Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN

PELAYANAN LABORATORIUM
PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA
Disahkan oleh
Kepala Puskesmas Kecamatan Jagakarsa

drg. Dewi Isnawati Q. I


NIP. 196703141992032003

PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA


JL BATU NO 1 RT 13/09 KEL.SRENGSENG SAWAH
KEC. JAGAKARSA
2016

DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................... .........
Bab I. Pendahuluan.......................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Pengertian...........................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................
D. Sasaran..................................................................................................................
E. Kebijakan..............................................................................................................
Bab II. Standar Ketenagaan.............................................................................................
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.......................................................................
B. Distribusi Ketenagaan...........................................................................................
C. Jadwal Kegiatan....................................................................................................
Bab III. Standar Fasilitas..................................................................................................
A. Ruangan.................................................................................................................
B. Fasilitas Penunjang.................................................................................................
C. Perlengkapan dan Peralatan....................................................................................
Bab IV. Tatalaksana Pelayanan..........................................................................................
A. Alur Pelayanan........................................................................................................
B. Pemeriksaan Hematologi........................................................................................
C. Pemeriksaan Urine.................................................................................................
D. Pemeriksaan Feses..................................................................................................
E. Pemeriksaan Bakteriologi.......................................................................................
F. Pemeriksaan Toksikologi.......................................................................................
Bab V. Keselamatan pasien...............................................................................................
A. Sampling Pasien ......................................................................................................
B. Penulisan Identitas...................................................................................................
C. Rekomendasi Hasil.................................................................................................
Bab VI. Keselamatan Kerja................................................................................................
A. Identifikasi Ancaman Bahaya.................................................................................
B. Penerapan K3 Dalam Pelaksanaan Laboratorium...................................................
C. Pengelolaan Limbah...............................................................................................
Bab VII. Pengendalian Mutu..............................................................................................
A. Indikator Keberhasilan Pelayanan..........................................................................
B. Pengendalian Mutu Internal....................................................................................
C. Pengendalian Mutu Eksternal.................................................................................
Bab VIII. Penutup..............................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................................

2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
8
8
8
14
16
18
19
20
20
22
22
23
23
25
26
28
28
28
31
32
33

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
serta memenuhi kebutuhan dalam pemeriksaan yang lengkap maka diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium yang bermutu dan dapat dipercaya.
B. Pengertian
Pelayanan laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan
kesehatan, khususnya bagi kepentingan preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.
Pelayanan laboratoriumsebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk
mendukung

diagnosa

atau

penetapanpenyebabpenyakit,pemberianpengobatan,

pemantauan hasil pengobatan dan penentuan prognosis penyakit.


C. Tujuan
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan dalam pemeriksaan
laboratorium sehingga menghasilkan pemeriksaan yang bermutu, sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.
D. Sasaran
Pedoman pelayanan laboratorium ini diharapkan dapat membantu petugas
laboratorium dalam melaksanakan pelayanan praktek laboratorium di Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa.
E. Kebijakan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 37 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat, bahwa agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang tepat dan profesional, laboratorium
Puskesmas harus dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

BAB II
3

STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam penyelenggaraan pelayanan laboratorium, Kepala Puskesmas bertanggung
jawab dalam semua kegiatan yang diselenggarakan oleh laboratorium Puskesmas. Tenaga
pelaksana pemeriksaan laboratorium adalah seorang analis yang sesuai dengan
kompetensinya dan bekerja di bidang teknis laboratoriu.
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan tentang petugas laboratorium (analis) diatur oleh penanggung jawab
UKP mengetahui Kepala Puskesmas dan Kepala Bagian Kepegawaian yang sudah diatur
sesuai dengan tupoksi kerja masing-masing unit.
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan laboratorium dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jumat.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Ruangan
Persyaratan umum untuk tata ruang laboratorium di Puskesmas diantaranya :
Ukuran minimal 3x4 m2 (disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang

diselenggarakan)
Langit-langit dan dinding berwarna terang, tidak berpori, kedap air, mudah

dibersihkan, dan tahan terhadap bahan kimia (dinding keramik)


Lantai berwarna terang, tidak licin, tidak berpori, tahan terhadap bahan kimia (vinyl)
Pintu disarankan memiliki bukaan minimal 100 cm (terdiri dari 2 daun pintu)
Tersedia akses langsung/celah untuk pasien menyerahkan sampel dahak

B. Fasilitas Penunjang
Prasarana yang diperlukan agar pelaksanaan tugas laboratorium dapat berjalan baik,
diantaranya :
Pencahayaan yang cukup
Sirkulasi udara yang baik
Para area pengambilan sampel dipasang exhauster sehingga pasien tidak memajan

petugas, dipasang 120 cm di atas lantai


Suhu ruangan stabil antara 22-26C
Pengambilan sampel dahak dilakukan di ruangan terbuka yang disediakan
Fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air cukup
Tersedia tempat sampah dengan tutup untuk sampah infeksius dan non infeksius
Limbah cair diolah oleh instalasi pengolahan air limbah Puskesmas

C. Perlengkapan dan Peralatan Laboratorium


Perlengkapan standar yang sebaiknya tersedia di laboratorium Puskesmas antara lain:
Meja pengambilan sampel darah (ukuran 90x60 cm dan berlaci)
Loket pendaftaran, penerimaan sampel dan pengambilan hasil
Kursi petugas dan kursi pasien
Bak cuci lengkap dengan air bersih mengalir (ukuran min. 40x 40 cmx30 cm,

dikengkapi saluran air kotor)


Meja pemeriksaan (tahan panas, tahan asam, mudah dibersihkan, berwarna terang,

tidak berpori)
Meja khusus untuk alat centrifuge
Lemari pendingin
Lemari alat (khusus untuk mikroskop dilengkapi lampu 5 watt)
Rak reagen

