Anda di halaman 1dari 15

Benjolan pada Leher Sebelah Kiri

Dicky Alfian Ade Muda


102014096
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061, E-Mail : dicky.2014fk096@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh dari berbagai faktor
penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali
normal atas pertumbuhannya. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang tumor ganas
dan jinak , pemeriksaan yang dibutuhkan dan pengobatan untuk tumor ganas.
Skenario
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke klinik Ukrida dengan keluhan teraba benjolan di
leher sebelah kiri.
Identifikasi istilah
Tidak ada istilah yang tidak diketahui penulis
Rumusan masalah
Laki-laki 50 tahun dengan keluhan teraba benjolan di leher sebelah kiri
Analisis masalah

Hipotesis
Laki-laki tersebut menderita tumor ganas leher kiri
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit si pasien. Riwayat pasien
merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya yaitu segala hal yang diceritakan
penderita.1 anamnesis tentang keluhan kanker pada seorang pasien dapat bermacam-macam
mulai dari tidak ada keluhan sampai banyak sekali keluhan, bisa ringan sampai dengan berat.
Kanker stadium dini pada umumnya tidak menimbulkan keluhan apapun. Keluahan atau gejala
yang timbul biasanya bergantung pada lokasi tumor pada organ, stadium lanjut dari tumor dan
penyakit yang ditimbulkannya.2 berdasarkan skenario dari anamnesis didapatkan keterangan
timbul benjolan sejak 1 bulan yang lalu, tidak nyeri.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebagaimana dilakukan secara rutin di klinik juga perlu dilakukan pada pasien
tumor padat. Pemeriksaan fisik sangat penting sebagai data dasar keadaan umum pasien dan
keadaan tumor tersebut saat didiagnosa. Selain pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus
terhadap tumor tersebut perlu dideskripsikan secara rinci.2 Untuk tumor yang letaknya diluar atau
dekat dengan permukaan tubuh, jika perlu digambarkan topografinya pada organ tubuh supaya
mudah mendeskripsikannya. Selain itu perlu dicatat ukuran tumor, konsistensinya, ada
perlekatan atau tidak dengan organ dibawahnya atau kulit diatasnya, jika ada komplikasi lokal
perlu dicatat. Misalnya terdapat ulkus, tanda-tanda infeksi, abses dan lain-lain. 2 Berdasarkan
skenario didapatkan ukuran 3x3 cm, konsistensi keras, permukaan rata, batas tidak tegas, tidak
bergerak.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk menunjang diagnosis tumor penting dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui keadaan pasien apakah ada penyakit sekunder dan juga untuk persiapan
terapi yang akan dilakukan. Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain darah
lengkap, urine lengkap, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, dan lain-lain3
2

Pemeriksaan patologi anatomi


Pemeriksaan patologi anatomi ialah pemeriksaan morfologi tumor, meliputi pemeriksaan
makroskopi dan mikroskopi. Bahan untuk pemeriksaan PA dapat diperoleh dari biopsi
tumor atau dari specimen operasi. Ada beberapa cara biopsy yang sering dilakukan yaitu
biopsy insisi, yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor dengan dengan
menggunakan pisau bedah, biopsy eksisi yaitu mengambil seluruh tumor secara eksisi.
Untuk tumor jinak , tindakan ini sekaligus untuk terapi. Biopsy truncut yaitu mengambil
sebagian jaringan tumor dengan alat biopsy berbentuk jarum besar yang dapat memotong
dan mengambil jaringan tumor, biopsy aspirasi dengan jarum ( needle aspiration biopsy)
yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor dengan cara disedot menggunakan jarum
yang ditusukan ke dalam jaringan tumor dan biopsy endoskopi yaitu mengambil sebagian
kecil jaringan tumor dengan menggunakan endoskop. Selanjutnya bahan biopsy tersebut
dip roses agar dapat dipotong sangat halus dengan cara sediaan beku ( vries coupe),
parafinne block, plastic coupe dll dan dilakukan pewarnaan sesuai tujuan pemeriksaan.

