Anda di halaman 1dari 11

Sriwulan Purnama Sari

NIM : 2015-28-259
Jurusan : Manajemen
1. Kebijakan makroekonomi dalam perekonoian tertutup
a. Macam-macam kebijakan Makroekonomi
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Moneter
Kebijakan Pendapatan
Kebijakan Ekonomi Internasional
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal (Fiscal policy) atau disebut juga kebijakan anggaran (budgetary
policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi instrumen
fiskal seperti pengeluaran dan pajak yang ditujukan untuk mempengaruhi tingkat
permintaan agregat dalam perekonomian.
Kebijakan Fiskal terdiri dari :
Kebijakan fiskal diskresioner (Kebijakan fiskal aktif).
Kebijakan fiskal diskresioner (Kebijakan fiskal aktif) adalah kebijakan dimana
pemerintah

melakukan

perubahan

tingkat

pajak

atau

program-program

pengeluarannya. --- bersifat ekspansif dan kontraktif.


Keb. fiskal ekspansif = peningkatan pengeluaran dan/atau penurunan penerimaan
pajak
permintaan agregat
Keb. fiskal kontraktif = pengurangan pengeluaran dan/atau peningkatan

penerimaan pajak
permintaan agregat
Kebijakan fiskal nondiskresioner (Kebijakan fiskal pasif).
Kebijakan fiskal nondiskresioner (Kebijakan fiskal pasif) atau disebut juga
penstabil otomatis adalah segala sesuatu yang menurunkan marginal propensity to
spend (membelanjakan) dari pendapatan nasional.
Dengan kata lain : penstabil otomatis ---Tingkatkan defisit pemerintah atau
turunkan surplus selama periode resesi dan cenderung meningkatkan surplus atau

menurunkan defisit pemerintah selama periode inflasi.


c. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter (monetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah
atau otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar dan tingkat
bunga

untuk

mempengaruhi

tingkat

ketidakstabilan di dalam perekonomian.


Kebijakan moneter terdiri dari :

permintaan

agregat

dan

mengurangi

Kebijakan moneter bersifat ekspansioner (meningkatkan jumlah uang beredar dan

penurunan tingkat bunga).


Kebijakan moneter bersifat kontraksioner (mengurangi jumlah uang beredar dan
peningkatan tingkat bunga).

d. Kebijakan pendapatan
Kebijakan pendapatan disebut juga kebijakan upah dan harga adalah kebijakan yang
dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi atau mengendalikan tingkat kenaikan
harga-harga, upah nominal dan bentuk-bentuk pendapatan lainnya.
e. Kebijakan pendapaan ekonomi Internasional
Kebijakan ekonomi internasional adalah

kebijakan

yang

ditujukan

mempengaruhi posisi keuangan dan moneter dari suatu negara.

untuk

(Kebijakan

perdagangan, seperti tarif, kuota, kebijakan nilai tukar seperti devaluasi.


f. Damak kebijakan Kebijakan makroekonomi dalam perekonoian tertutup
Fiskal
Untuk menjelaskan bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap pendapatan
nasional, diasumsikan pemerintah menJalankan atau menerapkan suatu kebijakan
fiskal yang ekspansif (expansionary fiscal policy), yaitu melalui peningkatan
pengeluaran pemerintah (G). Dengan adanya kenaikan pengeluaran. maka
permintaan agregat (AD) akan naik, atau dalam kerangka model AS-AD akan
menyebabkan kurva AD bergeser ke kanan. Dengan kurva AS yang tertentu, maka
bergesernya kurva AD ke kanan, akan menyebabkan baik tingkat harga (P)
maupun tingkat pendapatan (Y) mengalami kenaikan (lihat gambar 9.l .b).
Naiknya permintaan agregat (AD) yang disebabkan olch kenaikan dalam
pengeluaran pemerintah (G), dalam kerangka model IS-LM akan mendorong
kurva IS bergeser ke kanan, dan hal ini pada gilirannya akan mendorong, baik
tingkat bunga (1) maupun tingkat pendapatan (Y) di dalam perekonomian
mengalami kenaikan pula

