Gambar 1. Pembentukan pegunungan di Amerika Utara dan Amerika Selatan sebagai hasil
konvergensi lempeng.
Menurut Stille (1920), orogenesa adalah perubahan yang terjadi secara episodik pada pola
batuan.
Haarmann
(1930)
menyatakan
bahwa
pembentukan
pegunungan
sebagai
pembentukan bentuk tinggian tentang alam di permukaan bumi, sedangkan Upham (1984)
menekankan peran proses pembentukan pegunungan oleh gejala perlipatan, patahan dan
pensesaran yang menyebabkan terbentuknya punggungan punggungan yang sempit yang
terangkat. Dengan kata lain bahwa setiap pembahasan tentang orogenesa, harus dijelaskan
dengan menerapkan konsep tegasan pada kerak bumi untuk proses fisiknya, serta perubahan
perubahan fisiografi yang ditimbulkannya (gambar 2).
Gambar 2. Peran dari proses pembentukan pegunungan yang disebabkan oleh konsep tegasan
Setiap gejala orogenesa akan ditandai oleh suatu proses perlipatan atau pengangkatan
yang menghasilkan gejala ketidak selarasan bersudut. Sistem pegunungan akibat dari proses
tersebut menunjukkan adanya suatu gaya yang sangat besar yang mengakibatkan terjadnya
perlipatan (folded), pensesaran (faulted) dan umumnya merubah bentuk bagian kerak bumi
yang besar. Proses orogenesis dapat dijelaskan dengan baik dengan teori tektonik lempeng
(plate tectonic). Teori ini telah menarik para ahli geologi untuk menerangkan mengenai
proses pembentukan pegunungan. Sebelum membahas mengenai teori tersebut, akan
diuraikan lebih dahulu mengenai proses pengangkatan dan perubahan bentuk kerak bumi.
pegunungan tersebut. Secara berangsur pula bagian terdalam dari pegunungan tersebut akan
mengalami
pengangkatan
sampai
pada
kedalaman
yang
dangkal
dengan
kerak
disekililingnya. Yang tetap menjadi pertanyaan adalah bagaimana bagian yang tebal
(penebalan) dari kerak bumi tersebut terjadi?
DEFORMASI BATUAN
Apabila batuan mendapat tekanan yang besarnya melebihi daya tahan batuan itu
sendiri, maka batuan akan mengalami perubahan. Pada umumnya perubahan tersebut
membentuk struktur perlipatan (folding) atau retakan (fracturing). Hal tersebut sangat
mudah untuk digambarkan bagaiman suatu massa batuan akan pecah. Tetapi seberapa besar
unit batuan dapat melengkung membentuk suatu perlipatan tanpa batuan tersabut pecah
selama proses perubahan terjadi?
Meskipun batuan penyusun kerak bumi mempunyai ketahanan bervariasi dalam
menerima gaya, karakteristik umum dari perubahan batuan dicobakan pada percobaan
tersebut. Para ahli geologi mendapatkan bahwa apabila tekanan (stress) diberikan perlahan
dan dibawah tekanan yang rendah, batuan akan mengalami perubahan secara elastis.
Perubahan ini disebut elastic deformation, seperti karet batuan akan kembali pada bentuk dan
ukuran semula ketika tekanan (stress) tersebut dihilangkan. Sebaliknya apabila batas
elastisitas batuan dilewati, batuan akan pecah atau mengalami perubahan secara plastis.
Perubahan plastis (plastic deformation), menghasilkan perubahan yang tetap, maksudnya
bentuk dan ukuran unit batuan akan berubah menjadi perlipatan. Pada pecobaan di
laboratorium menunjukkan bahwa pada kondisi tekanan dan temperatur yang tinggi,
kebanyakan batuan mengalami perubahan bentuk secara plastis apabila batas elastisitas
batuan dilewati.
Pensesaran (faulting)
Sesar (fault), sering juga disebut patahan, merupakan retakan pada batuan kerak bumi
yang disertai dengan pergeseran sepanjang retakan tersebut. Sesar dikategorikan dengan
dasar pergerakan relatif antara bagian-bagian yang terletak di kedua sisi dari bidang sesarnya.
Pergerakan tersebut dapat horisontal, vertikal maupun menyudut (oblique).
Sesar dengan pergerakan vertikal dari bagian yang tersesarkan disebut dengan sesar
dip-slip (dip-slip faults). Sesar vertikal ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam.
