp.1000.000 sebanyak 57 orang atau 71,25%, sedangkan yang 1juta- 2,5 juta sebanyak 17
orang atau 21,25%, dan paling sedikit >Rp 2,5juta sebanyak 6 orang atau 7,5%.
Tingkat ekonomi atau penghasilan keluarga sangat berpengaruh dan menunjang Ibu untuk
menyajikan variasi menu MPASI yang baik dan sehat untuk menunjang tumbuh kembang anak.
Sehingga jika tingkat ekonomi lemah, seringkali kesulitan untuk menyiapkan macam variasi
MPASI yang baik yang dapat menunjang tumbuh kembang anak.
5. Lingkungan

Berdasarkan tabel 4.6 dapat kita ketahui bahwa pemberian MPASI berdasarkan pengaruh
lingkungan, yang mengisi kuesioner menunjukan paling banyak adalah adanya pengaruh
lingkungan sebanyak 63 orang atau 78,75%,sedangkan yang tidak ada pengaruh lingkungan
terhadap pemberian MPASI yang baik adalah sebanyak 17 orang atau 21,25%.
Lingkungan yang meliputi keluarga, tetangga atau orang terdekat mempengaruhi sikap
dan cara pemberian MPASI yang baik untuk anak. Adanya dukungan atau hambatan dari orang
sekitar mempengaruhi gambaran sikap dan pengetahuan Ibu terhadap pemberian MPASI. Karena
Lingkungan sekitar tempat tinggal dapat saja memberikan pengaruh positif atau negative
terhadap responden.
6. Sosial Budaya
Dari data yang di dapat berdasarkan pengaruh sosial budaya, yang mengisi kuesioner
menunjukan paling banyak adalah tidak adanya pengaruh sosial budaya terhadap pemberian
MPASI sebanyak 62 orang atau 77,5%, sedangkan ada pengaruh sosial budaya sebanyak 18
orang atau 22,5%.
Adanya mitos berupa pantangan atau larangan, untuk menu pemberian MPASI
mempengaruhi sikap dan gambaran pengetahuan ibu tentang MPASI. Banyaknya mitos yang
beredar di masyarakat sekitar. Agar pemberian MPASI segera setelah 3bulan,Menimbulkan
banyaknya kasus pemberian MPASI terlalu dini. Juga banyak larangan tidak boleh memberikan
jenis makanan tertentu menyebabkan kurangnya asupan gizi kepada anak.

7. Pengetahuan
Dari data yang di dapat berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang pemberian MPASI
yang baik, yang mengisi kuesioner menunjukan paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup

sebanyak 36 orang atau 45%, sedangkan sisanya berpengetahuan baik sebanyak 29 orang atau
36,25% dan berpengetahuan kurang sebanyak 15 orang atau 18,75%.
Tingkat pengetahuan Ibu-ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan di Kecamatan cidahu,
khususnya dari sampel yang diambil yaitu desa Jatimulya dan CihideungHilir sudah memiliki
pengetahuan yang cukup memadai seputar pemberian MPASI yang baik meliputi kapan pertama
kali mulai, porsi MPASI, cara pemberian dan menu atau jenis makanan yang menunjang tumbuh
kembang bayi. Para ibu yang mengetahui tentang pentingnya dan manfaat dari kandungankandungan gizi MPASI untuk bayi pasti akan berusaha untuk memberikan MPASI yang baik
pada bayinya, sehingga kebutuhan gizi bayi dapat terpenuhi dengan baik.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan dari sampel tersebut paling banyak
hasilnya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ekonomi
Lingkungan
Sosial budaya

: >25 tahun
: Pendidikan Terakhir SD
: Ibu rumah tangga
: < Rp. 1000.000
: Adanya pengaruh Lingkungan terhadap pemberian MPASI
: Tidak ada pengaruh sosial budaya terhadap pemberian MPASI

Dan dari semua jawaban responden, hasil skore nya terkait pengetahuan adalah : CUKUP
6.2 Saran
a. Petugas kesehatan Puskesmas Cidahu lebih meningkatkan intervensi untuk para ibu
yang memiliki bayi usia MPASI, tidak hanya di lingkungan puskesmas namun dapat
turun langsung mengadakan intervensi kepada masyarakat dan para ibu khususnya
dilingkungan posyandu.
b. Bidan desa dianjurkan untuk melakukan intervensi atau pembekalan kepada kaderkader posyandu yang dibawahinya di desa setempat. Terkait bagaimana cara
pemberian MPASI yang baik yang dapat menunjang tumbuh kembang bayi. Agar
kader dapat menyalurkan dan mengaplikasikan langsung kepada masyarakat
sekitarnya.
c. Dengan adanya intervensi yang baik dari tenanga kesehatan, diharapkan dapat
menekan kasus gizi kurang dan gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas
kecamatan cidahu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Profil Puskesmas Cidahu. 2015. Kabupaten Kuningan : Puskesmas Cidahu
2. Ariani.
(2008).
Makanan
Pendamping
ASI
http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27makanan-pendampng
asi/,diakses 7 juli 2008.

(MP-ASI),
-asi-mp-

3. Bahri, Rita M. (2010). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian
MPASI Di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22923
4. Chintia.
(2008).
Cerdas
Memberi
Makanan

Pendamping

Bayi.

http://818.blogspot.com/2008/06/cerdas-dalam-memberi-pola-makanan-html, diakses 7
5.
6.
7.
8.
9.

juli 2008.
Depkes RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Depkes RI. (2014). Pemberian Makanan Pendampng ASI lokal. Jakarta.
Diah. (2014). Menyiapkan Makanan Pendampng ASI. Jakarta : Puspa Swara, Cetakan I.
Didah R. (2010). Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC
Indriyawati, I. (2014). Faktor Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Pemberian
Makanan

Pendamping

ASI

(MP-ASI)

Dini

Pada

Bayi

Usia

http://eprints.undip.ac.id/24933/, diakses 8 November 2014.