Peralatan yang sebaiknya tersedia di Puskesmas Dengan Tempat Perawatan


diantaranya :
I. Peralatan utama
1. Peralatan Pemeriksaan
Fotometer
Hematology analyzer
Hemositometer set
Mikroskop binokuler
Penangas air
Pipet mikro 5-50, 100-200, 500-1000

Sentrifus listrik
Sentrifus mikrohematokrit
Tabung LED (Westergreen)
Telly counter
Urinometer

2. Peralatan Gelas
Batang pengaduk

Kaca penutup (dek glass)


5

Beker glass
Botol pencuci
Corong kaca (5 cm)
Erlenmeyer, gelas
Gelas pengukur 100 cc
Gelas pengukur 500 mL
Kaca objek

Pipet berskala vol 1 cc, 10 cc


Tabung kapiler mikrohematokrit
Tabung reaksi 12 mm
Tabung reaksi deng tutup gabus
Tabung sentrifus tanpa skala
Termometer 0-50C
Wadah aquades

II. Peralatan Penunjang


Autoklaf
Blood lancet dengan autoklik
Kaki tiga
Kawat asbes
Kertas lakmus
Kertas Lensa
Kertas saring
Lampu spiritus
Lemari es
Aspirator
Penjepit tabung dari kayu
Pensil kaca
Pipet pasteur

Pot spesimen dahak mulut lebar


Pot spesimen urine
Rak pengering
Rak Pewarna kaca preparat
Rak tabung reaksi
Rotator plate
Ose
Sikat tabung reaksi
Spuit disposible 3 cc, 5cc
Stopwatch
Timer
Tip pipet (kuning, biru)

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A.

Alur Pelayanan
PASIEN/RUJUKAN DOKTER

11

LOKET PENDAFTARAN
KASIR
R. PERIKSA DOKTER

10 A

10 B
LABORATORIUM
PENERIMAAN/PENGAMBILAN SAMPEL
PEMERIKSAAN

B.
I.

Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Darah Lengkap
HASIL
OLEH PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM
1. Pemeriksaan Darah VERIFIKASI
Lengkap (dengan
hematoanalyzer/otomatis)
a. Alat dan bahan
Mesin hematoanalyzer
Alat pengambilan darah sampel vena
PENGAMBILAN HASIL
Tabung reaksi
Antikoagulan (EDTA)
b. Metode
6

Petugas mengambil sampel darah vena sebanyak 3 cc/ sesuai keperluan dan
memasukannya ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi antikoagulan, dan

dihomogenkan
Petugas melakukan penyetingan alat hematoanalyzer
Petugas memasukan jarum penghisap pada alat ke dalam sampel darah pada
tabung EDTA, dan menunggu hasil yang muncul pada alat yang akan tercetak

II.

Pemeriksaan Laju Endap Darah (menurut Westergreen)


a. Alat dan bahan :

Tabung-LED Westergren
(diameter dalam 2.5 mm; skaIa dan

Antikoagulan: larutan trinatrium


sitrat 3.2% (reagen no. 60) (yang

0 sampai 200 mm. Seringnya diberi

disimpan di kulikas) atau larutan

tanda 1 sampai 20; 1 mewakili 10

garam dika!ium
EDTA 10% (reagen no. 22)
Timer
Pipet berskala, 5 mL

mm, 2 mewakili 20 mm, dll)


Penyangga tabung Westergren
Tabung reaksi
Spuit berskala, 5 Ml

b. Metode:
Dengan pipet, petugas meneteskan 0.4 mL larutan trinatrium sitrat ke dalam tabung

reaksi
Petugas melakukan pengambilan spesimen darah vena sebanyak 2 mL
Petugas melepas needle dari spuit, memasukkan darah pada spuit tersebut, sebanyak
1.6 mL, ke dalam tabung-reaksi yang mengandung antikoagulan (isi tabung sampai

tanda batas 2 mL), menggoyangkan tabung perlahan


Petugas sebaiknya melakukan pengukuran LED paling lama 2 jam setelah

pengambilan sampel
Petugas memasukan darah sitrat dengan pipet ke dalam tabung Westergren (memakai

karet pengisap) sampai tanda batas o-mm


Petugas meletakan tabung Westergren pada penyangga, dengan posisi tegak, tidak

ada gelembung udara, dan stabil; serta menunggu selama 1 jam


Setelahnya, petugas mengukur tinggi kolom plasma, membaca skala mulai dati tanda
0-mm di atas puncak tabung ke bawah (hasil pengukuran dalam satuan milimeter per
jam)

III.

Pemeriksaan Golongan Darah


a. Alat dan Bahan
Kaca objek atau kertas tes golongan

Reagen/serum anti-A, anti-B, anti AB

darah
Lidi atau pengaduk
Alat untuk pengambilan darah vena
b. Metode
Petugas mengambil sampel darah vena, dan memasukan ke dalam tabung reaksi
Petugas menaruh 1 tetes serum anti-A di sebelah kiri objek glass atau di kertas untuk

kolom pertama golongan darah


Petugas menaruh 1 tetes serum anti-B di sebelah kanan objek glass atau di kertas

untuk kolom kedua golongan darah


Petugas meneteskan 1 tetes darah di atas masing-masing serum dan mengaduk

dengan ujung lidi


Petugas menggoyangkan kaca dengan gerakan melingkar (homogen)
7

Petugas memperhatikan adanya aglutinasi di kolom golongan darah tertentu


Petugas menafsirkan hasil dengan ketentuan sebagai berikut:
Anti-A
+
+

IV.