Apabila bagian yang terletak di atas bidang sesar (hanging wall) bergerak relatif ke bawah
daripada bagian yang terletak di bawah bidang sesar (foot wall) disebut dengan sesar normal
atau sesar turun (normal faults, gravity faults). Sedangkan apabila bagian yang terletak di
atas bidang sesar rekatif bergerak ke atas, disebut dengan sesar naik (reverse fault) (gambar
3). Sesar naik dengan sudut yang sangat kecil disebut dengan thrust faults. Suatu thrust fault
yang sangat panjang (seperti yang terjadi di Pegunungan Appalachians) diakibatkan oleh
suatu gaya kompresi yang kuat.
Sesar yang pergeserannya dominan horisontal atau sepanjang jurus sesar tersebut
disebut dengan sesar geser (strike-slip fault). Sesar geser yang besar pada umumnya
berasosiasi dengan batas-batas lempeng disebut dengan transform faults. Transform faults
mempunyai kemiringan yang hampir tegak dan dapat berhubungan dengan struktur yang
besar semacam bagian dari pematang dasar laut (oceanic ridges). Salah satu contoh dari
transform faults adalah sesar San Andreas di California USA, yang mempunyai pergeseran
sampai beberapa ratus kilometer. Sesar dengan pergerakan vertikal dan horisontal disebut
dengan oblique-slip fault.
Pergerakan-pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang tersesarkan dapat
menunjukkan macam-macam gaya yang bekerja pada kerak bumi. Sesar normal
menunjukkan adanya gaya tarik (tension) yang menarik bagian dari kerak bumi. Proses
penarikan ini dapat terjadi karena pengangkatan yang mengakibatkan permukaan meregang
dan kemudian pecah atau oleh gaya horisontal yang menyebabkan bagian kerak bumi
terputus. Sesar normal pada umumnya terjadi pada pusat pemekaran (spreading center) pada
divergensi lempeng kerak bumi. Bagian yang turun (rendah) yang dibatasi oleh dua buah
sesar normal disebut graben. Sedangkan bagian yang naik (tinggi) disebut dengan horst.
Karena pada sesar naik (reverse & thrust faults), bagian yang tersesarkan bergerak
relatif di atas bagian yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa sesar ini diakibatkan oleh
gaya kompresi (compressional force). Pada umumnya bagian kerak bumi yang mengalami
gaya ini adalah pada batas konvergensi dari lempeng kerak bumi, dimana lempeng-lempeng
kerak bumi saling bertumbukan. Gaya kompresi ini pada kerak bumi selain dapat membentuk
sesar juga dapat membentuk perlipatan. Akibat dari adanya perlipatan ini adalah penebalan
dan penipisan batuan yang mengalami gaya.
Perlipatan (Folding)
Selama proses pembentukan pegunungan, batuan vulkanik dan batuan sedimen yang
mendatar, akan mengalami pelengkungan membentuk suatu seri lipatan. Proses tersebut
mengakibatkan adanya pemendekan dan penebalan dari batuan penyusun kerak bumi.
Gambar 4 menunjukkan struktur perlipatan yang sangat umum. Bagian perlipatan yang
menonjol ke atas disebut dengan antiklin (anticline), sedangkan bagian yang cekung disebut
dengan sinklin (sincline). Berdasarkan orientasi sayap-sayapnya, perlipatan dapat dibedakan
menjadi perlipatan simetri, asimetri dan menggantung (overtuned).
Suatu perlipatan tidak selalu menerus, pada suatu saat perlipatan tersebut akan
berhenti. Apabila sumbu perlipatan tersebut menunjam ke dalam kerak bumi, maka perlipatan
tersebut disebut perlipatan menunjam. Gambar 5 dan 6 menunjukkan contoh dari perlipatan
menunjam dan pola dari struktur tersebut yang telah mengalami proses erosi.
Meskipun kebanyakan perlipatan disebabkan oleh gaya kompresi, tetapi ada perlipatan yang
diakibatkan oleh gaya vertikal. Perlipatan yang diakibatkan oleh gaya vertikal ini membentuk
suatu struktur yang melingkar yang menunjam ke segala arah. Perlipatan semacam ini yang
cembung disebut struktur kubah (domes), sedangkan yang cekung disebut basin. Pada
struktur kubah, bagian pusatnya (inti) disusun oleh batuan yang lebih tua, sedangkan pada
struktur basin bagian tengahnya disusun oleh batuan yang lebih muda.
