TA Newest
TA Newest
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Oleokimia merupakan produk kimia yang berasal dari minyak atau lemak,
baik nabati maupun hewani. Oleokimia dibagi menjadi oleokimia dasar dan
turunannya atau produk hilirnya. Pembuatannya dilakukan dengan cara memutus
struktur trigliserida dari minyak atau lemak tersebut menjadi asam lemak dan
gliserin (oleokimia dasar), atau memodifikasi gugus fungsi karboksilat dan
hidroksilnya, baik secara kimia, fisika, maupun biologi. Hasil modifikasi tersebut
yang kemudian dapat diolah menjadi produk-produk hilir yang memenuhi setiap
kebutuhan manusia.
Bahan baku produk oleokimia di Indonesia pada umumnya adalah Crude
Palm Oil (CPO). Pada tahun 2013 produksi CPO di Indonesia sebesar 27,7 juta
ton, dan termasuk urutan kedua penghasil CPO terbesar di dunia (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2014). Permasalahan saat ini adalah, produksi CPO lebih
banyak diekspor daripada dipasok ke industri dalam negeri. Padahal CPO sendiri
dapat diolah menjadi produk-produk oleokimia dasar, contohnya alkohol lemak
(fatty alcohol), yang dapat diolah menjadi produk oleokimia turunan atau
consumer product yang lebih bermaanfaat.
Alkohol lemak (RCH2OH) adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan
dari lemak alam ataupun minyak alam, dan juga merupakan bagian dari asam
lemak dan fatty aldehyde. Alkohol lemak dapat diproduksi dari minyak bahan
alami, seperti CPO dan biji sawit,
lainnya masih diimpor yang itupun diproduksi dari petroleum (minyak bumi) yang
tidak ramah lingkungan (LIPI, 2008). Hal ini menjadi latar belakang perlunya
didirikan pabrik fatty alcohol di Indonesia.
1.2
pertama tahun 2016 menunjukkan ekspor bahan baku dalam wujud primer
sebesar 12,521 juta ton, lebih mendominasi daripada konsumsi domestik yang
hanya 5,474 juta ton. Walaupun stok yang ada semakin menurun, namun laju
produksi masih bisa dikatakan merata.
Sejalan dengan perkembangan ekspor, perlu disadari bahwa ekspor dalam
wujud primer sebenarnya kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan
ekspor barang turunan/hilirnya. Harga Crude Palm Oil global rata rata dari
bulan Maret (US$ 681,8), April (US$ 713,1), Mei (US$ 711,25) adalah US$
702,05 (atau sekitar Rp 9,4 juta/ton (kurs Rp 13.400) (Infosawit, 2016).
Sementara harga fatty alcohol (C12 C14) di Amerika adalah rata-rata US$
1.750/ton atau sekitar Rp 23,45 juta/ton (kurs Rp 13.400). Harga jual fatty alcohol
menjadi hampir tiga kali lipat CPO, ini artinya produk hilir CPO memiliki nilai
yang lebih menguntungkan daripada CPO itu sendiri.
Tabel 1.1 Statistik Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) (ribu ton)
Fatty alcohol merupakan produk oleokimia dasar yang saat ini sedang
berkembang dan terus berlanjut. Fatty alcohol memiliki nilai jual tinggi karena
menjadi bahan baku utama banyak sekali industri, misalnya industri kosmetik,
surfaktan, dan deterjen.
Di Indonesia laju ekspor dan impor fatty alcohol
terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya, dapat dilihat pada tabel 1.1, hal ini membuktikan
bahwa kebutuhan fatty alcohol dunia semakin meningkat dan membuat Industri
Fatty Alcohol menjadi industri yang menjanjikan dan profitable.
40000
35000
30000
25000
20000
Jumlah (ribu ton) 15000
Ekspor
10000
Impor
5000
0
Gambar 1 Data Impor dan Ekspor di Indonesia dari tahun 2012 - 2015(ribu ton)
(Sumber : Badan Pusat Statistik, Kemenperin)
1.2.2 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku pada proses pembuatan fatty alcohol ada 2, yaitu minyak
sawit (CPO) dan air.
a.