Dengan adanya kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G), maka IS akan


bergeser ke kanan dari IS0 (G0) ke IS1 (G1), yang menyebabkan tingkat bunga
dan pendapatan atau output naik masing-masing dari i0 ke i1 dan Y0 ke Y1. (lihat

gambar 9.1.a). Pada gambar 9.1.b, terlihat bahwa dengan adanya kenaikan
pengeluaran pemerintah dari G0 ke G1, telah menyebabkan kurva AD bergeser
dari AD0 (G0) ke AD1(G1), yang selanjutnya menyebabkan baik tingkat output
(Y) maupun tingkat harga (P) naik masing-masing dari Y0 ke Y, dan P0 ke P1.
Bagaimana kalau sebaliknya pemerintah menurunkan pengeluaran (G) nya,
artinya pemerintah dalam hal ini menerapkan suatu kebijakan fiskal yang
kontraktif (con tractionary fiscal policy) ? Dengan turunnya pengeluaran
pemerintah (G), maka dengan asumsi ceteris paribus, hal ini akan menyebabkan
permintaan agregat (AD) turun, atau kurva permintaan agregat (AD) akan
bergeser ke kiri. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang tertentu, maka
bergesernya kurva AD ke kiri akan mengakibatkan baik tingkat harga (P) maupun
tingkat pendapatan (Y) mengalami penurunan. Turunnya AD yang disebabkan
oleh penurunan di dalam pengeluaran pemerintah, dalam kerangka model IS-LM
akan menyebabkan kurva IS bergeser ke kiri, yang selanjutnya menyebabkan baik
tingkat bunga (i) maupun pendapatan (Y) akan mengalami penurunan pula.

Moneter
Anggaplah pemerintah menjalankan atau menerapkan suatu kebijakan moneter
ekspansif (expansionary monetary policy), yaitu melalui peningkatan jumlah uang
beredar (money supply atau Ms) di dalam perekonomian. Dengan adanya ekspansi
moneter tersebut, akan menyebabkan tingkat bunga (i) turun, dan yang pada
gilirannya mendorong investasi (I) naik, dan naiknya investasi selanjutnya
menyebabkan permintaan agregat (AD) juga mengalami kenaikan.
Dalam kerangka model IS-LM, naiknya permintaan agregat (AD) yang
disebabkan oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar tadi, akan mendorong
kurva LM bergeser ke kanan. Sebagai akibatnya, tingkat bunga (i) akan turun,
namun pendapatan (Y) sebaliknya mengalami kenaikan. Dalam kerangka model
AS-AD, adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) yang menyebabkan kurva AD
bergeser ke kanan, (dengan kurva AS yang tertentu), telah menyebabkan baik
tingkat pendapatan (Y) maupun tingkat harga (P) di dalam perekonomian juga
mengalami kenaikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 9.3.a. dan 9.3.b. dimana dengan adanya
kenaikan jumlah uang beredar (Ms) dari dari Ms0 menjadi Ms1, telah
menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 (Ms0) menjadi LM1 (Ms1).
Dengan kurva IS yang tertentu, maka kenaikan di dalam jumlah uang beredar

yang menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan itu telah mendorong tingkat


bunga (1) turun dari l0 menjadi 11, dan pendapatan (Y) akan naik dari Y0 ke Y1
(gambar 9.3.a).
Pada gambar 9.3.b. tampak bahwa dengan adanya kenaikan di dalam jumlah uang
beredar, telah menyebabkan kurva permintaan agregat (AD) bergeser dari AD0
(Ms0) keADl, (Msl), yang selanjutnya mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari
P0 ke P1,

dan pendapatan (Y) juga naik dari Y0 ke Y1.

