Anda di halaman 1dari 15

Komponen Pendidikan*)

Anggun Mega Nurfadhilla dan Dinda Nopriansyah*)


PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya
Dalam proses pendidikan sangat diperlukan komponen-komponen pendidikan.
Komponen itu sendiri berarti bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai sebuah tujuan. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya proses pendidikan.
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan
bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan
komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya
proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen,
yaitu (1) tujuan pendidikan, (2) peserta didik, (3) pendidik, (4) alat dan fasilitas

pendidikan, (5) lingkungan pendidikan dan (6) isi pendidikan . Berikut akan diuraikan
satu persatu komponen-komponen tersebut.
Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, khususnya suatu rumpun
ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Dalam kaitan ini, lingkup kajian aktivitas
manusia sangatlah luas, yakni mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau
kelompok, sebagai kesatuan etnis, bangsa atau ras,dalam lingkup geografis,
administratif atau sosial budaya, dalam satuan organisasi, institusi pemerintahan,
berkenaan dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
keamanan, keagamaan, serta kesejahteraan masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan Philiph H. Coombs, ada tiga jenis sumber utama
input dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu: (1) Ilmu pengetahuan, tujuantujuan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat, (2) Penduduk serta tenaga
kerja yang tersedia, (3) Ekonomi atau penghasilan masyarakat. Terhadap ketiga sumber
utama input bagi sistem pendidikan tersebut, dilakukan seleksi berdasarkan tujuan,
kebutuhan, efisiensi dan relevansinya bagi pendidikan. Selain itu, seleksi dilakukan pula
atas dasar nilai dan norma tertentu dengan alasan bahwa pendidikan bersifat normatif.
Hasil seleksi tersebut selanjutnya diambil atau diterima sebagai input sistem pendidikan.
Maka, dari latar belakang diatas dapat dibahas tentang pengertian komponen
pendidikan, macam-macam komponen pendidikan dan hubungan timbal balik antara
komponen pendidikan.
A. Pengertian Komponen Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komponen berarti bagian dari
keseluruhan. Kata keseluruhan disini berarti sistem.

Komponen pendidikan berarti

bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil atau tidaknya
suatu proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses
pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
1. Komponen Pendidikan

(Gambar 1)
Komponen-komponen pendidikan yang diperlukan keberadaannya agar terjadi
proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik ada lima, yaitu: (a) Tujuan
Pendidikan,(b) Peserta didik, (c) Pendidik, (d) Alat Pendidikan, (e) Lingkungan
Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu hal yang ingin dicapai oleh lembaga
pendidikan melalui suatu kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan ini didasari oleh sifat
ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan
normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran
tingkah laku manusia. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan prkatis, tugas
pendidikan dalam hal ini adalah menanamkan

sistem norma tingkah laku yang

dijunjung tinggi oleh lembaga pendidikan dalam masyarakat melalui para pendidik.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari :
a.

Tujuan nasional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa seperti yang

dicantumkan pada pembukaan UUD 1945.

b.

Tujuan institusional, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga

pendidikan.
c.

Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh tiap bidang studi pelajaran/

d.

mata kuliah.
Tujuan instrukisonal, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu standar

2.

kompetensi dan kompetensi dasar.


Peserta Didik
Berkembangnya konsep pendidikan, berpengaruh pada pemikiran masyarakat
terhadap pengertian peserta didik. Kalau dulu orang berpikir peserta didik terdiri
dari anak-anak pada usia sekolah saja, maka sekarang peserta didik dimungkinkan
termasuk juga didalamnya orang dewasa.Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
kemampuan/ potensi/ bakat yang ada pada diri mereka

melalui proses

pembelajaran yang disediakan oleh lembaga pendidikan dan pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu/ sesuai dengan usia mereka. Peserta didik dapat di didik
karena mereka memiliki kemampuan/ potensi/ bakat yang memungkinkan untuk
dikembangkan,

mempunyai

daya

eksplorasi

(penjelajahan

dengan

tujuan

memperoleh pengetahuan yang lebih banyak), dan dorongan untuk menjadi


3.

manusia yang lebih baik.


Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Secara akademis,
pendidik adalah tenaga kependidikan yakni anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangat pada lembaga tertentu yang berkualitas, seperti guru, dosen, tutor,
fasilitator, instruktur, dan sebutan lain yang sesuai dengan khususunya. Terdapat
beberapa jenis pendidik yang tidak terbatas pada pendidik di sekolah saja. Dilihat
dari lembaga pendidikan, munculah beberapa individu yang tergolong pada
pendidik. Pertama guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, kedua orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan ketiga pimpinan masyarakat baik
formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan

a.

dengan hal tersebut yang termasuk kategori pendidik adalah sebagai berikut :
Orang Dewasa

Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang
dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu: a) manusia yang memiliki
pandangan hidup dan prinsip hidup yang pasti dan tetap, b) manusia yang telah
memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk
mendidik,Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau
b.

perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggung jawabkan sendiri.


Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam
lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama
yang berlandaskan pada hubungan kasih sayang bagi keluarga atau anak yang lahir
di lingkungan keluarga mereka. Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah

c.

berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan.
Guru/ Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung
mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan.
Karena itu, kedudukan guru sebagai pendidik harus memenuhi persyaratanpersyaratan, baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan
pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang
dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi)
terkait dengan pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan pesan

d.

yang ingin disampaikan, maupun cara penyampainnya.


Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas dari
pemimpin tersebut dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota
masyarakat yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik tampak pada
aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan

4.

pada nilai-nilai keagamaan.


Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam mendukung proses
pendidikan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan, maka proses pendidikan
akan berjalan dengan lancar. Sehingga tujuan pendidikan akan lebih mudah
dicapai. Contoh alat dan fasilitas pendidikan diantaranya adalah ruang kelas,

lapangan upacara, laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet di


ruang lingkup sekolah, lapangan olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, WC
sekolah, kantin sekolah, ruang UKS, dan masih banyak lagi yang lainnya.
a. Metode Pendidikan
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dapat menguasai keadaan
kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian,
guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didiknya.
Tiap-tiap kelas kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda
dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai
metode pembelajaran.Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam proses
pembelajaran, antara lain:
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
secara lisan atas bahan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Dengan metode ceramah,
guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Gage dan Berliner
(1981: 457), menyatakan metode ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar
yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara melibatkan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi dan saling bertukar pendapat/ ide atau saling
mempertahankan pendapat/ ide dalam pemecahan masalah, sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang dilakukan oleh seorang guru atau
seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
menjelaskan kepada seluruh siswa dikelas tentang langkah-langkah untuk
mengerjakan sesuatu atau bagaimana cara kerja dari suatu alat.
5. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/ materi

yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Kurikulum adalah


perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Macammacam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan sosial,
pendidikan keterampilan, pendidikan jasman, dll.
6. Lingkungan Pendidikan
a.Pengertian lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang
ada di alam semesta dan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya.
Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya
proses pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat berupa benda-benda, orang-orang,
keadaan-keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar peserta didik yang
bisa memberikan pengaruh terhadap perkembangannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
b.Fungsi Lingkungan Pendidikan
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan
budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat
dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan pendidikan itu
terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan
efektif. Seperti diketahui, proses pertumbuhaan dan perkembangan manusia sebagai
akibat interaksi dengan lingkungannya akan berlangsung secara ilmiah dengan
konsekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan
menyimpang dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai usaha
sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan itu sedemikian rupa agar
dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan secara optimal, dan dalam waktu serta
dengan daya/dana yang seminimal mungkin. Dengan demikian diharapkan mutu
sumber daya manusia makin lama semakin meningkat. Hal itu hanya dapat
diwujudkan apabila setiap lingkunganpendidikan tersebut dapat melaksanakan
fungsinya sebagaimana mestinya. (Tirtarahardja & La Sula, 2000: 164)

c. Penggolongan Lingkungan Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara


Jika dilihat dari segi anak didik nampak bahwa anak didik secara tetap hidup di
dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Lingkunganlingkungan itu menurut Ki Hajar Dewantara (Tri Pusat Pendidikan) ialah (a) lingkungan
keluarga, (b) lingkungan sekolah, dan (c) lingkungan organisasi pemuda. (Tahlain, 1996
: 41)

Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lembaga sosial resmi (ingat Undang-Undang Perkawinan).


Anggota keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak. Ikatan keluarga ialah cinta kasih
suami istri, yang melahirkan anak-anak. Orang tua bertanggung jawab memelihara,
merawat, melindungi anak dan mendidik anak agar anak tumbuh dan berkembang
dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh
anak, dan karena itu disebut primary community (lingkungan pendidikan utama).
(Tahlain, 1996: 41)
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat
yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan
individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna
sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi
yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua
dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada
umumnya kewajiban ibu bapak itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu
tradisi. Bukan hanya ibu bapak yang beradab dan berpengetahuan saja yang dapat
melakukan kewajiban mendidik anak-anaknya, akan tetapi rakyat desa pun melakukan
hal ini. Mereka senantiasa melakukan usaha yang sebaik-baiknya untuk kemajuan anakanaknya. (Tirtarahardja & La Sula, 2000: 170-171)

Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan berdasarkan UU


negara sebagai tempat / lingkungan pendidikan. Sekolah di satu pihak mewakili negara
dan di pihak lain mewakili orang tua/masyarakat setempat. Di dalam kehidupan
bersekolah anak meneruskan pendidikan yang sudah diterima olehnya di dalm keluarga,
dan berusaha mengembangkan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pandangan hidup bangsa negara. Lingkungan
sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua. Siswa-siwi, guru,
administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan pendidikan secara teratur dan
berencana. (Tahlain, 1996 )

