Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO

KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengertian desa menurut Undang-Undang No 6 tahun 2014 adalah
desa

dan

desa

ada

selanjutnyadisebutdenganDesa,

tatau

yang

disebutdengannamalain,

adalahkesatuanmasyarakathukum

yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus


urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hakasal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan, jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sebagian besar
masyarakat Indonesia hidup pada daerah pedesaan yang secara struktural
dan administrasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan
suatu negara. Mata pencaharian masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh
faktor alam yang ada, berdasarkan mata pencahariannya desa dapat
dibedakan menjadi desa nelayan, desa agraris, desa perkebunan, desa
peternakan, desa industri dan lain sebagainya (Moch Eryk,2008).
Ketimpangan antara daerah perkotaan dan pedesaan semakin melebar dan
meningkat. Pertumbuhan dan pembangunan di daerah pedesaan harus
didorong dan ditingkatkan untuk mengurangi ketimpangan antara daerah
perkotaan dan pedesaan. Daerah pedesaan sangat luas, permukiman
penduduk tersebar tidak merata, demikian pula sumberdaya alam yang
dimiliki. Pembangunan daerah pedesaan diarahkan untuk memanfaatkan
sumberdaya alam yang letaknya tersebar dan berjauhan (Rahardjo, 2013).
Dengandemikianpembangunandesasangatpenting agar ketimpanganantara
desa dan kota tidak terjadi. Konsep pembangunan dengan pendekatan
partisipatif dalam perencanaan wilayah perdesaan dikembangkan dengan
menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai obyek pembangunan, tetapi
juga sebagai subyek pembangunan. Pendekatan tersebut bersifat untuk
memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai hak untuk
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
berpendapat dalam menentukan dan merencanakan jenis pembangunan
yang akan dilaksanakan di daerah mereka sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya secara mandiri dan untuk meningkatkan taraf hidupnya,
menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin, baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia (Suryo Sakti, 2012).
Wilayah perdesaan memiliki karakteristik wilayah yang berbeda sesuai
dengan faktor alamnya. Salah satu wilayah perdesaan adalah desa pesisir.
Karakteristik desa pesisir adalah perbatasan antara daratan dan lautan, desa
pesisir memiliki akses langsung dan berbatasan langsung dengan laut
sehingga memiliki garis pantai.Indonesia adalah negara kepulauan atau
negara maritim terbesar di dunia dan memiliki panjang pantai yang
terpanjang di dunia (81.000 kilometer). Wilayah-wilayah kepulauan,
tertinggal, pesisir dan pulau-pulau kecil umumnya merupakan wilayah yang
kurang maju atau lamban berkembang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pembahasan tentang karakteristik wilayahnya, hambatan dan bagaimana
menyusun pengembangan dan pembangunan daerah pesisir tersebut.
Masyarakat yang berada di wilayah pesisir memanfaatkan sumber daya
perikanan dan kelautan sehingga mata pencaharian utamanya adalah
sebagai nelayan yang meliputi kegiatan menangkap ikan, membuat perahu,
menjual hasil tangkapan ikan dan lainnya. Menurut hasil penelitian,
menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan hidup nelayan sebagai salah satu
kelompok masyarakat berada pada tingkat rendah, dapat dimasukkan dalam
kategori penduduk miskin. Tingkat pendidikan masyarakat pesisir
umumnya masih rendah dan tingkat kesehatannya juga rendah. Sehingga,
pembangunan wilayah pesisir diberikan perhatian secara proporsional,
karena memiliki kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan yang
potensial dan prospektif dan harus dikelola secara terpadu, berkelanjutan
dan berbasis masyarakat secara intensif dan produktif dan terkait dengan
kegiatan sosial ekonomi maritim Indonesia (Rahardjo, 2013).
Desa Sindurejo merupakan salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan
Gedangan, Kabupaten Malang. Desa Sindurejo berbatasan sebelah selatan
dengan Pantai Ngudel sebagai andalan pariwisata, maka desa Sindurejo
termasuk dalam klasifikasi desa pesisir. Wilayah Desa Sindurejo masih di
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
dominasi oleh lahan pertanian, dengan topografi perbukitan. Sehingga,
masyarakat