Pemeriksaan PA antara lain dipergunakan untuk menentukan :


1. Diagnosis patologi atau morfologi yang didasarkan pada hasil pemeriksaan
mikroskopis dan sekaligus bisa untuk menentukan jaringan asal tumor ( epitel,
embrional, mesenkim, atau campuran)
2. Sifat tumor: jinak, ganas, karsinoma in situ
3. Derajat diferensiasi sel. Ada 4 derajat, yaitu:
o G1: diferensiasi baik ( well differentiated)
o G2: diferensiasi sedang( moderately differentiated)
o G3: diferensiasi buruk ( poorly differentiated)
o G4: tanpa diferensiasi ( undifferentiated or anaplastic)
Pemeriksaan penunjang lain3
1. Pencitraan (imaging)
Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakan diagnosis. Pada
tumor yang letaknya profunda dari bagian tubuh atau organ, pemeriksaan diperlukan
untuk tuntunan pengambilan sampel patologi anatomi. 3 Beberapa pemeriksaan
imaging antara lain
1. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras. Contoh : X-foto tengkorak, leher,
toraks, abdomen, tulang, mammografi,dll
2. Radiografi dengan kontras. Contoh : saluran cerna bagian atas, bronkografi, colon
in loop, kistografi dll.
3

3. USG( ultrasonografi) yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara.


Contoh: USG abdomen, USG urologi
4. CT- scan ( computerized tomography scanning). Contoh : scan kepala, toraks,
abdmen.
5. MRI (magnetic resonance imaging). Merupakan alat scanning yang menggunakan
magnet inti sel terutama ion hidrogen. Hasilnya dikatakan lebih baik dari CTscan.
Differential diagnosis
Tumor jinak leher kiri
Suatu tumor dikatakan jinak (benigna) apabila tumor tersebut akan tetap terlokalisasi, tidak dapat
menyebar ke tempat lain, dan pada umumnya dapat dikeluarkan dengan tindakan bedah lokal.
Tumor jinak terdiri atas sel berdiferensiasi baik yang sangat mirip dengan padanannya yang
normal. Lipoma terdiri dari sel lemak matur yang dipengaruhi oleh vakuol lemak di dalam
sitoplasmanya dan kondorma terbentuk dari sel tulang rawan matur yang mensintesis matriks
tulang rawan normal, yang merupakan bukti terjadinya diferensiasi morfologik dan fungsional. 3
Working diagnosis
Tumor ganas leher kiri
Tumor ganas ( maligna) secara kolektif disebut kanker. Tumor melekat erat dan lesi dapat
merusak struktur didekatnya dan menyebar ke tempat lain ( metastasis) serta menyebabkan
kematian. Tidak semua kanker berkembang sedemikian mematikan. Neoplasma ganas ditandai
dengan diferensiasi yang beragam dari sel parenkim dari yang berdiferensiasi baik sampai yang
sama sekali tidak berdiferensiasi. Neoplasma ganas yang terdiri dari sel tidak berdiferensiasi
dikatakan bersifat anaplastik. Tidak adanya diferensiasi atau anaplasia dianggap sebagai tanda
utama keganasan. 3
Karakteristik
Diferensiasi/ anaplasia

jinak
Berdiferensiasi baik, struktur

Ganas
Sebagian tidak

mungkin khas jaringan asal

memperlihatkan diferensiasi
disertai anaplasia; struktur
sering tidak khas.
4

Laju pertumbuhan

Invasi lokal

Metastasis

Biasanya progresif dan

Tidak terduga dan mungkin

lambat; mungkin berhenti

cepat atau lambat; gambaran

tumbuh atau menciut;

mitotik mungkin banyak dan

gambaran mitotic jarang dan

abnormal

normal
Biasanya kohesif dan

Invasi lokal, menginfiltrasi

ekspansil, massa berbatas

jaringan normal di sekitarnya;

tegas yang tidak menginvasi

kadang-kadang mungkin

atau menginfiltrasi jaringan

tampak kohesif dan ekspansil

normal di sekitarnya

tetapi dengan invasi

Tidak ada

mikroskopis
Sering ditemukan, semakin
besar dan semakin kurang
berdiferensiasi tumor primer,
semakin besar kemungkinan
metastasis

