Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

KARBOHIDRAT
KELOMPOK 2.3

Disusun Oleh :
I Gede Pande Wahyu Widiastana

41150018

Natasha Channelia

41150046

Ester Novitasari

41150047

Christian Hans Suprapto

41150055

Darren Eduardo William

41150085

Ave Maria Rosario

41150086

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

BAB I
DASAR TEORI
Karbohidrat adalah konstituen utama makanan hewan dan jaringan hewan.
Karbohidrat ditandai dengan jenis dan jumlah resido monosakarida di dalam
molekulnya. Karbohirat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana dan tidak dapat
dihidrolisis lagi. Misal, glukosa, galaktosa, fruktosa
2. Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida, misalnya
maltose, laktosa dan sukrosa
3. Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida
4. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh unit
monosakarida, misalnya pati, dekstrin, dan polisakarida nonpati
Uji molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini sangat efektif untuk
senyawa-senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural
atau senyawa furfural yang tersubtitusi, seperti hidroksi metil fulfural.Warna yang
terjadi disebabkan oleh kondensasi fulfural atau derivatnya dengan
alfanaftol.Thymolm dapat dipakai sebagai pengganti alfa-naftol. Ia juga lebih stabil
daripada alfa-naftol dan pada penyimpanan yang lama tidak berubah warna
Uji Benedict terlihat bahwa glukosa memiliki gula pereduksi. Glukosa
mengandung gugus aldehid. Sekalipun aldosa berada dalam bentuk sikliknya,
namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya, sehingga glukosa memiliki
aldehid dengan rantai terbuka, sehingga dapat mereduksi berbagai macam
reduktor. Reaksi yang terjadi menimbulkan endapan merah bata.
O
O

2+
RCH + Cu + 2OH RCOH + Cu2O
Gula pereduksi
Endapan merah bata
Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan
ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton atau aldehida gula
tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya
jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta
bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Reagen
uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini
menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa
yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna
merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah
muda. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji

positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri
dari furktosa dan glukosa.
Prinsip dari uji seliwanoff ini adalah jika setelah pencampuran larutan lalu
dilakukan pemanasan, maka disakarida yang tergolong ketosa adalah yang
berwarna merah. Pada uji seliwanoff, hasil positif didapat pada fruktosa, maltose,
laktosa, amilum dan sukrosa. Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk
karbohidrat yang mengandung gugus keton, seperti fruktosa. Ketika semua larutan
ditambahkan larutan seliwanoff, terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi kuning. Kemudian ketika dipanaskan, yang terjadi perubahan warna
menjadi merah orange yang menunjukan bahwa sempel termasuk ketosa dan
peristiwa monosakarida ketosa menjadi fufural lebih cepat dibandingkan dengan
aldehid karena aldehid mengalami trasformasi menjadi ketosa sebelum dehidrasi.
Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resolsinol menghasilkan zat
yang berwarna merah tua. Dari hasil yang didapatkan hampir semua sempel
mengalami perubahan kecuali glukosa.
Hidrolisis sukrosa secara enzimatik menghasilkan gula invert yang jernih
dan bermutu tinggi. Menurut Chafied dkk (1991) pemanasan larutan gula yang
umum dilakukan pada saat hidrolisis sukrosa menggunakan katalis asam dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan warna larutan akibat terbentuknya
hidroksimetil furfural akibat dehidrasi fruktosa. (Jurnal Natural Science Desember
2012 Vol. 1.(1) 120, Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar
Kation Tipe Sulfonat, (A.R. Razak, et. al) )
Pati (kanji, starch) adalah sumber utama karbohidrat dalam makanan dan
memiliki struktur kumparan heliks, apabila dihidrolisis maka akan terbentuk
disakarida maltosa, dan maltose apabila dihidrolisis maka akan terbentuk
monosakarida glukosa. Glukosa adalah karbohidrat terpenting pada biokimia
mamalia karena hampir semua karbohidrat dalam proses biokimiawi makanan
diubah menjadi glukosa untuk metabolism( Biokimia Harper).Maltosa dihasilkan
selama pencernaan pati dan terdiri dari dua unit glukosa disatukan. Laktosa adalah
gula susu dan terdapat penyatuan sebuah galaktosa dan sebuah glukosa. Sukrosa
adalah gula pasir, pada sukrosa glukosa dan fruktosa disatukan. (Biokimia
kedokteran Dasar)
Gum Arabic merupakan hidrokoloid yang dihasilkan dengan eksudasi alami
dari pohon akasia dan merupakan bahan enkapsulasi efektif karena memiliki
beberapa sifat seperti : 1) Kelarutan air yang tinggi, 2) Viskositas yang rendah, 3)
Larutan terkonsentrasi relatif dengan hidrokoloid lainnya, 4) Memiliki kemampuan
emulsifier minyak dalam air. Gum Arabic terdiri dari susunan banyak gula
sederhana seperti galaktosa, arabinose, ramnosa, dan glukoronat.

BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
Alat dan Bahan

Naphtol
Larutan glukosa
H2SO4
Reagen benedict
Larutan fruktosa
Larutan pentose
Selliwanof reagent
Touber reagent
Larutan sukrosa
Tymol biru
HCl
Larutan Na2CO3 2%
HCl 3N
Larutan iodine
Larutan gummi arabicum
Droplet

Jalannya Percobaan
Monosakarida
a. Molisch Test

Masukkan 2 ml larutan glukosa dalam tabung reaksi

Lalu masukkan 2 tetes alpha naphtol 10%, aduk dengan baik (vortex)

Tambahkan 2 ml H2SO4 melalui dinding tabung secara perlahan


yang kemudian tampak lapisan (layer) di bawah larutan

Terbentuk cincin berwarna violet / ungu di antara 2 larutan sebagai


reaksi positif terhadap karbohidrat

b. Benedict test

Masukkan 3 ml reagen benedict dalam tabung, tambahkan 8 tetes


larutan glukosa, vortex

Kemudian dipanaskan di atas api selama 1 menit

Reaksi positif bila terjadi warna hijau, kuning, orange, atau merah
bata dan endapan merah bata

c. Selliwanof test

Masukkan 3 ml selliwanof reagent (0,5% resorcinol dalam 5N HCl) ke


dalam tabung tersebut

Lalu ditambahkan 1 ml larutan fruktosa ke dalam tabung tersebut,


vortex

Lalu dipanaskan di penangas air selama 30 detik

Reaksi positif bila terjadi warna merah

d. Touber test

Masukkan 0,5 ml reagen touber pada tabung reaksi

Lalu tambahkan 1 tetes larutan arabinose

Kemudian panaskan dalam penangas air selama 1 menit dan


kemudian didinginkan dengan air mengalir dari kran

Reaksi positif bila terjadi warna merah anggur

e. Hidrolisis sukrosa

Masukkan 5 ml sukrosa dalam tabung reaksi

Lalu tambahkan 1 tetes tymol blue sebagai indicator

Kemudian tambahkan 5 tetes HCl encer dalam larutan tersebut


sampai berwarna pink / merah muda

Buat menjadi 2 tabung larutan

Tabung 1 dididihkan selama 30 menit kemudian didinginkan dengan


air

Tabung 1 dan tabung 2 ditambahkan natrium karbonat 2% sehingga


larutan tersebut berwarna biru

Lalu lakukan test benedict pada dua tabung

f. Hidrolisis starch

Masukkan 5 ml larutan starch dalam tabung reaksi

Lalu tambahkan 2 ml HCl 3N dalam tabung tersebut

Masukkan tabung dalam waterbath

Setiap 3 menit teteskan 1 tetes ke dalam droplet dan 1 tetes 0,01 N


iodine sampai larutan berubah

Setelah itu, bagian larutan yang dihidrolisis ditambah natrium


karbonat 2% sampai larutan berubah warna menjadi biru

Lalu ujikan dengan test benedict pada tabung tersebut

g. Hidrolisis gummi arabicum

Masukkan 4 ml larutan gummi arabicum dalam tabung reaksi

Lalu tambahkan 1 ml HCl pekat dalam tabung tersebut

Didihkan tabung dalam penangas air selama 2 menit lalu dinginkan


dengan air mengalir dari kran

Setelah itu tambahkan sekitar 5-10 tetes NaOH 40% sehingga


menjadi alkali (gunakan kertas lakmus)

Bagi menjadi 2 tabung, lakukan tes touber pada satu tabung, dan
lakukan tes benedict pada tabung yang lain (ambil 1 tetes dari larutan
untuk tes touber, dan ambil 8 tetes dari larutan untuk tes benedict)

BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Uji Molisch
Dalam percobaan, tabung diberi larutan glukosa kemudian ditambahkan
alpha napthol 10% dan H 2SO4, yang terbentuk adalah larutan dengan lapisan
warna bening, cincin ungu, warna hijau tua.
Uji Benedict
Dalam percobaan uji benedict ini dimasukkan reagen benedict dalam
tabung reaksi dan ditambahkan larutan glukosa, yang kemudian dipanaskan
didapatkan hasil terbentuk endapan merah bata.
Uji Seliwanof
Dalam percobaan uji selliwanof, dimasukkan ke dalam tabung reaksi reagen
selliwanof dan ditambahkan larutan fruktosa, kemudian dipanaskan, akan
menghasilkan larutan yang merah. Sebelum dipanaskan larutan bewarna lebih
bening.
Uji Touber
Tabung reaksi yang ditambahkan reagen tauber dan larutan Arabinosa
berwarna coklat, setelah dipanaskan akan bereaksi menjadi positif sehingga
terbentuk larutan berwarna merah anggur.
Hidrolisis Sukrosa
Pada tabung reaksi A terapat endapan merah bata setelah diberi larutan
benedict dan dipanaskan. Dan pada tabung reaksi B tidak ada perubahan apapun
pada larutan, hanya berwarna biru laut bening setelah diberi larutan benedict dan
dipanaskan.
Hidrolisis Starch
Pada Droplet :
Menit
Warna
Tabung A berwarna bening.
3
Biru tua
Tabung B berwarna biru
6
Ungu muda keruh
Tabung C larutan biru dengan
9
Cokelat keruh
endapan merah bata
Bening sedikit
12
kuning
Bening dengan
15
lebih kuning
Bening dengan
18
kuning agak tua
21
Kuning lebih pudar
Kuning makin
pudar

Kuning sama
dengan iodin
Hidrolisis Gumi Arabicum
27

Ketika dilakukan uij touber, terdapat warna merah anggur setelah


dipanaskan beberapa menit di penangas. Menunjukkan uji Touber positif terhadap
arabinose.Ketika dilakukan uji benedict, terdapat endapan merah bata setelah
dipanaskan di waterbath kurang lebih 10 menit. Menunjukkan uji Benedict positif
terhadap arabinose/monosakarida.

BAB IV
PEMBAHASAN
Uji Molisch
adalah uji umum unuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa senyawa
yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa
furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural.Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa semua karbohidrat menghasilkan cincin berwarna ungu.
Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya dengan aNaftol menghasilkan senyawa berikut:
-

Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida


umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat
dalam hal ini uji karbohidrat diatas, monosakarida menghasilkan furfural
atau derifatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah: reaksi dehidrasi
atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.

Preaksi molisch terdiri dari a- naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan
furfular membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh
daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat dan akan membentuk
cincin berwara ungu pada larutan glukosa , fruktosa, galaktosa, maltosa,
laktosa, sukrosa dan amilum. Hal ini menunjukan bahwa uji molisch sangat
spesifik untuk membuktikan adanya karbohidrat.
Tujuan ditambahkan nya asam sulfat pekat adalah untuk menghidrolisis ikatan
pada sakarida agar menghasilkan fulfular. Hasil reaksi yang positif, menunjukan
bahwa larutan yang di uji mengandung karbohidrat, sedangkan hasil reaksi
negatif menunjukan bahwa larutan yang di uji tidak mengandung karbohidrat.
Terbentuknya cincin ungu menyatakan reaksi positif, pada percobaan yang
memberikan reaksi positif adalah, Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa , laktosa,
sukrosa, dan amilum. Dalam hasil percobaan, larutan karbohidrat yang
direaksikan dengan larutan asam sulfat pekat membentuk larutan menjadi 2
lapisan dan pada bidang batas kedua lapisan tsebut akan terbentuk cincin ungu
yang disebut KWNOID.

Uji Benedict
Mengidentifikasi adanya gula pereduksi. Gula pereduksi merupakan semua
jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji

benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus aromatic, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukan gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, fruktosa
akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Munculnya endapan merah
menunjukkan adanya sifat pereduksi. Pada reagen benedict terkandung ion Cu 2+,
yang dapat direduksi oleh gugus reduksi yang dimiliki oleh karbohidrat (gugus
aldehid dan keton) menjadi ion Cu + dan akan diendapkan dalam bentuk Cu 2O yang
berwarna merah bata.
Uji Seliwanof
Reaksi spesifik lainnya untuk karbohidrat tertentu adalah uji seliwanof. Reaksi
seliwanof disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asal
levulinat dan hidroksimetilfurfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetilfurfural
dengan resorsinol menghasilkan senyawa berikut:
Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi gluosa dan fruktosa, memberi reaksi
positif dengan uji seliwanof. Pada pendidihan lebih lanjut, aldosa aldosa
memberikan warna merah dengan reagen seliwanof karena aldosa aldosa
tersebut diubah oleh HCl menjadi Ketosa.
Warna merah bata yang dihasilkan pada percobaan ini menandakan
bahwa larutan gula tersebut positif mengandung senyawa ketosa. Warna tersebut
disebabkan karena terjadinya reaksi kondensasi resorsinol dengan furfural atau
hidroksi metilfurfural. Ciri uji seliwanof adalah karbohidrat jenis ketosa, seliwanof
tidak dapat digunakan dalam membedakan fruktosa dengan sukrosa karena
memerlukan waktu yang lama dalam pembentukan warna, jika larutan glukosa
atau maltosa dipanaskan dalam pereaksi seliwanof dengan jangka waktu yang
cukup lama maka akan terbentuk warna merah. Hasil ini menunjukkan bahwa tes
tersebut negatif karena dalam pereaksi seliwanof hanya membutuhkan waktu
cepat untuk mengalami perubahan warna.
Uji Touber
Pentosan yang dihidrolisis menghasilkan Reagen tauber terdiri atas cuka
glasial dan benzidine, uji tauber ini akan menghasilkan reaksi positif apabila
terbentuk warna merah anggur. reaksi yang terjadi setelah arabinosa diberi
reagen tauber yaitu arabinosa terhidrolisi oleh cuka glasial sehingga terbentuk

10

furfural. Setelah itu furfural akan bereaksi dengan 4% benzidine sehingga


terbentuk merah anggur
Arabinosa + cuka Glasial

Furfural + Benzidine

Merah anggur

Hidrolisis Sukrosa
Dari hasil praktikum yang sudah didapatkan, pada tabung reaksi A dan B yang tadi
sudah dilakukan uji hidrolisis sukrosa terdapat perbedaan perlakuan yang
menyebabkan terjadinya perbedaan hasil praktikum. Dimana perlakuan yang
dimaksud adalah pemanasan pada waterbath yang dilakukan pada tabung A
selama 30 menit. Pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat pemutusan ikatan
karbon yang ada pada disakarida sehingga menjadi monosakarida.
Pada tahapan sebelum pemanasan yang pertama (pada hidrolisis sukrosa),
kedua tabung berisi sukrosa diberi tymol biru sebagai indikator pH pada larutan
sehingga saat pemberian HCl yang bersifat asam, larutan ini berubah menjadi
berwarna merah muda (menunjukkan larutan bersifat asam). Pemberian HCl
(reagen yang bersifat asam) yang berfungsi untuk memecahkan rantai karbon
disakarida (katalisatornya). Setelah pemberian HCl, larutan dibagi menjadi 2
tabung dan salah satu tabung dipanaskan (tabung A). Setelah dipanaskan 30
menit dan didinginkan, bersama dengan satu tabung yang tidak dipanaskan
(tabung B) kedua tabung diberi tetesan Na 2CO3 2% sampai keduanya berubah
warna menjadi biru. Reagen ini ditambahkan untuk memberikan suasana basa
(penetralan) agar campuran larutan tidak kelebihan asam. Lalu keduanya diuji
dengan larutan benedict.
Hasil pengujian benedict menunjukkan bahwa tabung A mengalami
endapan merah bata, sedangkan tabung B tidak ada perubahan sedikitpun. Ini
menunjukkan bahwa hidrolisis pada sukrosa yang ada pada tabung B tidak terjadi
sedangkan pada tabung A terjadi. Hal ini merupakan pengaruh dari pemanasan
saat uji hidrolisis sukrosa dilakukan. Hasil hidrolisis sukrosa adalah gula invert
(gula yang mengandung glukosa dan fruktosa dengan jumlah yang sama.). Dan
tes benedict dapat diuji untuk monosakarida.
Hidrolisis Starch
Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan hidrolisis starch (pati) adalah
menambahkan 5ml larutan starch pada tabung A, menambahkan 2 ml HCl yang
kemudian dicampur dan dipanaskan di waterbath. Tiap 3 menit, diambil 1 tetes dan
ditaruh di droplet kemudian diteteskan 1 tetes Iodin. Penambahan HCl pada pati
berfungsi
untuk menghidrolisis polisakarida (pati) menjadi monosakarida

11

penyusunnya (glukosa). Pemanasan di penangas berfungsi untuk mempercepat


reaksi hidrolisis dari pati itu sendiri. Uji iodin bertujuan untuk mengidentifikasi
polisakarida (pati). Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai
poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk struktur kumparan heliks sehingga
dapat berikatan dengan iodin, sedangkan disakarida dan monosakarida tidak
membentuk struktur kumparan heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
Pati yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan warna biru. Sedangangkan
bila iodin diteteskan pada larutan yang tidak mengandung pati, warna larutan tidak
akan berubah. Pada percobaan yang kami lakukan, 3 menit pertama menunjukkan
warna biru tua yang menunjukkan bahwa konsentrasi pati masih tinggi, semakin
lama waktunya warna semakin berubah ke coklat hingga ke kuning (warna iodin).
Hal ini menunjukkan bahwa pati telah terhidrolisis secara sempurna sehingga tidak
ada lagi rantai polisakarida dan iodin tidak lagi bereaksi sehingga tidak mengubah
warna. Warna kuning yang terbentuk adalah warna iodin itu sendiri, larutan pati
yang telah terhidrolisis sebenarnya adalah bening.
Langkah selanjutnya adalah mengambil 2 ml dari tabung A yang sudah
didinginkan dengan air mengalir ke dalam tabung B kemudian menambahkan 1
tetes Thymol Blue dan larutan masih berwarna bening, kemudian ditambahkan
cukup banyak larutan Na2CO3 hingga akhirnya warna larutan berubah menjadi
biru. Thymol blue adalah indikator basa, dimana semakin basa larutan akan
berwarna menjadi biru. Pada awalnya larutan yang ada berwarna bening dan tetap
bening ketika diberi satu tetes thymol blue karena derajat keasaman pada larutan
belum sesuai hingga bisa bereaksi dengan thymol blue, setelah menambahkan
cukup banyak larutan Na2CO3 larutan berubah warnanya menjadi biru. Hal ini
karena Na2CO3 adalah garam yang lebih bersifat basa. Na 2CO3 merupakan
gabungan dari NaOH dan HCO32- dimana NaOH merupakan basa kuat dan HCO 32merupakan asam lemah, sehingga garam Na 2CO3 lebih bersifat ke basa dan
menyebabkan larutan menjadi basa dan bereaksi dengan thymol blue menjadi
warna biru.
Selanjutnya 8 tetes larutan dari tabung B diambil dan dipindah ke tabung C,
kemudian diberikan 3 ml reagen benedict dan dicampur. Tabung C dipanaskan di
waterbath sekitar 15 menit dan larutan yang awalnya sepenuhnya biru jadi terlihat
ada warna merah bata. Uji Benedict bertujuan untuk memeriksa ada tidaknya gula
pereduksi. Bila terbentuk warna hijau berarti positif 1, warna kuning berarti positif
2, warna orange berarti positif 3, dan warna merah bata berarti positif 4.
Perubahan warna menjadi merah bata ini menunjukkan bahwa pati telah
terhidrolisis dan terbentuk monosakarida dimana monosakarida bereaksi dengan
reagen benedict dan terdeteksi gula pereduksi positif 4.

12

Hidrolisis Gummi Arabicum


Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa gummi arabicum
merupakan bentuk polimer pentose (arabinose). Gummi arabicum ditambah HCl
dan dipanaskan. HCl dan pemanasan bertujuan menghidrolisis gummi arabicum
menjadi arabinose. Setelah dipanaskan, didinginkan dan diberikan NaOH sampai
larutan menjadi basa dibuktikan dengan menggunakan kertas lakmus merah yang
berubah menjadi biru. Karena untuk melakukan langkah uji Benedict pada gummi
arabicum, larutan harus dalam keadaan basa. Larutan diambil sebanyak 1 tetes
dan diberikan reagen Touber sebanyak 0,5 ml. hasilnya terlihat seperti ada
endapan putih, ketika dipanaskan berubah warna menjadi merah anggur. Hal ini
membuktikan bahwa uji Touber positif terhadap arabinose.Larutan diambil
sebanyak 8 tetes dan diberikan reagen Benedict sebanyak 3 ml dan dipanaskan.
Hasilnya terdapat endapan merah bata yang membuktikan bahwa Benedict
bereaksi positif terhadap arabinose

13

BAB V
KESIMPULAN
Uji Molisch, adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat dengan memberikan
warna ungu pada larutan atau setelah larutan tersebut diberi reagent molisch dan asam
sulfat maka larutan tersebut mengandung karbohidrat
Uji Benedict, Amilum mengandung gula pereduksi
Uji Seliwanof, Pereaksi Seliwanoff mendehidrasi fruktosa menghasilkan
hidroksifurfural sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan
resorsinol membentuk larutan yang berwarna merah bata pada karbohidrat yang
memiliki gugus keton.
Uji Touber, membuktikan bahwa larutan karbohidrat yang diujimerupakan
senyawa pentosa dengan larutan yang di uji arabinosa.
Hidrolisis Sukrosa, dapat bekerja dengan optimal apabila dengan pemberian HCl
(sebagai katalis asam) dan juga pemanasan. Hidrolisis Sukrosa menghasilkan 2
monosakarida yang menyusun disakarida sukrosa yaitu, glukosa dan fruktosa.
Setelah diuji benedict, mendapatkan hasil bahwa pada tabung A +4 mengandung
gula pereduksi (monosakarida) karena terdapat endapan merah, dan pada tabung
B hidrolisis sukrosa tidak terjadi sehingga saat diuji benedict hasilnya (-), tidak
mengandung gula pereduksi.
Hidrolisis Starch, Larutan starch telah terhidrolisis sempurna di menit ke 27
ditandai dengan iodin yang tidak lagi bereaksi.Pada awalnya larutan di tabung
tidak bersifat basa dan menjadi basa setelah diberikan cukup banyak larutan
Na2CO3. Tes benedict menunjukkan hasil positif 4 yang berarti pati telah
terhidrolisis sempurna menjadi bentuk monosakaridanya.
Hidrolisis Gumi Arabicum, merupakan bentuk polimer pentose (arabinose)

14

DAFTAR PUSTAKA
Djakani, H, dkk, (2013). Gambaran kadar Gula Darah Puasa pada laki-laki Usia
40-59 Tahun. Jurnal e-Biomedik. Vol. 1 (1): 71-75.
Marks, Dawn B, Dkk. (2011). Biokimia kedokteran Dasar. Jakarta:EGC.
Murray, R., Bender, D., Botham, K., Kennelly, P., Rodwell, V., & Weil, P. (2012).
BIOKIMIA HARPER (29th ed.). UGC Medical Publisher.
Razak, A.R. (2012). Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar
Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science, 1(1), 119-131
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. (2011). Penuntun Praktikum Biokimia.
Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

15

Anda mungkin juga menyukai