Anti-B
+
+

Anti-AB
+
+

Golongan Darah
O
A
B
AB

Pemeriksaan Kimia Darah


1. Pemeriksaan Glukosa Darah, Kolesterol, Asam Urat (dengan metode stick/otomatis)
a. Alat dan bahan
Glucosa analyzer
Stick
Lancet steril
Kapas
Etanol 70%
b. Metode :
Petugas mempersiapkan alat glucosa analyzer, memasang stick-nya dan memastikan

alatnya menyala baik


Petugas membersihkan area jari tangan ke-3 atau ke-4 dengan memakai kapas yang

dibasahi etanol 70% (biarkan etanol mengering dengan sendirinya)


Petugas menusukan jari tangan Pasien dengan memakai lancet steril sehingga darah

mengalir spontan
Petugas mendekatkan darah sampel dengan area sensor di stick yang telah terpasang
ke mesin, dan membiarkan darah terserap sampai terdengar suara tanda bip dari

mesin
Petugas melepaskan dari jari pasien dan menghentikan perdarahan dengan menahan

jari pasien dengan kapas yang telah dibasahi etanol 70%


Dalam waktu kurang dari 30-60 detik, hasil pemeriksaan akan terbaca di layar mesin,
petugas segera mencatat hasil pemeriksaan

V.

Pemeriksaan Imunoserologi
1. Pemeriksaan Widal (qualitative slide aglutination)
a. Alat dan bahan
Rapid slide
Pipet
Alat pengambilan darah vena
Tabung reaksi

Reagen antigen Salmonella thypi O dan H


Rotator

b. Metode
Petugas mengambil sampel darah vena pasien, dan mengolahnya menjadi serum
dengan memasukannya ke dalam tabung reaksi dan melakukan sentrifugasi selama 3

menit atau sampai terpisah antara sel darah dan serumnya


Petugas meneteskan 1 tetes serum pasien ke masing-masing kolom pada rapid slide
Petugas menambahkan 1 tetes antigenSalmonella tyhpi (O, H, AH, BH) sesuai dengan

kotak masing-masing
Petugas mencampur serum pasien dan antigen dengan memutar 100rpm selama 1 menit
dan membaca hasil reaksi yang terjadi sebagai reaktif dan non-reaktif

2. Pemeriksaan HIV (dengan HIV test card)


a. Alat dan Bahan
8

Alat pemeriksaan HIV/test card


Alat pengambilan sampel darah vena
Tabung reaksi

Sentrifuge
Pipet

b. Metode
Petugas mengambil sampel darah vena pasien, dan mengolahnya menjadi serum dengan
memasukannya ke dalam tabung reaksi dan melakukan sentrifugasi selama 3 menit atau
sampai terpisah antara sel darah dan serumnya
Petugas meneteskan 1 tetes serum pasien ke lubang sampel pada HIV card test, dan 1 tetes
buffer
Petugas menunggu 15-20 menit untuk dapat membaca hasil pemeriksaan
3. Pemeriksaan HBsAg atau anti HbsAg (dengan test card)
c. Alat dan Bahan
Alat pemeriksaan test card
Alat pengambilan sampel darah vena
Tabung reaksi

Sentrifuge
Pipet

d. Metode
Petugas mengambil sampel darah vena pasien, dan mengolahnya menjadi serum dengan
memasukannya ke dalam tabung reaksi dan melakukan sentrifugasi selama 3 menit atau
sampai terpisah antara sel darah dan serumnya
Petugas meneteskan 3 tetes serum pasien ke lubang sampel padacard test
Petugas menunggu 15-20 menit untuk dapat membaca hasil pemeriksaan
C.
I.

II.

Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan visual
Petugas mengamati dan melaporkan hasil pengamatan berupa:
- Warna : tidak berwarna, jernih kuning muda, kuning tua, atau cokelat
- Kejernihan : jernih atau keruh
Pemeriksaan carik-celup
- Petugas memakai metode carik celup untuk mendeteksi senyawa tunggal seperti
-

glukosa, protein, keton atau nitrit


Petugas memasukkan sebuah carik-celup ke dalam urine dan segera mengangkat

kembali
Petugas membandingkan warna pada carik celup dengan grafik warna standar yang

tertera di wadah penyimpanan carik celup tersebut


Petugas melaporkan hasil pembacaan dengan keterangan: negatif, +, ++, +++, ++++
atau dalam bentuk konsentrasi senyawa yang diuji

III.

Pemeriksaan pH
- Petugas mencelupkan kertas indikator dengan warna tertentu ke dalam urine,
- Petugas mengamati warna kertas indikator akan berubah sesuai dengan pH spesimen
-

IV.

uji
Petugas membandingkan dengan grafik warna pH standar sehingga diperoleh nilai pH
yang sesuai
Langkah pemeriksaan sedimen/mikroskopis urin
a. Pengambilan spesimen
Petugas memakai spesimen segar yang ditampung dalam wadah kering dan bersih
untuk pemeriksaan mikroskopik urine. Dalam hal ini, spesimen urine porsi tengah

(midstream) yang paling baik dipakai.


UrIne yang disimpan dalam kulkas dapat mengandung endapan garam, kurang
baik kalau dipakai untuk pemeriksaan mikroskopik
9

Petugas dapat mengawetkan spesimen dengan menambahkan 8-10 tetes larutan

formaldehid 10% (reagen no. 28) per 300 ml urine, dalam hal ini spesimen urine
yang diawetkan dengan cara ini tidak bisa lagi dipakai untuk pemeriksaan lainnya.
b. Alat dan bahan
Mikroskop
Kaca objek
Centrifuge
Tabung centrifuge

Pipet pasteur
Penutup kaca objek
Formaldehid
Akuades

c. Metode :
Petugas mengocok spesimen urine perlahan-lahan dan menuangkan kira-kira
sebanyak 11 mL ke dalam tabung centrifuge. Petugas mensentrigugasi spesimen ini

pada kecepatan sedang (2000g) selama 5 menit.


Petugas menuangkan supernatan, dengan membalikkan tabung secara cepat ke

dalam tabung lain


Petugas mensuspensikan kembali endapan yang tersisa dengan menambahkan

sedikit akuades, dan mengocok hingga homogen.