Tabel 1. Perbedaan tumor jinak dan ganas3


Etiologi
Pola insidensi kanker bervariasi sesuai jenis kelamin, ras, dan letak geografi. Selain itu jenis
tumor yang ditemukan bervariasi sesuai usia. faktor lingkungan yang dikaitkan dengan insidensi
kanker terbagi menjadi 3 kategori umum: radiasi, berbagai bahan kimia dan virus.4

Karsinogen kimiawi
Dengan perkembangan industri yang pesat dewasa ini semakin banyak zat kimiawi baru muncul.
Semua zat kimia yang dapat menimbulkan kanker pada manusia disebut karsinogen kimiawi.
Dari studi epidemiologi dan etiologi kanker telah dibuktikan bahwa karsinogen kimiawi pada
hewan mencapai 2000 jenis lebih dan sebagian diantaranya kemungkinan berkaitan dengan
5

kanker pada manusia.4 Menurut mekanisme kerjanya , zat karsinogen kimiawi dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu karsinogen langsung, karsinogen tidak langsung dan zat pemacu kanker.
Yang dimaksud dengan karsinogen langsung adalah zat yang setelah masuk ke dalam tubuh
dapat langsung bekerja pada sel tubuh tanpa perlu melalui metabolisme lebih dahulu. Zat ini
dapat langsung menginduksi sel normal menjadi kanker. Sifat karsinogenik zat ini kuat, efeknya
cepat, sering digunakan untuk riset karsinogenesis in vitro. Contohnya adalah berbagai zat
karsinogen alkilasi, golongan nitrosilamin dan lain-lain. Yang dimaksud dengan karsinogen tidak
langsung adalah zat yang setelah masuk ke dalam tubuh memerlukan aktivasi melalui kerja
enzim oksidase multifungsi mikrosomal dalam tubuh menjadi bentuk aktif. Karsinogen jenis ini
luas tersebar dilingkungan luar, yang sering ditemukan adalah hidrokarbon aromatic polisiklik,
golongan amin aromatik, golongan nitrosamine, aflatoksin, dan lain-lain. Zat pemacu kanker
disebut juga sebagai agen promosi tumor. Zat pemacu tumor secara tersendiri di dalam tubuh
tidak dapat menimbulkan kanker tapi dapat memacu karsinogen lain menimbulkan kanker. Zat
pemacu kanker yang sering ditemukan adalah minyak kroton, sakarin, dan fenobarbital. 4
Radiasi pengion
Radiasi pengion merupakan karsinogen fisika yang terpenting, terutama radiasi gelombang
elektromagnetik bergelombang pendek dan berfrekuensi tinggi, serta radiasi electron, proton dan
lain-lain. Kerusakan DNA akibat radiasi pengion terutama berupa patahnya rantai tunggal dan
perubahan struktur DNA. Pada tingkat sel dapat menyebabkan kromosom patah.4
Sinar UV
Paparan radiasi matahari atau ultra violet dalam jangka waktu panjang bersifat karsinogenik bagi
manusia. Kanker kulit akibat sinar ultraviolet terkait dengan terbentuknya pirimidin dimer pada
DNA. Pirimidin dimer ini akan menyebabkan perubahan struktur gen dan kekeliuran replikasi
DNA.4
Virus karsinogen
Pengaruh virus dalam etiologi tumor telah diteliti sejak 90 tahun yang lalu. Walaupun hubungan
virus dan kanker belum dapat sepenuhnya dijelaskan, namun bukti percobaan menunjukan virus
tertentu jelas berhubungan dengan jenis kanker tertentu pada manusia. Virus tumor adalah virus
6

