Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Piroksen
Berdasarkan pengamatan sampel mineral di labaratorium yang dilakukan saat
praktikum pertama oleh praktikan, telah didapatkan beberapa sifat fisik pada mineral
tersebut. Mineral ini memiliki warna hitam. Setelah itu praktikan mengamati mineral
dan menentukan jenis dari mineral tersebut. Karena warna yang gelap praktikan
berpendapat bahwa mineral berjenis mafik. Selanjutnya praktikan mengukur mineral
dengan menggunakan mistar dan didapatkan ukuran panjang 0,9 cm, lebar 0,8 cm,
dan tinggi 0,4 cm. Kemudian mengidentifikasi mineral bahwa minera mempunyai
perawakan meniang atau perismatik pendek. Setelah itu kilap pada mineral dapat
diidentifikasi dari pantulan cahaya yang dihasilkan mineral tersebut, mineral ini
memiliki kilap kaca. Kemudian mineral diidentifikasi menggunakan lup dan
diketahui bahwa mineral tidak memiliki zat pengotor. Tahap akhir dari praktikum ini,
praktikan menggambar sampel pada sebuah lampiran yang berisi deskripsi mineral.
Mineral tersebut dapat disebut dengan piroksen.
Mineral piroksen terbentuk karena adanya proses pembekuan magma pada suhu
tinggi yaitu 1200C. Piroksen termasuk dalam Bowen Reaction Series, yang berarti
dalam pembentukannya terdapat dua macam seri yaitu Discontinuous Series dimana
mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal dan komposisi yang berbeda serta
Continuous Series dimana mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal sama
namun komposisi kimia penyusunnya berbeda. Mineral ini terbentuk secara bertahap,
maka mineral ini memiliki komposisi kimia Fe (besi) dan Mg (magnesium), namun
sudah mulai berkurang. Hal tersebut dikarenakan, semakin turun suhu proses
pendinginan magma maka semakin turun kandungan komposisi kimia yang ada.
Piroksen termasuk kedalam plutonik, sehingga memiliki tekstur kristal yang kasar
karena proses pendinginan magmanya terjadi secara perlahan. Warna dari mineral
piroksen dapat dipengaruhi dari proses pembentukannya. Karena mineral tersebut
terbentuk secara alami, sehingga pada saat proses pembekuan magma tercampur oleh
warna pengotor (Suharwanto, 2014).
Berdasarkan penelitian praktikan dilaboratorium dengan teori pada referensi
bahwa mineral piroksen termasuk jenis mafik. Karena mineral ini termasuk golongan
mineral utama dan berjenis mafik, maka warna mineral ini hitam atau hijau hitam.
6

Kandungan mineral ini adalah Ca, Fe, dan Mg yang merupakan contoh dari ion
logam. Karena kandungan ion logam ni mempengaruhi dari kilap kaca pada
piroksen. Bentuk piroksen adalah prismatik dan belahannya spesifik menjadikan
perawakan kristal yaitu orthorombik dan monoklin. Tidak terdapat pengotor didalam
mineral tersebut maka mineral termasuk dalam idiochromatic, artinya warna dari
mineral tersebut tidak dipengaruhi oleh pengotor.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan di laboratorium, mineral piroksen
memiliki ciri-ciri berwarna hitam. Piroksen terbentuk pada suhu sekitar 900 oC1200oC, oleh karena itu piroksen memiliki warna yang gelap / mafik. Mineral
mempunyai warna gelap karena mineral terbentuk pada suhu yang sangat tinggi
sehingga kandungan Fe-Mg masih banyak. Ketergolongan piroksen dalam mineral
silikat mengakibatkan piroksen memiliki sifat fisik kilap kaca sebagaimana mineral
silikat. Karena piroksen terbentuk pada suhu yang tinggi makan piroksen mudah
terlapuk.
Mineral piroksen sangat sedikit memiliki kegunaan yang spesifik hanya secara
garis besar hanya sebagai mineral penyusun batuan beku dan batuan metamorf, hal
seperti ini disebabkan karenan termasuk mineral silikat. Contohnya batuan andesit,
basalt, dan peridotit. Persebaran mineral piroksen di Indonesia terdapat di daerah
kaki perbukitan maupun di lembah-lembah sungai antara lain daerah Probolinggo,
Madiun, Mojokerto, Malang, dan Pasuruan (Katili, 1959).

2.2 Hornblend
Berdasarkan pengamatan sampel mineral di labaratorium yang dilakukan saat
praktikum pertama oleh praktikan, telah didapatkan beberapa sifat fisik pada mineral
tersebut. Mineral ini memiliki warna coklat. Setelah itu praktikan mengamati mineral
dan menentukan jenis dari mineral tersebut. Karena warna yang gelap praktikan
berpendapat bahwa mineral berjenis mafik. Selanjutnya praktikan mengukur mineral
dengan menggunakan mistar dan didapatkan ukuran panjang 1,1 cm, lebar 1 cm, dan
tinggi 0,7 cm. Kemudian mengidentifikasi mineral bahwa minera mempunyai
perawakan meniang atau perismatik panjang. Setelah itu kilap pada mineral dapat
diidentifikasi dari pantulan cahaya yang dihasilkan mineral tersebut, mineral ini
memiliki kilap arang. Kemudian mineral diidentifikasi menggunakan lup dan
diketahui bahwa mineral memiliki zat pengotor. Tahap akhir dari praktikum ini,
praktikan menggambar sampel pada sebuah lampiran yang berisi deskripsi mineral.
Mineral tersebut dapat disebut dengan hornblend.
Mineral hornblend terbentuk pada suhu yang tinggi, yaitu 700C-600C. Mineral
hornblend dalam reaksi Bowen termasuk dalam kategori discontinuous series.
Sehingga, di dalam mineral hornblend terkandung komposisi kimia Fe (besi) dan Mg
(magnesium) yang tinggi. Hornblend banyak tersebar dalam bentuk batuan beku dan
batuan metamorf. Hornblend termasuk dalam mineral jenis mafik dan termasuk
dalam mineral sekunder. Bentuk akhir dari hornblend dinamakan uralitic hornblend
dan uralite. Hornblend termasuk unsur utama dari golongan batuan amphibole.
Mineral ini merupakan bagian dari mineral silika yang memliki warna gelap
Hornblend mengandung unsur kimia Mg, Ca, Na, Fe, Al (Hurlbut, 1951).
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan di laboratorium dengan teori pada
referensi bahwa hornblend memiliki warna coklat. Warna hornblend biasanya hitam,
hijau tua atau coklat, perbedaan warna ini juga di pengaruhi oleh pengotor dari unsur
lain yang biasa disebut allochromatic. Kandungan Fe-Mg dari mineral ini
menyebabkan warnanya gelap sehingga hornblend termasuk mineral mafik.
Hornbend biasanya lebih sering di namakan amphibole. Sistem kristal monoklin
menyebabkan perawakan mineral ini meniang.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan di laboratorium, mineral hornblend
memiliki ciri-ciri yang berhubungan dengan petrogenesanya. Hornbend terbentuk
pada suhu yang tinggi 600oC-900oC menyebabkan kandungan Fe-Mg masih banyak.

Sehingga warnanya menjadi gelap, warna yang gelap menjadikan hornblend masuk
dalam mineral mafik atau mineral utama. Pada mineral hornblend yang ada di
laboratorium warnanya coklat, ini disebabkan karena adanya pengotor yang
mempengarusi komposisi kimia dari mineral tersebut atau allochromatic. Hornblend
lebih sering disebut dengan amphibole.
Hornblend sangatlah keras dan perlu dipoles dengan keras. Warna gelap dan
tekstur yang dimiliki mineral ini membuat mineral ini terkenal di bidang konstruksi.
Biasanya dapat digunakan untuk batuan alas dan pelapis bangunan (bagian dalam
dan luar bangunan). Dapat digunakan juga untuk dasar pembangunan jalan dan rel
kereta. Bila hornblend di poles dan diproduksi sedimikian rupa, mineral ini dapat
menjadi perhiasan. Hornblend banyak ditemukan di daerah uang mengalami
meramorfisme yaitu rangkaian Gunung Appalachian. Persebarannya di Indonesia itu
terdapat di daerah gunung berapi (vulkanik) yang menghasilkan batuan andesit,
seperti Gunung Merapi di Yogyakarta (Anna, 2010).

