Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

Pembentukan Pegunungan (Orogenesis)


Bentuk-bentuk bentang alam yang nampak mencuat tinggi secara tiba-tiba dari
dataran rendah disekitarnya tidak lain merupakan hasil dari proses orogenesa. Kata orogenesa
berasal dari bahasa latin, yaitu Oros = Pegunungan dan Gennao = menghasilkan. Dengan
demikian orogenesa berarti pembentukan pegunungan. Sebagaimana diketahui bahwa
deformasi kerakbumi (batuan) dan pembentukan pegunungan umumnya terjadi pada wilayah
yang berada pada batas interaksi lempeng. Menurut Gilbert (1890) orogenesa adalah
pergeseran yang berlangsung dalam kerak bumi yang menghasilkan rangkaian pegunungan.
Sebagai contoh, pegunungan Rocky Mountain dan pegunungan Cordilera di Amerika
Utara, sebagai hasil interaksi konvergen antara lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara,
dan pegunungan Andes di Amerika Selatan sebagai hasil interaksi antara lempeng Pasifik
(Nazca) dengan lempeng Amerika Selatan.

Gambar 1. Pembentukan pegunungan di Amerika Utara dan Amerika Selatan sebagai hasil
konvergensi lempeng.

Menurut Stille (1920), orogenesa adalah perubahan yang terjadi secara episodik pada pola
batuan.

Haarmann

(1930)

menyatakan

bahwa

pembentukan

pegunungan

sebagai

pembentukan bentuk tinggian tentang alam di permukaan bumi, sedangkan Upham (1984)
menekankan peran proses pembentukan pegunungan oleh gejala perlipatan, patahan dan
pensesaran yang menyebabkan terbentuknya punggungan punggungan yang sempit yang
terangkat. Dengan kata lain bahwa setiap pembahasan tentang orogenesa, harus dijelaskan
dengan menerapkan konsep tegasan pada kerak bumi untuk proses fisiknya, serta perubahan
perubahan fisiografi yang ditimbulkannya (gambar 2).

Gambar 2. Peran dari proses pembentukan pegunungan yang disebabkan oleh konsep tegasan

Setiap gejala orogenesa akan ditandai oleh suatu proses perlipatan atau pengangkatan
yang menghasilkan gejala ketidak selarasan bersudut. Sistem pegunungan akibat dari proses
tersebut menunjukkan adanya suatu gaya yang sangat besar yang mengakibatkan terjadnya

perlipatan (folded), pensesaran (faulted) dan umumnya merubah bentuk bagian kerak bumi
yang besar. Proses orogenesis dapat dijelaskan dengan baik dengan teori tektonik lempeng
(plate tectonic). Teori ini telah menarik para ahli geologi untuk menerangkan mengenai
proses pembentukan pegunungan. Sebelum membahas mengenai teori tersebut, akan
diuraikan lebih dahulu mengenai proses pengangkatan dan perubahan bentuk kerak bumi.

Pengangkatan Kerak Bumi (crustal uplift)