yang dapat menimbulkan tumor pada tubuh atau merubah sel menjadi ganas. Interaksi antara
virus dan sel hospes menyebabkan transformasi ganas sel, kunciya adalah adanya gen virus yang
onkogenik berinteraksi dengan DNA sel sehingga DNA virus menjadi bagian integral dari DNA
sel. Dengan demikian akan terjadi transformasi keganasan. 5
Obat
Obat dan hormone tertentu telah dibuktikan dapat bersifat karsinogenik. Bahan alkilasi telah
dibuktikan menimbulkan peningkatan isidensi leukemia mielositik akut dan mungkin keganasan
lain bahan ini digunakan sebagai terapi pada kanker dengan kenyataan bahwa prognosis yang
buruk jauh melebihi peningkatan resiko timbulnya kanker baru pada masa mendatang.4
Usia
Tumor dan usia berkaitan erat, spectrum tumor pada anak, remaja, dewasa berbeda. Sebab
perbedaan belum jelas, mungkin mencakup berbagai faktor, seperti diferensiasi jaringan dan
tingkat maturasi, respon hospes, perbedaan metabolisme zat, konsentrasi hormone karena
pertambahan usia. Pada umumnya dengan pertambahan usia, insiden kanker juga meningkat
penyebabnya mungkin karena zat karsinogenik untuk bertransformasi, perubahan ganas dan
menjadi tumor memerlukan proses yang panjang mungkin saat remaja mendapat zat
karsinogenik namun pada usia lanjut baru timbul kanker dan mungkin karena imunitas pada usia
lanjut menurun.5
Diet
Diet mempunyai pengaruh tertentu terhadap timbulnya tumor, diantaranya mencakup berbagai
zat dalam bahan makanan, yang setelah dimetabolisme dan retensi berefek karsinogenik pada sel
hospes atau karena menurunkan imunitas hospes sehingga membantu tumbuhnya tumor.
Timbulnya tumor tertentu berkaitan dengan makanan yang diasap, jamuran, air minum yang
tidak bersih, berbagai zat pengawet, zat warna yang masuk ke dalam tubuh juga mungkin
mengandung karsinogen. Yang perlu ditekankan tubuh hospes sendiri melalui metabolisme
menghasilkan karsinogen tertentu yang menyebabkan transformasi hingga perubahan sel menjadi
ganas.5

Dapat disimpulkan fisik berpengaruh pada timbulnya tumor pada dari berbagai aspek, timbulnya
tumor merupakan hasil interaksi majemuk dari berbagai faktor.
Epidemiologi
Dari data WHO diketahui, setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah menjadi 6,25
juta orang. Di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakitpenyakit kardiovaskuler. Sepuluh tahun mendatang, diperkirakan 9 juta orang di seluruh dunia
akan meninggal karena kanker setiap tahunnya.6
Gumawan Achmad seorang ginekolog (Kompas, 2001) menyatakan bahwa dua pertiga dari
penderita kanker di dunia berada di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti
Fadilah Supari dalam sambutannya ketika membuka Temu Ilmiah Dokter Bedah Onkologi
Indonesia ke-1 (1st International Scientific Meeting di Indonesi Society of Surgical
Oncologyst/ISSO), menyatakan bahwa jumlah pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200
juta lebih penduduk Indonesia 6
Bahkan telah diperkirakan bahwa menjelang permulaan abad ke-21, peta penyakit di Indonesia
akan mendekati peta penyakit di negara maju dimana penyakit kanker berada pada urutan ketiga
penyebab terjadinya kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan kecelakaan (Tambunan,
1995). Walaupun demikian, apabila penyakit ini dapat dideteksi pada tahap awal, maka lebih
daripada separuh penyakit kanker dapat dicegah, bahkan dapat disembuhkan (KBI Gemari,
2003). Sayangnya hasil diagnosis kanker menyatakan bahwa 80% penderita kanker ditemukan
pada stadium lanjut, yakni stadium 3 dan 4. 6

Patofisiologi
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan Karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar karsinogen sebenarnya tidak
reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di dalam tubuh diubah menjadi
karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir (ultimate). SitokromP450 suatu monooksidase dependen retikulum endoplasmik sering mengubah karsinogen proximate menjadi
8

intermediatedefisienelektron yang reaktif (electrophils). Intermediate (zat perantara) yang reaktif


ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di DNA yang kaya elektron (nucleophilic) untuk
menimbulkan mutasi. Interaksi antara karsinogen akhir dengan DNA semacam ini dalam suatu
sel diduga merupakan tahap awal terjadinya karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih
kembali bila mekanisme perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang mengalami perubahan
dapat tumbuh menjadi tumor yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-karsinogen (promoter)
sendiri bukan karsinogen. Promoter berperan mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel
tumor dormant atau latent.3Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase awal
tergantung pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada manusia periode
laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun.Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui
displasi terjadi melalui mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme
karninogenesis ini terjadi melalui tiga tahap yaitu :
1. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat irreversible, dimana gen
pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA dirusak oleh zat-zat inisiator seperti
radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi
DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel
dan seterusnya. Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.3
2. Tahap Promosi
Pada proses floriferasi fase sel mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan dan secara
continue terus mengulang. diteruskan dengan proses metastasis dimana penyebab utama dari
kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan keganasan.Dalam berlangsungnya proses
ini melibatkan interaksi kompleks, tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri,
namun matriks ekstraseluler, membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang
berpartisipasi.3 mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa host pertahanan mechanims
9

pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker. Setelah itu terjadi
lagi proses neoangiogenesis.Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru
yang terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru
setelah cidera. Akan tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah yang sangat penting dalam
Carsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker (cancer) sehingga terjadi perkembangan sel kanker
yang tidak terkendali dan bersifat ganas.Angiogenesis juga berkembang menjadi sesuatu yang
bersifat patologis dan berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata.
Kondisi patologi angiogenesis ini dikarakterisasi oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan
penghancuran sel normal yang ada di sekitarnya. Berbeda dangan angiogenesis fisiologis,
angiogenesis patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa tahun dan biasanya
berhubungan dengan beberapa gejala klinis.3 Angiogenesis patologi adalah pembentukkan
pembuluh darah baru yang tidak normal dimana tubuh akan kehilangan kontrol dalam mengatur
keseimbangan sekresi angiogenik stimulator dan inhibitor. Sel kanker akan memproduksi
angiogenics growth factor yang menyimpang dalam jumlah yang banyak dimana efeknya akan
kuat sekali dalam meniadakan efek angiogeneics inhibitor. Sebagai akibatnya adalah terjadinya
pembentukkan pembuluh darah yang baru dengan sangat cepat dalam pola yang tidak terkontrol.
3. Tahap Prpgresif
Pada progresif ini gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan
mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas. Terjadi aktivasi, mutasi atau
hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pra-malignan dan
malignan.Fase metastasis meliputi beberapa tahap pemisahan, termasuk pemisahan sel kanker
dari sel induk, masuk dalam sirkulasi sistemik atau kelenjar limfe, sehingga dapat menginvasi
jaringan baru. Kemampuan invasi sel kanker ini dihubungkan dengan banyaknya produksi

10

protease pada sel kanker ini. Protease akan mempengaruhi interaksi sel dan memfasilitasi
pergerakan sel kanker melalui matriks ekstraseluler.3 Tahap metastasis ini, merupakan tahap
paling kritis yang menyebabkan gejala klinis dan bahkan kematian.Terbentuknya sel kanker dan
kemampuannya untuk berjalan, metastasis, adalah suatu proses yang sangat kompleks, yang
melibatkan benyak gen didalamnya. Pada perjalanannya, satu sel kanker harus melepaskan diri
dari kelompoknya (primary tumor) untuk mengadakan invasi kedaerah sekitarnya, berusaha
menembus pembuluh lymph atau secara langsung mencari pembuluh darah, berjuang melawan
proses pertahanan tubuh (hos immune defense), berhenti diorgan tujuannya dan memulai
berkembang biak di lingkungan barunya (secondary tumor).Dengan kemampuan bermetastasis
sel kanker untuk menembus jaringan normal, maka tumor ganas primer dapat menyebarkan selsel kankernya ke seluruh tubuh. Metastasis tumor ganas dapat melalui bermacam-macam, yaitu :
1. Infiltratif
Adalah penyebaran ke jaringan sekitarnya, terjadi secara perlahan-lahan, sel-sel kanker
menyebuk ke dalam jaringan sehat sekitarnya atau di dalam ruang antara sel. 3
2. Limfogen
Yaitu sel-sel kanker masuk ke dalam pembuluh limfe dan merupakan embolus masuk ke dalam
kelenjar getah bening regional dan melekat pada simpainya.3
3.Hematogen
Yaitu lewat pembuluh darah. Masuknya sel-sel kanker ke dalam pembuluh darah.
4. Implantasi
Biasanya terjadi di meja operasi, misal : jika alat telah digunakan untuk operasi dan dipakai
untuk operasi lagi tanpa disterilkan terlebih dahulu.3
5.Perkontinuitatum
Yaitu kontak langsung, misalnya tumor gaster menjalar ke ovarium.
Gejala klinis
keganasan menimbulkan gejala klinis melalui tiga cara umum yaitu efek massa berupa ablasi
akibat invasi atau crowding, obstruksi pembuluh, saluran atau duktus, robeknya pembuluh darah,
11