Sebaliknya, apabila sekarang pemerintah menjalankan suatu kebijakan moneter


kontraktif (contractionary monetary policy) yaitu dengan mengurangi jumlah uang
beredar (Ms) di dalam perekonomian, dalam kerangka model AS-AD akan
menyebabkan kurva AD bergeser ke kiri. Dengan kurva AS yang tertentu,
bergesernya kurva AD ke kiri akan menyebabkan tingkat harga dan pendapatan

turun
Faktor yang mempengaruhi keefektivan fiskal dan kebijakan moneter
Tingkat pendapatan (Y) pada tingkat bunga (R) serta kebijakan fiskal (G) dan (T)
berapa pun. Dengan mempertahankan kebijakan fiscal tetap, semakin tinggi
tingkat bunga, semakin rendah tingkat pendapatan. Kurva IS menggambarkan
persamaan ini untuk nilai-nilai yang berbeda dari (Y) dan (R) berdasarkan nilai
tetap dari (G) dan (T).

Gambar (2.10) menunjukkan apabila kurva IS bergeser ke kanan berarti kebijakan


fiskal ekspansif. Jika kita perhatikan pada masing-masing daerah, kebijakan fiskal
sangat efektif pada daerah keynesian dan efektif pada daerah intermediate range.
Hal ini terlihat dari besarnya perubahan keseimbangan pendapatan nasional
didaerah keynesian. Sementara itu, kebijakan fiskal sama sekali tidak efektif pada
daerah klasik. Ketika ada kebijakan fiskal, keseimbangan pendapatan nasional
tidak berubah.

Kebijakan moneter yang ekspansif ditandai dengan bergeser kurva LM dari LM 0


Ke LM1. Apabila dibandingkan pada ketiga daerah maka kebijakan moneter
sangat efektif didaerah klasik dan efektif pada daerah intermediate. Sementara itu,
kebijakan moneter sama sekali tidak efektif pada daerah keynesian.
2. Inflasi dan pengangguran
a. Inflasi
Defenisi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sebab timbulnya inflasi
Kelebihan Permintaan
Inflasi terjadi jika ada kelebihan permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh
produsen, yang disebut dengan istilah demand pull inflation (lihat lagi di
macam-macam inflasi berdasarkan penyebab).
Kenaikan Biaya Produksi
Inflasi terjadi jika biaya produksi meningkat, yang selanjutnya berakibat pada
naiknya harga jual barang-barang dan jasa.
Pencetakan Uang Baru oleh Pemerintah
Inflasi terjadi jika pemerintah mencetak uang baru untuk menutupi anggaran
negara yang defisit. Pencetakan uang baru bisa menyebabkan jumlah uang
yang beredar lebih banyak dan tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa
sehingga harga-harga akan naik (inflasi).
Lambatnya Produksi Barang Tertentu, Terutama Produksi Makanan
Produksi makanan (pertanian) berbeda dengan produksi pabrik, sebab
produksi makanan (pertanian) dibatasi oleh faktor musim atau genetika.
Sikap Konsumen (Masyarakat) terhadap Informasi Kenaikan Harga
Apabila konsumen mendapat informasi bahwa harga-harga akan naik,
misalnya disebabkan oleh naiknya harga BBM, biasanya konsumen akan
berlomba membeli barang-barang sebelum harga betul-betul naik. Akibatnya,
permintaan akan meningkat tajam dan tidak seimbang dengan jumlah barang
yang tersedia sehingga pasti terjadi inflasi.
Sikap Produsen terhadap Informasi Kenaikan Harga

Apabila produsen mendengar bahwa harga-harga akan naik maka sebagian


produsen justru akan menimbun barang sambil menunggu harga betul-betul
naik, dengan tujuan agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Ketika harga
betul-betul naik tetap saja ada sebagian dari produsen yang tidak menjual
barangnya, karena masih menunggu kenaikan harga yang lebih tinggi lagi.
Perilaku produsen seperti ini menyebabkan penawaran jauh lebih kecil
dibanding permintaan, padahal dalam keadaan seperti ini para konsumen
berlomba-lomba membeli barang, akibatnya pasti terjadi inflasi.
Kebijakan Pemerintah yang Kurang Tepat
Kebijakan pemerintah yang kurang tepat bisa memicu timbulnya inflasi.
Misalnya, jika pemerintah menetapkan aturan (syarat) pemberian kredit yang
terlalu longgar maka bisa dipastikan akan lebih banyak pengusaha yang
mendapat kredit (pinjaman uang). Akibatnya, jumlah uang yang beredar
terlalu banyak sehingga memicu timbulnya inflasi