Fosil-fosil kerang invertebrata laut yang dijumpai di pegunungan, menunjukkan
bahwa batuan yang menyusun pegunungan tersebut merupakan batuan sedimen yang
terbentuk di laut. Kemudian setelah binatang tersebut mati dan berubah menjadi fosil, terjadi
suatu proses pengangkatan, sehingga batuan sedimen yang terbentuk di laut tersebut
membentuk pegunungan. Kejadian semacam ini (pengangkatan kerak bumi) merupakan
proses geologi yang sangat umum dalam sejarah bumi ini. Tetapi muncul suatu pertanyaan,
mengapa terjadinya suatu proses pengangkatan ini tidak selalu dapat dengan mudah diketahui
sebagai akibat dari suatu proses pergerakan.
Telah kita ketahui, gaya gravitasi memegang peranan penting yang menentukan
ketinggian suatu permukaan bumi. Litosfer yang disusun oleh material yang lebih ringan
akan mengapung dan mudah mengalami deformasi (perubahan bentuk) di atas astenosfer.
Konsep mengenai pengapungan karena keseimbangan gravitasi ini disebut isostasi. Daerah
pegunungan merupakan bagian kerak bumi yang tipis. Pegunungan tidak hanya merupakan
bentang alam yang tinggi, tetapi juga merupakan sumber material bagi tempat-tempat yang
rendah. Kenampakan ini dapat dijelaskan dengan data seismik dan gravitasi.
Dari ide tersebut menunjukkan bahwa litosfer di bawah samudera lebih tipis daripada
litosfer yang menyusun benua, karena elevasinya jauh lebih rendah. Meskipun telah kita
ketahui bahwa batuan penyusun kerak samudera ini mempunyai spesifik grafitasi yang lebih
besar daripada batuan penyusun kerak benua. Hal tersebut merupakan faktor lain yang
menunjukkan mengapa kerak samudera terletak di bawah kerak benua.
Apabila konsep isostasi ini benar, maka apabila beban di atas kerak bumi ditambah,
akan terjadi penurunan kerak bumi. Sebaliknya apabila beban tersebut berkurang atau
dihilangkan, maka akan terjadi pengangkatan kerak bumi. Perisitiwa terjadinya pergerakan
semacam ini sangat didukung oleh teori penyesuaian isostasi.
Jadi pegunungan merupakan penebalan kerak bumi yang tidak sebenarnya yang tetap
mempunyai ketinggian diatas rata-rata daerah sekitarnya. Seiring dengan terjadinya
pengikisan material oleh proses erosi, penyesuaian isostasi akan terjadi secara bertahap pada

pegunungan tersebut. Secara berangsur pula bagian terdalam dari pegunungan tersebut akan
mengalami

pengangkatan

sampai

pada

kedalaman

yang

dangkal

dengan

kerak

disekililingnya. Yang tetap menjadi pertanyaan adalah bagaimana bagian yang tebal
(penebalan) dari kerak bumi tersebut terjadi?

DEFORMASI BATUAN
Apabila batuan mendapat tekanan yang besarnya melebihi daya tahan batuan itu
sendiri, maka batuan akan mengalami perubahan. Pada umumnya perubahan tersebut
membentuk struktur perlipatan (folding) atau retakan (fracturing). Hal tersebut sangat
mudah untuk digambarkan bagaiman suatu massa batuan akan pecah. Tetapi seberapa besar
unit batuan dapat melengkung membentuk suatu perlipatan tanpa batuan tersabut pecah
selama proses perubahan terjadi?
Meskipun batuan penyusun kerak bumi mempunyai ketahanan bervariasi dalam
menerima gaya, karakteristik umum dari perubahan batuan dicobakan pada percobaan
tersebut. Para ahli geologi mendapatkan bahwa apabila tekanan (stress) diberikan perlahan
dan dibawah tekanan yang rendah, batuan akan mengalami perubahan secara elastis.
Perubahan ini disebut elastic deformation, seperti karet batuan akan kembali pada bentuk dan
ukuran semula ketika tekanan (stress) tersebut dihilangkan. Sebaliknya apabila batas
elastisitas batuan dilewati, batuan akan pecah atau mengalami perubahan secara plastis.
Perubahan plastis (plastic deformation), menghasilkan perubahan yang tetap, maksudnya
bentuk dan ukuran unit batuan akan berubah menjadi perlipatan. Pada pecobaan di
laboratorium menunjukkan bahwa pada kondisi tekanan dan temperatur yang tinggi,
kebanyakan batuan mengalami perubahan bentuk secara plastis apabila batas elastisitas
batuan dilewati.