Minyak sawit
Minyak sawit dapat diperoleh dari perkebunan minyak sawit dalam negeri
seperti di daerah Riau. Dimana pada tahun 2013 Provinsi Riau
b.
air tanah maupun air sungai yang diolah terlebih dahulu sehingga layak
digunakan sebagai air proses, atau dapat diperoleh dari PDAM.
1.3
yaitu ketersediaan bahan baku, kebutuhan produk dimasa datang serta kapasitas
minimum pabrik yang sudah ada.
Pada tahun 2012 produksi alkohol lemak di Indonesia mencapai 1.3 juta
ton/tahun yang dihasilkan oleh 4 perusahaan besar seperti PT. Ecogreen
Oleochemical, PT. Musim Mas, PT. Domba Mas, dan Wilmar Nabati.
Tabel 1.3 Produsen dan kapasitas produsi asam lemak dan alkohol lemak di
Indonesia Tahun 2012
Di masa yang akan datang diperkirakan permintaan fatty alcohol akan naik
dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 4 persen hingga tahun
2020. Jika pada tahun 2012 jumlah konsumsi fatty alcohol adalah sebesar 126.891
ton, maka pada tahun 2020 diperkirakan konsumsi nya adalah 148.444 ton.
Tabel 1.4 Konsumsi Alkohol Lemak dan Asam Lemak oleh Industri di Indonesia
tahun 2006 - 2012
pabrik fatty alcohol didirikan dengan target kapasitas 50.000 ton/tahun, untuk
menutupi impor saja.
700
600
500
400
300
Linear (Ekspor)
Impor
Linear (Impor)
200
100
f(x) = 2.24x - 4482.68
0
R2012
= 0.99
2008 2010
2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026
Tahun
demand pasar dan pendekatan dengan customers yang ada. Strategi ini
dilakukan agar sumber daya yang diperlukan, baik pendanaan dan
peralatan, tidak terlalu besar, atau bisa diminimalisir.
3. Setelah demand pasar dapat terpenuhi bahkan terjadi lonjakan, maka
diambil strategi perluasan atau expansionis strategy, yaitu mulai
melakukan kegiatan ekspor. Hal ini bertujuan untuk memperluas peluang
pasar sehingga dapat meningkatkan nilai investasi..
3.2.2
Nama IUPAC
Nama Trivial
1-Hexadecanol
Cetyl alcohol
Sumber : CONDEA, 2000
2. Sifat Kimia
Pada kondisi normal, fatty alcohol tahan terhadap oksidasi. Fatty alcohol
dapat diubah ke aldehid atau asam carboxylic menggunakan zat oksidasi kuat atau
dengan katalis oksidasi dengan udara atau air (CONDEA,2000).
aldehid, asam karboksil
Dimeric Alcohol
+ Alkyne
Vinyl Ether
+ Asamkarboksil
Ester
+ hydrogen Halide
Alkyl Halides
+Ammonia
Amines
+ Aldehid
Acetal
+ Sulfide
Thiols
+ Alcoholate / H2S
Xanthates
+ Metals
Metal Alkoxides
Lokasi Pabrik
Pabrik Fatty Alcohol direncakan akan didirikan di Kawasan Industri
1.5
10
polusi udara, peraturan tentang limbah serta bahan baku mutu standar limbah dan
pengendalian pengolahan limbah.
Pengembangan sistem kontrol polusi dapat dilakukan dengan mengetahui
sumber penyebab polusi, menentukan sifat-sifat emulsi polusi, memilih alat
konrtrol dan melepaskan gas buangan sesauai dengan peraturan tentang polusi.
Pengurangan polusi udara dilakukan untuk menjaga udara agar tetap
bersih dan tidak memberi pengaruh buruk kepada proses ataupun penyimpanan.
Untuk alat pengurangan polusi udara ini disesuaikan dengan tujuannya.
Pengurangan polusi air bisa dilakukan dengan cara pembersihan secara
fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan penangan limbah padat dapat dilakukan
dengan mendaur ulang dan dijadikan sebagai bahan bakar.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13