Jenis inflasi
Inflasi Berdasarkan Benyebab
1) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation), yaitu inflasi yang
terjadi karena kelebihan permintaan atas barang dan jasa. Kelebihan
permintaan yang tidak dapat dipenuhi produsen tersebut tentu akan
mendorong kenaikan harga-harga, karena permintaan lebih besar daripada
penawaran.
2) Inflasi Dorongan Biaya Produksi (Cost Push Inflation), yaitu inflasi yang
terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik akan
mendorong naiknya harga-harga barang dan jasa.
Selain itu, kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan turunnya jumlah
produksi sehingga penawaran menjadi berkurang, jika penawaran berkurang
sedangkan permintaan diasumsikan tetap, maka akibatnya harga-harga akan
naik.
3) Inflasi lain-lain, yaitu inflasi yang terjadi karena berbagai penyebab selain
yang sudah disebutkan di atas.
Seperti, Inflasi yang disebabkan karena pencetakan uang baru dan inflasi
karena lambatnya produksi barang tertentu.
Inflasi Berdasarkan Asal Terjadinya
1) Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation), yaitu inflasi yang hanya
disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari dalam negeri.

Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain, adanya pencetakan uang baru


untuk menutup anggaran negara yang defisit karena naiknya permintaan
masyarakat dan karena kenaikan biaya produksi di dalam negeri (seperti
naiknya upah buruh).
2) Inflasi dari Luar Negeri (Imported Inflation), yaitu inflasi yang disebabkan
oleh faktor-faktor penyebab dari luar negeri. Inflasi ini timbul karena
adanya perdagangan antarnegara.

Dampak inflasi
DAMPAK NEGATIF
Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga

perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada

masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan


uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala
macam kekacauan yang ditimbulkannya.
Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak
bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup
(bangkrut) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya
relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.
DAMPAK POSITIF
Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha

b. Pengangguran
Defenisi
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai

pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan


Jenis pengangguran
Bedasarkan penyebab terjadinya :
Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran
pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat
yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik
turunnya siklus ekonomi.
Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi
ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.
Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan
tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Berdasarkan Cirinya :
Pengangguran Terbuka

Pengangguran

ini

tercipta

sebagai

akibat

pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga


kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga
kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam
suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh
karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih
banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan
kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya ialah, pelayan

restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani dengan
anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil,
Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping
itu, pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet,
nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa
menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai

pengangguran

bermusim.
Setengah Menganggur : Di negaranegara berkembang penghijrahan atau
migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua
orang yang

pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.

Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula


yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam
kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin
hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam
sehari. Pekerjapekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan
ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris :
underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan underemplayment.

Dampak pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia :
Penurunan pendapatan perkapita.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.

Bagi masyarakat :
Menjadi beban psikologis dan psikis.
Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak
kriminalitas
c. Hubungan antara inflasi dan pengangguran
Teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat
pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal. Penemunannya ini
diperolehnya dari hasil pengolahan data empirik perekonomian inggris untuk periode