Pensesaran (faulting)
Sesar (fault), sering juga disebut patahan, merupakan retakan pada batuan kerak bumi
yang disertai dengan pergeseran sepanjang retakan tersebut. Sesar dikategorikan dengan
dasar pergerakan relatif antara bagian-bagian yang terletak di kedua sisi dari bidang sesarnya.
Pergerakan tersebut dapat horisontal, vertikal maupun menyudut (oblique).
Sesar dengan pergerakan vertikal dari bagian yang tersesarkan disebut dengan sesar
dip-slip (dip-slip faults). Sesar vertikal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam.
Apabila bagian yang terletak di atas bidang sesar (hanging wall) bergerak relatif ke bawah
daripada bagian yang terletak di bawah bidang sesar (foot wall) disebut dengan sesar normal
atau sesar turun (normal faults, gravity faults). Sedangkan apabila bagian yang terletak di
atas bidang sesar rekatif bergerak ke atas, disebut dengan sesar naik (reverse fault) (gambar
3). Sesar naik dengan sudut yang sangat kecil disebut dengan thrust faults. Suatu thrust fault
yang sangat panjang (seperti yang terjadi di Pegunungan Appalachians) diakibatkan oleh
suatu gaya kompresi yang kuat.
Sesar yang pergeserannya dominan horisontal atau sepanjang jurus sesar tersebut
disebut dengan sesar geser (strike-slip fault). Sesar geser yang besar pada umumnya
berasosiasi dengan batas-batas lempeng disebut dengan transform faults. Transform faults
mempunyai kemiringan yang hampir tegak dan dapat berhubungan dengan struktur yang
besar semacam bagian dari pematang dasar laut (oceanic ridges). Salah satu contoh dari
transform faults adalah sesar San Andreas di California USA, yang mempunyai pergeseran
sampai beberapa ratus kilometer. Sesar dengan pergerakan vertikal dan horisontal disebut
dengan oblique-slip fault.
Pergerakan-pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang tersesarkan dapat
menunjukkan macam-macam gaya yang bekerja pada kerak bumi. Sesar normal
menunjukkan adanya gaya tarik (tension) yang menarik bagian dari kerak bumi. Proses
penarikan ini dapat terjadi karena pengangkatan yang mengakibatkan permukaan meregang

dan kemudian pecah atau oleh gaya horisontal yang menyebabkan bagian kerak bumi
terputus. Sesar normal pada umumnya terjadi pada pusat pemekaran (spreading center) pada
divergensi lempeng kerak bumi. Bagian yang turun (rendah) yang dibatasi oleh dua buah
sesar normal disebut graben. Sedangkan bagian yang naik (tinggi) disebut dengan horst.

Gambar 3. Jenis-jenis dip-slip fault

Karena pada sesar naik (reverse & thrust faults), bagian yang tersesarkan bergerak
relatif di atas bagian yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa sesar ini diakibatkan oleh
gaya kompresi (compressional force). Pada umumnya bagian kerak bumi yang mengalami
gaya ini adalah pada batas konvergensi dari lempeng kerak bumi, dimana lempeng-lempeng
kerak bumi saling bertumbukan. Gaya kompresi ini pada kerak bumi selain dapat membentuk
sesar juga dapat membentuk perlipatan. Akibat dari adanya perlipatan ini adalah penebalan
dan penipisan batuan yang mengalami gaya.

Perlipatan (Folding)
Selama proses pembentukan pegunungan, batuan vulkanik dan batuan sedimen yang
mendatar, akan mengalami pelengkungan membentuk suatu seri lipatan. Proses tersebut
mengakibatkan adanya pemendekan dan penebalan dari batuan penyusun kerak bumi.

Gambar 4 menunjukkan struktur perlipatan yang sangat umum. Bagian perlipatan yang
menonjol ke atas disebut dengan antiklin (anticline), sedangkan bagian yang cekung disebut
dengan sinklin (sincline). Berdasarkan orientasi sayap-sayapnya, perlipatan dapat dibedakan
menjadi perlipatan simetri, asimetri dan menggantung (overtuned).

Gambar 4. Struktur perlipatan

Suatu perlipatan tidak selalu menerus, pada suatu saat perlipatan tersebut akan
berhenti. Apabila sumbu perlipatan tersebut menunjam ke dalam kerak bumi, maka perlipatan
tersebut disebut perlipatan menunjam. Gambar 5 dan 6 menunjukkan contoh dari perlipatan
menunjam dan pola dari struktur tersebut yang telah mengalami proses erosi.

Gambar 5. Contoh-contoh perlipatan

Gambar 6. Contoh perlipatan (a) dome dan (b) basin

Meskipun kebanyakan perlipatan disebabkan oleh gaya kompresi, tetapi ada perlipatan yang
diakibatkan oleh gaya vertikal. Perlipatan yang diakibatkan oleh gaya vertikal ini membentuk
suatu struktur yang melingkar yang menunjam ke segala arah. Perlipatan semacam ini yang
cembung disebut struktur kubah (domes), sedangkan yang cekung disebut basin. Pada
struktur kubah, bagian pusatnya (inti) disusun oleh batuan yang lebih tua, sedangkan pada
struktur basin bagian tengahnya disusun oleh batuan yang lebih muda.