Desa

Sindurejo

sebagian

besar

penduduknya

bermata

pencaharian sebagai buruh tani dengan persentase50,59%, kemudian mata


pencaharian terbesar kedua adalah pekerja kebun yang memiliki persentase
sebesar 11,99% (BPS, 2015). Kegiatan sosial masyarakat Desa Sindurejo
memiliki kebersamaan gotong-royong yang masih kuat dan

memiliki

kebudayaan yang masih dilestarikan oleh warganya, kebudayaannya berupa


pertunjukan kuda lumping dan reog yang biasa ditampilkan pada acara
seperti grebeg suro dan acara desa besar lainnya.
Data mata pencaharian utama sesuai dengan BPS, 2015 masyarakat
Desa Sindurejo adalah buruh tani dan pekerja kebun yang sesuai dengan
dominasi lahan pertanian dan topografinya. Sedangkan, Desa Sindurejo
memiliki Pantai Ngudel sebagai andalan pariwisata dan sumber daya
kelautan

yang

dapat

dimanfaatkan

untuk

mata

pencaharian

dan

meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat Desa Sindurejo, maka perlunya


pembahasan tentang identifikasi karakteristik wilayah, sosial, ekonomi dan
budaya Desa Sindurejo dengan karakteristik wilayah pesisir untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa pesisir.

I.2
I.3
I.4
I.5

Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup
Ruang

lingkup

yang

akan

dibahas

meliputi

ruanglingkupwilayah,ruanglingkupwaktudanruanglingkupmateri.Sehinggape
mbahasantersebutakandibahassebagaiberikut:
1.5.1

RuangLingkup Wilayah
Wilayah studi yang akan di survey berada di Desa Sindurejo

,Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang dengan batas-batas sebagai


berikut:
Batas utara
: Desa Gedangan,
Batas selatan :SamudraHindia,
Batas timur : DesaGajahrejo
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
Batas Barat
1.5.2

: DesaTumpakrejo

RuangLingkupWaktu
Waktu yang diperlukan untuk pengerjaan Studio Perencanaan

Desa tahun 2016/2017 di wilayah studi Desa Sindurejo, Kecamatan


Gedangan, Kabupaten Malang

dalam jangka waktu satu semester pada

bulan September 2016 hingga Januari 2017.


1.5.3

RuangLingkupMateri
Lingkup materi yang akan dibahas dalam survei Studio

Perencanaan Desa tahun 2016/2017.. yang ada di DesaSindurejo,


Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.

I.6 Sistematika Pembahasan


I.7 Kerangka Pemikiran
I.8 Diagram alir
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Pengertian Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 1 tentang
Pemerintahan Daerah, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten. Sedangkan kawasan yang memiliki kegiatan utama
pertanian, pengelolaan sumber daya alam, kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi disebut dengan kawasan pedesaan.
Menurut UU RI No 6 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Desa, Desa adalah
desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
II.2

Tipologi Desa
Tipologi Desa Berdasarkan mata pencaharian

Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat


diklasifikasikan dalam desa pertanian dan desa industri.
a.

Desa Pertanian terdiri atas: 1) desa pertanian dalam artian sempit yang

meliputi: desa pertanian lahan basah dan lahan kering. 2) desa dalam artian
luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik
swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa peternakan.
b.

Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional

maupun modern.

Tipe desa berdasarkan kegiatannya dapat dikelompokan menjadi:


a. Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sector pertanian
terutama padas ektor perdagangan produk hasil pertanian tersebut
b. . Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sector pertanian
terutama dalam bidang industry pertanian tersebut, baik dari segi teknologi
pertanian maupun yang lainnya
c. Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah pariwisata dan
mata pencaharian serta keseharian dari masyarakat desa tersebut sangat
bergantung dari usaha yang mengandal kan sector pariwisatadari desa
tersebut.
d. Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam linkungan desa tersebut
tidak adal agi terlaksana kegiatan pertanian, melain kan usaha usaha yang
dilakukan oleh masyarakat penduduk yang tinggal di

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
desatersebutyaituberusahabekerjadiluarsektorpertanian. Contohnya dengan
berdagang
II.3

Pengertian Desa Pesisir


Menurut Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan

antara daratan dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi
garam, sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan
manusia di daratan. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun 2007,
wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada garis batas yang nyata,
sehingga batas wilayah pesisir hanyalah garis khayal yang letaknya
ditentukan oleh situasi dan kondisi setempat.Definisi wilayah seperti diatas
memberikan suatu pengertian bahwa ekosistemperairan pesisir merupakan
ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam,di darat
maupun di laut serta saling berinteraksi. Wilayah pesisir merupakan
ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya
kegiatan pembangunan secara langsung maupuntidak langsung berdampak
merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri, Rais, Ginting dan
Sitepu, 1996).
Adapun definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah
wilayah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir
meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan
air asin, sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Aqilah,
2011). Menurut Atmaja (2010) karakteristik khusus dari wilayah pesisir
antara lain:
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
1. Suatu wilayah yang dinamis yaitu seringkali terjadi perubahan sifat
biologis, kimiawi, dan geologis.
2. Mencakup ekosistem dan keanekaragaman