Petugas mengambil setetes endapan dengan pipet Pasteur, menaruh pada kaca

objek, dan menutup dengan penutup kaca objek.


Petugas melabeli kaca objek tersebut, dengan menuliskan nama pasien atau nomor

identifikasi.
Petugas melakukan pemeriksaan mikroskopis sesuai dengan indikasi dengan
objektif 10x atau 40 x (lekosit, eritrosit, epithel, asam urat, kristal ca oxalat, triple
fosfate, amorf, silinder, atau bakteri)

IV.

Pemeriksaan tes kehamilan (dengan test card)


a. Alat dan bahan
Alat pemeriksaan HCG/test card
Pipet
Urin Pot
b. Metode
Petugas meminta sampel urin dari pasien dan menampungnya dalam urin pot berlabel

D.

data pasien
Petugas meneteskan 3 tetes urine sampel pasien ke lubang sampel pada card test
Petugas menunggu 30 detik untuk dapat membaca hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Feses
1. Pengambilan spesimen
- Petugas meminta pasien untuk mengambil kira-kira 100 gr dalam wadah bersih, kering
-

tanpa pengawet, dan bertutup ulir


Petugas sebaiknya memeriksa spesimen dalam waktu 1-4 jam setelah pengambilan, dan
mendahulukan spesimen yang mengandung lendir atau darah (karena kemungkinan
mengandung amoeba motil yang dapat mati dalam waktu singkat)

2. Langkah pemeriksaan visual


Petugas mengamati dan melaporkan hasil pengamatan berupa:
- Warna: hitam (darah samar/occult blood), cokelat/kuning pucat (lemak), atau putih
-

(ikterus obstruktif)
Konsistensi : padat (normal), lunak, atau cair/encer
Darah atau lendir
10

3. Langkah pemeriksaan mikroskopik eritrosit dan telur cacing


a. Alat dan bahan:
Mikroskop
Kaca objek
Penutup kaca objek
Aplikator kayu atau sengkelit
Pensil

minyak

pencil)

(grease

Larutan natrium klorida 0,85% (reagen no. 53)


Larutan lugol iodin 0,5% (reagen no. 37)
Larutan asam asetat 50% (reagen no.3),
diencerkan 1:1 dengan air suling
Larutan biru metilen (reagen no. 39)
Larutan eosin 2% dalam saline (reagen no.24)

a. Metode
Petugas membuat campuran dari larutan lugol iodin dan larutan asam asetat 1:1
(encerkan seperti di atas), mengencerkan campuran tersebut dengan air suling

sebanyak empat kali volumenya dan mengaduk hingga rata.


Petugas menyiapkan sebuah kaca objek kering dan menempelkan identitas pasien
Petugas meletakan setetes larutan natrium klorida yang dipanaskan sampai 31C di
tengah bagian setengah kiri kaca objek dan setetes larutan iodin-asam asetat di

tengah bagian setengah kanan kaca objek


Dengan aplikator atau sengkelit, petugas mengambil kira-kira diameter 2-3 mm dari
spesimen. Bila feses berkonsistensi padat, petugas sebaiknya mengambil sediaan
dari bagian tengah sampel dan dari permukaan sampel untuk mendeteksi telur
parasit. Bila feses berkonsistensi cair atau mengandung lendir, petugas sebaiknya
mengambil sediaan dari lendir di permukaan feses atau dari permukaan cairan untuk

pendeteksian amoeba.
Petugas mencampurkan sediaan tersebut dengan tetesan natrium klorida di atas kaca

objek tadi.
Dengan aplikator atau sengkelit, petugas mengambil sediaan kedua dari sampel

feses, seperti di atas, dan campurkan dengan tetesan larutan iodin-asam asetat.
Petugas menaruh penutup kaca objek di atas tiap tetesan tersebut dengan teknik

yang menghindari terbentuknya gelembung udara


Pada preparat saline, petugas melakukan pemeriksaan mikroskopis dengan
menggunakan objektif 10x dan 40x serta okuler 5x. Petugas sebaiknya mengurangi
jumlah cahaya

(dengan mengatur bukaan kondensator atau menurunkan

kondensator) untuk mempertajam kontrad karena telur dan kista tidak berwarna
Petugas memeriksa preparat pertama dengan objektif 10x secara sistematis,
memfokuskan pengamatan pada bagian tepi penutup kaca objek dengan objektif 10x
dan mengamati keseluruhan preparat di kedua sisi kaca objek untuk mendeteksi

telur dan larva Strongyloides stercoralis.


Petugas mengganti dengan objektif 40x untuk mendeteksi trofozoit motil kista

(preparat iodin)
Dengan pipet Pasteur, petugas menambahkan setetes larutan metilen blue sampai
merembes di bawah penutup kaca objek pada preparat saline sehingga mewarnai
nukleus setiap sel yang terdapat dalam preparat dan membedakan antara nukleusberlobus polimorfik dan nukleus-soliter besar pada sel mukosa.

11

Bila petugas menambahkan setetes larutan eosin, seluruh bagian preparat akan
terwarnai, kecuali protozoa (terutama ameba); protozoa tetap tidak berwarna
sehingga mudah dikenali.

E.

Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan BTA Sputum (dengan metode Zeihl Neelsen)
a. Alat dan bahan:
Mikroskop

Larutan

Lampu spiritus atau pemanas Bunsen


Rak kaca objek
Pinset

fuksin

karbol

(reagen

no.16)
Asam etanol (reagen no.5)
Larutan hijau malasit 1% (reagen
no.31)
atau larutan metilen blue (reagen
no. 39)

b. Metode
Petugas membuat preparat dari spesimen dan memfiksasi apusan dengan metanol 70%
selama 2 menit atau dengan melewatkan sebentar permukaan belakang kaca objek di atas api

sebanyak tiga kali


Petugas meneteskan larutan pewarna fuksin karbol (yang telah disaring) hingga menutupi
seluruh apusan, mengangkat kaca objek dengan pinset dan memanaskan sebentar dengan
lampu spiritus atau pemanas Bunsen sampai larutan pewarna terlihat mulai menguap (suhu

sekitar 60C-petugas diharapkan tidak memanaskannya berlebihan).