Tipe-tipe Pegunungan Lipatan


Berdasarkan karakteristiknya yang dominan, maka ada 4 (empat) tipe sistem pegunungan,
yaitu :
1. Pegunungan perlipatan (folded mountain)
Pegunungan lipatan merupakan suatu sistem pegunungan yang kompleks dan besar.
Meskipun perlipatan merupakan struktur yang sangat dominan penyusun sistem
pegunungan ini, kenampakan geologi

lainnya

sering dijumpai seperti

sesar,

metamorfisme dan aktivitas magma. Semua deretan pegunungan yang besar di dunia ini

seperti Pegunungan Alpen, Ural, Himalaya dan Appalachian, merupakan sistem


pegunungan lipatan. Karena hampir semua deretan pegunungan yang besar di dunia ini
merupakan sistem pegunungan lipatan, maka proses pembentukan pegunungan selalu
dihubungkan dengan pegunungan lipatan.
2. Pegunungan patahan (Fault-block mountains)
Sistem pegunungan patahan merupakan sistem pegunungan yang terbentuk akibat
pensesaran dari blok-blok bnatuan yang besar, biasanya berhubungan dengan
pengangkatan sepanjang sesar normal dengan sudut yang besar.
Contoh yang baik untuk sistem pegunungan ini adalah deretan pegunungan di Basin and
Range Province, suatu pegunungan yang melalui Nevada dan sebagian Utah, New
Mexico, Arizona dan California di Amerika Serikat. Disini kerak bumi telah mengalami
penghancuran menjadi berkeping-keping, yang kemudian terangkat menjadi rangkaian
pegunungan yang hampir sejajar dengan panang sampai 80 km dan muncul diatas
ketinggian rata-rata di atas batuan sedimen yang ada di sekitarnya.
3. Upward mountains
Sistem pegunungan ini merupakan tipe pegunungan yang sangat berbeda. Beberapa
sistem pegunungan ini mempunyai batuan beku dan batuan metamorf sebagai batuan
dasar, yang telah mengalami proses erosi dan kemudian tertutupi oleh batuan sedimen.
Kemudian setelah daerah tersebut mengalami pengangkatan, proses erosi memindahkan
batuan sedimen, sehingga inti dari pegunungan ini yang terdiri dari batuan beku dan
batuan metamorf muncul ke permukaan dan meninggalkan topografi yang lebih tinggi
dari daerah di sekitarnya.
4. Pegunungan vulkanik (volcanic mountain)
Pada umumnya bagian yang terangkat tersusun oleh batuan dasar yang berumur lebih
tua yang tertutupi oleh lapisan yang relatif tipis dari batuan sedimen. Lama kelamaan, batuan
sedimen ini akan tererosi, sehingga inti batuan dasarnya akan muncul. Di beberapa tempat,
lapisan batuan sedimen yang tersisa menempati sayap-sayap dari pegunungan batuan kristalin
yang menjadi intinya. Morfologi ini sangat mudah dikenali, karena perlapisan yang tersisa ini
menunjukkan suatu tebing yang terjal disebut dengan hogbacks.

Pembentukan Pegunungan dan Tektonik Lempeng


Beberapa sistem pegunungan muda sejajar dengan pantai suatu benua. Mereka
disusun oleh batuan sedimen yang sangat tebal dapat mencapai 15.000 m dan telah