hayatinya

dengan

produktivitas yang tinggi yang memberikan tempat hidup penting buat


beberapa jenis biota laut.
3. Adanya terumbu karang, hutan bakau, pantai dan bukit pasir sebagai
suatu sistem yang akan sangat berguna secara alami untuk menahan atau
menangkal badai, banjirdan erosi.
4. Dapat digunakan untuk mengatasi akibat-akibat dari pencemaran,
khususnya yang berasal dari darat
Desa pesisir adalah desa yang berada di dalam wilayah pesisir (UU
Nomor 27 tahun 2007).Kondisi sosial ekonomi wilayah pesisir umumnya
sangat memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan,
produktivitas dan pendapatan. Ciri umum kondisi sosial ekonomi rumah
tangga pesisir adalah:
1. Rumah tangga sebagai unit produksi, konsumsi, unit reproduksi dan unit
interaksi sosial ekonomi politik.
2. Rumah tangga pesisir bertujuan untuk mencukupi kebutuhan anggota
keluarganya sehingga tujuan ini merupakan syarat mutlak untuk
menentukan keputusan-keputusan ekonomi terutama dalam usaha
produksi.
3. Dalam keadaan kurang sarana produksi seperti alat tangkap, maka semua
anggota keluarga yang sehat harus ikut dalam usaha ekonomi rumah
tangga.
4. Karena berada dalam garis kemisikinan, maka rumah tangga pesisir
bersifat safety first.
II.4

Karakteristik Desa Pesisir


Desa pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa di

wilayah pedalaman. Perbedaan tersebut tidak semata pada aspek geografisekologis, tetapi juga pada karakteristik ekonomi dan sosial-budaya. Secara
geografis, desa pesisir berada di perbatasan antara daratan dan lautan. Desa
pesisir memiliki akses langsung pada ekosistem pantai (pasir atau berbatu),
mangrove, estuaria, padang lamun, serta ekosistem terumbu karang.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
Kondisi geografis-ekologis desa pesisir mempengaruhi aktivitas-aktivitas
ekonomi di dalamnya. Kegiatan ekonomi di desa pesisir dicirikan oleh
aktivitas pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan pesisir. Aktivitas
ekonomi

mencakup

perikanan,

perdagangan,

wisata

bahari,

dan

transportasi.
Karakteristik ekologi bersama-sama dengan karakteristik ekonomi desa
pesisir membentuk karakteristik sosial-budaya. Cara berbicara yang lugas,
terbuka, dan keberanian mengambil resiko adalah bagian dari ciri
masyarakat pesisir.Ciri-ciri Masyarakat Pesisir sebagai berikut :
1.

Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya


bermatapencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan: nelayan,

2.

petani garam, petani tambak, pengrajin, pedagang


Hubungan-hubungan sosial antar kerabat dalam masyarakat pesisir masih
cukup kuat. Perbedaan status sosial ekonomi yang mencolok antar kerabat
tidak dapat menjadi penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab

3.

di antara mereka
Sumber daya laut adalah potensi utama yang mengerakan kegiatan
perekonomian desa. Secara umum kegiatan perekonomian tinggirendahnya produktivitas perikanan. Jika produktivitas tinggi, tingkat
penghasilan nelayan akan meningkat sehingga daya beli masyarakat yang
semakin besar nelayan

juga akan meningkat. Sebaliknya,

jika

produktivitas rendah, tingkat penghasilannya nelayan akan menurun


sehingga tingkat daya beli masyarakat rendah. Kondisi demikian sangat
mempengaruhi kuat lemahnya kegiatan perekonomian desa
4. Dilihat dari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir

mendapat

pengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya mereka untuk


melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka menggunakan rasi
bintang. Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir
masih menganggap bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga mereka
masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut.

II.5

Unsur-Unsur Desa

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
Menurut Bintarto (2009), Ada tiga macam unsur-unsur desa yang
saling terkait sehingga menjadi suatu kesatuan. Ketiga unsur tersebut adalah:
1. Daerah, baik lahan produktif maupun non produktif termasuk luas,
penggunaan, unsur lokasi, dan batas yang merupakan lingkungan geografi
setempat.
2. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan
mata pencaharian peduduk.
3. Tata kelakuan, berupa pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan antar
warga desa dan menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat desa.
II.6

Pola Permukiman Desa


Pola Permukiman Desa menurut beberapa para ahli yaitu sebagai

berikut.
A.

