Ipi89077 PDF
Ipi89077 PDF
B-165
I. PENDAHULUAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
saja yang diambil. Artinya, DWT mengurangi kelebihan WTC
dari CWT.
Implementasi DWT disusun berdasarkan algoritma
dekomposisi Mallat. Sinyal gelombang input dipisahkan
(didekomposisikan) menjadi dua sinyal. Yaitu, bagian
frekuensi rendah (low frequency) yang disebut Aproksimasi
dan bagian frekuensi tinggi (high frequency) yang dinamakan
Detail. Dalam penggunaan suatu induk wavelet, DWT
melakukan analisis detail melalui bagian frekuensi tinggi dari
induk wavelet tersebut.
Sedangkan analisis aproksimasi dilakukan melalui bagian
frekuensi rendah dari induk wavelet. Gambar 1 menunjukkan
diagram dekomposisi (decomposition diagram)
dari
dekomposisi DWT yang berdasarkan algoritma Mallat. Sinyal
input dibagi ke dalam dua sub-sinyal dengan bagian frekuensi
rendah l(n) dan frekuensi tinggi h(n). Sub-sinyal bagian
frekuensi rendah di bagi lagi menjadi dua sub dengan
frekuensi yang berbeda. Proses ini terjadi berulang ulang
sesuai dengan jumlah level transformasi wavelet yang
digunakan. Proses ini digambarkan pada Gambar 1.
B-166
Wilayah Barat
489.000
467.000
11,868
6,108
50
50
Yg
38623,6
500.000
Yg
18878,8
500.000
Vrms (V)
Sudut fasa A ()
Frekuensi (Hz)
Koneksi Internal
Short Circuit Level 3 fasa (MVA)
Base Voltage (Vrms ph-ph)
Rasio X/R
Bus
28
12
swing
swing
Tabel 2.
Parameter Blok Penampang
Parameter
Frekuensi (Hz)
[r1 r0] (Ohm/km)
Besaran
50
[0.0293 0.3864]
lsec (km)
r1, r0
l1, l0
250
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
c1, c0 Kapasitansi Urutan positif dan urutan nol / satuan
panjang (F/km)
lsec panjang saluran (km)
IV. SIMULASI DAN ANALISIS
A. Simulasi Hubung Singkat
Pemodelan saluran transmisi 500 kV dari blok Surabaya
Barat ke blok Ungaran dengan panjang saluran 250 km
memiliki perananan yang berbeda. Blok Surabaya Barat
merepresentasikan sebuah Sumber dan Blok Ungaran
merepresentasikan sebuah beban.Blok dari Bus Surabaya
Barat mewakili semua pembangkit yang terhubung dengan
sistem interkoneksi JAMALI 500 kV sedangkan pada bus
Ungaran hanya mewakili beban yang ada pada bus tersebut.
4
15
(a)
x 10
1.5
1
Ia, Ib, Ic (Amp)
10
-5
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
t(s)
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
(c)
x 10
1.5
-0.5
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
t(s)
0.06
0.07
0.08
0.09
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
t(s)
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
Decomposition at level 5 : s = a5 + d5 + d4 + d3 + d2 + d1 .
2
0
100
d3
(d)
x 10
100
0
-100
-200
0.1
0
-100
200
d2
0.5
100
0
-100
5
-0.5
-2 x 104
4
x 10
d4
0.5
-1
0
-0.5
400
200
d5 -2000
-400
-600
0.5
-1
a5
(b)
x 10
B-167
-1
d1
0
-5
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
t(s)
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
Gambar. 3.(a) hubung singkat a-g (b) hubung singkat a-b-g (c) hubung singkat
a-b (d) hubung singkat a-b-c
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Tabel 3.
Sa untuk gangguan LLL
Jarak dalam km (D)
0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
-52.4
-53.6
-54.1
-54.3
-54.4
-54.5
-54.5
-54.5
-54.6
-54.6
-54.6
20
-52.7
-53.8
-54.2
-54.4
-54.5
-54.5
-54.5
-54.6
-54.6
-54.6
-54.6
40
-53.0
-53.9
-54.3
-54.4
-54.5
-54.5
-54.6
-54.6
-54.6
-54.6
-54.6
60
-53.3
-54.0
-54.4
-54.5
-54.5
-54.6
-54.6
-54.6
-54.6
-54.6
-54.6
80
-53.8
-54.2
-54.5
-54.6
-54.6
-54.7
-54.7
-54.7
-54.7
-54.7
-54.7
100
-54.4
-54.5
-54.7
-54.7
-54.7
-54.7
-54.7
-54.8
-54.7
-54.7
-54.7
120
-54.7
-54.7
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
140
-54.8
-54.7
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
160
-54.9
-54.7
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
180
-54.9
-54.7
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
-54.8
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
B-168
Tabel 4.
Sb untuk gangguan LLL
Jarak dalam km (D)
0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
14.9
15.7
15.9
16.0
16.1
16.1
16.1
16.2
16.2
16.2
16.2
20
15.8
16.1
16.2
16.2
16.2
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
40
16.2
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
60
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
80
16.8
16.5
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.3
16.3
100
17.0
16.6
16.5
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
120
17.0
16.6
16.5
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
140
16.9
16.6
16.5
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
160
16.8
16.5
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.3
180
16.5
16.4
16.4
16.4
16.4
16.4
16.3
16.3
16.3
16.3
16.3
Tabel 5.
Sc untuk gangguan LLL
Jarak dalam km (D)
0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
37.5
37.9
38.2
38.3
38.3
38.3
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
20
36.9
37.7
38.0
38.1
38.2
38.3
38.3
38.3
38.3
38.3
38.3
40
36.8
37.6
38.0
38.1
38.2
38.2
38.3
38.3
38.3
38.3
38.3
60
36.8
37.6
38.0
38.1
38.2
38.2
38.3
38.3
38.3
38.3
38.3
80
37.0
37.7
38.0
38.2
38.2
38.3
38.3
38.3
38.3
38.3
38.3
100
37.4
37.9
38.2
38.3
38.3
38.3
38.3
38.4
38.4
38.4
38.4
120
37.7
38.0
38.3
38.3
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
140
37.9
38.1
38.3
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
160
38.1
38.2
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
38.4
180
38.4
38.4
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.5
38.4
C. Discriminant Analysis
Setelah mendapatkan koefesien dari transformasi wavelet
dengan ketiga mother wavelet level 1-5. Terlihat bahwa fasa
yang terkena gangguan memiliki nilai S yang besar, ketika
gangguan ke tanah menghasilkan nilai S yang sedang pada
fasa yang tidak terkena gangguan.
Tabel 6.
Tren Dasar dari Penjumlahan Output Wavelet
Kondisi Saluran Transmisi
Sb
Sc
Normal
Kecil
Kecil
Kecil
Besar
Sedang
Sedang
Besar
Besar
Sedang
Besar
Besar
Kecil
Gangguan 3 Fasa
Besar
Besar
Besar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Tabel 9.
Quadratic Discriminant Analysis Data Latih
Tipe
Wavelet
Data Tes
Jumlah
Kasus
Jumlah
Kasus
Gangguan 1 Fasa ke
Tanah
Gangguan 2 Fasa ke
Tanah
Gangguan Antar
Fasa
Filter
110
20
Haar, Db4,
Discrete
Meyer level
1-5
110
110
Gangguan 3 Fasa
20
20
110
Total
Filter
15
3
Kelas
Kelas
110
220
330
Haar
9,77
10,23
18,18
9,55
9,77
Db4
21,59
19,32
24,09
20,23
18,64
3,86
21,82
23,64
16,82
2,05
80
Tabel 10.
Linear Discriminant Analysis Data Tes
110
220
Nomor Sampel
330
Kelas
Kelas
440
(c) Output 3
43,75
35
30
28,75
60
56,25
67,5
50
41,25
43,75
60
61,25
37,5
52,5
Tabel 11.
Quadratic Discriminant Analysis Data Tes
Gangguan 3 Fasa
2
440
110
Nomor Sampel
220
(d) Output 4
330
440
Nomor Sam
43,75
Dmeyer
330
Db4
220
4.5
4
110
Haar
Nomor Sam
(b) Output 2
100% 1
Tipe
Wavelet
(a) Output 1
4
440
15
20
440
Dmeyer
Haar, Db4,
Discrete
Meyer
level 1-5
B-169
Haar
42,50
42,73
43,41
33,41
26,14
Db4
62,95
57,95
66,36
47,95
39,09
Dmeyer
45,45
58,86
62,50
40,91
53,86
Tipe
Wavelet
Haar
11,25
12,5
18,75
7,5
10
Db4
20
18,75
26,25
18,75
18,75
Dmeyer
2,5
22,5
22,5
13,75
3,75
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Discrete Meyer pada level kelima. Pada data latih
menunjukkan ketidakcocokan 9 sampel dari 440 dan pada data
tes menunjukkan ketidakcocokan 3 sampel dari 80 sampel.
3.5
Data Tes
3
2.5
1.5
Hasil QDA
1
10
20
30
40
50
Data
60
Tes
70
Linear
B-170
80
Discriminant
38.5
38
37.5
37
36.5
DAFTAR PUSTAKA
1
1 1
11 1 1
3 33
33 3
1 11
3 33
23233333
232
1 1 211111
222322
2
23
333
2
1
3232
2222
2 222 2222 2 22
4233
42
22
31
2
2
3
3
132
311
2434
321
121
4
22
421
2
1
4
22
3
43
3
223232422
2
3
444
43
22 4
44444
44 444 4
4444444
4
4
44
44
4 4 44 444
44
4 44
4 4 4
4
4
4 4
[1]
[2]
36
52
53
54
55
56
18
17
17.5
16
16.5
14.5
15
15.5
[3]
[4]
[5]
Tabel 12.
Hasil Klasifikasi menggunakan flowchart klasifikasi gangguan[9]
Tipe
Wavelet
[6]
Haar
49.77
49.77
49.77
49.77
49.77
Db4
31.36
8.18
0.45
2.27
72.95
Dmeyer
32.05
31.14
2.73
1.82
50.23
[7]
[8]
[9]