lainnya
sesar,
metamorfisme dan aktivitas magma. Semua deretan pegunungan yang besar di dunia ini
mengalami perlipatan, persesaran dan diterobos oleh tubuh batuan beku. Sampai pada dekade
terakhir dipercaya bahwa batuan sedimen tersebut dibentuk oleh proses sedimentasi pada
cekungan yang mengalami penurunan perlahan yang disebut geosinklin. Setelah ketebalan
yang sangat besar dari sedimen tersebut terbentuk, suatu gaya horisontal dari sisi-sisi
geosinklin tersebut menekan sedimen sehingga mengalami pemendekan dan penebalan dari
kerak bumi. Proses ini menghasilkan suatu sistem pegunungan yang tinggi dan secara
bersamaan menekan sedimen tersebut ke tempat yang lebih dalam pada kerak bumi. Juga
dipercaya, sedimen yang tertanam jauh di dalam bumi menyebabkan magma menerobos ke
atas pada batuan sedimen yang tidak mencair. Jadi suatu rantai kompleks pegunungan terdiri
dari batuan sedimen yang terlipat dan tersesarkan mengelilingi tubuh batuan beku intrusi dan
batuan metamorf yang terbentuk.
Meskipun konsep geosinklin pada pembentukan pegunungan sangat mempengaruhi,
tetapi penyebab proses orogenesa yang mendasari proses pembentukan tersebut tetap tidak
dapat dijelaskan. Teori yang baru memberikan suatu ide bahwa suatu orogenesa disebabkan
oleh karena suatu segmen yang besar dari kerak bumi mengalami pergeseran. Berdasarkan
teori tektonik lempeng, pembentuk pegunungan terjadi pada batas lempeng yang konvergen.
Pada lempeng-lempeng yang saling bertumbukan ini menyebabkan terjadi suatu gaya
kompresi yang melipat, mensesarkan dan mengubah endapan sedimen yang tebal yang
terakumulasi pada lereng benua. Sedangkan pencairan dari kerak samudera yang menunjam
merupakan sumber magma yang menerobos batuan-batuan yang telah mengalami deformasi.
amerika selatan berpisah dengan lempeng afrika dan perlahan bergerak ke arah barat, kerak
samudera yang berbatasan dengan Amerika Selatan tertekuk dan terlipat di bawah kerak
kontinental. Perubahan pada kerak samudera ini akan memberikan efek pada kerak kontinen
yang ada diatasnya. Pada kasus ini batuan sedimen yang menyusun lempeng Nazca yang
merupakan lereng tepi benua mengalami deformasi dan menghasilkan suatu kompleks
pegunungan yang dikenal dengan nama Pegunungan Andes bagian Timur.
Penunjaman
dan
pencairan
sebagian
dari
lempeng
Nazca
mengakibatkan
perkembangan dari busur vulkanik. Pada beberapa sistem busur aktivitas vulkanik merupakan
gejala yang sangat mudah dikenali, tetapi sebagian besar dari magma mengalami perpindahan
tempat jauh di bawah permukaan bumi dan membentuk tubuh batuan beku batolit. Hal
tersebut mengakibatkan proses penebalan dari kerak kontinental. Selanjutnya aktivitas
tersebut dilanjutkan dengan proses pengangkatan. Akibat dari proses penebalan kerak
kontinen ini, pegunungan andes terangkat sampai beberapa kilometer di atas palung laut.
Selama perkembangan busur vulkanik, batuan sedimen yang berasal daratan akan
mengalami perombakan dan terkonsolidasikan kembali pada sisi yang berlawanan dengan
jalur palung laut. Penumpukan batuan metamorf yang terbentuk dari batuan yang berasal dari
kerak samudera membentuk kompleks melange. Batuan metamorf yang terdapat pada
komplek melange terbentuk pada kondisi tekanan yang tinggi dari proses tumbukan lempeng
tektonik, tetapi pada kondisi temperatur yang agak rendah. Akibatnya batuan tersebut dapat
dibedakan dengan batuan metamorf yang terbentuk pada temperatur tinggi yang berasosiasi
dengan tubuh batuan beku intrusif. Apabila komplrks melange dijumpai pada bagian dalam
dari kerak kontinen, hal tersebut menunjukkan daerah tersebut merupakan zona subduksi.
Keadaan demikian sangat baik dan merupakan suatu petunjuk untuk menceritakan sejarah
geologi kawasan tersebut.
Tumbukan kontinental
Sampai pada bagian ini telah diuraikan proses pembentukan jalur orogenesis yang
terbentuk akibat tumbukan antara kerak kontinental dengan kerak samudera. Tumbukan
antara dua lempeng tektonik kadang-kadang terjadi juga antara kerak benua dan kerak benua.