Bintarto (1893) mengklasifikasikan Pola Permukiman Pedesaan

terjadi karena adanya perbedaan faktor geografis, pola-pola tersebut adalah


sebagai berikut
1.

Radial
Pada pola radial telah diketahui bahwa bentuk permukiman desa pemusat
dan dapatditemukan didaerah pegunungan. Biasanya dihuni oleh

2.

penduduk yang berasal dari satu keturunan.


Tersebar
Bentuk permukiman pedesaan yang terpencar cenderung sendiri pada
suatu daerah (disseminated rulal settelment). Pada desa ini seperti farm
stead, dimana rumah petani yang terpencil, teteapi lengkap dengan

berbagai alat mesin, penggilingan, lumbung dan rumah petani.


3. Linier
Bentuk linier pada permukiman pedesaan banyak ditemukan didaerah
pantai, jalan raya dan sepanjang sungai. Pola Linier mengikuti jalur alur
garis

pantai dan jalan raya. Digunakannya pola ini bertujuanuntuk

mendekati

prasarana transportasi (jalan dan sungai) untuk mendekati

lokasi kerja.
B. Pola Persebaran Permukiman Pedesaan Menurut Paul H. Landis dalam
(Bintarto 1893) ditekankan pada segi agrarisnya, yaitu pertanian sebagai
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
bidang mata pencaharian bagi penduduk perdesaan yang diklasifikasikan
sebagai berikut
1.

The Farm Village Type


Tipe desa dengan para penduduk yang tinggal dekat dengan lahan
serta mata pencaharian mereka salah satunya pertanian.
The arranged isolated farm type
Tipe desa dengan para penduduk yang bermukim disepanjang jalan

2.

utama
Pure isolated Type
Tipen perdesaan dengan penduduknya yang tinggal tersebar, terpisah

3.

dari lahan pertanian milik mereka dan terpusat pada satu perdaganga.
C. Pola Persebaran Pemukiman Pedesaan Menurut Alvin L. Bertrand,
memiliki perpaduan antara teori Bintarto dan H. Landis yang
mengklasifikasikan dihubungkan dengan lokasi mata pencaharian
penduduknya, antara lain:
1.
Nucleated Agricultural Village Community
Penduduk desa sekitar satu sama lain saling menggobrol/
menggelompok, jarak lahan pertanian jauh dari permukiman
2.

penduduk.
Line Village Commuty
Permukiman berbentuk deretan memanjang di kiri kanan jalan
atau sungai. Penduduk sekitar mengatur sistem tempat tinggal
mereka mengikuti aliran sungai dan membentuk suatu daerah

3.

perumahan.
Open Country or Trade Center Community
Permukiman pada desa tersebar didaerah pertaniannya. Rumah
antar penduduk satu sama lain dihubungkan dengan jalur lalu
untuk kepentingan perdagangan.

II.7

Definisi Kemiskinan
Kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial
menggunakan konsep kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
(Basic Need Approach), kemiskinan adalah ketidak mampuan dari sisi
ekonomi penduduk suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran atau

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
ketidak mampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimum untuk layak hidup , jadi penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.
II.8
II.9

Karakteristik Kemiskinan
Klasifikasi Kemiskinan
Badan

menggunakan

Koordinasi
23 indikator

Keluarga

Berencana

Nasional

untuk menggolongkan

(BKKBN)

keluarga

dengan

melakukan perhitungan dengan pendekatan non moneter ke dalam 5 kategori


yakti Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II,
Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus. Keluarga miskin
menurut BKKBN adalah keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu atau
lebih dari enam indikator penentu kemiskinan alasan ekonomi, yakni:
1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
4. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telur.
5. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
stel pakaian baru.
6. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi untuk tiap
penghuni.
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 14 (empat
belas) indikator yang menjadi standar kemiskinan suatu keluarga. Suatu
keluarga dapat digolongkan miskin adalah keluarga yang memenuhi minimal
9 (sembilan) indikator penentu kemiskinan, antara lain :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 500 m, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan
dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000 per
bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000, seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya.