sindroma paraneoplastik berupa pembentukan hormone ektopik, neuropati dan kelainan ssp,
kelainan kulit, gangguan metabolic seperti anoreksia, penurunan berat badan, demam, gangguan
hematologic, dan yang ketiga efek psikososial berupa hilangnya control, penerimaan
keterbatasan pribadi, takut terhadap nyeri dan amputasi. Dengan efek langsung akibat invasi atau
penekanan jaringan normal, pelepasan sitokin, hormon, dan bahan aktif biologis lain ke dalam
lingkungan lokal dan sistemik. Gejala klinis yang timbul akibat pelepasan bahan biologis aktif
biasanya dikelompokan dalam kategori sindroma paraneoplastik. Pada sebagian besar kasus,
tumor menimbulkan gejala klinis akibat ekspansi lokal disertai obliterasi jaringan normal,
sewaktu sel ganas berproliferasi di dalam batas organ yang bersangkutan.4
Penatalaksanaan
Obat sitotoksik dan siklus sel
Sebagian besar obat menunjukan variasi toksisitas letal pada sepanjang siklus sel. Sebagian besar
anti metabolit menimbulkan toksisitas letal hanya pada sel-sel yang mensintesis DNA, dimana
metotreksat dan doksorubrisin mempunyai toksisitas maksimum pada untuk fase S. banyak obat
dari golongan ini juga menghambat onset atau kelanjutan sintesis DNA dari sel yang lolos dari
terapi. Toksisitas letal pada suatu fase siklus sel tidak selalu sikron dengan mekanisme kerja
obat. Vinkristin dan vinblastin diketahui menggangu pertumbuhan mitotic spindle, menyebabkan
terhentinya sel pada fase mitosis. Obat sitotoksik dapat dikategorikan menjadi 1) obat yang
efektif pada fase tertentu dari siklus sel 2) obat yang efektif pada sel yang berbeda pada siklus
sel, namun tidak tergantung pada fasenya dan 3) obat yang efektif baik saat sel berada pada
siklus sel ataupun istirahat. Obat kategori pertama yang bekerja pada fase S contohnya adalah
antimetabolit ( sitarabin, fluorourasil,gemsitabin, metotreksat, tioguanin) yang menghambat
sintesis DNA atau inhibitor topoisomerase I yang mengganggu struktur DNA. Obat yang bekerja
pada fase G2 adalah antibiotic( bleomisin), inhibitor topoisomerase II (etoposid). Obat yang
bekerja pada fase M dengan mengganggu segregasi kromosom adalah golongan alkaloid vinka
( vinblastin, Vinkristin, vindesin). Obat yang efektifitas tidak bergantung pada sel berada di fase
manapun adalah sebagian besar obat alkilator ( klorambusil, siklofosfamid, melfalan, busulfan,
dakarbazin) dan antibiotika ( daktinomisin, daunorubisin, doksorubisin). Pemberian obat kategori
tiga serupa dengan pemberian radiasi foton sehingga tidak tergantung apakah sel berada pada
siklus sel atau tidak. Contohnya mustard nitrogen ( mekloretamin).2
12

Kemoterapi kombinasi
Pemberian obat sitotoksik tunggal dengan dosis yang masih dapat ditoletansi secara klinis tidak
dapat digunakan untuk mengobati kanker dengan beberapa pengecualian seperti pada
koriokarsinoma dan limforma burkit. Terapi sistemik yang diberikan pada pasien dapat diberikan
dengan tujuan kuratif maupun paliatif. Pemberiannya dapat digolongkan menjadi 4 kelompok
yaitu 1) terapi induksi primer untuk kanker dimana kemoterapi merupakan satu-satunya cara
pengobatan yang efektif ,2) terapi neoajuvan, untuk pasien dengan kanker terlokalisir namun
ukurannya terlalu besar untuk dilakukan pembedahan atau radiasi dengan optimal, 3) terapi
ajuvan, sebagai tambahan terapi lokal, baik pembedahan atau radiasi yang bertujuan
menghilangkan mikrometastasis dan 4) pemberian langsung pada lokasi tumor. 2

1. Pola sensitifitas kanker pada kemoterapi


Kelompok I
Kanker dengan sitostatika mutakhir menghasilkan efek sitoreduktif yang cepat dan
kesembuhan umumnya terjadi pada kanker yang secara intrinsic sensitive terhadap

kemoterapi sitostatika
Kelompok II
Kanker yang biasanya berespon baik pada saat permulaan diberikan sitostatika namun
kemudian sering berubah menjadi refrakter terhadap sitostika berikutnya ( contohnya :

kanker payudara, kanker paru sel kecil, kanker ovarium yang kambuh)
Kelompok III
Tumor yang secara intrinsic resisten terhadap hampir semua

kemoterapi

sitistatika( contohnya melanoma maligna)


Terapi Hormonal
Pemberian hormonal terapi ditujukan pada kanker-kanker yang bertumbuh oleh karena
ransangan hormonal. Pemberian obat ini dapat efektif bila tumor tersebut memiliki reseptor
hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini cukup baik pada kanker payudara dengan cara
memblok atau menurunkan produksi hormon estrogen dan progesteron. Hormonal terapi bekerja
pada sel kanker dengan respon terapi yang cukup lama berbeda dengan pemberian kemoterapi.6

13

Biological Therapy
Terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme pertahanan tubuh secara natural yang
berefek sebagai antitumor. Biological therapy merangsang, menggunakan atau memodifikasi
immune sistim tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini
menjadi penting untuk pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi,
maupun kemoterapi. Penggunaan terapi ini tidak seluas penggunaan modalitas terapi lainnya,
sebab produksi obat ini dan penyakit yang diterapi terbatas. Terapi jenis ini masih dalam proses
pengembangan dengan harga yang cukup mahal.6
Komplikasi
Neutropeni febril
Neutropeni febril atau demam neutropeni merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien
kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi dan dapat memberikan dampak kematian
yang sangat besar bagi pasien apabila tidak tertatalaksana dengan baik.2
Metastasis ke tulang
Penyakit kanker metastasis ke tulang pada dasarnya merupakan interaksi antara sel kanker
dengan sel tulang( osteoklas). hal ini akan mengganggu keseimbangan remodeling dan
metabolism tulang yang normal serta menyebabkan peningkatan aktivitas osteoklas. Lesi di
tulang ini dapat menyebabkan kesakitan yang hebat seperti nyeri tulang, fraktur patologis,
kompresi medulla spinalis atau penekanan saraf. 2
Prognosis
Prognosis tumor sangat bergantung pada jenis tumor, lokasi atau letak di tubuh manusia, stadium
tumor. Apabila saat ditemukan kondisi tumor sudah tegolong ganas maka prognosisnya akan
buruk karena akan menimbulkan komplikasi. Selain itu prognosis baik juga bergantung pada
terapi yang digunakan dan respon pasien terhadap terapi tersebut.6
14

Kesimpulan
Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti zat kimia yang
bersifat karsinogen, radiasi, diet dan obat-obatan tertentu. untuk menunjang mendiagnosa kanker
dapat dilakukan pemeriksaan seperti biopsi, CT-scan, MRI dan lain-lain. Dengan pemeriksaan
yang benar dan terapi yang tepat maka prognosisnya akan baik.
Daftar pustaka
1. Santoso M. Pemeriksaan fisik dan diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan
Diabetes Indonesia; 2004.h.2-14.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam ed. 5. Jakarta: Interna Publishing;2009.h. 1407-8
3. Assoruddin M, Hartanto H, Darmaniah N. Buku ajar patologi. Jakarta: EGC;2007.h. 185208
4. Issebacher K J, Braunwald E, Wilson J D, Martin J B, Fauci A S, Kasper D L. Harrison
prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC;2015.h.2017-30
5. Desen W. Buku ajar onkologi klinik ed 2. Jakarta: Balai penerbit fakultas kedokteran
universitas Indonesia;2008 .h. 28-43
6. Lukitto, 2010, Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor Ganas, Jakarta, Sagung
Seto

15

Anda mungkin juga menyukai