Karena batuan penyusun kerak benua relatif mengambang, maka kemungkinan terjadinya
tumbukan antara fragmen kerak benua sangat besar. Contoh dari peristiwa ini terjadi sekitar
45 juta tahun yang lalu ketika India bertumbukan dengan asia. India yang pada awalnya
bersatu dengan antartika, telah berjalan sejauh hampir 5000 km sebelum terjadinya tumbukan
tersebut. Akibat dari proses tumbukan tersebut, terbentuk Pegunungan Himalaya dan Daratan
Tinggi Tibet. Meskipun sebagian besar kerak samudera memisahkan massa daratan tersebut
sebelum terjadinya tumbukan, tetapi sebagian lainnya telah dihubungkan oleh endapan
sedimen laut dalam yang juga mengalami peremasan dan sekarang dijumpai pada tempat
yang sangat tinggi dari permukaan laut. Setelah adanya proses tumbukan, bagian kerak
samudera yang menunjam pada kerak kontinental akan terus bergerak jauh ke dalam.
Rangkaian pegunungan lainnya yang menunjukkan kejadian tumbukan kerak benua
adalah Pegunungan alpen, Ural dan Appalachian. Pegunungan Appalachian diperkirakan
merupakan pertemuan antara Amerika Utara, Eropa dan Afrika Utara. Meskipun ketiganya
sekarang telah terpisahkan, ketiganya menunjukkan bagian dari superkontinen Pangaea tidak
lebih dari 20 juta tahun lalu.
Orogenesis dari suatu rangkaian kompleks pegunungan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. setelah penghancuran dari kerak kontinental, endapan sedimen yang tebal terbentuk di
sepanjang tepi kontinental yang stabil (pasif). Hal ini akan menyebabkan bertambah
luasnya kerak kontinental.
2. Dengan suatu sebab yang belum dimengerti, cekungan laut semakin mendekat dan
konvergensi dengan kerak kontinen mulai terjadi.
3. Hasil konvergensi kerak tersebut terjadilah penunjaman kerak oseanik ke bawah kerak
kontinental dan aktivitas magma mulai terjadi. Aktivitas magma ini menghasilkan
pembentukan busur vulkanik yang letaknya hanya beberapa ratus kilometer ke arah laut
dari pantai purba.
4. Rombakan hasil erosi dari busur vulkanik dan daratan ditambah rombakan sedimen yang
berasal dari kerak yang menunjam, akan menambah sedimen sepanjang tepi kontinental.
5. Konvergensi selanjutnya menyebabkan laut dangkal di belakang busur vulkanik akan
semakin menyempit. Proses orogenesis ini akan mengakibatkan terjadinya deformasi dan
metamorfisme sedimen belakang busur vulkanik dan berasosiasi dengan rombakan batuan
vulkanik seperti pada busur vulkaniknya sendiri.
6. Pada saat kerak kontinental bertumbukan, asosiasi aktivitas magma, proses deformasi dan
metmorfisme sedimen yang terjebak, akan menghasilkan batuan kristalin sebagai inti dari
rangkaian pegunungan yang baru. Bersamaan dengan deformasi dataran oseanik ini
menganjak ke arah daratan. Endapan laut dangkal yang membentuk paparan benua akan
terlipatkan dan tersesarkan membentuk sesar naik dengan sudut relatif kecil.
7. Akhirnya perubahan pada batas lempeng berakhir dan rangkaian pegunungan
berkembang hanya erosi selanjutnya yang akan merubah bentuk bentang alam tersebut.
Urutan proses tersebut telah terjadi berulang kali selama waktu geologi di masa lalu. Hanya
tingkat deformasi, tatanan geologi dan iklim yang berbeda-beda untuk setiap proses. Jadi
setiap kejadian pembentukan suatu rangkaian pegunungan merupakan event yang unik.
kompleksnya material penyusun kerak kontinental, sehingga sulit untuk menerangkan sejarah
pembentukannya. Tetapi selama dua dasawarsa terakhir ini suatu lonjakan yang besar telah
terjadi mengenai ilmu geologi dan teka-teki yang selama ini muncul mulai dapat diberikan
jawabannya.
Salah satu pendapat mengatakan bahwa kerak kontinental mengalami pertumbuhan
menjadi lebih besar sepanjang waktu geologi oleh penambahan material yang berasal dari
mantel bumi bagian atas. Prinsip dasar dari hipotesis ini adalah kerak bumi pada awalnya
adalah kerak samudera dan kerak kontinental sangat kecil bahkan mungkin tidak ada.
Selanjutnya dikatakan pembentukan material penyusun kerak kontinental terjadi dalam dua
fase yang berbeda. Fase pertama terjadi pada mantel bumi bagian atas tepat di bawah
pematang samudera. Di tempat ini pencairan sebagian batuan peridotit menghasilkan magma
basaltik yang naik ke atas membentuk kerak samudera. Batuan dasar samudera kaya akan
silika, potasium dan sodium dan miskin akan besi dan magnesium dibandingkan dengan
batuan yang berasal dari mantel bumi bagian atas.