II.10 Kebijakan Perencanaan Desa Pesisir


III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data
Data merupakan hal yang diperlukan dalam sebuah penelitian seperti
yang dinyatakan oleh Arikunto (2002), data merupakan segala fakta dan
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi,
sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan sebagai penentu metode yang akan digunakan. Dalam penelitian
ini digunakan 2 jenis data, menurut jenis dan menurut sumbernya.
3.1.1
1.

Jenis Data MenurutJenisnya


Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berupa uraian, ringkasan, atau
kutipan yang berdasar pada perkataan subjek penelitian (Sutopo,
2010). Sumber data diperoleh dari pengamatan langsung dan hasil
wawancara pada wilayah studi yaitu Desa Sindurejo, Kecamatan

2.

Gedangan Kabupaten Malang.


Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2012) data kuantitatif merupakan suatu
karakteristik dari suatu variabel yang nilai-nilainya dinyatakan
dalam bentuk numerical. Sesuai dengan kriterianya, data kuantitatif
bisa

dianalisis

menggunakan

teknik

perhitungan

statistika/matematika.
3.

Jenis Data MenurutSumbernya

1.

Data Primer
Menurut Narimawati, (2008) data primer adalah data yang berasal
dari sumber asli atau pertama. Sumber data diperoleh dari
pengamatan langsung pada wilayah studi contohnya kondisi fisik
desa, pola permukiman desa, potensi dan masalah sesuai dengan
narasumber asli masyarakat di Desa Sindurejo, Kecamatan
Gedangan Kabupaten Malang. Data didapatkan dengan cara
melakukan kuisoner, hasil perhitungan langsung dengan masyarakat

2.

dan wawancara.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiono,2008). Peran data sekunder dalam
penelitian ini sebagai pendukung keperluan data primer. Diperoleh
dari orang di luar peneliti baik secara perorangan, kelompok,
maupun lembaga atau instansi terkait dengan data yang diperlukan.

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG

3.2 Metode Penelitan


3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Teknik Analisis Data
3.5 Desain Survey
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Kabupaten Malang
4.1

Kabupaten Malang
Kabupaten

Malang adalah salah satu Kabupaten di Indonesia yang

terletak di Propinsi Jawa Timur dan merupakan Kabupaten yang terluas kedua
setelah Kabupaten Banyuwangi dari seluruh Kabupaten di Jawa Timur.
Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km atau sama dengan 353.486 ha.
Letak dari Kabupaten Malang berada di 112o1710,90 - 112o5700,00Bujur
Timur, 7o4455,11 - 8o2635,45 Lintang Selatan.Batas-batas Kabupaten Malang
secara administratif dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Jombang dan
Pasuruan
Sebelah Selatan: Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Kediri dan Blitar
Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang
Topografi dari Kabupaten Malang merupakan kawasan dataran tinggi dengan
ketinggian 250-500m diatas permukaan air laut. Kabupaten Malang terletak
didaerah Lereng Gunung Kawi-Arjuno (500-3300m diatas permukaan air
laut dpal), selain itu Kabupaten Malang terletak di perbukitan kapur dan
juga terletak di Daerah Lereng Tengger-Semeru di Bagian Timur (5003600m dpal). Kabupaten Malang memiliki nilai kelembaban tertinggi adalah
90,74% yang terjadi pada bulan Desember, sedangkan nilai terendah
kelembaban terendah terjadi pada bulan Mei dengan rata rata suhu 87,47%.
Kabupaten Malang memiliki suhu rata-rata 26.1 - 28.3 C dengan suhu
maksimal 32.29 C dan minimum 24.22 C.Sehingga potensi hujan yang
terjadi tertinggi pada bulan Desember dan terendah terjadi pada bulan Juni.
4.2
Kecamatan Gedangan
Kecamatan Gedanganmerupakan salah satu kecamatan dari 33
kecamatan yang terdapat di Kabupaten Malang, provinsi Jawa Timur.
Kecamatan Gedangan memiliki 8 desa (Gajahrejo, Gedangan, Segaran,
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
Sidodadi, Sindurejo, Sumberejo, Tumpakrejo, dan Girimulyo), dan
mempunyai jumlah penduduk 56.410 jiwayang terdiri dari 41 Dusun, 101
RW dan 363 RT. Luas Kecamatan Gedangan130,55 km (4,38% luas
Kabupaten Malang). Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani
karena kondisi lahan di Kecamatan Gedanganbersifat produktif.
Kecamatan Gedangan secara geografis merupakan kawasan
dengan kondisi lahan berupa hamparan lahan yang cenderung berbukitbukit dan dataran rendah. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan
Gedangan adalah sebagai berikut:
Sebelah utara