10

2.3 Garnet
Berdasarkan pengamatan sampel mineral di labaratorium yang dilakukan saat
praktikum pertama oleh praktikan, telah didapatkan beberapa sifat fisik pada mineral
tersebut. Mineral ini memiliki warna coklat kemerahan. Setelah itu praktikan
mengamati mineral dan menentukan jenis dari mineral tersebut. Karena warna yang
gelap praktikan berpendapat bahwa mineral berjenis mafik dan termasuk dalam
mineral sekunder. Selanjutnya praktikan mengukur mineral dengan menggunakan
mistar dan didapatkan ukuran panjang 1,3 cm, lebar 1,1 cm, dan tinggi 1 cm.
Kemudian mengidentifikasi mineral bahwa minera mempunyai perawakan membutir
atau rounded habits. Setelah itu kilap pada mineral dapat diidentifikasi dari pantulan
cahaya yang dihasilkan mineral tersebut, mineral ini memiliki kilap kaca. Kemudian
mineral diidentifikasi menggunakan lup dan diketahui bahwa mineral memiliki zat
pengotor. Tahap akhir dari praktikum ini, praktikan menggambar sampel pada sebuah
lampiran yang berisi deskripsi mineral. Mineral tersebut dapat disebut dengan garnet.
Garnet merupakan kelompok mineral silika dan terbentuk secara metamorfik.
Mineral ini terbentuk di daerah magmatisme jadi dapat terkena tekanan dan suhu
yang tinggi yaitu 900C-1100C. Mineral ini biasanya terbentuk di dalam bumi dan
memiliki warna yang cenderung gelap, dan termasuk dalam jenis mafik. Garnet
mengandung unsur kimia Ca, Mg, Fe, dan Al yang termasuk ion logam. Bila garnet
mendapat tekanan dan suhu tinggi dapat pecah dan membentuk potongan-potongan
kecil dengan sudut yang tidak merata yang merupakan sifat khas bagi mineral ini
(Suharwanto, 2015).
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan di laboratorium dengan teori dari
referensi garnet memiliki warna coklat kemerahan yang berarti mineral tersebut
termasuk mineral sekunder dan golongan mafik. Hal tersebut dikarenakan bahwa
mineral mafik merupakan mineral-mineral yang memiliki warna gelap. Di alam
garnet memiliki warna yang bervariasi, hal ini disebabkan karena komposisi kimia
garnet sangat beragam, yang mengakibatkan warna dari garnet berubah seiring
dengan komposisi kimia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di laboratorium, garnet memiliki warna
coklat kemerahan, serta termasuk dalam jenis mafik. Hal itu disebabkan garnet
terbentuk akibat tekanan dan suhu yang tinggi. Suhu tersebut antara 900 oC-1100oC.
Selain itu garnet juga terbentuk akibat proses metamorfisme dan pelapukan. Sistem

11

perawakan kristal yang membutir atau lebih tepatnya cube-octahedron combination


mengakibatakan garnet memiliki sudut-sudut yang tajam dan runcing, ini akibat
tekanan dan suhu yang secara terus menerus berubah-ubah. Permukaan garnet
terlihat seperti kaca akibat pendinginan magma yang secara lambat, mengakibatkan
garnet memiliki kilap kaca. Proses yang dialami oleh garnet ini terjadi sangat lama
menyebabkan garnet mengalami pengotoran sehingga mineral garnet yang ada di
laboratorium ini tergolong allochromatic.
Hornblend sangatlah keras dan perlu dipoles dengan keras. Mineral ini biasanya
digunakan menjadi ampelas garnet. Selain itu dapat digunakan untuk pengamplas
sabuk, CD, dan strips. Pada zaman sekarang, garnet digunakan untuk material
abrasive blasting, untuk filter air dalam proses water jet cutting dan untuk membuat
serbuk kasar. Garnet banyak tersebar di Australia, Cina, dan India, dan mereka
adalah pengekspor garnet. Rusia dan Turki juga banyak memproduksi garnet tetapi
tidak mereka ekspor. Persebaran di daerah Maluku Utara, Kalimantan Timur, Marta
Pura, dan Karang Sambung, Kebumen (Anna 2010).