Petugas mendiamkan kaca objek selama 5 menit supaya benar-benar terwarnai, lalu membilas
dengan air bersih dan meneteskan asam-etanol hingga menutupi seluruh apusan; dan

mendiamkan kembali selama 5 menit atau sampai menjadi merah muda


Petugas membilas dengan air bersih dan meneteskan hijau malasit atau metilen blue hingga

menutupi seluruh apusan selama 1-2 menit.


Petugas membilas lagi dengan air bersih dan menaruh kaca objek, dengan posisi tegak, di
dalam rak kaca objek, dan membiarkannya mengering dengan sendirinya. Petugas diharapkan

tidak mengeringkannya dengan tisu atau kertas penyerap cairan.


Petugas melakukan pemeriksaan mikroskopik dengan objektif 40x untuk melihat distribusi
pulasan, serta objektif 100x (dengan minyak emersi) untuk mendeteksi basil tahan asam

(berwarna merah) secara sistematik.


Petugas mencatat dan melaporkan hasil temuan dengan ketentuan:
Jumlah basil tahan asam per lapangan

Pelaporan

pandang mikroskop
<0.1 (<10 per 100 lapangan pandang)

Tulis

0.1-1 (10-100 per lapangan pandang)


1-10
>10
Tidak ada

yang ditemukan
+
++
+++
Tidak ditemukan BTA

jumlah

BTA

12

D. Pemeriksaan Toksikologi
I.
Pemeriksaan Obat-obat narkotika dan psikotropika pada urin (dengan card test)
a. Alat dan bahan
Alat pemeriksaan/test card
Urin Pot

Pipet

b. Metode
Petugas meminta sampel urin dari pasien dan menampungnya dalam urin pot berlabel

data pasien
Petugas meneteskan 3 tetes urine sampel pasien ke lubang sampel pada card test
Petugas menunggu 5-30 menit untuk dapat membaca hasil pemeriksaan

BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Sampling Pasien
I. Pengambilan sampel darah vena
a. Lokasi : Petugas dapat mengambil sampel darah vena dari salah satu lengan pasien.
b. Alat dan bahan :

Kapas
Etanol 70%
Sarung tangan
Torniquet
Botol atau tabung reaksi kosong
ataupun

berisi

antikoagulan

memiliki tanda batas sesuai dengan

Needle 30-40 mm, 20 gauge, 19


gauge, 18 gauge (ukuran 23 gauge
atau 25 gauge untuk anak usia < 5

tahun)
Spuit 2-3 mL, 5 mL, 10 mL, atau
20 mL
13

banyaknya darah yang akan diambil


c. Metode :
Petugas membaca formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dengan teliti
untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dan menyiapkan tabung

tabung yang sesuai


Petugas hendaknya memperhatikan urutan pengambilan darah pada pemeriksaan

tertentu seperti pada uji koagulasi


Petugas mencuci tangan dan mempersilahkan pasien untuk duduk atau berbaring

dengan posisi lengan dan telapak tangan menghadap ke atas


Petugas memasang torniquet dengan simpul hidup, cukup kencang (jangan terlalu

kencang) di lengan atas pasien


Petugas meminta pasien untuk membuka tutup telapak tangannya beberapa kali,

dan meraba vena dengan jari telunjuk


Petugas mendisinfeksi kulit pasien dengan swab kapas yang dibasahi etanol
Petugas memegang spuit dengan tangan kanan, dengan posisi spuit dan needle
menghadap ke atas, melakukan pungsi vena dan mendorong needle mengikuti
aliran vena kira-kira 1-1,5 cm
Dengan tangan kiri, petugas menarik perlahan darah vena ke dalam spuit,

melepaskan simpul tourniquet dengan menarik ujungnya, dan meneruskan

penarikan darah vena ke dalam spuit sampai batas volume yang diperlukan
Petugas menaruh swab-kapas kering di atas tempat penusukan dan mencabut

needle yang tertutupi kapas tersebut


Petugas meminta pasien untuk menekan kuat kapas tersebut selama 3 menit,

dengan lengan diluruskan


Petugas melepas needle dari spuitnya, memasukkan darah ke dalam tabung atau
botol spesimen sampai batas volume yang dikehendaki, dan membolak-balikkan
tabung dengan antikoagulan beberapa kali
Petugas melabeli tabung atau botol tersebut dengan tanggal dan identitas pasien

II.

Pengambilan sampel darah kapiler


a. Lokasi : Petugas dapat mengambil sediaan darah kapiler dari jari tangan ke-3 atau
ke-4 pasien, cuping telinga, atau tumit pada bayi
b. Alat dan bahan :
Kapas
Alkohol 70%
Sarung tangan
Lancet steril
c. Metode :
Petugas mensterilkan area yang akan diambil dengan swab kapas yang dibasahi

II.

alkohol.
Petugas menusukan lancet steril ke lokasi yang akan diambil
Darah dapat menetes sendiri atau dengan diperas

Pengambilan sampel urine


Petugas meminta pasien untuk menampung urine sebagai bahan spesimen, dapat berupa
urin pagi, urin sewaktu, urin porsi tengah, urin terminal, urin dari catheter maupun urin
pada pasien bayi. Petugas memberikan wadah kering, bersih, tertutup kepada pasien.

III.