Lingkungan organisasi pemuda

Organisasi pemuda, baik yang informal seperti kelompok bermain, kelompok


sebaya, yang dibentuk oleh anak-anak atau pemuda di dalam lingkungan tempat tinggal
mereka dan dibimbing oleh orang dewasa, maupun yang formal diusahakan oleh
pemerintah atau lembaga swasta lain, memberikan kesempatan kepada anak-anak dan
pemuda untuk mengembangkan kesadaran sosial, kecakapan sosial dalam bergaul,
keterampilan dan pengetahuan.
Dalam GBHN 1983 ditegaskan:, bahwa: Pengembangan wadah-wadah
pembinaan generasi muda seperti organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan organisasi
mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi, organisasi fungsional pemuda seperti
antara lain KNPI, Pramuka, Karang Taruna, organisasi olahraga, dan lainnya perlu
ditingkatkan secara terarah dan teratur. Untuk itu perlu selalu dipelihara suasana yang
sehat agar kreativitas dan tanggung jawab semakin berkembang serta diusahakan
bertambahnya

fasilitas

dan

sarana

yang

memungkinkan

peningkatan

dan

pengembangan kegiatan generasi muda.


Di dalam lingkungan organisasi pemuda, anak dan pemuda mengalami
pendidikan juga. Organisasi pemuda merupakan lingkungan pendidikan utama yang
ketiga. (Tahlain, 1996: 42)

d. Penggolongan Lingkungan Pendidikan Menurut Pola Pengelolaannya


Jika pada uraian di atas dibedakan lingkungan pendidikan menjadi lingkungan
keluarga, sekolah, dan organisasi pemuda, maka pada bahasan kali ini dibedakan
lingkungan pendidikan

menurut pola pengelolaannya. Penggolongan lingkungan

pendidikan menurut pola pengelolaannya. Philip H. Coombs membedakan bentuk


pengelolaan pendidikan menjadi tiga bagian, yaitu (a) pendidikan informal, (b)
pendidikan formal, dan (c) pendidikan nonformal. (Tahlain, 1996: 43)

Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari


pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir atau mati, di
dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pergaulan sehari-hari. Proses pendidikan ini
berlangsung seumur hidup dan secara paling wajar. (Tahlain, 1996: 43)
Ciri-ciri proses pendidikan informal: tidak diselenggarakan secara khusus,
medan

(lingkungan)

pendidikannya

tidak

diadakan

dengan

maksud

khusus

menyelenggarakan pendidikan, tidak diprogramkan secara tertentu, tidak ada waktu


belajar tertentu, metodenya tidak formal, tidak ada evaluasi yang sistematis, tidak
diselenggarakan oleh pemerintah.

Pendidikan formal

Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah ialah pendidikan
yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai
Perguruan Tinggi). Pendidikan di sekolah merupakan proses yang strategis bagi
pemerintah dan masyarakat untuk membina warga negara yang baik, masa depan kaum
muda dan nagsa negara. (Tahlain, 1996: 43-44)
Ciri-ciri proses pendidikan formal : diselenggarakan secara khusus dan dibagi
atas jenjang yang memiliki hubungan hirarkis, usia siswa (anak didik) di suatu jenjang

10

relatif homogen, waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang
harus diselesaikan, isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan
umum, mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di
masa yang akan datang.

Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal, sering disebut pula pendidikan luar sekolah, ialah pendidikan
yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja, tetapi tidak terlalu mengikuti
peraturan yang ketat. Pendidikan nonformal bersifat fungsional dan praktis yang
bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan lkerja peserta didik yang
berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka. (Tahlain, 1996: 44)
Ciri-ciri proses pendidikan nonformal : diselenggarakan dengan sengaja di luar
sekolah, peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah, tidak mengenal jenjang
dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek, peserta tidak perlu homogen, ada
waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis, isi pendidikan bersifat
praktis dan khusus.
B.Macam- Macam Komponen Pendidikan
Input sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: raw input, instrumental
input, dan environmental input.

11

(Gambar 2)
a)

Input masukan (raw input): peserta didik.


Komponen masukan (raw input), adalah kualitas siswa yang akan
mengikuti proses pendidikan. Kualitas tersebut dapat berupa potensi
kecerdasan, bakat, minat belajar, kepribadian siswa, dan sebagainya. Apabila
kualitas masukan itu rendah atau tidak mendukung terwujudnya prestasi belajar
yang tinggi, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi lulusan yang bermutu
tinggi, meskipun aspek-aspek lainnya mendukung, seperti proses pembelajaran
yang baik serta alat pendidikan yang bagus. Kualitas potensi ini terutama yang
bersifat tetap seperti tingkat intelegensinya rendah, hasil belajarnya cenderung
berbeda dengan anak yang tingkat kecerdasannya tinggi, sebab hal itu akan
mempengaruhi daya tangkapnya, daya analisanya, kemampuan berhitungnya,
dan lain sebagainya selama mengikuti pelajaran. Pendidikan hanyalah
mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.
Dengan kata lain tidak mungkin membuat anak yang kecerdasannya rendah

12

menjadi anak yang kecerdasannya tinggi, sehingga prestasi belajarnya juga


tinggi seperti anak yang memang pintar.
b) Input alat (instrumental input) : kurikulum, dan pendidik Komponen masukan
yang berperan sebagai alat pendidikan (instrumental input) adalah semua faktor
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran,
misalnya

kurikulum,

media

pengajaran,

alat

evaluasi

hasil

belajar,

fasilitas/sarana dan prasarana, guru, dan sejenisnya. Aspek kualitas masukan


(raw input) mutu lulusan juga dipengaruhi oleh faktor instrumental input.
Betapapun tingginya kualitas masukan (peserta didik), tetapi tidak didukung
oleh kurikulum yang tepat, alat evaluasi hasil belajar yang valid, kualitas guru
dan komitmennya yang baik, dan sebagainya tentulah akan sulit untuk
mewujudkan tercapainya mutu pendidikan yang tinggi.
c) Input lingkungan (environmental input) : keadaan cuaca, situasi keamanan
masyarakat dll, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi

proses

pendidikan.

Komponen

lingkungan

pendidikan

(enviromental input) dapat berupa sosial budaya masyarakat, aspirasi


pendidikan orang tua siswa, kondisi fisik sekolah, kafetaria sekolah, dan
sejenisnya. Secara langsung maupun tidak langsung aspek ini akan
mempengaruhi proses pembelajaran dan muaranya pada masalah mutu lulusan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi sebagaimana dikemukakan di
atas, selanjutnya akan membentuk komponen-komponen pendidikan atau
berbagai sub sistem pendidikan. Dalam hal ini dilakukan diferensiasi sehingga
setiap komponen memiliki fungsi-fungsi khusus. Namun demikian, karena
pendidikan adalah suatu sistem, maka dalam hal ini semua komponen
pendidikan idealnya melaksanakan fungsinya masing-masing dan berinteraksi
satu sama lain yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
C.Hubungan timbal balik antara komponen pendidikan

13

Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan diatas merupakan satu kesatuan


yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Input
mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat (instrumental input) seperti:
kurikulum, pendidik, input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca,
situasi keamanan masyarakat dll. Yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi proses pendidikan, dalam proses pendidikan agar tujuan pendidikan
dapat tercapai. Bila terjadi kesalahan dalam dalam salah satu komponen tersebut, maka
tujuan pendidikan pun tidak akan dapat dicapai secara maksimal.
Penutup
Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari sistem proses pendidikan,
yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi dan akan membentuk komponen-komponen
pendidikan,yaitu Tujuan

Pendidikan, Peserta

Didik, Pendidik, Interaksi

Edukatif

Pendidik dan Anak Didik, Isi Pendidikan, dan Lingkungan pendidikan. Dan komponenkomponen pendidikan diatas saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan dalam
proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada tiga komponen penting yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan,
diantaranya peserta didik, pendidik dan materi yang akan diberikan. Komponen lain
seperti alat dan fasilitas pendidikan, metode pendidikan, dan lingkungan pendidikan
berperan sebagai komponen pendukung.
Meski tiga komponen utama telah dipenuhi sebagai syarat utama terjadinya
proses pendidikan, namun komponen pendukung lainnya juga perperan penting. Dalam
hal ini, antara komponen yang satu dengan yang lain sangatlah saling berhubungan. Jika
sebuah lembaga pendidikan menginginkan pendidikan di lembaganya berjalan dan
berkembang dengan baik, adanya komponen pendukung ini sangat diperlukan. Karena
dengan demikian, pendidik dapat menyalurkan ilmunya dengan maksimal dan peserta
didikpun dapat menerima materi pembelajaran dengan baik . Input sistem pendidikan
dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: Input masukan (raw input): peserta didik.

14

Komponen masukan (raw input), adalah kualitas siswa yang akan mengikuti proses
pendidikan, dan Input alat (instrumental input) : kurikulum, dan pendidik, serta fasilitas
penunjang dalam pembelajaran. Input lingkungan (environmental input) : keadaan
cuaca, situasi keamanan masyarakat dll.
DAFTAR PUSTAKA
Tahlain.1996. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
GBHN 1983, Solo: PT Pabelan
Tirtarahardja dan La Sula. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mulyasa.2006.Komponen pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

15

Anda mungkin juga menyukai