1861-1957. Kurva yang menggambarkan hubungan di antara tingkat inflasi dan


tingkat pengangguran dinamakan kurva Phillips. Kurva phillips yang menghubungkan
persentase perubahan tingkat upah nominal dengan tingkat pengangguran seperti
diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva phillips dalam bentuk asli. Di samping
itu, ada juga kurva phillips dalam bentuk versi baru yang biasa disebut dengan kurva
phillips yang sudah direvisi yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
Argumentasi untuk menjelaskan kurva phillips di atas dirumuskan dengan formulasi
sebagai berikut :
Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah Tingkat kenaikan produktivitas
Sifat keterkaitan di antara inflasi harga dan tingkat pengangguran :
Pada waktu pengangguran tinggi, kenaikan harga-harga relative lambat, akan tetapi
semakin rendah pengangguran, semakin tinggi tingkat inflasi yang berlaku.
Dari kurva phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi
harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah
d. Pertumbuhan ekonomi
Sumber pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dari factor produksi
Sumber pertumbuhan dengan pendekatan structural
Sumber pertumbuhan pendekatan pengeluaran

Pertumbuhan solo
Dalam teori Solow, Solow menjelaskan bahwa investasi, tabungan, pertumbuhan
penduduk, serta teknologi berpengaruh terhadap tingkat perekonomian dan
pertumbuhannya. Adapun model dasar dari teori pertumbuhan Solow adalah Y = F
(K.L).
Dimana Y = output, K = modal fisik, dan L angkatan kerja. Jika kedua sisi dibagi
dengan L, maka hasilnya akan seperti : Y = f (k). Dengan Y = output per pekerja
dan K = modal per pekerja.
Dari persamaan di atas, bila diketahui bahwa menurut Solow, pertumbuhan
ekonomi bergantung pada perkembangan modal serta pertumbuhan penduduk atau
populasi. Karena pertambahan modal atau kapital dipengaruhi oleh besarnya
tabungan serta adanya depresi modal. Maka dalam periode tertentu pertambahan
modal atau kapital bisa menjadi nol.
Ini disebabkan nilai kapital, baik yang terbentuk maupun yang terdepresi, adalah
sama. Dalam lingkup makro, kondisi ini bisa menyebabkan perekonomian berada
dalam kondisi stabil dengan penghasilan yang tetap.

Dalam teori Solow ini diasumsikan bahwa variabel teknologi bersifat eksogen.
Artinya, variabel ini tidak dipengaruhi oleh variabel lain atau menjadi variabel
bebas. Pada fungsi produksi, teknologi dianggap given atau tetap dan tingkat
penawarannya berada pada posisi tertentu.

Kebijakan pemerintah untuk standar hidup jangka panjang


Mendorong tabungan dan investasi.
Mendorong investasi dari luar negeri
Mendorong pendidikan dan pelatihan.
Menetapkan hak milik aman dan menjaga stabilitas politik.
Mempromosikan perdagangan bebas.
Mempromosikan penelitian dan pengembangan

Kebijakan untuk mempengaruhi tingkat tabugan


Mengevaluiasi tingkat tabungan
Mengubah tingkat tabungan
Mengalokasikan investasi perekonomian
Kebijakan industrial pertumbuhan ekonomi dalam pertumbuhan terbuka
Pembangunan industri diarahkan pada industri-industri yang berbasis

pertanian dan pertambangan, dan kelautan yang mampu memberikan


nilaitambah yang tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal,
regionalnasional, global dan mampu menghasilkan nilai tambah tinggi.
Pengembangan IKM dan Industri Mikro (Industri Rumah Tangga),
perludidorong dan dibina, menjadi usaha yang makin berkembang
danmaju,sehingga

mampu

mandiri

dan

dapat

meningkatkan

pendapatanmasyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.


Menggalakkan iklim yang sehat dalam berusaha bagi pelaku
ekonomi(koperasi, usaha negara, usaha swasta) untuk menumbuhkan
kegiatanusaha yang mampu menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi.
Meningkatkan pertumbuhan usaha kecil informal menjadi pengusaha
kecilformal

yang

tangguh

dan

mandiri

melalui

bantuan

pembangunaninfrastruktur, perijinan dan bantuan teknis.


Meningkatkan dan mengoptimalkan perolehan devisa ekspor produk industri
kehutanan,
turunannya

pertambangan,

pertanian,

dalam

arti

luas

berikutindustri

Anda mungkin juga menyukai