Pengambilan sampel sputum


Spesimen yang dipakai untuk pemeriksaan BTA adalah sputum/dahak pasien yang
didapatkan sewaktu serta dahak yang diambil pagi hari segera setelah pasien bangun tidur
14

Petugas menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan serta

perbedaan sputum dengan ludah


Petugas meminta pasien untuk minum teh manis atau obat gliseril guayakolat 200 mg pada

malam hari sebelumnya, jika pasien kesulitan mengeluarkan dahak


Sebelum pengambilan spesimen, petugas meminta pasien untuk berkumur dengan air,

melepas gigi palsu jika ada


Petugas meminta pasien untuk berdiri tegak atau duduk tegak, kemudian menarik nafas
dalam, 2-3 kali kemudian mengeluarkan nafas bersama dengan batuk yang kuat dan

berulang sampai sputum keluar


Petugas meminta pasien untuk menampung sputum yang keluar di dalam wadah dengan

mendekatkan wadah ke mulut


Petugas menutup rapat wadah dan menempelkan identitas pasien sesuai sample

B. Penulisan Identitas Pasien


Identitas pasien adalah hal yang penting dalam pengisian formulir permintaan
laboratorium, pendaftaran, dan pengisian label wadah spesimen.
Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium memuat keterangan identitas pasien secara
lengkap, yaitu :
Tanggal permintaan
Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk nomor rekam medik
Identitas pengirim (nama dokter, alamat atau nomor telepon jika ada)
Nomor laboratorium
Diagnosa/keterangan klinik
Pemeriksaan laboratorium yang diminta
Jenis spesimen
Demi mencegah kejadian tertukarnya bahan spesimen, label wadah spesimen yang akan diambil
ke laboratorium harus memuat tanggal pengambilan spesimen, nama, nomor rekam medis pasien,
dan jenis spesimen.

C. Rekomendasi Hasil
Standar hasil/nilai normal pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan
rekomendasi dari suatu lembaga/badan yang diakui atau organisasi profesi, diantaranya
WHO, IFCC ( International Federation of Clinical Chemistry), NCCLS (National
Committe for Clinical Laboratory Standards), atau ICSH (International Committee for
Standarisation in Hematology) sesuai dengan persebaran epidemiologi negara
Indonesia/Asia.

15

BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Identifikasi Ancaman Bahaya
I.
Kimia
Bahan kimia berdasarkan tingkat bahaya terdiri dari 4 kategori, yaitu :
a. Bahan kimia yang mengakibatkan gangguan kesehatan
Bahan kimia jenis ini dapat bersifat karsinogenic, korosif, toksik, iritan,
sensitizer, dan merusak organ tertentu. Bahan kimia ini harus diberi label atau
tanda berwarna biru dengan angka sesuai tingkat bahayanya, yaitu:
nilai 4 : dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun dengan
pengobatan
nilai 3 : dapat menyebabkan luka serius walaupun dengan pengobatan
nilai 2 : dapat menyebabkan luka dan membutuhkan penanganan segera
nilai 1 : dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati
nilai 0 : tidak menimbulkan bahaya
b. Bahan kimia yang mudah terbakar
Kategori ini ditandai dengan warna merah, dan dibagi menjadi lima derajat:
nilai 4 : gas sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah
meledak
nilai 3 : dapat terbakar pada temperatur biasa
nilai 2 : terbakar jika dipanaskan
nilai 1 : terbakar jika dipanaskan cukup lama
nilai 0 : tidak akan terbakar
c. Bahan kimia mudah meledak
Tingkat kestabilan bahan kimia ditandai dengan warna kuning, dengan rincian
:
nilai 4 : segera meledak

16

nilai 3 : dapat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada pencetus
yang kuat
nilai 2 : umumnya tidak stabil tetapi tidak akan meledak
nilai 1 : umumnya stabil, bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika ada
tekanan, bereaksi dengan air
nilai 0 : umumnya stabil, tidak bereaksi dengan air
d. Bahan kimia dengan sifat khusus
Sifat tersebut dapat dilihat pada label berwarna putih dengan keterangan:
W
: reaktif terhadap air
ACID
: asam
COR
: korosif
OX
: oksidator
ALK
: basa/alkali
RAD
: radioaktif
II.

Biologi
Gangguan dari mikroorganisme, yang dikategorikan sebagai berikut :
Kelompok resiko satu : tidak menimbulkan resiko atau resiko rendah

terhadap individu/masyarakat, tidak menyebabkan penyakit


Kelompok resiko dua : menimbulkan resiko sedang terhadap individu dan
rendah terhadap masyarakat, tidak menimbulkan bahaya serius, dan dapat

diobati, resiko penyebaran terbatas.


Kelompok resiko tiga : menimbulkan resiko tinggi terhadap individu dan
rendah terhadap masyarakat, menimbulkan penyakit serius pada individu
tetapi tidak tidak menyebar ke orang lain, dan pada umumnya dapat

diobati.
Kelompok resiko empat : menimbulkan resiko tinggi terhadap individu
dan masyarakat, menimbulkan penyakit serius pada individu dan
masyarakat, sangat menular baik langsung/tidak langsung.

III.

Fisik
Gangguan fisik yang dapat mengganggu pelaksanaan laboratorium diantaranya
cahaya (penerangan yang kurang baik), suhu (jika suhu ruangan di atas suhu
nyaman), getaran dan radiasi

IV.

Psikososial
Gangguan psikososial yang mungkin dapat timbul diantaranya akibat daribeban
kerja yang terlalu berlebihan atau justru kurang, tekanan waktu, konflik peran,
hubungan dengan rekan kerja kurang baik, serta kurangnya pemanfaatan
kemampuan seseorang.

V.

Ergonomi
Beberapa contoh gangguan ergonomi yang dapat timbul adalah postur tubuh tidak
sesuai dengan tempat duduk, terlalu lama mengerjakan pekerjaan yang
17

membungkuk, menuruni tangga yang terlalu curam, atau terlalu lama


menggunakan komputer.

VI.

Pencegahan secara umum


Secara umum, untuk menghindari terjadinya gangguan kerja maka
ruangan laboratorium harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi, suhu ruangan
terjaga, udara ruangan dibuat mengalir searah, label international biohazard
harus terpasang di pintu laboratorium yang menangani kelompok mikroorganisme
resiko 2, 3, dan 4.
Petugas laboratorium juga sebaiknya memperhatikan peralatan pelindung
yang dipakai, seperti wajib memakai sarung tangan setiap bekerja, memisahkan
jas laboratorium dengan pakaian di luar laboratorium. Selain itu juga berbagai
sistem dan prosedur keselamatan seperti penggunaan bahan-bahan sesuai ukuran,
penjalanan prosedur tetap yang baik, tidak diperkenankan makan dan minum
dalam ruang kerja, melaporkan semua kejadian kecelakaan yang terjadi, dan lainlain.

B. Penerapan K3 Dalam Pelaksanaan Laboratorium


I.
Peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
Dalam pelaksanaan tugasnya, petugas laboratorium sebaiknya memakai alat
pelindung diri sesuai dengan kebutuhannya, seperti jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alat bantu pipet, botol dengan tutup berulir, lemari asam, dan alat
pemadam kebakaran/APAR
II.

Tindakan segera
Secara umum
Beritahukan rekan kerja atas kecelakaan yang terjadi dengan sikap tenang,

bunyikan alarm, dan ikuti prosedur yang berlaku


Secara khusus
a. Ketumpahan atau kebocoran bahan kimia
- Cucilah mata atau kulit dengan air mengalir terdekat bila terkena
-

bahan kimia
Ikuti petunjuk Material Safety Data Sheet (MSDS) tentang

netralisasi bahan kimia


Bila bahan kimia dapat menyebabkan ledakan atau kebakaran,

segera tinggalkan ruangan


b. Kebakaran
- Semprotkan air atau bahan lain dengan APAR
- Matikan aliran listrik
- Bungkus tubuh petugas dengan selimut dan mintalah untuk
-

berguling untuk memadamkan api


Seluruh petugas segera meninggalkan ruangan dan menghubungi

petugas kebakaran
c. Ledakan
- Selamatkan nyawa petugas, lakukan resusitasi bila perlu
18

- Segera evakuasi ke tempat aman


d. Luka bakar
- Derajat satu : siram luka dengan air mengalir
- Derajat dua : siram luka dengan air mengalir, letakan kain yang
dingin dan bersih untuk mengurangi nyeri, jangan memecahkan
-

gelembung yang terjadi


Derajat tiga : kompres dingin diberikan terbatas, segera bawa ke
unit gawat darurat

C. Pengelolaan Limbah
Sumber limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber seperti bahan
baku yang kadaluarsa, bahan habis pakai, sisa spesimen, produk upaya penanganan
limbah. Berdasarkan sifatnya, limbah tersebut dapat dikategorikan sebagai limbah
berbahaya dan beracun, limbah infektif, limbah radioaktif, dan limbah umum. Bentuk
limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair maupun gas.
Secara umum penanganan limbah laboratorium meliputi pemilahan limbah untuk
mereduksi volumenya dengan memperhatikan pengemasan dan pelabelan yang jelas,
pemisahan limbah berbahaya, sarana penampungan limbah yang memadai (tepat, aman,
hygienis), pengkodean dengan memakai warna untuk membedakan limbah.
Pembuangan bahan berbahaya atau beracun, dapat dikerjakan dengan cara
neutralisasi, pengendapan/koagulasi/flokulasi, oksidasi reduksi dan penukaran ion.
Limbah infektif harus diolah dengan cara dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi.
Pada limbah radioaktif yang berbentuk cair, ditangani dengan menampung limbah
dalam wadah plastik atau anti karat, dapat dibuang ke saluran pembuangan jika
konsentrasi di bawah nilai batas yang diizinkan, mudah larut dalam air, dan beraktivitas
rendah. Sedangkan limbah padatnya dapat dikumpulkan dalam kotak limbah tertutup,
diolah dengan cara dibiarkan meluruh sampai batas yang diizinkan, atau lakukan
insenirasi jika bahan bisa dibakar (kertas misalnya).
Limbah gas harus harus disaring terlebih dahulu sebelum dibuang, penyaring
harus diperiksa secara rutin, dan terbungkus plastik polietilen.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Indikator Keberhasilan Pelayanan
Kinerja petugas laboratorium dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat dapat
diukur tingkat keberhasilannya dengan indikator-indikator internal dan eksternal seperti :
1. Kecepatan pelayanan
2. Ketelitian laporan hasil pemeriksaan
3. Mengidentifikasi kelemahan pelayanan yang menyebabkan kesalahan sering terjadi
4. Tingkat kepuasan pelanggan yang dilakukan dengan survei angket atau kotak saran
19

B. Pengendalian Mutu Internal


Pengendalian mutu internal berbagai hal yang dilakukan agar mutu pelayanan
laboratorium tetap baik. Kegiatan internal yang dapat dilakukan diantaranya adalah : 1.
Mempersiapkan pasien dengan edukasi yang baik
Secara umum, informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien sebelum
pemeriksaan laboratorium diantaranya :
Pengambilan spesimen pada keadaan basal tubuh, misalnya pasien diminta
untuk berpuasa selama 8-12 jam sebelum pemeriksaan darah tertentu, dan

sampel diambil pada pagi hari antara jam 07.00-09.00, dan sebagainya
Menghindari obat-obatan tertentu, contoh untuk pemeriksaan sampel darah
pasien sebaiknya tidak minum obat 4-24 jam sebelum pengambilan sampel.

Jika tidak memungkinkan, maka dapat diberi keterangan tambahan


Menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelumnya
Memperhatikan variasi diurnal
Memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,
seperti: diet, obat-obatan, merokok, alkohol, aktifitas fisik, ketinggian, demam,
trauma, variasi irama sircardian, umur, ras, jenis kelamin dan kehamilan.