mengalami perlipatan, persesaran dan diterobos oleh tubuh batuan beku. Sampai pada dekade
terakhir dipercaya bahwa batuan sedimen tersebut dibentuk oleh proses sedimentasi pada
cekungan yang mengalami penurunan perlahan yang disebut geosinklin. Setelah ketebalan
yang sangat besar dari sedimen tersebut terbentuk, suatu gaya horisontal dari sisi-sisi
geosinklin tersebut menekan sedimen sehingga mengalami pemendekan dan penebalan dari
kerak bumi. Proses ini menghasilkan suatu sistem pegunungan yang tinggi dan secara
bersamaan menekan sedimen tersebut ke tempat yang lebih dalam pada kerak bumi. Juga
dipercaya, sedimen yang tertanam jauh di dalam bumi menyebabkan magma menerobos ke
atas pada batuan sedimen yang tidak mencair. Jadi suatu rantai kompleks pegunungan terdiri
dari batuan sedimen yang terlipat dan tersesarkan mengelilingi tubuh batuan beku intrusi dan
batuan metamorf yang terbentuk.
Meskipun konsep geosinklin pada pembentukan pegunungan sangat mempengaruhi,
tetapi penyebab proses orogenesa yang mendasari proses pembentukan tersebut tetap tidak
dapat dijelaskan. Teori yang baru memberikan suatu ide bahwa suatu orogenesa disebabkan
oleh karena suatu segmen yang besar dari kerak bumi mengalami pergeseran. Berdasarkan
teori tektonik lempeng, pembentuk pegunungan terjadi pada batas lempeng yang konvergen.
Pada lempeng-lempeng yang saling bertumbukan ini menyebabkan terjadi suatu gaya
kompresi yang melipat, mensesarkan dan mengubah endapan sedimen yang tebal yang
terakumulasi pada lereng benua. Sedangkan pencairan dari kerak samudera yang menunjam
merupakan sumber magma yang menerobos batuan-batuan yang telah mengalami deformasi.

Orogenesis pada zona subduksi


Pada tahap awal dari perkembangan suatu sistem kompleks pegunungan, bagian tepi
kontinental masih stabil (pasif). Bagian ini bukan merupakan batas dari lempeng benua, tetapi
merupakan bagian yang sama yang bergabung dengan kerak samudera. Contoh yang bagus
untuk keadaan tepi kontinen yang pasif sekarang ini adalah pantai timur Amerika serikat.
Disini seperti tepi kontinen lainnya yang mengelilingi Samudera Atlantik, proses
pengendapan sedimen menghasilkan suatu endapan yang tebal dari batupasir, batugamping
dan serpih.
Pada suatu saat, tepi benua menjadi aktif, sehingga terbentuklah zona subduksi dan
proses deformasi mulai terjadi. Tempat baik untuk mengetahui suatu tepi kontinen yang aktif
adalah pantai barat Amerika Selatan. Di tempat ini lempeng Nazca menunjam di bawah
lempeng benua amerika Selatan sepanjang palung Peru Chili. Zona penunjaman ini
kemungkinan terbentuk bersamaan dengan pemekaran benua Pangaea. Pada saat lempeng

amerika selatan berpisah dengan lempeng afrika dan perlahan bergerak ke arah barat, kerak
samudera yang berbatasan dengan Amerika Selatan tertekuk dan terlipat di bawah kerak
kontinental. Perubahan pada kerak samudera ini akan memberikan efek pada kerak kontinen
yang ada diatasnya. Pada kasus ini batuan sedimen yang menyusun lempeng Nazca yang
merupakan lereng tepi benua mengalami deformasi dan menghasilkan suatu kompleks
pegunungan yang dikenal dengan nama Pegunungan Andes bagian Timur.
Penunjaman

dan

pencairan

sebagian

dari

lempeng

Nazca

mengakibatkan

perkembangan dari busur vulkanik. Pada beberapa sistem busur aktivitas vulkanik merupakan
gejala yang sangat mudah dikenali, tetapi sebagian besar dari magma mengalami perpindahan
tempat jauh di bawah permukaan bumi dan membentuk tubuh batuan beku batolit. Hal
tersebut mengakibatkan proses penebalan dari kerak kontinental. Selanjutnya aktivitas
tersebut dilanjutkan dengan proses pengangkatan. Akibat dari proses penebalan kerak
kontinen ini, pegunungan andes terangkat sampai beberapa kilometer di atas palung laut.
Selama perkembangan busur vulkanik, batuan sedimen yang berasal daratan akan
mengalami perombakan dan terkonsolidasikan kembali pada sisi yang berlawanan dengan
jalur palung laut. Penumpukan batuan metamorf yang terbentuk dari batuan yang berasal dari
kerak samudera membentuk kompleks melange. Batuan metamorf yang terdapat pada
komplek melange terbentuk pada kondisi tekanan yang tinggi dari proses tumbukan lempeng
tektonik, tetapi pada kondisi temperatur yang agak rendah. Akibatnya batuan tersebut dapat
dibedakan dengan batuan metamorf yang terbentuk pada temperatur tinggi yang berasosiasi
dengan tubuh batuan beku intrusif. Apabila komplrks melange dijumpai pada bagian dalam
dari kerak kontinen, hal tersebut menunjukkan daerah tersebut merupakan zona subduksi.
Keadaan demikian sangat baik dan merupakan suatu petunjuk untuk menceritakan sejarah
geologi kawasan tersebut.

