Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH :
KELOMPOK 1

PROGAM STUDI NERS


PROGAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A.

Pengertian
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
terdiri

sendiri

jarang

terjadi

dalam

kelebihan

dan

kekurangan

(Tarwoto

dan Martonah.2005:29)
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004)
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stresor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
mengjasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intervena (IV) dan distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elktrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lain. Dalam keadaan normal kebutuhan cairan adalah 35
cc/KgBB/hr. namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake (masukan) air pada orang
dewasa adalah ingesti liquid 1500 cc, dari makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc
sehingga totalnya menjadi 2400 cc/hari. Air menempati posisi yang besar dalam tubuh
dimana terbagi menjadi dua :
1. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW) CIS merupakan tempat terjadinya
aktivitas sel kimia.

2. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler,
cairan interstitial (terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah dan cairan
serebrospinal, limfe serta cairan rongga serosa serta sendi), dan cairan transeluler.
Fungsi cairan tubuh :
1.
2.
3.
4.
5.
B.

Sebagai sarana transportasi dalam tubuh


Sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit
Sebagai bahan dalam metabolisme
Untuk membentuk struktur tubuh
Memelihara suhu tubuh

ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (burner& sudarrth.2002)
1. Ketidakseimbangan volume cairan
a.
Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah dari fistula
atau selang. Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral,
b.

penggunaan obat-obatan diuretic.


Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan kadar aldosteron dan

steroid di dalam serum, asupan natrium berlebih.


c.
Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka bakar
d.
Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidus Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara
neurologis ketoasidosis diabetic, pemberian cairan hipertonik.
Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
e.

pengeluaran diuretic.
b. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
d. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
e. Hipokalsemia

Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,


hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.
f. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
C.

TANDA DAN GEJALA


Gangguan Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan

Tanda dan gejala

Kekurangan volume

Pemeriksaan fisik: hipotensi postural, takikardia,

cairan kehilangan air

membran mukosa kering, turgor kulit buruk, haus,

dan elektrolit pada

konfusi, kehilangan berat badan berlebihan, pengisian

jumlah yang sama atau

vena lambat, vena leher datar, letargi, oliguria (<30

isotonik

mL/hari), denyut nadi lemah


Hasil laboratorium: berat
meningkatnya

kadar

meningkatnya

kadar

jenis

hematokrit
BUN

>25

urine

>1.030,

>50%,
mg/100

dan
ml

(hemokonsentrasi)
Kelebihan volume

Pemeriksaan fisik: berat badan meningkat, edema

cairan air dan natrium

(terutama pada area yang bergantung bebas), hipertensi,

ditahan pada jumlah

poliuria (jika mekanisme hinjal normal), distensi vena

yang isotonik

leher, meningkatnya tekanan darah dan vena, bunyi


krekles pada paru, konfusi
Hasil laboratorium: menurunnya kadar hematokrit
<38%, dan menurunnya kadar BUN <10 mg/100 ml
(hemodilusi)

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


Keseimbangan elektrolit

Tanda dan gejala

Hiponatremia

Pemeriksaan fisik: pemahaman, perubahan kepribadian,


hipotensi postural, pusing karena perubahan posisi,
kram abdomen, mual dan muntah, diare, takikardia
Hasil laboratorium: kadar natrium serum di bawah
135 mEq/L, osmolalitas serum 280 mOsm/kg, berat

jenis urine di bawah 1,010.


Hipernatremia

Pemeriksaan fisik: haus yang berlebihan, kulit kering


dan panas, membran mukosa dan lidah kering dan
kasar, hipotensi postural, demam, agitasi, kejang,
kelelahan, dan iritabilitas
Hasil laboratorium: kadar natrium serum di atas 145
mEq/L, osmolalitas serum 300 mOsm/kg, berat jenis
urine 1,030.

Hipokalemia

Pemeriksaan

fisik:

kelemahan

dan

keletihan,

kelemahan otot, mual dan muntah, distensi intestinal,


pergerakan usus menurun, refleks tendon dalam
menurun, disritmia ventrikular, parastesia, dan lemah,
denyut irregular
Hasil laboratorium: kadar kalium serum di bawah 3,5
mEq/L
Hiperkalemia

Pemeriksaan fisik: ansietas, disritmia, parastesia,


kelemahan, kram abdomen, dan diare
Hasil laboratorium: kadar kalium serum di atas 5
mEq/L

Hipokalsemia

Pemeriksaan fisik: perasaan mati rasa dan geli pada jari


dan sirkumoral (sekitar mulut), refleks hiperaktif, tanda
Trousseaus

positif

(spasme

karpopedal

disertai

hipoksia), tandan Chvosteks positif (kontraksi otot


wajah ketika saraf wajah tidak berfungsi), tetanus, kram
otot, dan fraktur patologis (hipokalsemia kronik)
Hasil laboratorium: kadar kalsium serum terionisasi di
bawah 4,5 mEq/L dan total kalsium serum di bawah 8,5
mEq/L
Hiperkalsemia

Pemeriksaan fisik: anoreksia, mual dan muntah,


kelemahan, refleks hipoaktif, letargi, nyeri tumpul (batu
ginjal),

tingkat

kesadaran

menurun,

perubahan

kepribadian, dan henti jantung.


Hasil laboratorium: kadar kalsium serum terionisasi di
atas 5,5 mEq/L dan total kalsium serum di atas 10,5

mEq/L
Hipomagnesia

Pemeriksaan fisik: tremor otot, refleks tendon dalam


hiperaktif,

konfusi

dan

disorientasi,

takikardia,

hipertension, disritmia, dan tanda Trousseaus positif


(spasme

karpopedal

disertai

hipoksia),

tandan

Chvosteks positif (kontraksi otot wajah ketika saraf


wajah tidak berfungsi)
Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di bawah
1,5 mEq/L
Hipermagnesia

Pemeriksaan fisik: elevasi kadar magnesium akut;


refleks

tendon dalam hipoaktif, kedalaman dan

kecepatan

pernapasan

menurun,

hipotensi,

dan

kemerahan (flushing)
Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di atas
2,5 mEq/L (Potter, Perry. 2009)

D.

PATHWAY

E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, gas darah dan elektrolit
2. Pemeriksaan feses
Makrokospis dan mikrokospis, pH dan kadar gula. Jika diduga ada intoleransi
glukosa
3. Pemeriksaan kadar urenum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Dan pemeriksaan lain pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat jenis urine
dan analisis gas darah, Hct, Hb, BUN, CVP, darah vena ( sodium, potassium,
klorida, kalsium, magnesium, pospat, osmolalitas serum), pH urine.

F.

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/berat
2. Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberian airan didasarkan keparahan, kekurangan dan respon
kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk mengurangi
odema dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh ginjal

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parentral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.

e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.


f. Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
3. Pengukuran klinik
a.

Berat badan
Kehilangan/bertambahnya

berat

badan

menunjukkan

adanya

masalah

keseimbangan cairan :
1)

2 % : ringan

2)

5 % : sedang

3)

10 % : berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
b.

Keadaan umum
1)

Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan


pernapasan.

2)

Tingkat kesadaran.

c.

Pengukuran pemasukan cairan


1)

Cairan oral : NGT dan oral.

2)

Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV.

3)

Makanan yang cenderung mengandung air.

4)

Irigasi kateter atau NGT.

d.

Pengukuran pengeluaran cairan


1)

Urine : volume, kejernihan/ kepekatan.

2)

Feses : jumlah dan konsistensi.

3)

Muntah.

4)

Tube drainage.

5)

IWL.

e.

Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar


200 CC.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)

Rata-rata intake cairan perhari


a) Air minum
1500-2500 ml
b) Air dari makanan
750 ml
c) Air hasil oksidasi (metabolism) 200 ml

2)

Rata-rata output cairan per hari

a) Urine
b) IWL
- Paru
- Kulit
c) Keringat
d) Feses

1400-1500 ml
350-400 ml
350-400 ml
100 ml
100-200 ml

3)

Insensible Water Loss


a) Dewasa 15cc/kgBB/hari
b) Anak (30- usia (tahun) cc/kgBB/hari

*Rumus IWL
IWL = (15 x BB
24 jam

*Rumus IWL Kenaikan Suhu


[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
*Penghitungan Balance Cairan Untuk Dewasa
Input cairan:

Output cairan:

Air (makan+Minum) = ......cc


Cairan Infus

= ......cc

Therapi injeksi

= ......cc

Air Metabolisme

= ......cc (Hitung AM= cc/kgBB/hari)

Urine

= ......cc

Feses

= .....cc (kondisi normal 1 BAB feses =

100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = .....cc
IWL
(Insensible Water Loss)
4. Pemeriksaan fisik

= .....cc (hitung IWL= 15cc/kgBB/hari)

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :


a. Integumen : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurologi : Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.
.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah
sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan
Definisi: Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium.
2. Kelebihan volume cairan
Definisi: Peningkatan retensi cairan isotonic

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1. Kekurangan
volume NOC
NIC
Fluid Management
Fluid balance
cairan.
Timbang
Definisi: penurunan cairan Hydration
Nutritional Status:Food
popok/pembalut
jika
intrseluler. Ini mengacu
and Fluid
diperlukan
pada dehidrasi, kehilangan
Intake
Pertahankan
catatan
cairan saat tanpa perubahan Kreteria Hasil:
intake dan output yang
Mempertahankan urine
pada natrium.
akurat
Batasan karakteristik:
output sesuai dengan
Monitor status hidrasi
Perubahan
status
usia dan BB, BJ urine
(kelembaban membran
mental
normal, HT normal.
Penurunan
tekanan
mukosa, nadi adekuat,
Tekanan darah, nadi,
darah
Penurunan

tekanan

nadi
Penurunan volume nadi
Penurunan turgor kulit

suhu tubuh, dalam batas

tekanan

normal
Tidak ada tanda-tanda

ortostatik),

dehidrasi

diperlukan.
Monitor vital sign

darah
jika

Penurunan turgor lidah


Penurunan haluran urin
Penurunan pengisian
vena
Membran

mukosa

kering
Mulut kering
Peningkatan hematokrit
Peningkatan
suhu
tubuh
Peningkatan frekuensi
nadi
Peningkatan
konsentrasi urin
Penurunan berar badan
Haus
Kelemahan
Faktor Berhubungan
Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme
regulasi

Elastisitas turgor kulit

Monitor

masukan

baik, membran mukosa

makanan/ cairan dan

lembab, tidak ada rasa

hitung intakae kalori

haus yang berlebihan.

harian.
Kolaborasikan

pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada

suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan
penggantian

nasogatrik sesuai output


Dorong keluarga untuk
membantu

pasien

makan.
Tawarkan

buah, buah segar)


Kolaborasi
dengan

dokter
Atur

snack

(jus

kemungkinan

transfusi
Persiapan transfusi
Hypovolemia Management
Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah
oral
Pemberian

intake

cairan

iv

monitor
tanda

adanya
dan

kelebihan

gejala
volume

cairan
Monitor adanya tanda
gagal ginjal

2.

Kelebihan volume cairan


NOC
Definisi:
peningkatan
electrolite
retensi cairan isotonik
Batasan karakteristik
bunyi
napas

adventisius
gangguan elektrolit
anasarka
ansietas
azotemia
perubahan
tekanan

darah
perubahan

mental
perubahan

pernapasan
penurunan hematokrit

status
pola

and

NIC
acid Fluid management
timbang

base balance
fluid balance
hydration
kriteria hasil
terbebas dari edema,

efusi, anaskara
bunyi nafas bersih,
tidak

ada

dyspneu/ortopneu
terbebas dari distensi
vena jugularis, reflek

hepatojugular +
memelihara tekanan
vena sentral, tekanan

popok/pembalut jika

diperlukan
pertahankan

cairan

intake

output

dan

yang akurat
pasang urin kateter

jika diperlukan
monitor hasil

Hb

yang sesuai dengan


retensi cairan (BUN,
Hmt,
urin)

osmolalitas

penurunan

kapiler paru, output


jantung dan vital sign

hemoglobin
dispnea
edema
peningkatan

hemodinamik

dalam batas normal


terbebas
dari

termasuk CVP, MAP,

vena sentral
asupan
melebihi

haluaran
distensi vena jugularis
oliguria
ortopnea
efusi pleura
refleksi hepatojugular

positif
perubahan

arteri pulmonal
kongesti pulmonal
gelisah
perubahan berat jenis

urin
bunyi jantung S3
penambahan
berat

tekanan

tekanan

kelelahan, kecemasan

atau kebingungan
menjelaskan indikator

kelebihan cairan

regulasi
kelebihan

asupan

cairan
kelebihan

asupan

natrium

PAP, dan PCWP


monitor vital sign
monitor
indikasi
cairan (cracles, CVP,
edema, distensi vena

leher, asites)
kaji lokasi dan luas

edema
monitor

masukan

makanan/cairan dan

hitung intake kalori


monitor status nutrisi
kolaborasi pemberian
diuretik

sesuai

interuksi
batasi

masukan

cairan pada keadaan

yang

berhubungan
gangguan mekanisme

status

retensi/kelebihan

badan dalam waktu


sangat singkat
faktor-faktor

monitor

hiponatermi

dilusi

dengan

serum

Na<130mEq/l
kolaborasi
dokter
jika

tanda

berlebih

muncul

memburuk
fluid monitoring
tentukan

cairan

riwayat

jumlah

dan

tipe

intake

cairan

dan

eliminasi
tentukan
kemungkinan faktor
risiko

dari

ketidakseimbangan
cairan

(hipertermia,

terapi

diuretik,

kelainan renal, gagal


jantung,

diaporesis,

disfungsi hati, dll)


monitor berat badan
monitor serum dan

elektrolit urin
monitor serum dan

osmolalitas urin
monitor BP, HR, dan

RR
monitor

tekanan

darah orthostatik dan


perubahan

irama

jantung
monitor

hemodinamik infasif
catat secara akurat

intake dan output


monitor
adanya

parameter

distensi leher, rinchi,


odema, perifer dan

penambahan BB
monitor tanda dan
gejala dari odema

DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC
Potter&Perry.2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume.2 Konsep Proses dan
Praktik Edisi 4.Jakarta:EGC
Tarwoto&Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta
:Salemba Medika
Herdinan, Heather T. 2012.Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014 .Jakarta: EGC.
Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011.
Jakarta :Penerbit buku kedokteran EGC .

Anda mungkin juga menyukai