1. Pengambilan dan pengolahan sampel yang benar


Pengambilan dan pengolahan sampel yang benar secara umum dapat meliputi hal-hal
berikut :
Peralatan yang bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia atau detergen,

tidak terbuat dari bahan yang merubah zat sampel, steril jika diperlukan
Wadah sampel sebaiknya terbuat dari plastik atau gelas, tidak bocor/rembes,
harus dapat ditutup rapat, bersih, kering, ukurannya sesuai, wadah harus kedap

cahaya dan steril jika perlu.


Jika diperlukan dapat memakai pengawet seperti antikoagulan (co: Na2EDTA

1-1,5 mg/mL darah).


Waktu pengambilan sampel selain berdasarkan irama sircardian, juga dapat
berdasarkan perjalanan penyakit, misalnya untuk tes Widal dilaksanakan pada
fase akut dan konvalesen, pengambilan sputum untuk tes BTA diambil pagi

hari, dan sebagainya.


Sebelum pengambilan sampel, harus ditetapkan dahulu lokasi pengambilan
sampel, misalnya pengambilan darah vena di vena cubiti, atau sampel darah

arteri di arteri di arteri radialis


Volume sampel yang diambil juga harus sesuai kebutuhan pemeriksaan
Teknik pengambilan sampel yang benar juga diperlukan agar sampel tersebut
mewakili keadaan yang sebenarnya

2. Kalibrasi peralatan yang rutin


Beberapa contoh peralatan yang harus dikalibrasi secara rutin, adalah :
Incubator, dengan cara mencatat sushu inkubator pada kartu setiap hari
sebelum dipakai. Jika ada penyimpangan lebih dari 2C maka dilakukan
penyetelan ulang
20

Lemari es (refrigerator/freezer), dengan cara mencatat suhu setiap hari dengan

termometer, dan secara berkala diperiksa dengan termometer standar


Rotator, dapat menggunakan techometer
Spektrofotometer, meliputi ketepatan pengukuran absorban, ketepatan panjang

gelombang, linearitas alat.


3. Pengujian kualitas air yang digunakan dalam laboratorium
Pemeriksaan air bersih meliputi pemeriksaan fisika, kimia dan mikrobiologi.
Pemeriksaan fisika adalah termasuk pemeriksaan bau, jumlah zat padat terlarut,
kekeruhan, rasa, suhu dan warna.
Pemeriksaan kimia air terdiri dari kimia anorganik (air raksa, arsen, besi, florida,
kadmium, khlorida, pH, seng, timbal, dll), serta kimia organik (benzene, detergen,
petisida, dll)
Pada pemeriksaan mikrobiologi, yang diperiksa salah satunya adalah total
koliform (MPN).
4. Pengujian kualitas reagen
Pada reagen yang sudah jadi/komersial, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
etiket/label wadah, batas kadaluarsa, keadaan fisik, penyimpanan, pencampuran, dan
cara pemakaian. Uji kualitas reagen harus dilakukan bila sudah mendekati tanggal
kadaluarsa, bila ditemukan tanda-tanda kerusakan, bila terdapat kecurigaan hasil
pemeriksaan, atau setiap minggu pada larutan tertentu (misalnya Zeihl Neelsen)
5. Pengujian kualitas media
6. Pemeliharaan strain kuman
7. Pengujian kualitas antigen-antisera
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penggunaan antigen-antisera adalah
penggunaan sesuai dengan petunjuk pabrik, setiap akan digunakan sebaiknya dikocok
dahulu pada suhu kamar, simpan pada suhu anjuran, hindari pembekuan/pencairan
berulang, periksa tanggal kadaluarsa, dll. Uji kualitas antigen-antisera yang dapat
dipakai antara lain uji aglutinasi dan uji titrasi.
8. Pengujian ketelitian dan ketepatan hasil laboratorium
9. Pencatatan/pelaporan yang baik dan benar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan
hasil pasien, penulisan angka dan satuan yang dipakai, pencantuman nilai normal,
pencantuman keterangan lain seperti misalnya sudah di duplo, penyampaian hasil
yang segera atau cepat, dokumentasi hasil yang lengkap dan jelas, serta buku ekspedisi
sampel.
10. Verifikasi
Proses verifikasi sebaiknya dilakukan dari tahap persiapan, pemeriksaan, sampai tahap
pembacaan dan pelaporan hasil.
C. Pengendalian Mutu Eksternal
Pengendalian mutu oleh pihak eksternal diperlukan secara periodik untuk
memantau dan menilai kinerja pelayanan laboratorium, baik oleh pihak pemerintah,
swasta atau international.

21

BAB VIII
PENUTUP
Pedoman pelaksanaan laboratorium ini disusun untuk membantu petugas laboratorium
melaksanakan pelayanan laboratorium yang baik dan bermutu di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Keberhasilan kegiatan petugas dalam memberikan pelayanan tergantung pada komitmen
dan dukungan semua petugas kesehatan yang bekerja secara profesional.

22

Daftar Pustaka :
1. Direktorat Laboratorium Kesehatan Depkes RI. Pedoman praktek laboratorium yang benar. 2004.
2. Departemen Kesehatan RI, Permenkes No. 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Puskesmas, 2012.
3. Chairlan, Estu Lestari, editor. Pedoman tehnik dasar untuk laboratorium kesehatan/WHO, Ed.2.
Jakarta: EGC, 2011.
4. R. Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, 2006.

5. Andualem, G,Abebe. T, Kebede, N, et al.A comparative study of widal test with blood
culture in the diagnosis of typhoid fever in febrile patients. BMC Research Notes, 2014,
p.653. [cited on October 26, 2015 at http://www.biomedcentral.com/1756-0500/7/653]
6. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. Pedoman kesehatan dan keselamatan
kerja laboratorium kesehatan.2003.

23

Anda mungkin juga menyukai