Tumbukan kontinental
Sampai pada bagian ini telah diuraikan proses pembentukan jalur orogenesis yang
terbentuk akibat tumbukan antara kerak kontinental dengan kerak samudera. Tumbukan
antara dua lempeng tektonik kadang-kadang terjadi juga antara kerak benua dan kerak benua.
Karena batuan penyusun kerak benua relatif mengambang, maka kemungkinan terjadinya
tumbukan antara fragmen kerak benua sangat besar. Contoh dari peristiwa ini terjadi sekitar
45 juta tahun yang lalu ketika India bertumbukan dengan asia. India yang pada awalnya
bersatu dengan antartika, telah berjalan sejauh hampir 5000 km sebelum terjadinya tumbukan
tersebut. Akibat dari proses tumbukan tersebut, terbentuk Pegunungan Himalaya dan Daratan

Tinggi Tibet. Meskipun sebagian besar kerak samudera memisahkan massa daratan tersebut
sebelum terjadinya tumbukan, tetapi sebagian lainnya telah dihubungkan oleh endapan
sedimen laut dalam yang juga mengalami peremasan dan sekarang dijumpai pada tempat
yang sangat tinggi dari permukaan laut. Setelah adanya proses tumbukan, bagian kerak
samudera yang menunjam pada kerak kontinental akan terus bergerak jauh ke dalam.
Rangkaian pegunungan lainnya yang menunjukkan kejadian tumbukan kerak benua
adalah Pegunungan alpen, Ural dan Appalachian. Pegunungan Appalachian diperkirakan
merupakan pertemuan antara Amerika Utara, Eropa dan Afrika Utara. Meskipun ketiganya
sekarang telah terpisahkan, ketiganya menunjukkan bagian dari superkontinen Pangaea tidak
lebih dari 20 juta tahun lalu.
Orogenesis dari suatu rangkaian kompleks pegunungan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. setelah penghancuran dari kerak kontinental, endapan sedimen yang tebal terbentuk di
sepanjang tepi kontinental yang stabil (pasif). Hal ini akan menyebabkan bertambah
luasnya kerak kontinental.
2. Dengan suatu sebab yang belum dimengerti, cekungan laut semakin mendekat dan
konvergensi dengan kerak kontinen mulai terjadi.
3. Hasil konvergensi kerak tersebut terjadilah penunjaman kerak oseanik ke bawah kerak
kontinental dan aktivitas magma mulai terjadi. Aktivitas magma ini menghasilkan
pembentukan busur vulkanik yang letaknya hanya beberapa ratus kilometer ke arah laut
dari pantai purba.
4. Rombakan hasil erosi dari busur vulkanik dan daratan ditambah rombakan sedimen yang
berasal dari kerak yang menunjam, akan menambah sedimen sepanjang tepi kontinental.
5. Konvergensi selanjutnya menyebabkan laut dangkal di belakang busur vulkanik akan
semakin menyempit. Proses orogenesis ini akan mengakibatkan terjadinya deformasi dan
metamorfisme sedimen belakang busur vulkanik dan berasosiasi dengan rombakan batuan
vulkanik seperti pada busur vulkaniknya sendiri.
6. Pada saat kerak kontinental bertumbukan, asosiasi aktivitas magma, proses deformasi dan
metmorfisme sedimen yang terjebak, akan menghasilkan batuan kristalin sebagai inti dari
rangkaian pegunungan yang baru. Bersamaan dengan deformasi dataran oseanik ini
menganjak ke arah daratan. Endapan laut dangkal yang membentuk paparan benua akan
terlipatkan dan tersesarkan membentuk sesar naik dengan sudut relatif kecil.
7. Akhirnya perubahan pada batas lempeng berakhir dan rangkaian pegunungan
berkembang hanya erosi selanjutnya yang akan merubah bentuk bentang alam tersebut.

