24-Pengantar Otonom-CKF
24-Pengantar Otonom-CKF
Tujuan Pengajaran ialah agar peserta didik mengenal dan memahami cara kerja
serta ruang lingkup obat-obat otonom ditinjau dari segi farmakologi.
Fungsi organ-organ tubuh dikontrol dan diintegrasikan oleh sistem saraf dan sistem
endokrin. Secara umum kedua sistem ini mempunyai sifat yang hampir sama, yaitu
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi proses-proses di bagian tubuh yang
letaknya jauh, dan mekanisme umpan balik negatifnya juga mempunyai arti penting.
Pusat interaksi tertinggi untuk sistem saraf dan sistem endokrin adalah hipotalamus.
Perbedaan utama antara sistem saraf dengan sistem endokrin adalah dalam hal
metode hantaran informasinya. Pada sistem endokrim, sebagian besar hantaran adalah
bersifat kimiawi melalui hormon-hormon yang dibawa oleh aliran darah. Pada saraf,
hantaran informasinya dialirkan dengan aliran lestrik dengan cepat melalui serabutserabut saraf, yang dilanjutkan oleh hantaran kimia (yang disebut neurotransmitter)
antara sel-sel saraf dan antara sel saraf dengan sel efektor. Kedua sistem ini bekerja
sendiri-sendiri (involuntary) dan tidak dipengaruhi secara langsung oleh kesadaran
atau kehendak.
Obat-obat otonom adalah obat-obat yang bekerja mempengaruhi SSO tau
mempengaruhi reseptor-resepptor otonompada sel-sel efektor yang dikontrol oleh
oleh SSO. Obat-obat otonom dapat memacu (agonis) atau menghambat (antagonis)
fungsi sistem saraf otonom. Mempelajari anatomi, fisiologi dan biokimia SSO
merupakan hal sangat penting untuk dapat mengerti dan memahami farmakologi
obat-obat otonom.
parasimpatetik panjang dan berakhir di gangglion yang letaknya dekat atau di dalam
organ target; dan serat posganglionnya pendek.
Impuls dalam parasimpatis ( kranio-sakral) berasal dari batang otak melalui nervusnervus III, VII, XI, X dan Nervi erigentes ke sel intermediolateral segmen II dan IV
bagian sakral medula spinalis. Impuls
intermediolateral medula spinalis semua segmen torakal dan segmen lumbal I, II dan
III.
Serat saraf preganglion lansung mempersarafi Medula adrenal
tanpa sinaps di
Saraf
SS Perifir
SSP
Divisi eferen
SSOtonom
SS Simpatetik
(Adrenergic)
Divisi aferen
SSSomatik
S Para Simpatetik
(Cholinergic)
Gambar 1. Organisasi saraf dalam tubuh manusia.
Gtambar 2. [Gambar dan /keteranghan Gambar sama dengan Gambar 24.1 halaman
4 CKF Bagian 2edisi 1992.].
Gambar 2. Diagram skematis simpatikus dan parasimptikus. Sebelah kanan adalahsistem simpatis
dfan sebelah kiri sistem parasimpatis, berikut dengan orfgan-efektor yang dipersarafinya.
Sumber: Wingard LB dkk: Human Pharmaccology ,Moleccular to Clinical. Mosby Year Book, 1991,
p78 (1).
pengentalan sekresi kelenjar ludah. Termasuk obat-obat yang mempengaruhi fungsifungsi ini adalah agonis adrenergik dan antagonis ganglionic blocking agent.
Neurotransmiter
Hantaran informasi pda saraf terjadi dengan penjalaran impul-impul dalam sel saraf
dan diteruskan dengan rilis (release) neurotransmiter dari ujung saraf ke celah-celah
sinaps antar sel dan antara sel saraf dan sel efektor . Neurotransmiter ini akan
berdifusi dan berikatan dengan molekul reseptor khusus pada sel pasca sinaps, yang
akan mengaktifkan atau menghambat aktivitas sel efektor.
Berdasarkan jenis neurotransmiter utama yang dibebaskan pada ujung saraf otonom,
serat saraf otonom dibedakan atas serat kolinergik yang merilis acetylcholine (Ach)
dan serat adrenergik yang membebaskan noradrenalin (norepinefrin, NE) sebagai
neurotransmiter. Terdapat bukti-bukti bahwa beberapa serat saraf perifir simpatis juga
membebaskan dopamin.
Medula adrenal berisi sel-sel kromafin, yang secara embriologik homolog dengan
ganglion simpatis, diturunkan dari neural crest. Sel-sel kromafin pada medula adrenal
ini dipersarafi oleh ujung saraf preganglionik simpatis khusus dengan neurotransmiter
ACh. Sel sel kromafin medula adrenal ini membebaskan campuran epinefrin dan norepinefrin (NE) ke dalam darah. Akhir-akhir ini juga diketahui bahwa sebagian besar
saraf otonom juga membebaskan beberapa substansi trnasmiter (co-transmitter)
sebagai pelengkap dari transmiter utama.
yang berlawanan.
Neuron
Neuron
kolinergik
adrenergik
Acetyl-CoA
+
Cholin
Dopa
Tirosin
Dopamin
MAO
ACh
Derivat
deaminasi
NE
Choline
Re up take
ACh
NE
AChE
X X X
Jaringan pasca sinaps
Normeta
nefrin
COMT
X X X
Jaringan pascasinaps
Gambar 3. Proses biokimia pada ujung saraf kolinergik dan adrenergik. Terlihat bahwa monoamin
oksidase (MAO) berada di intrasel, sehingga secara teratur sebagian NE mengalami deaminasi di ujung
saraf adrenergik. Catecol-O-metyltransferase (COMT) bekerja pada NE yang telah diseksresikan.
[ACh, acetylcholine; AchE, acetylcholinesterase.]
Sumber: Katzung BG, BukuBantu Farmakologi, Peenerbit EGC Jakarta, 1994.
Tabel 6-1. Respons adrenergik dan kolinergik pada berbagai organ-organ efektor.
Secara umum dapat dikatakan bahwa parasimpatis bersifat konservasi dan reservasi
tubuh, atau disebut fungsi rest and digest . parasimpatis mengatur fungsi-fungsi vital
dalam tubuh. Sedangkan
gangguan dari luartubh dengan rekasi berupa perlawananatau pertahanan diri yang
dikenal sebagai fight or flight reaction.
Transmisi Kolinergik
Prekursor neurotransmiter, rilis dan terminasi kerja neurotransmiter adrenergik dan
kolinergik dismpulkan dalam Gambar 3. Pada ujung-ujung saraf kolinergik terdapat
vesikel-vesikel besar (letaknya agak jauh dari membran sinaps dan berisi lebih
banyak peptida yang berfungsi sebagai co-transmitter) dan vesikel kecil (lebih
banyak beris ACh). Vesikel-vesikel ini disintesa di bagian soma neuron dan ditransfer
ke bagian terminal neuron; dan vesikel-vesikel ini juga daa yang didaur ulang
beberapa kali dalam terminal. ACh disintesis dalam sitoplasma dari acetyl-CoA
(disintesis di mitochondria) dan choline dengan katalisator choline acetyltransferase
(ChAT). Choline diperoleh dari cairan ekstraselular dan ditransfer ke dalam sel oleh
pembawa pertama yang disebut Natrium-dependent carrier; dan tranfer ini dapat
dihambat oleh Hemicholenium (analog ACh). ACh yang terbentuk dalam sitoplasma
ditransfer ke dalam vesikel oleh pembawa ke dua antiporter carrier yang
mengubah proton-proton. Transfer ini dapat dihambat oleh vesamicol (Usdin et al
1995). Proses sintesis ACh berlangsung sangat cepat sehingga menyokong terjadinya
rilis ACh yang cepat. Dalam vesikel terdapat banyak sekali molekul ACh (biasanya
1000 50.000 molekul tiap vesikel.
Terjadinya rilis neurotransmiter bergantung pada kadar Kalsium ekstraselular, dan
rilis neurotransmiter timbul bila terjadi aksi potensial di terminal dan memicu
masuknya ion-ion Kalsium ke dalam sel.[pada waktu kanal-kanal Ca yang sensitif
voltase di dalam membran di bagian terminal neuron terbuka, sehingga
enzim, seperti:
(withdrawal)
berkaitan
dengan
jumlah
atau
afinitas
reseptor.
Misalnya,pemakaian jangka panjang agonis dapat menurunkan densitas reseptorreseptor dan mengurangi efek obat. Sebaliknya pemakaian jangka lama suatu
antagonis , atau bloker, dapat meningkatkan densitas reseptor-reseptor dan respons
terhadap penghentian mendadak obat-obat bloker.
Integrasi fungsi otonom
Integrasi fungsional terjadi melalui mekanisme umpan balik negatif (negatif feedback
mechanism).Proses ini mempergunakan reseptor prasinaps padda tingkat lokal dan
reflek homeostatik pada tingkat ik. Pada farmakologi otonom,
refleks yang
terpenting adalah reflek-reflek yang mengatur tekanan darah. Hal ini harus selalu
diingat dalam menganalisis efek obat-obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh
darah. ini memmadukan refleks-refleks saraf baroreseptor dengan refleks-refleks
hormonal renin-angiotensin-aldosteron. Kontrol umpan balik lain didapatkan pada
ujung saraf beberapa . Yang paling dikenal ialah umpan balik negatif NE terhadap
rilis NE di ujung saraf pasca sinaps neuron adrenergik. Efek ini tampaknya
diperantarai oleh reseptor 2.
A.Reseptor
berpasangan
dengan
kanal ion:
* Resepptor nikotin
* Reseptor GABA
Neurotransmiter
ion
Terjadiperubahan pd Efek
potensial membran
intra
atau konsentrasi
selular
ion dalam sel
ion
cAMP
B. Reseptor
berpasangan
dengan
adenilsiklase
* Beta adrenoseptor
* alfa -2 Adrenoseptor
C. Reseptor
berpasangan
dengan
diasilgliiserol
* -1 adrenoseptor
* Reseptor muskarinik
kolinergik
Fosforilasi
protein
Efek
intra
selular
Fosforilasi
protein dan
peningkatan
Ca intraselular
Efek
intra
selular
Adenilsiklase
ATP
Inositol trifosfat
Diasilgliserol
Nonspesifisitas
Obat-obat tidak dapat langsung menyeleksi daerah-daerah target di tubuh atau di
jaringan. Obat-obat bekerja pada semua reseptor yang dapat akses dan diikat. Karena
SSPberisi reseptor-reseptor untuk ACh, NE, dan epinefrin, obat-obat yang
mempengaruhi ACh di neuron-neuron perifir dapat memperlihatkan efek-efek yang
tidak diinginkan pada SSP, bila obat-obat ini dapat melewati sawar darah otak.