: Kecamatan Pagelaran

Sebelah Timur

: Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Sebelah Barat

: Kecamatan Bantur

Sebelah Selatan

: Samudera Hindia

Kecamatan Gedangan memiliki komposisi penduduk 28.837 (51,12%)


laki-laki dan 27.573 (48,88%) perempuan, dengan kepadatan 431 jiwa/km
dan mayoritas penduduk di kecamatan Gedangan beragama islam.
4.3
4.3.1

Desa Sindurejo
Kondisi Fisik Dasar
Kondisi fisik dasar adalah karakter khas yang dimiliki oleh suatu

daerah. DesaSindurejo terbagi menajadi tiga kondisi fisik dasar yaitu kondisi
geografis, kondisi topografi, kondisi geologi, ,berikut penjelasan;
KondisiGeografis
Desa Sindurejo adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Malang
bagian selatan, tepatnya terletak di kecamatan Gedangan pada12238 Bujur
Timurdan 820 Lintang Selatan. Desa Sindurejo berdiri sejak tahun 1811 tapi
dengan nama desa Lesanpuro. Desa Sindurejo terdiri atas lima dusun, yaitu
Krajan, Punden Sari, SumberPelus, Sumber Winong dan Banjarsari dengan total
luas wilayah keseluruhan adalah 16.200 Ha. Pada tahun 2016 Desa Sindurejo
memiliki penduduk sebanyak 5.731 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1.643 dan
jumlah rumah sebanyak 1.433 rumah. Desa sindurejo berbatasan langsung
dengan daerah :

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
Batas utara
Batas selatan
Batas timur
Batas Barat

: Desa Gedangan,
:SamudraHindia,
: DesaGajahrejo
: DesaTumpakrejo

Kondisi Topografi

Secara Topografi, Desa Sindurejomerupakan desa dataran sedang dengan


topografi berupa perbukitan.
Kondisi Geologi

Wilayah Desa Sindurejo secara umum mempunyai cirri geologi berupa


lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan
,wilayah Desa Sindurejo masih di dominasi oleh lahan pertanian,

4.3.2 Kondisi Fisik Binaan


4.3.3 Kondisi Kependudukan
4.3.1 KondisiKependudukan
Pendud

Lahir(jiw

Mati(jiw

Datang(jiw

Pergi(jiw

Laki-

Perempu

Pendudu

uk Awal

a)

a)

a)

a)

lak

an (jiwa)

(jiwa)
5.739

(jiwa
27

20

33

48

)i
2.962

Akhir(jiw
2.769

a)
5.731

Sumber: Kecamatan Gedangan dalam angka 2015


Masyarakat Desa Sindurejo sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai buruh tani dengan persentase 50,59%, kemudian mata
pencaharian terbesar kedua adalah pekerja kebun yang memiliki persentase
sebesar 11,99%, berikut adalah Tabel 3.1 yang memperlihatkan jumlah dan
jenis pencaharian warga Desa Sindurejo :

Tabel 4.JenisPencaharianDesaSindurejo
No
1.

Mata Pencaharian
Pekerja Kebun

Jumlah
425

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Persentase (%)
11,99

PERENCANAAN DESA 2016 DESA SINDUREJO


KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN MALANG
2.
Peternak
3.
Pedagang
4.
PNS
5.
TNI
6.
Buruh Tani
7.
Buruh Bangunan
8.
Jasa
9.
Lainnya
Sumber : BPS 2015

341
357
21
1
1793
228
32
346

9,62
10,07
0,59
0,03
50,59
6,43
0,90
9,67

4.3.4 Kondisi Kelembagaan


Kondisi fisik kelembagaan adalah karakter kelembagaan khas yang dimiliki
oleh suatu daerah , masyarakat desa Sindurejo masih sangat kental pada
kegiatan gotong-royongnya, hal ini mempengaruhi kondisi kelembagaan
desa Sindurejo , Kepala desa dan perangkat desa, serta masyarakat menjalin
hubungan

yang

sangat baik merupakan kondisi yang ideal dalam

pembangunan , di desa Sindurejo terdapat lembaga karang taruna yang


menaungi pemuda yang ada di desa dan juga terdapat lembaga kelompok
tani yang menaungi para pekerja tani karena mayoritas disana masyarakat
banyak yang bercocok tanam sebagai petani
4.3.5 Kondisi Ekonomi
V. RENCANA KERJA
5.1 Penyusunan dan Pelaksanaan Kegiatan
5.2 Rencana Kegiatan
5.3 Struktur Organisasi

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai