Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN DAN PENERAPAN

PREVENTIVE MAINTENANCE PERALATAN


LABORATORIUM
Yazmendra Rosa (1)
(1)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang


ABSTRAK

Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari
terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.
Yang lebih penting adalah agar gangguan yang sama tidak terulang lagi di masa
mendatang. Peningkatan peran teknisi dan instruktur sebagai tim perawatan yang pertama
sekali mengetahui gejala gangguan kerusakan mesin yang digunakan untuk praktek demi
terciptanya sistem pemeliharaan produktif terpadu. Schedule dan administrasi manajemen
perawatan yang terencana dapat mencegah timbulnya gangguan kerusakan peralatan mesin
dan fasilitas kerja lainnya. Penelitian ini dapat menghilangkan contoh kerusakan yang
sederhana, yang tidak perlu terjadi misalnya kerusakan pompa air yang hanya diakibatkan
oleh berkaratnya sistem pompa tersebut. Preventive maintenance yang direncanakan akan
menghasilkan inventaris semua komponen alat yang digunakan di laboratorium dengan
terjadwal perawatannya secara tahunan, semesteran (6 bulan), bulanan dan harian. Untuk
pelaksanaan perawatan terdapat job-job kerja yang terencana yang akan dilakukan sesuai
dengan alat yang akan dirawat.
ABSTRACT
The trouble that happened during production process or other routine activity, which
caused by the damage of machine or other facility, should be prevented early as possible.
The most important is that the same troubles do not recurred again in period to come. The
role improvement of instructor and technician as first treatment team once know trouble
symptom damage of machine used for the practice for the shake of inwrought productive
conservancy system creation. Schedule and planned treatment management administration
can prevent incidence of trouble damage equipments of other facility and machine. This
research can eliminate simple damage example, which shouldn't happened such as damage
of water pump which only rusty resulting from pump system. The planned Maintenance
Preventive will yield inventories all used appliance component in laboratory with its
treatment schedule by years, 6 months, monthly and is daily. For the execution of its
treatment there are some planned activities to be done as according to appliance to be
taken care of.
Keywords: Maintenance Management, Total Preventive Maintenance
1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemandangan di suatu pabrik pada saat petugas rawat
sedang sibuk memperbaiki mesin dan peralatan,
sementara operator mesin dan karyawan lain hanya
menganggur menungu mesin selesai diperbaiki.
Mereka yang disebut terakhir ini tidak merasa
bertanggung jawab terhadap tugas merawat mesin.
Petugas rawat kadang melakukan tindakan perbaikan
yang sangat sederhana, yang pada dasarnya dapat
dilakukan
oleh
operator
mesin
seperti
mengencangkan baut, menambah minyak pelumas,
membersihkan mesin dan yang sederhana lainnya.
Pada umumnya di industri masih banyak memakai
cara lama yaitu mesin dirawat hanya bila telah macet,
malahan hal ini bagaikan usaha memadamkan

kebakaran. Sesungguhnya tingkat ketergantungan


operator terhadap mesin adalah sangat tinggi,
demikian juga kemampuan operator untuk merasakan
adanya gejala sebelum rusak.
Dalam
melakukan
upaya
perbaikan
dan
penanggulangan bila terjadi gangguan pada proses
produksi atau aktivitas rutin lainnya, yang
diakibatkan terjadinya kerusakan pada mesin atau
fasilitas kerja lainnya, memang baik dan harus
dilakukan sedini mungkin. Namun lebih baik lagi
agar gangguan yang sama tidak terulang lagi di masa
mendatang.
Penyebab Gangguan Mesin [3,6]
Jarang terjadi kasus timbulnya gangguan mesin
akibat hal yang tidak terduga, setidaknya ada lima
faktor yang dapat menjadi penyebab penting dari

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

timbulnya kerusakan atau gangguan pada mesin


yaitu:
1.

Kelalaian
dalam
memenuhi
kebutuhan
pemeliharaan dasar yang sangat dibutuhkan oleh
mesin, seperti: kebutuhan akan pelumasan yang
harus diisi secukupnya dan tepat waktu,
kebutuhan
akan
kebersihan
mesin,
pengencangan baut dan lain-lainnya.

2.

Kesalahan dalam mendeteksi dan menjaga


kondisi operasi mesin, getaran, tekanan dan
kecepatan mesin, yang seharusnya tetap dalam
kondisi yang wajar (normal).

3.

Kurangnya kepedulian dan keterampilan


operator dalam menangani mesinnya atau
adanya kesalahan teknis yang dilakukan oleh
petugas rawat mesin.

4.

Kondisi mesin yang memang kurang baik atau


adanya komponen yang usang seperti: ausnya
roda gigi, bantalan luncur dan lain-lain.

5.

Penggunaan mesin yang menyimpang dari


maksud rancang bangun mesin (fungsi dasar)
tersebut.

Umumnya jarang ditemukan kerusakan mesin akibat


salah satu dari faktor tersebut di atas, lebih sering
ditemukan kerusakan yang justru terjadi akibat
kombinasi dari beberapa faktor di atas. Tanpa adanya
upaya untuk mengatasi secara dini, gangguan akan
sering terjadi yang secara kumulatif memperburuk
kondisi
mesin,
sehingga
pada
waktunya
menyebabkan timbulnya kerusakan atau kemacetan
total.
Secara umum gangguan pada mesin tidak hanya
terjadi sesekali saja atau terjadi secara sporadis,
misalnya mendadak terjadi suatu kerusakan tertentu
pada bagian mesin, sehingga pada waktunya
menyebabkan muncul jenis kerusakan lain. yang
paling sering terjadi adalah munculnya gangguan
yang bersifat kronis. Jenis kerusakan yang sama
terjadi berulang-ulang, bila mana hal ini dibiarkan
terus berlangsung maka yang sesungguhnya belum
saatnya turun mesin, sudah harus turun mesin. Mesin
jadi sering rewel sehingga sangat mengganggu
kelancaran proses produksi.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
timbulnya gangguan pada mesin dan peralatannya
yang terjadi berulang-ulang sehingga menjadi seperti
penyakit kronis ini, yang meliputi: Operator mesin,
petugas rawat mesin, pihak manajemen dan kondisi
mesin sendiri.

Operator mesin

Kita mengetahui bahwa teknologi telah berkembang


demikian pesatnya, sehingga dewasa ini sudah dapat
dihasilkan mesin-mesin yang semakin canggih, tetapi

perlu disadari bahwa kendali mesin semakin canggih,


tetapi kelemahan dasar yang melekat tetap tidak
berubah, yakni tetap membutuhkan bantuan tenaga
manusia untuk mengoperasikan dan mengendalikan
jalannya mesin tersebut.
Manusia tetap masih memegang peranan penting
dalam pengoperasian mesin, kendati mesin-mesin
sudah serba otomatis. Oleh karenanya sampai berapa
jauh mesin yang canggih ini mampu menunjukkan
kinerjanya secara optimal, akan amat bergantung
pada kondisi manusia di belakang mesinnya (man
behind the machine) yakni para operator mesin.
Kebanyakan kita kurang menyadari, bahwa peran
manusia justru semakin diperlukan pada mesin yang
semakin canggih.
Sering kali manusialah yang merupakan sumber
masalah dari timbulnya gangguan pada mesin dan
peralatan kerja. Mesin yang baik pada umumnya
jarang menciptakan masalah, kecuali mesin tersebut
ketika dibeli sudah merupakan mesin bekas pakai,
mesin rongsokan yang jelas apabila digunakan
kembali akan sering merongrong atau mesin baru
yang kebetulan ada cacat mutunya, ketika diproduksi
di pabrik asalnya.
Jika ada mesin yang semula dalam kondisi baik
kemudian menjadi sering menimbulkan masalah
maka faktor penyebab utamanya tak pelak lagi adalah
manusia di belakang mesin tersebut. Operator mesin
misalnya, lalai manambah minyak pelumas mesin,
lupa mengencangkan baut, salah menempatkan benda
kerja, mengoperasikan mesin tidak sesuai prosedur,
memaksa mesin bekerja diluar kapasitasnya, cara
kerja yang sangat sembrono atau tidak pernah
membersihkan mesin dari kotoran dan tidak merawat
mesin secara periodik.
Gangguan pada mesin juga dapat timbul akibat
ketidakmampuan operator untuk melakukan aktifitas
pemeliharaan mesin secara sederhana. Operator tidak
memiliki bekal pengetahuan teknis yang memadai
tentang mesin yang dioperasikannya (kebutuhan
pelumasan, penggantian alat, penyetelan, dst)
operator enggan meminta bantuan pada orang yang
lebih ahli ketika gejala akan timbulnya gangguan
mulai muncul, menganggap kegiatan produksi lebih
penting daripada alat produksinya sendiri. Tidak
mampu mengontrol mesin yang sedang bekerja serta
sikap mental yang negatif seperti menganggap mesin
bukan miliknya sendiri, sehingga pengoperasian
tidak sungguh-sungguh.

Petugas Rawat Mesin

Mesin masih akan mengalami gangguan bahkan


sering rewel, kendati perusahaan sudah memiliki
petugas khusus yang sudah dianggap cukup ahli dan
bertanggung jawab dalam merawat mesin. Ini bisa
terjadi karena petugas tersebut:
107

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 2, No 2, Desember 2005

Petugas ahli sering mengganti komponen yang


usang atau memperbaiki mesin, tanpa terlebih
dahulu bertanya kepada operator.

Tidak pernah memberitahu atau membagi


pengetahuan yang dimilikinya kepada operator
tentang cara perawatan mesin yang sederhana.

Jarang atau tidak pernah memantau kondisi


mesin serta tidak pernah menjalin komunikasi
kerja yang baik dengan operator dan pekerja
lainnya di lantai pabrik.

Hanya memperhatikan pada masalah yang


berat saja dan tidak pernah memberikan
perhatian pada masalah-masalah yang justru
pada suatu saat bisa menjadi penyebab
timbulnya gangguan yang bersifat fatal.
Terlalu mengandalkan teknologi bukan
sumber daya yang tersedia serta menganggap,
keusangan mesin merupakan suatu hal yang
tidak dapat dihindari sehingga cenderung
membuat otaknya malas berpikir untuk
mencari jalan keluar bagaimana mengatasi
gangguan yang timbul, agar tidak muncul
kembali.
Adanya sikap mental yang negatif, misalnya
menganggap mesin bukan miliknya sehingga
cenderung tidak merawat atau memperbaiki
mesin dengan sungguh-sungguh.
Pihak Manajemen

Sikap, perilaku dan kebijakan dari pihak manajemen


sendiri juga kerap kali dapat menjadi penyebab dari
seringnya kemunculan gangguan pada mesin. Ini
antara lain disebabkan:
o

Manajemen lebih mementingkan pencapaian


target produksi ketimbang mesinnya sendiri

Kurang memiliki kesadaran akan pentingnya


arti perawatan mesin demi menjaga kelancaran
dan
kesinambungan
proses
produksi,
akibatnya di dalam perusahaan tersebut tidak
terdapat program perawatan mesin yang
seyogyanya harus ada dan ditunjang dengan
ketersediaan paralatan, dana dan personel yang
dapat diandalkan.

Tidak mau tahu atau setidaknya kurang


memiliki
perhatian
pada
upaya
penanggulangan secara dini timbulnya
masalah pada mesin, karena menganggap
masalah pemeliharaan mesin dan peralatan
merupakan tugas orang-orang diperingkat
bawah (karyawan rendahan).
Hanya memberikan perhatian pada masalah
pembelian mesin baru tapi cenderung
mengabaikan
perawatannya,
karena
menganggap segala sesuatu yang usang harus

ISSN 1829-8958

segera
dibeli
penggantinya,
padahal
sesungguhnya fasilitas produksi itu masih
dapat dimanfaatkan dengan baik

Keinginan untuk berhemat yang tidak pada


tempatnya sehingga cenderung membatasi
aktivitas dan biaya perawaatan mesin atau
cenderung membeli mesin bekas asal bisa
dipakai, ketimbang mesin baru yang
kondisinya jauh lebih baik.

Tidak mau tahu atau kurang memberi


perhatian pada saran, pandangan atau keluhan
dari petugas di lantai pabrik seperti operator
atau petugas rawat mesin sendiri.
Mesin

Kerusakan yang terjadi pada mesin dapat pula


disebabkan oleh kondisi mesinnya sendiri dan
kondisi tempat kerja yang tidak baik, yang pada
dasarnya kebanyakan juga terpulang kepada
keteledoran
manusia
dibelakang
pembelian,
perawatan dan pengoperasian mesin tersebut yakni:
1.
2.
3.

Kondisi mesin yang selalu kotor dan


menimbulkan polusi
Komponen tidak orisinil sehingga cepat aus
Menggunakan pelumas yang kotor, kualitasnya
rendah atau pelumas hasil daur ulang yang tidak
dapat dipertanggung-jawabkan mutunya.

4.

Penggunaan pelumas yang sangat boros atau


terjadinya kebocoran pelumas sehingga mesin
mengalami kekurangan minyak pelumas

5.

Mesin terlalu panas, bising, bergetar atau gejala


lainnya

Alat praktek di Laboratorium sering terjadi


kerusakan yang sebenarnya tidak akan terjadi jika
perawatan pencegahan dapat dilakukan oleh petugas
yang ada pada labor tersebut seperti teknisi labor dan
instruktur yang mengunakan peralatan tersebut.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Peningkatan peran teknisi dan instruktur sebagai tim
perawatan yang pertama sekali mengetahui gejala
gangguan kerusakan mesin yang digunakan untuk
praktek dan terciptanya sistem pemeliharaan
produktif terpadu.
Para teknisi labor menjadi petugas yang awal untuk
merawat mesin untuk mencegah timbulnya gangguan
kerusakan peralatan mesin dan fasilitas kerja lainnya
dengan dipandu dengan schedule dan administrasi
manajemen perawatan yang terencana.
Penelitian ini dapat menghilangkan kerusakan yang
sederhana, yang tidak perlu terjadi dan sering
berulang. Contoh, diantaranya kerusakan pompa air
yang hanya diakibatkan oleh berkaratnya sistem
pompa tersebut.
108

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

TINJAUAN PUSTAKA

Maintenance adalah suatu aktifitas untuk melakukan


pemeliharaan
dengan
cara
membatasi
dan
menghilangkan terjadinya kerusakan pada fasilitas
(mesin, peralatan, bangunan, serta instalasi) agar tetap
berada pada kondisi semula. Tujuan utama dari
pemeliharaan adalah menjaga agar seluruh fasilitas
yang digunakan untuk menghasilkan produk (baik
barang/jasa) dapat beroperasi/berfungsi sebagaimana
mestinya (keep running the facilities).
Berdasarkan waktunya kegiatan pemeliharaan terbagi
menjadi:
1. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance).
2. Pemeliharaan rutin (routine maintenance).
3. Pemeliharaan preventif (preventive maintenance).
Preventive maintenance merupakan kegiatan inspeksi
secara periodik untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
gangguan yang akan mengakibatkan 'breakdown',
produksi terhenti, penurunan kondisi mesin/alat.
Inspeksi ini dikombinasikan dengan kegiatan
pemeliharaan untuk menghilangkan, mengontrol, atau
mengembalikan kondisi mesin/alat.
Kegiatan Preventive Maintenance pada dasarnya terdiri
dari tiga kelompok yaitu:

yang telah disusun sebelumnya. Jenis pemeliharaan


ini dapat dikelompokkan menjadi :
a. pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance):
adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada
selang waktu yang telah ditentukan/direncanakan
sebelumnya, dan dimaksudkan untuk mencegah
menurunnya fungsi fasilitas produksi secara
keseluruhan. Kegiatan ini dapat merupakan kegiatan:
- Inspeksi:
Kegiatan periodik untuk memeriksa kondisi fasilitas
(lihat, rasa, dengar).
- Pemeliharaan berjalan (running maintenance):
Kegiatan pemeliharaan yang
menghentikan
kerja/operasi
(penyetelan dan pelumasan).
- Penggantian komponen minor :
Kegiatan penggantian sebagian komponen kecil.
- Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance):
Kegiatan pemeliharaan yang hanya dapat
dilaksanakan pada saat suatu fasilitas tidak bekerja.
b. Pemeliharaan Korektif (corrective maintenance):
Adalah kegiatan pemeliharaan yang berupa
penggantian bagian dari suatu fasilitas yang sudah tidak
berfungsi. Yang termasuk dalam kategori pemeliharaan
korektif ini adalah :

1. Inspeksi periodik
2. Perbaikan terencana
3. Pemeliharaan rutin
Tujuan Preventive Maintenance secara definitif adalah

- Reparasi minor :

1. Menjamin tersedianya peralatan produksi/jasa


dalam kondisi mampu memberikan keuntungan.

Merupakan aktivitas perbaikan kecil yang bukan


ditemukan saat inspeksi (contoh: gedung bocor
pada waktu hujan).

2. Menjamin kesiapan peralatan cadangan untuk


menanggulangi situasi darurat.
3. Menjamin keselamatan kerja manusia yang
menggunakan peralatan.

- Overhaul terencana (scheduled downtime):


Perencanaan meliputi penentuan:
1.

Bagian-bagian
dipergunakan.

2.

Alat perkakas yang akan dipergunakan.

3.

Estimasi waktu yang dibutuhkan


melaksanakan pemeliharaan.

4.

Cara pelaksanaan pemeliharaan.

4. Memperpanjang masa pakai/usia peralatan.


2.1 Jenis dan
Pemeliharaan

Ruang

dilakukan tanpa
suatu
fasilitas

Lingkup

Kegiatan

Berdasarkan sifat pemeliharaan fasilitas, jenis kegiatan


pemeliharaan dibagi dua yaitu:
1. Pemeliharaan tidak terencana (unplanned maintenance)
adalah kegiatan pemeliharaan yang tidak
berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya
atau pemeliharaan darurat (emergency/breakdown
maintenance),
pemeliharaan
harus
segera
dilaksanakan untuk mencegah akibat yang fatal.

Faktor-faktor yang
perencanaan adalah:

dari

fasilitas

perlu

yang

diperhatikan

akan

untuk

dalam

1.

Lokasi pekerjaan.

2.

Prioritas pekerjaan.

3.

Ketersediaan tenaga ahli.

2. Pemeliharaan yang terencana (planned maintenance)

4.

Ketersediaan tenaga kerja.

adalah kegiatan pemeliharaan yang diorganisir dan


dilaksanakan berdasarkan orientasi kemasa depan,
dengan pengendalian yang mengacu pada rencana

5.

Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan


kegiatan pemeliharaan.
109

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 2, No 2, Desember 2005

Untuk dapat melakukan kegiatan pemeliharaan


terencana yang baik diperlukan berbagai masukan
informasi yang meliputi:
1.

Data tentang seluruh fasilitas yang ada.

2.

Inventory suku cadang.

3.

Data tentang personil pemeliharaan.

4.

Data historis fasilitas.

5.

Data perbaikan fasilitas yang telah dilakukan.

6.

Analisa biaya pemeliharaan.

7.

Schedule (manusia, fasilitas dan investasi).

8.

Kebijaksanaan dan peraturan (internal dan


eksternal perusahaan) yang berkaitan dengan
kegiatan pemeliharaan.

2.2. Kinerja Peralatan


Kinerja (performance) peralatan akan menunjukkan
seberapa jauh tingkat keberhasilan program
pemeliharaan yang telah dilaksanakan. Dari sinilah bisa
dilihat tolak ukur keberhasilan kegiatan pemeliharaan.
Parameter pengukuran terdiri dari:

ISSN 1829-8958

Cara menghitung:
Reliability ?

jam operasi pada satu periode


jumlah gangguan pada periode tersebut

Availability (ketersediaan) adalah perbandingan antara


waktu yang memungkinkan untuk operasi (setelah
dikurangi dengan waktu pemeliharaan) dengan waktu
yang terjadwal untuk operasi. Parameter ini
memperlihatkan tingkat kesiapan alat untuk beroperasi.
Availability yang rendah merupakan cerminan dari
pemeliharaan yang buruk.
Cara menghitung:
Availability ?

waktu yg mungkin operasi


X 100 %
waktu terjadwal operasi

Availability tidak pernah bisa mencapai 100 %, kecuali


pada periode yang singkat.
Hal-hal yang mengakibatkan rendahnya availability
suatu alat adalah:
1. Desain peralatan yang kurang sempurna.
2. Pengadaan suku cadang dan material tidak lancar.
3. Pelaksanaan pemeliharaan kurang memadai.

1. Utility (pemanfaatan)

4. Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan sulit.

2. Reliability (keandalan)

5. Operator kurang mahir menggunakan peralatan.

3. Availability (ketersediaan)
Utility memperlihatkan kondisi pengoperasian alat,
Reliability menunjukkan tingkat kerewelan dan
availability menunjukkan kesiapan mesin/alat.
Utility
adalah
perbandingan
antara
waktu
sesungguhnya yang dipakai beroperasi dibandingkan
dengan waktu yang dijadwalkan untuk operasi.
Semakin tinggi utility suatu alat, bisa dipertimbangkan
kapan peremajaannya.
Cara menghitung:

Utility ?

waktu operasi sebenarnya


X 100%
waktu operasi terjadwal

Utility bisa dihitung dalam periode harian, mingguan,


bulanan ataupun tahunan.
Reliability adalah perbandingan antara lamanya
beroperasi pada satu periode dibandingkan dengan
jumlah gangguan yang terjadi pada periode tersebut.
Semakin besar reliability suatu alat berarti makin bisa
diandalkan untuk beroperasi tanpa gangguan.
Sebaliknya semakin sering peralatan mengalami
kerusakan akan semakin rendah reliability yang
dimilikinya. Demikian pula semakin jarang peralatan
dioperasikan maka nilai reliability akan semakin
rendah.

2.3. Operasional Pemeliharaan


Seluruh kegiatan preventive maintenance
digolongkan dalam empat tahap yaitu:

bisa

1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi dan analisis
4. Tindak lanjut
Rencana kegiatan pemeliharaan disusun dalam apa
yang disebut sebagai program pemeliharaaan tahunan
yang merinci kegiatan dalam periode mingguan.
Pelaksanaan atau operasional pemeliharaan preventif
mengutamakan hasil inspeksi maupun reparasi yang
dituangkan dalam bentuk Laporan Inspeksi,
Permintaan Kerja Pemeliharaan dan adakalanya
Laporan Piket Harian.
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk
menetapkan kebijaksanaan yang tepat diwaktu yang
akan datang. Evaluasi dan analisis merupakan
pengolahan data yang didapat sebagai hasil
pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun
sebelumnya.
Tindak lanjut merupakan upaya perbaikan rencana
kegiatan setelah diperoleh hasil-hasil evaluasi dan
analisis.

110

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

2.4. Tahap-tahap Pemeliharaan.


2.4.1. Tahap Perencanaan.
Agar breakdown dapat ditekan sekecil mungkin,
diperlukan suatu sistem perencanaan yang efektif
sekaligus efisien. Pemeliharaan preventive memiliki
rencana yang tertulis dengan jelas pada program
tahunan dan program mingguan.
Seluruh kegiatan pemeliharaan preventive dituangkan
dalam bentuk rencana tahunan yang dikenal sebagai
Program Pemeliharaan Tahunan meliputi :
- Tahun berlakunya program
- Tempat pelaksanaan program
- Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
- Frekwensi pelaksanaan kegiatan
- Kapan rencana dimulainya kegiatan
Penyusunan program tahunan meliputi strategi dalam
menentukan saat-saat sibuk, libur, pemeriksaan dari
luar dan sebagainya. Pembagian pekerjaan pada setiap
minggu harus merata, untuk menghindari kekurangan
ataupun kelebihan personil.
Data yang dipakai dalam menyusun program tahunan
adalah :pengalaman sebelumnya, riwayat alat/mesin,
dan buku petunjuk pemeliharaan/ manual alat.

Laporan inspeksi merupakan dokumen untuk


menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
yang umumnya memang berupa pekerjaan inspeksi.
Laporan bisa berupa kelainan yang ditemui dan bisa
ditanggulangi sendiri maupun gangguan yang tidak
bisa diatasi sendiri.
Permintaan kerja pemeliharaan merupakan dokumen
untuk meminta pekerjaan pemeliharaan, jika teknisi
pelaksanan menemukan kerusakan namun tidak
mungkin untuk diatasi sendiri. Permintaan kerja ini
dapat juga diajukan oleh supervisor pemeliharaan,
supervisor produksi, personil yang diberi wewenang
khusus.
Dokumen data mingguan merupakan dokumen yang
memuat data pelaksanaan kegiatan. Dalam dokumen
ini bisa diketahui berapa jam kerja yang dihabiskan
untuk pekerjaan :
- Inspeksi.
- Pemeliharaan Korektif.
- Pemeliharaan Darurat.
- Pekerjaan Permodalan.
- Pekerjaan Enjinering.
- Pekerjaan Produksi.
- Pekerjaan nonpemerintah.

Penyusunan program mingguan merupakan penjabaran


dari
program
tahunan
untuk
memudahkan
pelaksanaannya. Hal yang utama dalam program
mingguan adalah kesepakatan kerja antara bagian
pemeliharaan dengan bagian produksi/operasi.
Kesepakatan kerja ini berupa ketentuan kapan
mesin/alat yang masuk daftar program mingguan dapat
disediakan oleh bagian produksi/operasi, tanpa
mengganggu kelancaran produksi dalam memenuhi
targetnya.

2.4.3. Tahap Evaluasi dan Analisis

2.4.2. Tahap Pelaksanaan

Analisis tenaga kerja digunakan untuk memperoleh


masukan jumlah jam yang telah dilaksanakan oleh
masing-masing personil. Tujuannya adalah mengetahui
apakah distribusi pekerjaan yang kita berikan sudah
cukup efisien atau belum.

Semua rencana kegiatan yang tertuang dalam program


mingguan dimonitor pelaksanaannya, sehingga akan
diperoleh data-data pelaksanaan yang merupakan
masukan untuk pengendalian.
Teknisi sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan,
dan juga merupakan sebagai sumber data utama, maka
saat melaksanakan pekerjaannya mereka dibekali
dokumen berupa :
1. Spesifikasi kerja
2. Laporan inspeksi
3. Permintaan kerja pemeliharaan
Spesifikasi kerja berisi petunjuk urutan kegiatan yang
harus dilakukan oleh teknisi pelaksana. Jadi dia tidak
boleh melakukan menyimpang dari apa yang tertulis
pada spesifikasi kerja, karena dokumen ini berfungsi
sebagai standar pemeliharaan.

Pada tahap ini dilakukan evaluasi dan analisis data-data


pelaksanaan yang diperoleh. Untuk itu diperlukan
beberapa dokumen yaitu:
1. Analisis tenaga kerja.
2. Analisis pemeliharaan darurat.
3. Analisis kelompok alat.
4. Analisis alat kritis.

Analisis pemeliharaan darurat dimaksudkan untuk


mengetahui jumlah jam yang dihabiskan untuk
keperluan pemeliharaan darurat (breakdown). Bila
jumlahnya senantiasa bertambah, hal ini menunjukan
program pemeliharaan preventif yang kita terapkan
masih perlu perbaikan. Sebaiknya bila jam
pemeliharaan
darurat
sangat
sedikit,
perlu
dipertimbangkan kemungkinan pemeliharaan yang kita
berikan terlalu manja.
Analisis kelompok alat digunakan untuk mengetahui
apakah pemeliharaan yang kita terapkan pada
sekumpulan mesin/alat sudah memadai. Kelompok
mesin/alat bisa terkonsentrasi pada satu seksi produksi
atau berdasarkan spesifikasi yang sama.
111

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 2, No 2, Desember 2005

Analisis alat kritis untuk mengetahui mesin/alat


manakah yang paling rewel. Dengan peringkat
kerewelan mesin/alat yang kita punyai bisa
dipertimbangkan nasib alat tersebut nantinya.
2.5. Dokumen Kegiatan Preventive Maintenance
Dalam preventive maintenance, penggunaan dokumen
dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga
tahap evaluasi.
Pada tahap perencanaan dokumen diperlukan untuk
menyusun rencana kegiatan, pada tahap pelaksanaan
dokumen diperlukan untuk memungut data-data
pelaksanaan sehingga jika terjadi penyimpangan dapat
segera diambil tindakan penanggulangan, pada tahap
evaluasi dokumen diperlukan untuk melihat tingkat
keberhasilan program pemeliharaan.

yang dibuat oleh pasien, simtom yang ditemukan,


pengobatan yang diberikan, bersama-sama dengan obat
yang diberikan. Catatan berikutnya disimpan untuk
mengetahui perkembangan pasien. Dokter harus selalu
merujuk ke kartu catatan medisnya untuk mendapatkan
pengobatan yang paling efektif bagi pasiennya. Sistem
pengarsipan harus sedemikian sehingga dengan cepat
bisa didapatkan.
2.5.1.3 Jadwal Pemeliharaan
Jadwal pemeliharaan berisi daftar pemeliharaan yang
harus dilakukan untuk suatu mesin/alat. Datanya
diambil dari service manual, history record dan
pengalaman yang ada. Setiap kegiatan dilengkapi
dengan bidang kerja dan frekwensi pelaksanaan.
Inti dari jadwal pemeliharaan adalah :
- Spesifikasi mesin/alat
- Jenis kegiatan pemeliharaan
- Spesifikasi teknisi pelaksana
- Frekwensi pelaksanaan

2.5.1. Dokumen Perencanaan


Dokumen-dokuemn yang diperlukan untuk menyusun
suatu rencana kegiatan.
1. Daftar inventaris
2. Riwayat alat
3. Jadwal pemeliharaan
4. Spesifikasi kerja
5. Program pemeliharaan tahunan
2.5.1.1. Daftar Inventaris
Daftar inventaris adalah catatan berbagai barang,
mesin/alat, termasuk informasi mengenai rincian
kontsruksional dan teknisnya. Daftar ini meliputi
peralatan produksi, bangunan, halaman dan sebagainya.
Ini diperlukan untuk memilih mesin/alat yang mana
saja akan disertakan dalam program preventive
maintenance.
Isi pokok daftar inventaris terdiri dari:
- jenis barang/item

2.5.1.4 Spesifikasi Kerja


Spesifikasi kerja merupakan urutan kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk memelihara satu jenis
mesin/alat. Datanya diambil dari jadwal pemeliharaan
dan dibuat satu untuk setiap spesifikasi kegiatan. Data
yang ada pada spesifikasi kerja ini merupakan masukan
utama untuk meyusun rencana pemeliharaan. Selain
sebagai masukan utama perencanaan, spesifikasi kerja
juga merupakan standar pemeliharaan yang harus
diikuti secara seksama pelaksanaannya oleh teknisi
pemeliharaan. Dengan demikian spesifikasi kerja ini
juga berfungsi sebagai dokumen pemungut data.
Isi dokumen secara garis besar terdiri dari :

Spesifikasi mesin/alat.

Jenis pekerjaan yang dilaksanakan (M =


mekanik, E = elektris, S = sipil, I = instrumen,
P = pelumas ,dst).

Spesifikasi /frekwensi tertentu. (mingguan,


bulanan, tahunan).

Tenaga pelaksanaan yang diperlukan.

Estimasi waktu yang dibutuhkan.

- nomor kode inventaris yang umumnya meliputi :


- kode departemen
- kode seksi
- kode lokasi
- kode merk/pabrik
- kode tipe/model
- kode jumlah
Daftar inventareis seringkali terpaksa dibuat dalam dua
model. Yang pertama untuk keperluan pembukuan dan
akuntansi sedangkan yang lainnya untuk keperluan
kegiatan pemeliharaaan dan disimpan oleh manajer
pemeliharaan.
2.5.1.2 Riwayat Alat
Suatu catatan riwayat pabrik atau mesin adalah analog
dengan catatan riwayat medis yang disimpan oleh
praktisi medis. Dokter mencatat rincian kunjungan

ISSN 1829-8958

2.5.1.5 Program Pemeliharaan


Setelah menyelesaikan tahap diatas, maka kita perlu
membuat persiapan program pemeliharaan tahunan
untuk menentukan kapan pekerjaan pemeliharaan
produktif terencana dilakukan. Program pemeliharaan
tahunan
merupakan
acuan
utama
kegiatan
pemeliharaan. Kegiatan preventive maintenance tidak
mungkin bisa dilaksanakan sebelum dokumen ini
selesai dibuat, namun dokumen ini tidak menutup
112

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

kemungkinan terhadap perubahan-perubahan kecil


yang terjadi selama pelaksanaan.
Isi pokok dokumen ini adalah:
- Tahun berlakunya dokumen.
- Urutan minggu yang direncanakan.
- Tanggal awal berlakunya minggu terkait.
- Kelompok pekerja pelaksana.
- Jenis mesin/alat yang dipelihara.
- Kelompok pekerja pelaksana.
- Frekwensi pelaksanaan kegiatan.
Data-data pada program jangka panjang/tahunan
merupakan acuan utama bagi program jangka
pendek/mingguan.
2.5.2. Dokumen Pemungut Data
Dokumen pemungut data digunakan pada periode
pelaksanaan untuk memungut data-data pelaksanaan
dari rencana yang tertuang dalam Program
Pemeliharaan Tahunan.
Dapat dikelompokkan menjadi:
1. Spesifikasi kerja.
2. Laporan inspeksi.
3. Permintaan kerja pemeliharaan.
Laporan inspeksi merupakan dokumen yang dibawa
oleh teknisi pada saat melaksanakan kegiatan inspeksi.
Langkah kerja yang dilakukannya akan menuruti apa
yang tertulis dalam Spesikasi Kerja. Untuk item yang
tidak bermasalah, dia tidak perlu menulis komentar
apapun. Akan tetapi untuk item pekerjaan yang
bermasalah dia harus menuliskannya pada laporan
inspeksi.
2.5.3. Dokumen Evaluasi dan Analisis
Dokumen ini digunakan untuk keperluan evaluasi
maupun analisis data-data pelaksanaan rencana
pemeliharaan. Yang termasuk dokumen ini yaitu:
1. Laporan piket harian.
2. Analisis mingguan.
3. Data mingguan tenaga kerja.
4. Data mingguan pemeliharaan darurat.
5. Analisis kelompok alat.
6. Analisis peralatan kritis.
Laporan piket harian, berisi urutan kejadian penting
yang dialami suatu alat/mesin yang begitu rewel
sehingga memerlukan penjagaan setiap waktu. Dalam
sistem Preventive Maintenance, cara ini sangat tidak
dianjurkan karena mesin/alat yang akan disertakan
dalam kegiatan preventive maintenance ini harus
direkondisi dulu.
Analisis mingguan, berisi data-data yang diambil dari
Laporan Inspeksi, Laporan Piket Harian, dan

Permintaan Kerja Pemeliharaan. Dari data yang ada


seterusnya bisa dibuat bermacam-macam grafik yang
diperlukan. Juga bisa diketahui apakah distribusi
pekerjaan yang kita apakah diketahui apakah distribusi
pekerjaan yang kita buat sudah memadai.
Data mingguan tenaga kerja, berisi data waktu yang
diperlukan oleh teknisi untuk menyelesaikan
pekerjaannya dalam periode satu minggu. Dari sini bisa
dihitung jumlah jam menurut absensi, kita bisa
mengetahui berapa jam yang hilang. Tujuannya bukan
untuk evaluasi teknisi melainkan untuk mengetahui
apakah pembagian pekerjaan yang kita lakukan sudah
memadai.
Data mingguan pemeliharaan darurat, data ini berisi
informasi mengenai pemeliharaan darurat berarti makin
sukses pelaksanaan pemeliharaan preventif. Memang
pemeliharaan preventif tidak bisa menghilangkan sama
sekali adanya pemeliharaan darurat, idealnya masih
tersisa hanya sekitar 7 persen saja. Nilai inipun untuk
industri di Indonesia masih sulit dicapai.
Analisis kelompok alat, dokumen ini berguna untuk
mengetahui seberapa jauh pemeliharaan untuk
sekelompok alat sudah kita lakukan. Kelompok alat
bisa saja berupa peralatan yang dipakai oleh suatu kita
lakukan. Kelompok alat bisa saja berupa peralatan yang
dipakai oleh suatu seksi produksi ataupun kelompok
alat yang sama. Bila ternyata tingkat pemeliharaan
kurang memadai, dari sini bisa diputuskan untuk
meningkatkannya.
Analisis alat kritis, dokumen ini berisi urutan kondisi
alat mulai dari yang paling rewel, hingga yang
kurang rewel. Jumlahnya tergantung kepada jumlah
mesin yang ada.
2.6 Sistem Pemeliharaan dan Pencegahan
Munculnya gangguan pada mesin dan peralatan
memiliki dampak yang merugikan yang harus segera
diatasi. Gangguan yang terjadi jangan dibiarkan
berlarut-larut karena dampak negatif akan terus
bertambah secara kumulatif. Melakukan upaya
pencegahan atau tindakan preventif jauh lebih baik
ketimbang melakukan pemecahan masalah atau
bereaksi bilamana suatu masalah terjadi. Upaya
pencegahan akan mencegah atau setidaknya
mengurangi kemungkinan timbulnya gangguan pada
saat pengoperasian mesin dilakukan. Dengan
demikian proses produksi akan dapat berjalan dengan
lancar tanpa adanya gangguan yang berarti.
Bagamana kita dapat mencegah timbulnya gangguan
pada mesin, sehingga mesin dapat bekerja bebas
gangguan tidak rewel, bebas dari kelambanan dan
kemacetan? Setidaknya ada tiga pendekatan yang
dapat digunakan yakni kita harus berupa:
1.

Memelihara kondisi wajar (normal) dari mesin


dan peralatannya dengan melakukan secara
seksama tindakan:
113

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 2, No 2, Desember 2005

ISSN 1829-8958

- Pemeliharaan berkala kondisi mesin termasuk


pengecekan kondisi minyak pelumas.

pelaksanaan kegiatan pemeliharaan secara sistematis


dan terpadu di seluruh jajaran perusahaan.

- Pembersihan mesin serta alat (perkakas) bantu


kerja setiap habis pakai.

Melakukan aktivitas pemeriksaan harian secara rutin


merupakan tugas pertama operator yang telah
mengetahui selek beluk mesin yang ditanganinya.
Dalam melakukan pemeriksaan harian operator
menggunakan keterampilan yang dimiliki serta
kemampuan panca inderanya dengan sebaik
mungkin, guna mendeteksi gejala awal yang
menunjukkan kondisi tidak normal dari mesin
tersebut. Selain itu, operator juga perlu dilengkapi
dengan pengetahuan teknis berstandar untuk
mengukur tingkat penurunan kemampuan mesin.

- Pengontrolan kondisi baut dan pengencangan


baut secara periodik.
- Mengoperasikan
prosedur operasi.

mesin

sesuai

dengan

2.

Menemukan kondisi tidak wajar dari mesin


sedini mungkin dengan mengindikasi tandatanda awal gangguan seperti: mesin kotor, terlalu
bergetar/bising, panas, ceceran minyak.

3.

Mengembangkan
dan
menetapkan
cara
penanggulangan untuk memulihkan kondisi
normal dari mesin secepat mungkin dengan hasil
yang memuaskan.

Upaya penanggulangan pencegahan ini perlu


pengamatan langsung, tidak bisa hanya diselesaikan
di atas kertas meja kantor saja. kita harus banyak
menghabiskan waktu di tempat kerja dimana mesin
berada, guna menemukan sumber dari penyebab
masalah secara langsung.
Memelihara kondisi
wajar dari mesin

Menemukan kondisi tak


wajar dari mesin sedini
mungkin

Mengembangkan dan
menerapkan
penanggulangan guna
pemulihan kondisi sehat
dari mesin

" Pemeriksaan berkala


" Pembersihan mesin
" Pengencangan baut
" Ketepatan prosedur operasi
" Pemantauan dengan panca
indra operator
" Pemantauan dengan alat bantu
diagnostik

" Ajukan pertanyaan lima kali?


mengapa?
" Kembangkan standar baru

Gambar 1 Pencegahan kemacetan dan kerusakan


mesin
Upaya yang pertama yaitu memelihara kondisi wajar
dari mesin dan kedua yaitu menemukan kondisi tidak
wajar dari mesin, sebaiknya dilakukan langsung oleh
operator dibantu pekerja terkait di lantai pabrik,
tanpa harus menunggu kedatangan petugas rawat
mesin. Mereka inilah yang paling dekat dan
berhubungan dengan mesin setiap saat. Bilamana
kondisi mesin semakin gawat maka tugas selanjutnya
(untuk mengatasi gangguan atau memperbaiki mesin
tersebut) barulah beralih ke tangan ahlinya yakni
petugas rawat mesin.
Pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator
serta kegiatan pembersihan mesin secara rutin
merupakan
bagian
penting
dalam
sistem
pemeliharaan. Sistem yang mencakup kegiatan yang
menyeluruh dari semua karyawan untuk menekan
pemborosan
seminimal
mungkin
sekaligus
menunjang kelancaran proses produksi lewat

Selain kegiatan pemeriksaan, kegiatan pembersihan


mesin juga merupakan kegiatan penting yang harus
dilakukan
oleh
operator.
Dengan
membersihkan/mencuci mesin, terjadi hubungan
langsung dengan mesin, ini merupakan kegiatan
pembersihan dan pemeriksaan untuk menemukan
kondisi tidak normal dari mesin. Kegiatan ini dapat
terealisasi jika pihak pimpinan memberikan
penyuluhan secara terkait terhadap semua komponen
karyawan.

PENYEBAB GANGGUAN KERUSAKAN MESIN


PETUGAS
MESIN
OPERATOR
RAWAT
Mesin kotor

Memperbaiki
mesin kotor

Pelumas
kotor

Salah
pengoperasian

Pelumas
bocor

Tak dapat
memeriksa

Pelumas
tidak ada

Tak mampu
melakukan
pemeliharaan
sederhana

Terlalu
panas

Tidak
memiliki bekal
pengetahuan
mesin(pelumas
an, pengantian
alat,
penyetelan,
dll)

Bising
Bergetar

Banyak
geram/debu
Sulit
diperiksa
Lantai kotor
Barang
berserakan
Tidak rapi

Tidak mintak
tolong pada
saat ada
gangguan
Produksi lebih
penting dari
pada alat
produksi
Tidak mampu
mengontrol
mesin

Mengganti &
memperbaiki
tanpa bertanya
mengapa masalah
terjadi
Tak pernah
memberitahukan
operator tentang
perawatan
sederhana
Tidak
berkomonikasi
dengan operator
Hanya
memperhatikan
masalah besar dan
darurat saja, tidak
peka terhadap
masalah kualitas
maupun unjut
kerja mesin
Menganggap
keusangan mesin
tak dapat dihindari
Mengandalkan
teknologi, bukan
memberdayakan
yang ada.

Gambar 2 Faktor penyebab gangguan mesin


114

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

Selanjutnya bila kegiatan pemeliharaan langsung


oleh operator ini sudah mulai dilakukan dan
mengembangkan kemampuan mereka dalam
mendeteksi kondisi yang tidak wajar dari mesin,
mereka pada akhirnya akan dapat memahami bahwa
kegiatan rutin memelihara mesin dan peralatan kerja
lainnya merupakan kegiatan kerja yang sangat
bermanfaat. Bukan hanya mencegah timbulnya
gangguan pada saat mesin dioperasikan, sehingga
melancarkan proses produksi, melainkan juga dapat
langsung bermanfaat bagi mereka sendiri, yakni
mempermudah dan memperlancar tugas mereka
sendiri selaku operator mesin tersebut
Untuk mengurangi kegagalan pada mesin maka pihak
manajemen, operator, tim teknisi pemeliharaan dan
karyawan pendukung lainnya harus memiliki
persepsi yang sama tentang pemeliharaan, lebih
menghargai pemeliharaan dan melaksanakan
kegiatan pemeliharaan secara bersama. Bagi mereka
pemeliharaan harus menjadi tanggung jawab
bersama.
Salah satu pendekatan efektif untuk menghilangkan
kegagalan atau gangguan pada mesin selain
melakukan kegiatan pemeriksaan dan pembersihan
secara teratur, periodik dan berkesinambungan
adalah dengan menghilangkan secara dini penyebab
timbulnya kegagalan atau gangguan pada mesin.
Penyebab gangguan dapat berupa: tumpukan debu,
goresan pada bagian mesin yang sensitif, retakan
pada bagian mesin tertentu, kehausan komponen,
kealpaan petugas, kecerobohan dalam bongkar
pasang peralatan mesin.
Operator dan pekerja terkait, harus dilatih untuk
menghilangkan penyebab kegagalan mesin guna
mewujudkan proses produksi yang lancar tanpa
gangguan mesin dengan:
Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan
rutin secarateratur dan sistemati, seperti
malakukan
pengencangan
baut
dan
menambah pelumas.

mesin secara mandiri tanpa harus terus


tergantung
pada
peran
teknisi
pemeliharaan/perbaikan.
X

Memperbaiki penurunan kemampuan mesin


dan peralatan melalui inspeksi berkala,
bongkar pasang mesin dan penyesuaian atau
penyetelan mesin agar kondisi tetap prima.

Memperbaiki kondisi mesin yang mengalami


gangguan/kerusakan.

Menemukan kelemahan dalam rancang


bangun mesin, titik lemah mesin serta
melakukan upaya perbaikan bilaman mungkin
atau setidaknya mempersiapkan tindakan
pencegahan/antisipasi seperlunya.

Membuat operator dalam meningkatkan


kemampuan merawat mesin yang mereka
operasikan

 

 


 


    


    



 

 
 

   

 



 
!  
 


 



 
   
 

 
   
 

  "





 

Gambar 3 Gangguan mesin dan penanggulangannya


2.3.1 Teknik Lima Mengapa
Teknik lima mengapa adalah salah satu cara yang
relatif sederhana untuk menemukan jalan pemecahan
masalah yang efektif sampai ke akar penyebab
masalahnya, sekaligus untuk menemukan cara
pencegahan agar masalah yang sama tidak terulang
lagi di masa yang akan datang.

Menerima dan melaksanakan prosedur


pengoperasian mesin secara wajar.
Mengembangkan
kesadaran
dan
kewaspadaan terhadap munculnya gejala
gangguan pada mesin atau penurunan
kinerja mesin dengan melakukan kegiatan
perawatan sederhana, pemeriksaan harian
secara rutin, penyetelan mesin secara
periodik, pembersihan mesin dan tempat
kerja secara berkala dan berkesinambungan.
Peran petugas bagian teknik pemeliharaan setidaknya
harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
X

Membantu operator dan pekerja terkait untuk


memahami dan terampil dalam memelihara

Gambar 4. Gejala awal gangguan mesin


Dengan teknik lima mengapa (the five why), kita
mengajukan pertanyaan mengapa? sebanyak lima
kali berturut-turut dan bertingkat untuk menemukan
akar penyebab masalah, dengan diketahuinya akar
penyebab masalah itu, maka dapat ditentukan
tindakan penanggulangan yang efektif, agar masalah
115

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 2, No 2, Desember 2005

tesebut dapat dicegah kemunculannya pada periode


berikutnya.
Sebagai ilustrasi dalam memecahkan masalah mesin
yang mengalami kerusakan, kita mengajukan
pertanyaan mengapa yang pertama sebagai berikut:
mangapa mesin ini mengalami kerusakan?
Jawabannya adalah karena mesin mengalami panas
yang berlebihan. Kemudian kita ajukan pertanyaan
yang kedua: mengapa panas? Jawabannya kurang
minyak pelumas (olie). Lalu pertanyaan mengapa
yang ketiga diajukan: mengapa sampai kekurangan
olie? Jawabannya tidak ada sediaan olie di gudang.
Berikutnya dapat diajukan pertanyaan mengapa
yang ke-empat: mengapa sampai tidak ada sediaan
olie di gudang? Jawabnya olie belum dibeli.
Akhirnya dapat diajukan pertanyaan mengapa yang
kelima kalinya: mengapa olie belum dibeli, bukankah
sudah terdapat program pengadaan kebutuhan bahan
termasuk minyak pelumas? Jawabnya ternyata
petugasnya lalai.
Dari lima pertanyaan mengapa di atas dalam kasus
masalah mesin yang mengalami gangguan akibat
terlampau panas karena kekurangan olie ini, kita
dapat meneukan akar penyebab masalah, yakni
petugas lalai. Solusinya adalah petugas tersebut harus
ditatar kembali, agar keteampilan disiplinnya dalam
menjalakan tugas dapat menjadi lebih baik,
umumnya orang akan mengajukan pertanyaan sampai
ke pertanyaan mengapa yang kedua dan solusi
yang diambil adalah: segera membeli olie tambahan.
Bila solusi ini yang diambil maka akar penyebab
masalahnya tidak terpecahkan, tetap mengendap di
dasar. Besar kemungkinan masalahyang sama akan
muncul kembali pada periode mendatang.
Mengajukan pertanyaan mengapa sebanyak lima
kali secara berturut-turut membuat kita lebih kritis
dan dapat menemukan akar penyebab masalah.
Namun oleh kebanyakan orang masih dianggap tidak
sesuai dengan budaya setempat. Karena mengajukan
pertanyaan yang sama berkali-kali dianggap tidak
sopan atau sengaja sengaja dilontarkan untuk
menyudutkan orang itu. Padahal kita mengajukan
pertanyaan terstruktur seperti ini ditujukan sematamata untuk mencari akar penyebab masalah. Dengan
demikian kita dapat mengobati penyakit yang
sebenarnya, bukan sekedar menghilangkan gejala
yang tampak dipermukaan.

ISSN 1829-8958

Oleh karenanya, penerapan teknik lima mengapa


yang sangat sederhana ini membutuhkan upaya
membangun kesadaran berpikir kritis diantara
karyawan, agar tidak tersinggung bila pertanyaan
semacam ini diajukan. Sekaligus mendidik mereka
menjadi kritis dalam memecahkan masalah dan
selalu berupaya mencari cara-cara pencegahan
kemungkinan timbulnya suatu masalah. Bukan
mencari pemecahan masalah yang sekilas tampaknya
cukup efektif, namun akar penyebabnya belum
ditemukan sehingga dapat muncul kembali pada saat
yang akan datang.

Gambar 6 Model perbandingan pola pemeliharaan


3

PERENCANAAN
DAN
PENERAPAN
PREVENTIVE MAINTENANCE

Membuat perencanaan merupakan persyaratan yang


mutlak harus dilakukan untuk menerapkan preventive
maintenance. Rencana itu akan menjadi acuan dari
seluruh kegiatan. Perencanaan yang tepat akan lebih
menjamin tercapainya tujuan pemeliharaan, sebaliknya
rencana yang kurang matang membuka peluang
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan
dalam
pelaksanaannya. Memang benar untuk kegiatan jangka
panjang hampir tidak mungkin untuk menyusun
perencanaan yang bisa 100 persen bisa dilaksanakan
secara akurat, namun demikian makin tepat
perencanaan dibuat akam membuat pelaksanaan
menjadi lebih praktis dengan penyimpangan yang
kecil.
Dalam menyusun suatu rencana pemeliharaan harus
dipertimbangkan kondisi sebagai berikut:
1. Apakah kegiatan ini perlu direncanakan?
2. Berapa banyak yang harus direncanakan?
3. Apa satuannya?
4. Berapa lama rentang waktunya?
3.1. Rencana Pemeliharaan Tahunan
Rencana pemeliharaan tahunan dibuat untuk menjamin
keandalan mesin/alat dalam jangka waktu yang
panjang.
Untuk menyusun rencana pemeliharaan tahunan harus
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan pekerjaan apa yang diperlukan.

Gambar 5 Contoh permasalahan lima kali mengapa


116

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

Setelah mengetahui mesin/alat mana akan dipelihara,


selanjutnya kumpulkan datayang berkaitan dengan
mesin/alat. Dari sini akan ditentukan spesifikasi dan
frekwensi setiap kegiatan.
Spesifikasi berarti termasuk bidang pekerjaan apa
pekerjaan tersebut, sedangkan frekwensi berarti
berapa lama interval pelaksanaannya. Semua data
dikumpulkan dalam lembar jadwal pemeliharaan.
Kendala yang sering ditemui dalam mengumpulkan
informasi pemeliharaan adalah tidak tersedianya
dokumen yang diperlukan atau tersedia namun tidak
lengkap. Mesin/alat yang memperoleh pemeliharaan
preventif hendaknya dipilih yang kondisinya masih
memenuhi syarat, jadi pada awal penerapan
pemeliharaan preventif jangan mengikut sertakan
seluruh mesin/alat.
Jadwal pemeliharaan memuat antara lain:
- Kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan?
- Siapa yang akan melaksanakan?
- Kapan pelaksanaannya?
- Bagaimana cara melaksanakannya?
- Dimana akan dilaksanakan?
- Mengapa dilaksanakan?
2. Pilih pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Data kegiatan yang ada dalam Jadwal pemeliharaan
harus disusun menjadi bentuk standar yang disebut
Spesifikasi Kerja. Standar ini sekaligus merupakan
acuan pelaksanaan bagi teknisi. Penyusunan harus
mempertimbangkan kemudahan urutan pelaksanaan
dan keselamatan kerja.
3. Estimasi tenaga pelaksana dan rentang waktu
pekerjaan.
Standar urutan pekerjaan masih harus dilengkapi lagi
dengan berapa orang tenaga pelaksana yang
diperlukan dasn berapa lama waktu dibutuhkan.
Banyaknya tenaga kerja harus disesuaikan dengan
kondisi personil pelaksana. Rentang waktu harus
mempertimbangkan kemungkinan penyimpangan di
lapangan.
4. Estimasi kapan pelaksanaannya.
Setelah penyusunan spesifikasi kerja seleasi,
selanjutnya diplot kedalam program pemeliharaan
tahunan. Harus dipertimbangkan hari-hari libur dan
kemungkinan pemeriksaan mesin/alat oleh instansi
lain.
Program
pemeliharaan
hendaknya
telah
memperhitungkan keuntungan-keuntungan yang
diperoleh
dalam
mengkombinasikan
antara
pengalaman,
data
riwayat
dan
petunjuk
pemeliharaan, dan harus mempertimbangkan:
a. Mengurangi downtime.

Downtime merupakan ukuran utama suksesnya


penerapan pemeliharaan preventif. Semakin besar
downtime yang terjadi berarti penerapan
pemeliharaan preventif masih buruk, kerugian
akibat downtime akan besar bila terjadi pada
mesin/alat yang memiliki utilisasi tinggi.
b. mengurangi breakdown.
Dalam menyusun program harus diwaspadai
adanya pekerjaan pemeliharaan preventif yang
tertunda. Makin banyak penundaan berarti
ancaman terjadinya breakdown makin besar.
c. Shift kerja yang berlaku
Tidak semua shift terdapat personil yang lengkap,
terutama pada shift malam hari. Dengan demikian
diprioritaskan untuk melaksanakan pekerjaan pada
shift pertama.
Tahap-tahap dalam menyusun Program Pemeliharaan
Tahunan:
1. Mengumpulkan informasi pemeliharaan.
Informasi pemeliharaan yang diperlukan hendaknya
sudah berupa prosedur. Prosedur yang baik meliputi:
a. Daftar mesin/alat yang akan dipelihara.
b. Cara memelihara tiap mesin/alat.
c. Waktu pelaksanaan.
d. Cara melaksanakan.
2. Menyusun jadwal pemeliharaan.
Kegiatan pemeliharaan yang akan direncanakan
ditulis dalam lembar Jadwal Pemeliharaan yang
berisi antara lain:
- Apa saja yang akan dilaksanakan?
- Siapa yang harus melaksanakan?
- Bagaimana cara melaksanakan?
- Dimana akan dilaksanakan?
- Mengapa dilaksanakan?
3. Membuat spesifikasi kerja.
Spesifikasi kerja merupakan dokumen yang akan
menjadi acuan bagi teknisi pada saat melaksanakan
tugasnya. Karena fungsinya lembar Spesifikasi Kerja
dianjurkan untuk dilapisi plastik untuk menjaga agar
tidak terkena kotoran. Dalam pelaksanaannya teknisi
akan melakukan apa-apa yang tertulis dalam
Spesifikasi Kerja secara penuh, kemudian
menuliskan hasilnya pada dokumen Laporan
Inspeksi. Spesifikasi kerja juga merupakan alat
komunikasi antara enjiner dengan tenaga pelaksana
di lapangan.
Spesifikasi kerja memiliki aspek:
1. Merupakan instruksi bagi pelaksana.
2. Memuat urutan kerja yang paling efisien.
117

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 2, No 2, Desember 2005

3. Merupakan standar pemeliharaan.


4. Keselamatan bagi personil pelaksana.
3.2. Menyusun Program Mingguan

ISSN 1829-8958

Perencanaan preventive maintenance yang dilakukan


meliputi semua job praktek yang dilakukan di labor
mesin yang meliputi mesin dan peralatan yang berada
dibawah wewenang labor mesin.

Untuk menyusun program mingguan ini harus terjadi


hubungan yang harmonis dengan bagian produksi,
sehingga kedua belah pihak sejalan dalam mencapai
target produksi.

Preventive Maintenance

Data Peralatan (mesin) yang


terdapat di laboratorium

Pada lembar spesifikasi kerja tercantum berapa lama


waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan. Estimasi
waktu ini didasarkan pada kondisi mesin/alat yang siap
untuk dilakukan pemeliharaan. Persyaratan mesin/alat
yang siap dipelihara antara lain :

"Preventive Maintenance Mesin A


"Preventive Maintenance Mesin B
"Preventive Maintenance Mesin C
"
"Preventive Maintenance Mesin Z

- Tidak dalam kondisi dibebani.


- Bersih.

Schedule Perawatan Tahunan


Perawatan
Bulan Januari

Bila keadaan mesin/alat tidak siap untuk dipelihara,


maka estimasi waktu akan percuma sehingga
pelaksanaan program menjadi tidak akurat lagi. Bagian
produksi bertanggung jawab atas terciptanya kondisi
siap pelihara ,karena mereka yang memakai mesin
paling akhir dan sering.
Pada Total Productive Maintenance, pemeliharaan
tidak cuma menjadi tanggung jawab bagian
pemeliharaan, namun operator juga diberi kewajiban
dalam hal itu terutama untuk kebersihan, pelumasan
dan inspeksi operasionil.

Perawatan
Bulan Februari

Perawatan
Bulan .

Mingguan

Mingguan

Mingguan

Mingguan

Harian

Harian

Harian

Harian

tidak

Apakah Peralatan telah


terdata semua

ya

Perlu menetapkan waktu kesepakatan, dimana bagian


pemeliharaan melakukan pemeliharaan mesin,
sedangkan bagian produksi sulit mengikuti
pemeliharaan karena mematikan mesin produksi dan
menjalankannya kembali memerlukan prosedur
tertentu. Untuk lebih bijaksana kalau permintaan waktu
misalnya:
- Setelah jam J
- Antara hari H dan K
- Setelah intirahat siang
- Malam hari
- Dan sebagainya
Jadi jelas bagi kita bahwa kordinasi dengan bagian
produksi merupakan syarat mutlak terciptanya
kerjasama yang baik untuk menuju kearah peningkatan
produktivitas. Hal penting yang harus diingat adalah
komitmen dengan bagian produksi. Jadi bagian
pemeliharaan tidak boleh semaunya membuat program
kegiatan sebab yang berkepentingan dengan mesin
bukan hanya dia, tapi juga bagian produksi.
Kondisi yang kurang matang dengan bagian produksi
bisa mengakibatkan tertundanya pelaksanaan dari
rencana yang telah disusun oleh kedua pihak,
puncaknya adalah terbukanya peluang untuk terjadinya
konflik yang berkepanjangan.

Perawatan
Bulan Desember

Implementasi Preventive maintenance


Sumber daya manusia (Teknisi &
Instruktur labor)

Ada
schedule Preventive Maintenance
& mekanismenya

Gambar 7 Diagram alur perencanaan (Flow Chart)


4.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpolan
Peningkatan pemakaian peralatan labor dengan
adanya praktek mahasiswa reguler, ekstensi dan
ditambah dengan order-order dari luar akan dapat
terlaksana dengan baik dengan jalan menerapkan
preventive maintenance secara total
Perawatan terencana dapat meningkatkan efisiensi
peralatan yang ada karena dapat menanggulangi
kerusakan lebih dini agar dapat dimanfaatkan lebih
lama dan tidak mengganggu aktifitas praktek dan
kebutuhan terhadap peralatan tersebut.
Gangguan yang terjadi pada proses produksi atau
aktivitas rutin lainnya, yang diakibatkan terjadinya
kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya,
118

Perencanaan dan Penerapan Preventive Maintenance Peralatan Laboratorium (Yazmendra Rosa)

memang baik dan harus dilakukan sedini mungkin.


Namun lebih baik lagi agar gangguan yang sama
tidak terulang lagi di masa mendatang. Peningkatan
peran teknisi dan instruktur sebagai tim perawatan
yang pertama sekali mengetahui gejala gangguan
kerusakan mesin yang digunakan untuk praktek dan
terciptanya sistem pemeliharaan produktif terpadu.
Schedule dan administrasi manajemen perawatan
yang terencana dapat mencegah timbulnya gangguan
kerusakan peralatan mesin dan fasilitas kerja lainnya.
Preventive maintenance menghasilkan inventaris
semua komponen alat yang digunakan di
laboratorium dengan terjadwal perawatannya secara
tahunan, semesteran (6 bulan), bulanan dan harian.
Job-job kerja perawatan terencana akan dilakukan
sesuai dengan peralatan yang akan dirawat dan tidak
mengganggu kegiatan di laboratorium.
4.2 Saran
Peran teknisi sangat besar dan diharapkan dapat
menjadi tim perawatan yang paling awal dan
dikoordinir secara tidak langsung oleh bagian
perawatan
PUSTAKA
1.

Baruna, Chakra & Bermand, Ruang Strategi


Usaha, No: 230/Tahun-V/1994.

2.

Corder,
Antony,
Teknik
Manajemen
Pemeliharaan, Erlangga, Jakarta, 1988.

3.

Karatsu, Prof. Hajime. Tantangan dan


Manfaatnya, PHP Internasinal Pte.Ltd, Singapore,
1990.

4.

Nakajima, Seiichi, TPM Development Program,


Productivity Press, Cambridge, 1989.

5.

Rosa, Yazmendra, Perencanaan dan Penerapan


Preventive Maintenance PT. Dumexc Indonesia,
PT. Dumex Indonesia, 1995.

6.

Suzaki, Kiyoshi. Tantangan Industri Manufaktur,


Productivity Quality Management Consultants,
Jakarta, 1993

7.

Supandi, Manajemen Perawatan Industri, Ganesa


Exact, Bandung, 1990.

8.

Tim FTUI. Paket Perencanaan Preventive


Maintenance, Unit Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat FTUI, Jakarta, 1994

119

Anda mungkin juga menyukai