10. Kamus Kedokteran Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Lampiran :
KUESIONER
BerikutIbu
adalah model kuesioner dari penelitian Tingat Pengetahuan Ibu Terhadap
Identitas
Nama Makanan
: Pendamping ASI yang mendukung Tumbuh Kembang Anak di Daerah
pemberian
Alamat
:
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cidahu. Responden yang diambil adalah populasi dari ibu
Usia
:
yangPekerjaan
mempunyai bayi
: usia > 6 bulan.
Identitas
Bayi
Bagian
I
1. Nama

2. Tempat/ Tanggal Lahir :


3. Usia

Tingkat Pendidikan Terakhir

SD
SMP
SMA

Diploma
Sarjana
Dll

Jumlah Anak

1
2

3
> 3

Penghasilan per bulan

< Rp. 1.000.000


> Rp. 2.500.000
Rp. 1.000.000 Rp. 2.500.000

Bagian II
Pertanyaan pada bagian II berkaitan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi faktor
pemberian MPASI pada penelitian, sebelumnya ditanyakan terlebih dahulu terkait pemberian ASI
EKSLUSIF pada bayi :
1. ASI eksklusif adalah .. ...
a. ASI yang diberikan umur 0 1 Tahun
b. ASI yang diberikan umur 0 2 Tahun
c. ASI yang diberikan umur 0 6 Bulan
d. ASI yang diberikan umur 0 4 Bulan
2. Apakah ibu menyusui bayi ibu ?
a. Ya
b. Jika tidak, Alasannya ........
3. Mulai kapan ibu memberikan makanan tambahan selain ASI pada bayi?
a. 4 bulan
b. 6 bulan
c. 8 bulan

d. 1 tahun
4. Apakah ibu memberikan susu formula pada bayi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Pada usia berapakah ibu pertama memberikan susu formula pada bayi ?
a. 4 bulan
b. 6 bulan
c. 8 bulan
d. 1 tahun

PENGETAHUAN
1. Kepanjangan MPASI adalah ....
a. Makanan pendamping ASI
b. Makanan Pengiring ASI
c. Makanan pendorong ASI
d. Makanan penyerta ASI
2. Kapankah sebaiknya Ibu mulai memberikan Makanan Selain ASI kepada bayi ....
a. 3 bulan
b. 4 bulan
c. 6 bulan
d. 1 tahun
3. Berikut ini efek pemberian MPASI terlalu dini, kecuali....
a. Bayi sering Diare
b. Bayi jadi mudah terkena alergi
c. Terjadi Malnutrisi / gangguan perkembangan dan pertumbuhan bayi
d. Bayi menjadi sehat dan gemuk
4. Berapa banyak porsi untuk memulai MPASI yang diberikan pertama kali ....
a. 1 sendok teh MPASI kemudian naikan bertahap 2-3 sendok makan
b. 3-4 Sendok teh pertama kemudian lanjutkan sampai bayi kenyang
c. 2-3 sendok pertama pemberian lanjutkan sampai bayi kenyang
d. Semua jawaban diatas salah
5. Kapankah sebaiknya jadwal pemberian MPASI ...
a. 3x makan utama 2x makan selingan
b. 4x makan sehari 1x selingan
c. 3x makan sehari
d. Semua jawaban diatas salah
6. Resiko pengenalan MPASI antara lain adalah ...
a. Diare / Mencret
b. Alergi
c. Susah BAB
d. Semua jawaban diatas benar
7. Berikut ini jenis bahan makanan yang boleh diberikan pada bayi, kecuali....

a. Daging
b. Ikan
c. Buah
d. Gula & Garam
8. Bolehkah menambahkan sedikit bumbu penyedap makanan pada MPASI bayi...
a. Ya
b. Tidak
9. Berikut bentuk makanan yang boleh diberikan pada awal pemberian MPASI adalah...
a. Bubur saring
b. Nasi tim
c. Makanan cincang / parutan
d. Semua jawaban benar
10. Kapankah anak boleh diberikan menu makanan yang sama dengan anggota keluarga
lain ...
a. 6 bulan
b. 8 bulan
c. 9 bulan
d. > 1 tahun
LINGKUNGAN
1. Siapakah yang paling berperan memotivasi ibu untuk memberikan MPASI pertama pada
bayi?
a. Suami
b. Orang tua ( Ibu atau Bapak )
c. Tetangga
d. Teman,dll
2. Apakah suami mendukung penuh kepada ibu untuk memberikan MPASI ?
a. Ya
b. Tidak
3. Adakah keluarga terdekat ibu yang selalu memberikan masukan atau saran tentang cara
membuat menu untuk memberikan MPASI ?
a. Ya
b. Tidak
4. Ibu memahami pentingnya MPASI pada bayi dari .....
a. Puskesmas
b. Penyuluhan Kesehatan
c. TV atau majalah
d. Tidak ada yang memberitahu
5. Bagaimana cara ibu mencari informasi tentang MPASI yang baik..?
a. Bertanya ke puskesmas
b. Dari TV dan media massa
c. Browsing dari internet
d. Pemahaman sendiri saja

SOSIAL BUDAYA
Adakah mitos tentang pantrangan / larangan di daerah setempat yang ibu ketahui, terkait
pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi. Jika ada tuliskan dengan jelas !
Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai