Anda di halaman 1dari 11

Kejadian Luar Biasa (KLB)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit
menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan
sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang
terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat
pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut
mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat
perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat
pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di
berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga
di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis
sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan
pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di
wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat
panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular
yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan
keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat
diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara
teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi,
penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka
KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil
penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran
KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya.
Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua

pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan
KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).
Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No. 40 tahun
1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular mengatur agar setiap wabah penyakit
menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar biasa
KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Dalam pasal 14 Permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan bahwa upaya
penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung
sejak terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Keracunan Pangan sebagai pedoman bagi
pelaksana baik di pusat maupun di daerah. Diperlukan program yang terarah dan sistematis,
yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab di semua tingkat administrasi, baik di
daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam
pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang optimal.

1.2 Masalah / Topik Bahasan


Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah / topik bahasan
sebagai berikut :
1. Apa definisi dari kejadian luar biasa (KLB) ?
2. Bagaimana karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa (KLB) ?
3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar biasa (KLB) ?
4. Bagaimana penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan prosedurnya ?
5. Bagaimana penyidikan kejadian luar biasa (KLB) ?
6. Bagaimana pelaporan kejadian luar biasa (KLB) ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi.
2. Untuk mengetahui definisi kejadian luar biasa.
3. Untuk mengetahui karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa.

4. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar biasa.
5. Untuk mengetahui penanggulangan kejadian luar biasa dan prosedurnya.
6. Untuk mengetahui penyidikan kejadian luar biasa.
7. Untuk mengetahui penyusunan laporan kejadian luar biasa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kejadian luar biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan
segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan
bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang
jumlah penderita nyameningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi
wabah secarad ini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih
dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari system ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat
diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerjasama dengan Namru telah mengembangkan suatu system
surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan
Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu system
jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita
adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia kepusat EWORS secara
cepat (BadanLitbangkes, Depkes RI). Melalui system ini peningkatan dan penyebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan
sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal
menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit,

tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen
A., 2003).
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di luar kebiasaan (base line condition)
yang terjadi dalam waktu relatif singkat serta memerlukan upaya penanggulangan secepat
mungkin, karena dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi jumlah kasus maupun wilayah
yang terkena persebaran penyakit tersebut. Kejadian luar biasa juga disebut sebagai
peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak daripada eksternal normal di suatu
area atau kelompok tertentu, selama suatu periode tertentu. Informasi tentang potensi KLB
biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks),
keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi
KLB bisa juga berasal dari petugas kesehatan, hasil analisis atau surveilans, laporan
kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (Tamher. 2004).
Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia dicantumkan Permenkes
560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah :
1. Kholera
2. Pertusis
3. Pes
4. Rabies
5. Demam Kuning
6. Malaria
7. Demam Bolak-balik
8. Influenza
9. Tifus Bercak wabah
10. Hepatitis
11. DBD
12. Tifus perut
13. Campak
14. Meningitis
15. Polio
16. Ensefalitis
17. Difteri

18. Antraks
Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah
tertentu.
Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun
penyakit non infeksi.

Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah
penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus
sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit
akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang
berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut
sebelumnya.

Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk
menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu
propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit
tersebut.

Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi
dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

Dari pengertian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KLB atau wabah adalah
terjadinya peningkatan jumlah masalah kesehatan di masyarakat (terutama penyakit) yang
menimpa pada kelompok masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan dalam periode waktu
tertentu.
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
duakali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.

6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.

2.2 Karakteristik Penyakit Yang Berpotensi KLB


1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB)


1. Herd Immunity Yang Rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity.
Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh
sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan
tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit
terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi
penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran
penyakit menjadi semakin sulit.
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk menghindari
terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1)

Proporsi penduduk yang kebal,

2)

Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan

3)

Kebiasaan hidup penduduk.

Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa menghindarkan


terjadinya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal.
1. Patogenesitas

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.

1. Lingkungan Yang Buruk


Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun
perkembangan organisme tersebut.
(Notoatmojo, 2003)
2.4 Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB
1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan
memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare,
Pertusis, Poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria,
Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis,
Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
4. Tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang masuk
program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll.
2.5 Penggolongan KLB Berdasarkan Sumber
1. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan muntahan.
Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus
Hepatitis.
2. Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan pestisida), pencemaran
lingkungan,penangkapan ikan dengan racun, toxin biologis dan kimia.
3. Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
4. Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya : Salmonella,
Staphylococus, Streptoccocus.
5. Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara, misalnya
Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara. Pada air, misalnya Vibrio
cholerae, Salmonella. Sedangkan pada makanan, misalnya keracunan singkong,
jamur, makan dalam kaleng.
2.6 Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,


mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu
KLB yang sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang
dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini
dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa
pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi
terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh
tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002). Upaya penanggulangan KLB yaitu :
1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina.
3. Pencegahan dan pengendalian.
4. Pemusnahan penyebab penyakit.
5. Penanganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
7. Upaya penanggulangan lainnya.

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB :


1. Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

2.7 Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.


1. Masa pra KLB

Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan melaksanakan Sistem
Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan langkah-langkah lainnya :
1. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistic
2. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
3. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
4. Memperbaiki kerja laboratorium
5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas menyelesaikan
pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas
atau data penyelidikan epideomologis.
2. Pengendalian KLB
Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB pada populasi, tempat dan
waktu yang berisiko (Bres, 1986). Dengan demikian untuk pengendalian KLB selain
diketahuinya etiologi, sumber dan cara penularan penyakit masih diperlukan informasi lain.
Informasi tersebut meliputi :
1. Keadaan penyebab KLB
2. Kecenderungan jangka panjang penyakit
3. Daerah yang berisiko untuk terjadi KLB (tempat)
4. Populasi yang berisiko (orang, keadaan imunitas)

2.8 Penyidikan KLB


Penyidikan KLB (Kejadian Luar Biasa) meliputi :
1. Dilaksanakan pada saat pertama kali mendapatkan informasi adanya KLB atau
dugaan KLB.
2. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan.
3. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau penelitian lainnya
yang dilaksanakan sesudah KLB berakhir.
Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian (penanggulangan) dan
mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang (pengendalian). Sedangkan tujuan
khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab
penyakit, memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, mengidentifikasi sumber

dan cara penularan, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB, dan mengidentifikasi
populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB.
Langkah-langkah Penyidikan KLB :
1. Persiapan penelitian lapangan.
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
3. Memastikan diagnosis Etiologis.
4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan.
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat.
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan).
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran.
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB.
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis.
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikan.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepala sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

2.9 Penyusunan laporan KLB


Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang baik
secara lisan maupun secara tertulis.Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan setempat
berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat
dilaksanakan.Laporan tertulis diperlukan diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan
epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim
surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta
dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
2. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada
suatu KLB yang sedang terjadi.
3. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB),
yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
4. Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang
(pengendalian).
5. Tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang terjadi dan
mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan
KLB, dll.

3.2 Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik sangat kami harapkan. Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa
menjadi pembelajaran untuk kami di kemudian hari. Sekali lagi kami tunggu saran dan
kritiknya.

Anda mungkin juga menyukai