Urutan proses tersebut telah terjadi berulang kali selama waktu geologi di masa lalu. Hanya
tingkat deformasi, tatanan geologi dan iklim yang berbeda-beda untuk setiap proses. Jadi
setiap kejadian pembentukan suatu rangkaian pegunungan merupakan event yang unik.

Orogenesis dan pertumbuhan kontinental


Pada awalnya, teori tektonik lempeng memberikan inspirasi dua mekanisme
terjadinya proses orogenesis. Pertama, tumbukan lempeng kontinen diberikan untuk
menerangkan proses pembentukan rangkaian pegunungan seperti Alpen, Himalaya dan
Appalachian. Kedua, pegunungan tipe Andes, proses orogenesis berasosiasi dengan zona
penunjaman dari kerak samudera yang menjelaskan proses pembentukan rantai pegunungan
circum pasifik. Penemuan yang terbaru menunjukkan adanya mekanisme lainnya pada proses
orogenesis. Penemuan tersebut antara lain adalah fragmen kerak bumi yang relatif kecil
bertumbukan dan bergabung dengan tepi benua. Akibat dari proses tersebut telah terjadi
perkembangan beberapa sistem pegunungan di sekeliling Pasifik.
Para peneliti percaya bahwa pertumbuhan kerak kontinental diawali dengan kerak
kontinental yang kecil, seperti kenampakan Madagaskar sekarang ini. Sedangkan beberapa
lainnya pada awalnya terdapat di dasar laut kemudian mengalami pengangkatan. Lebih dari
seratus kenampakan yang demikian disebut dataran tinggi oseanik telah diketahui
keberadaanya sekarang ini. Dataran tinggi semacam ini yang dipercaya sebagai
penenggelaman kerak kontinental, lenyapnya busur vulkanik atau penenggelaman rangkaian
vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas titik panas (hot spot).
Pandangan yang sekarang muncul adalah kerak oseanik yang bergerak akan
membawa dataran tinggi oseanik atau fragmen kerak kontinental menuju zona subduksi. Di
tempat ini fragmen dari kerak tersebut akan terpotong-potong dan akan terangkat dalam
potongan-potongan yang tipis ke atas blok kontinental yang telah ada sebelumnya. Material
baru yang terbentuk tersebut disebut terrane, yang akan menambah luas kerak kontinental dan
akan terus terdorong lebih ke daratan oleh desakan potongan kerak lainnya.

Origin Dan Evolusi Kerak Kontinental


Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari bahwa teori tektonik lempeng telah
menjelaskan suatu model pengujian pembentukan rangkaian kompleks pegunungan. Tetapi
apa peran teori tektonik lempeng dan pembentukan pegunungan pada mulajadi dan evolusi
kerak kontinental? Pada saat ini tidak ada jawaban yang dapat menjelaskan pertanyaan
tersebut. Belum adanya kesepakatan dianatara para ahli geologi disebabkan oleh

kompleksnya material penyusun kerak kontinental, sehingga sulit untuk menerangkan sejarah
pembentukannya. Tetapi selama dua dasawarsa terakhir ini suatu lonjakan yang besar telah
terjadi mengenai ilmu geologi dan teka-teki yang selama ini muncul mulai dapat diberikan
jawabannya.
Salah satu pendapat mengatakan bahwa kerak kontinental mengalami pertumbuhan
menjadi lebih besar sepanjang waktu geologi oleh penambahan material yang berasal dari
mantel bumi bagian atas. Prinsip dasar dari hipotesis ini adalah kerak bumi pada awalnya
adalah kerak samudera dan kerak kontinental sangat kecil bahkan mungkin tidak ada.
Selanjutnya dikatakan pembentukan material penyusun kerak kontinental terjadi dalam dua
fase yang berbeda. Fase pertama terjadi pada mantel bumi bagian atas tepat di bawah
pematang samudera. Di tempat ini pencairan sebagian batuan peridotit menghasilkan magma
basaltik yang naik ke atas membentuk kerak samudera. Batuan dasar samudera kaya akan
silika, potasium dan sodium dan miskin akan besi dan magnesium dibandingkan dengan
batuan yang berasal dari mantel bumi bagian atas.

Gambar 7. Struktur Geologi akibat tektonik lempeng

Anda mungkin juga menyukai