Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

GEOLOGI REGIONAL
Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter di Provinsi Jawa Tengah yang terletak
di bagian utara deretan Pegunungan Serayu Utara. Gunung Ungaran mengalami tiga evolusi,
yaitu morfologi Gunung Ungaran Tertua, Gunung Ungaran Tua, dan Gunung Ungaran Muda
(Bemmelen, 1949). Pembagian morfologi tersebut dibedakan berdasar proses runtuhan dari
tubuh gunungapi yang disebabkan oleh vulkano-tektonik.

Gambar xx. Urutan terbentuknya deretan Pegunungan Serayu Utara, dari Gunung Ungaran
hingga Gunung Merapi (Bemmelen, 1949)

Pada periode pertama Gunung Ungaran, terbentuk pada umur Pleistosen Akhir yang
menghasilkan produk letusan berupa aliran piroklastik, lava andesit, tufa andesit augithornblende yang terendapkan sebagai Formasi Damar. Kemudian periode pertama berakhir
pada umur Pleistosen Tengah dengan kerusakan pada tubuh gunungapinya. Periode kedua
Gunung Ungaran, terbentuk setelah periode pertama berakhir dengan menghasilkan endapan
Formasi Notopuro di atas Formasi Damar secara tidak selaras. Tersusun atas endapan
piroklastik dan lava basalt-andesitik. Berakhirnya periode kedua terjadi bersamaan dengan
sistem sesar vulkano-tektonik yang mengakibatkan kerusakan pada Gunung Ungaran Tua
pada umur Pleistosen Awal (Bemmelen, 1941). Periode keriga dari Gunung Ungaran
terbentuk akibat dari letusan Gunung Ungaran Tua yang menghasilkan lava basaltik-andesitik
dan endapan piroklastik (Hadisantono dan Sumpena, 1993).

SISTEM PANASBUMI
Sistem panasbumi merupakan sistem yang menghantarkan panas dari suatu sumber
yang melibatkan fluida panas (hidrotermal) ke arah permukaan (Nicholson, 1993).
Komponen utama yang terdapat pada sistem panasbumi adalah sumber panas, reservoir, dan
lapisan penutup. Sistem panasbumi memerlukan struktur atau rongga seperti sesar, kekar,
atau permeabilitas litologi untuk tempat pengendapan dari larutan hidrotermal. Endapan
mineral hidrotermal terbentuk akibat sirkulasi fluida hangat maupun panas (sekitar 50 500C) yang melarut, tertransportasi, dan kemudian presipitasi mineral bawaan yang
menghasilkan reaksi perubahan pada kondisi fisiko-kimia (Pirajno, 2009).
Sistem panasbumi di Indonesia memiliki sistem hidrotermal yang memiliki temperatur
tinggi, yaitu di atas 225C, dan beberapa di antaranya memiliki temperatur sedang yang
berkisar 150 - 225C. Umumnya terjadi di dekat gunungapi aktif, namun selain itu dapat
terjadi pada zona intrusi, zona metamorfisme, maupun hasil proses orogenik. Keberadaan
sistem panasbumi seringkali ditunjukkan oleh kehadiran manifestasi panasbumi di
permukaan, seperti mataair panas, kubangan lumpur panas, geyser, dan lainnya.
Sistem panasbumi yang berkembang pada daerah Gunung Ungaran berada pada zona
depresi yang ditutupi oleh litologi berupa batuan vulkanik Kuarter. Prospek panasbumi pada
Gunung Ungaran memiliki sistem dominasi air yang dikontrol oleh struktural berupa kaldera.
Batuan penyusun pra-kaldera berupa batuan vulkanik yang sangat dikontrol oleh sistem sesar
berarah baratlaut baratdaya dan tenggara barat. Namun pada batuan post-kaldera, hanya
terdapat sedikit struktur yang dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiarjo, dkk., 1997).

Dilihat dari kondisi morfologinya, Gunung Ungaran merupakan daerah pengisian air
terhadap area Semarang yang ketinggiannya lebih rendah yang tersusun oleh endapan
gunungapi muda dan lahar Gunung Ungaran (Spitz, 1989, dalam Anonim, 2012). Menurut
catatan dari Badan Geologi (2011), Gunung Ungaran masuk ke dalam tiga cekungan airtanah
(CAT), yaitu CAT Sidomulyo, CAT Rawa Pening, dan CAT Ungaran. Dari ketiga CAT
tersebut, manifestasi panasbumi yang dimiliki Gunung Ungaran pada daerah Gedongsongo
termasuk dalam wilayah CAT Rawa Pening.
Daerah penelitian digolongkan dalam produktivitas yang rendah pada Peta Hidrologi
Lembar Semarang (Said dan Sukrisno, 1988). Hal tersebut disebabkan daerah penelitian

ditutupi oleh batuan vulkanik dan batuan sedimen berumur Miosen yang memiliki sedikit
pori dan tingkat kelolosan air yang rendah. Sehingga air hanya dapat lolos melalui rekahan,
batuan yang sudah lapuk, maupun endapan sungai di sepanjang lembah. Pada puncak Gunung
Ungaran digolongkan sebagai daerah airtanah langka, sedangkan airtanah terangkat dan
akuifer yang dalam kedudukannya mungkin dapat dijumpai pada bagian tubuh Gunung
Ungaran. Akuifer yang produktif umumnya terdapat di sepanjang kaki gunungapi (Said dan
Sukrisno, 1988).
Menurut Said dan Sukrisno (1988), litologi pada Gunung Ungaran dapat dibagi
berdasarkan tingkat kelolosannya terhadap air, yaitu:
1. Endapan Vulkanik Kuarter Tua
Endapan ini memiliki tingkat kelolosan rendah hingga sedang, bergantung dengan jumlah
rekahan.
2. Endapan Vulkanik Muda
Endapan ini memiliki tingkat kelolosan tinggi hingga sedang, utamanya pada endapan
lahar dan aliran lava vesikuler.
3. Endapan Vulkanik Tak Teruraikan
Endapan ini memiliki tingkat kelolosan rendah hingga sedang yang terdiri dari endapan
berupa campuran bahan gunungapi lepas.

Anda mungkin juga menyukai