Anda mungkin juga menyukai

  • Pernyataan Tujuan Magister
    Pernyataan Tujuan Magister
    Dokumen1 halaman
    Pernyataan Tujuan Magister
    B. Brilliantoro
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Akuifer Karst
    Rangkuman Akuifer Karst
    Dokumen4 halaman
    Rangkuman Akuifer Karst
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • BAB II Acara X
    BAB II Acara X
    Dokumen7 halaman
    BAB II Acara X
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 6 Struktur GA
    Kuliah 6 Struktur GA
    Dokumen23 halaman
    Kuliah 6 Struktur GA
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • BAB III Acara X
    BAB III Acara X
    Dokumen2 halaman
    BAB III Acara X
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Data Kimia Baru
    Data Kimia Baru
    Dokumen66 halaman
    Data Kimia Baru
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Resum
    Resum
    Dokumen4 halaman
    Resum
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Eksplorasi
    Eksplorasi
    Dokumen1 halaman
    Eksplorasi
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • BAB I Acara X
    BAB I Acara X
    Dokumen10 halaman
    BAB I Acara X
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Yess
    Yess
    Dokumen1 halaman
    Yess
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Model Eer
    Model Eer
    Dokumen43 halaman
    Model Eer
    cofry
    Belum ada peringkat
  • Titi Pan
    Titi Pan
    Dokumen5 halaman
    Titi Pan
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Penman
    Penman
    Dokumen1 halaman
    Penman
    Bayemm Jak Kleuuponn
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan
    Cover Laporan
    Dokumen7 halaman
    Cover Laporan
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • IUT Set Jadi
    IUT Set Jadi
    Dokumen36 halaman
    IUT Set Jadi
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • DEBIT SUNGAI
    DEBIT SUNGAI
    Dokumen13 halaman
    DEBIT SUNGAI
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Lingkungan Amdal
    Ilmu Lingkungan Amdal
    Dokumen6 halaman
    Ilmu Lingkungan Amdal
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Acara 5 Fix
    Acara 5 Fix
    Dokumen14 halaman
    Acara 5 Fix
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Kartul
    Kartul
    Dokumen18 halaman
    Kartul
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Diabas
    Diabas
    Dokumen2 halaman
    Diabas
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Iling
    Iling
    Dokumen2 halaman
    Iling
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • BAB II LANDASAN TEORI - Sistem Informasi
    BAB II LANDASAN TEORI - Sistem Informasi
    Dokumen33 halaman
    BAB II LANDASAN TEORI - Sistem Informasi
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Pesan dan kesan cerita mahabarata tentang kebaikan vs kejahatan
    Pesan dan kesan cerita mahabarata tentang kebaikan vs kejahatan
    Dokumen1 halaman
    Pesan dan kesan cerita mahabarata tentang kebaikan vs kejahatan
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • GENESA BATUBARA
    GENESA BATUBARA
    Dokumen16 halaman
    GENESA BATUBARA
    Yusendraputra
    Belum ada peringkat
  • Geobar 1
    Geobar 1
    Dokumen2 halaman
    Geobar 1
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Lingkungan Amdal
    Ilmu Lingkungan Amdal
    Dokumen6 halaman
    Ilmu Lingkungan Amdal
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat
  • Tugas Minggu Kedua: Pendahuluan
    Tugas Minggu Kedua: Pendahuluan
    Dokumen42 halaman
    Tugas Minggu Kedua: Pendahuluan
    softyputriadsura
    Belum ada peringkat