Anda di halaman 1dari 6

A.

LATAR BELAKANG
Kebutuhan manusia akan air bersih untuk domestik dan industri telah melahirkan
berbagai metode pengolahan air. Pengolahan air yang dilakukan bertujuan untuk menjadikan
air layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan manusia.
Air yang dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup fisika, kimia,
mikrobiologi dan radioaktif sebagaimana standar yang diberlakukan Departemen Kesehatan
RI yang tertuang dalam Permenkes RI mengenai Syarat-syarat dan Pengawasan Air Minum
No. 907/MENKES/SK/VII/2002.
Pada pembahasan kali ini, kami kerucutkan pada pembahasan pengolahan air bersih
dalam skala industri. Industri air minum khususnya telah mengalami perkembangan dari
beberapa tahun sebelumnya. Bisa dilihat dari banyaknya industri air minum di sekitar area
sumber air pegunungan.
Untuk mengolah air bersih menjadi air yang siap dikonsumsi, perlu tahapan-tahapan
proses pengolahan mulai dari pengolahan air secara fisik, kimia, maupun biologi agar air
tersebut bisa diteruskan ke unit produksi untuk dijadikan produk air minum.
Pada umumnya kualitas air sumur atau air tanah mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan kualitas air permukaan atau sungai. Air tanah pada umumnya jernih, tapi
sering mengandung mineral-mineral atau garam-garam yang cukup tinggi sebagai akibat dari
pengaruh batu-batuan dibawah tanah yang dilalui oleh air hujan. Pada air tanah dangkal,
kualitas dan kuantitasnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di permukaannya, dalam hal
kuantitas sangat dipengaruhi leh curah hujan setempat, sementara kualitasnya dipengaruhi
oleh kondisi sanitasi di sekitarnya.
Dalam pengolahan air tersebut, ternyata ada peranan bahan kimia yang dipakai untuk
menurunkan beban conductivity dalam air dengan menggunakan asam kuat (HCL) dan basa
kuat (NaOH/Caustic soda). Operator pengolahan air bersih seringkali menuangkan bahanbahan kimia tersebut tanpa adanya pengetahuan tentang bahayanya bahan kimia tersebut.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini kami mencoba untuk membahas kegiatan
operator tersebut agar bisa meminimalisir kontak secara langsung bahan-bahan kimia.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui potensi bahaya toksik pada kegiatan operator pengolahan air bersih
di PT. X?
2. Bahan kimia apa saja yang berperan dalam proses pengolahan air bersih di PT. X?
C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Proses Pengolahan Air Bersih

Untuk mengolah air sumur menjadi air yang siap minum, proses pengolahannya
adalah seperti ditunjukkan pada gambar diatas. Air dari sumur dipompa dengan menggunakan
pompa jet, sambil diinjeksi dengan larutan klorine atau kaporit dialirkan ke tangki reaktor.
Dari tangki reaktor air dialirkan ke saringan pasir cepat untuk menyaring oksida besi atau
oksida mangan yang terbentuk di dalam tangki reaktor. Setelah disaring dengan saringan
pasir, air dialirkan ke filter mangan zeolit. Filter mangan zeolit berfungsi untuk
menghilangkan zat besi atau mangan yang belum sempat teroksidasi oleh khlorine atau
kaporit.
Dari filter mangan zeolit air selanjutnya dialirkan ke filter karbon aktif untuk
menghilangkan polutan mikro misalnya zat organik, deterjen, bau, senyawa phenol, logam
berat dan lain-lain. Setelah melalui filter karbon aktif air dialirkan ke filter cartrige ukuran 0,5
mikron untuk menghilangkan sisa partikel padatan yang ada di dalam air, sehingga air
menjadi benar-benar jernih.
Selanjutnya air dialirkan ke sterilisator ultra violet agar seluruh bakteri atau
mikroorganisme yang ada di dalam air dapat dibunuh secara sempurna. Air yang kelura dari
sterilsator ultra violet merupakan air hasil olahan yang dapat langsung diminum.
2. Pengolahan Air dengan Menggunakan Pertukaran Ion (Ion Exchanger)
a. Prinsip Ion Exchanger
Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan

melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion
yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan
jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar
anion. Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada reaksi :
Reaksi pertukaran kation :
2NaR (s) + CaCl2 (aq)

CaR(s) + 2 NaCl(aq) (4.15)

Reaksi pertukaran anion :


2RCl (s) + Na2SO4

R2SO4(s) + 2 NaCl (4. 16)

Reaksi menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2 diolah dengan resin
penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Proses penukaran kation yang diikuti
dengan penukaran anion untuk mendapatkan air demin (demineralized water). Tahap
terjadinya reaksi pertukaran ion disebut tahap layanan (service). Jika resin tersebut telah
mempertukarkan semua ion Na+ yang dimilikinya, maka reaksi pertukaran ion akan terhenti.
Pada saat itu resin dikatakan telah mencapai titik habis (exhausted), sehingga harus
diregenerasi dengan larutan yang mengandung ion Na+ seperti NaCl. Tahap regenerasi
merupakan kebalikan dari tahap layanan. Reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi
merupakan kebalikan reaksi. Resin penukar kation yang mempertukarkan ion Na + tahap
tersebut di atas dinamakan resin penukar kation dengan siklus Na. Resin penukar kation
dengan siklus H akan mempertukarkan ion H+ pada tahap layanan dan regenerasi.

Gambar Mixbed pada


proses pertukaran ion

b. Tahap Regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal yang
semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat awal atau ke

tingkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak
(mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Jika sistem dapat
dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion yang digantikan harus
sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan.
Jadi secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan
jumlah ion (dalam ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik).
Operasi regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab
itu maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan
pertukaran awal. Upaya tersebut berarti bahwa regenerasi ditentukan oleh tingkat regeneras
yang diinginkan. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang
digunakan per volume resin.
Perbandingan kapasitas operasi yang dihasilkan pada tingkat regenerasi tertentu
dengan kapasitas pertukaran yang secara teoritik yang dapat dihasilkan pada tingkat
regenerasi itu disebut efisiensi regenerasi. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat
yang diregenerasi dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 2050%, oleh sebab itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik.
Besaran untuk menyatakan tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah
nisbah regenerasi (regeneration ratio) yang didefinisikan sebagai berat larutan regenerasi
dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban pertukaran ion yang
dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah regenerasi, semakin efisien
penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi merupakan kebalikan harga efisiensi
regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan dengan mengalirkan larutan regenerasi dari atas.
Proses regenerasi unit dilakukan dengan menginjeksi regeneran pada masing-masing
unit. Regeneran untuk cation adalah HCl dan untuk anion NaOH.
Proses regenerasi :
1. Backwash, yaitu mengalirkan air bersih ke arah berlawanan melalui tangki kation atau
anion sampai air keluarannya bersih
2. Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghilangkan
regeneran dalam resin
3. Fast rinse, yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk menghilangkan
sisa regeneran sebelum operasi.

c. Toksikologi Asam Klorida (HCl)


Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah
asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan sistem
keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Larutan asam klorida ( HCl ) adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau
menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi didalam lambung yang lebih
dikenal dengan asam lambung yang dihasilkan oleh sel parietal, secara alami salah
satu fungsi asam lambung ini untuk menghancurkan bahan makanan yang masuk
kedalam usus, jika produksi asam lambung meningkat dari keadaan normal akan
mengiritasi lambung dan menimbulkan rasa perih dilambung yang lebih dikenal
dengan sakit maag.
Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, < 5%
bersifat iritan lemah, 5 10% bersifat iritan kuat, dan > 10 % bersifat korosif.
Jika tertelan menyebabkan muntah, nyeri ketika menelan, keluar air liur
(drooling), ketidaknyamanan pada orofaring dan nyeri abdomen. Komplikasi akut
menyebabkan aspirasi pneumonia, rasa terbakar pada epiglotis dan vocal cord,
penyumbatan laring, perforasi pada lambung dengan abses mediastinal atau peritoneal
dan keracunan didarah (sepsis). Keracunan yang serius karena menelan asam kuat
adalah terjadinya resiko perforasi dalam 72 jam pertama, walaupun perforasi
terlambat sampai 2 minggu setelah tertelan.
Penyumbatan pada Pyloric merupakan gejala umum pada keracunan kronik.
Terpapar gas atau uap asam kuat menyebabkan batuk, sensasi terbakar pada
tenggorokan, sensasi tercekik, inflamasi dan ulser pada mukosa nasal, tenggorokan
dan larynx. Pada kasus yang lebih parah menyebabkan spasma laryngeal, epistaxis,
gingivitis dan kemungkinan gastritis. Terhirup asam sulfat yang parah menyebabkan
pneumonitis kimia dengan edema paru yang mungkin akan tertunda gejalanya.
Kontak dengan kulit menyebabkan iritasi yang signifikan dan pada beberapa kasus
yang parah menyebabkan terbakar. Wajah yang terbakar menyebabkan luka parut
(scars). Kontak yang berulang menyebabkan dermatitis.
Kontak pada mata menyebabkan luka korosif yang dimulai dari berkurangnya
ketajaman penglihatan dan kehilangan penglihatan yang permanen, hal ini tergantung
dari konsentrasi asam sulfat dan lamanya terpapar.

Asam kuat menghasilkan nekrosis koagulasi karena efeknya terhadap protein.


Namun demikian, koagulum akan membatasi penetrasi asam dan efeknya terutama
pada jaringan yang dangkal. Hal ini berlawanan dengan sifat alkali yang akan
membentuk nekrosis liquefaktif dimana nekrosisnya tidak membeku dan akan
menimbulkan jaringan yang makin dalam.
D. KESIMPULAN
Pada penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada proses pengolahan air bersih, terdapat potensi bahaya dari segi toksisitas karena
dalam proses tersebut terdapat kontak bahan kimia secara langsung.
2. Bahan kimia yang digunakan dalam proses pertukaran ion yaitu Asam klorida (HCl) dan
Natrium hidroksida (NaOH)
E. SARAN
Saran perbaikan yang bisa dilakukan antara lain sebagi berikut :
1. Suatu proses pengolahan yang melibatkan bahan kimia harus disertai instruksi kerja/
prosedur standar yang jelas agar potensi bahaya bisa diminimalkan ke tingkat yang
rendah.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap pada saat menggunakan bahan
kimia
3. Mengoptimalkan penggunaan air baku dari sumber mata air penduduk. Hal ini
dikarenakan kandungan kesadahan mata air tersebut lebih rendah daripada sumber air
dalam tanah sehingga proses regenerasi tidak terlalu sering.

Anda mungkin juga menyukai