ANDRI SETIAWAN
Disusun Oleh :
ANDRI SETIAWAN
NIM : 201110120311103
BAB 1
PENDAHULUAN
Digester yang dibangun menggunakan tendon air dengan kapasitas 2000 liter
sedangkan penampung gasnya berkapasitas 250 liter. Instalasi biogas ini merupakan
penggabungan antara fixed dome untuk digester dan floating drum untuk penampungan gas.
Digester yang di gunakan di tempatkan sebagian dalam tanah, hal ini di maksudkan
untuk menjaga temperatur tetap stabil sehingga tidak terjadi perubahan temperature.
Perubahan temperature akan mengakibatkan bakteri yang terdapat dalam digester menjadi
tidak optimal atau bahkan mati. Sedangkan penggunaan penampung gas secara floating drum
yakni dimaksudkan agar dapat diamati produksi biogas yang dihasilkan, dengan dihitung
kenaikan penampung gas yang diakibatkan oleh tekanan gas yang berada dalam penampung
gas tersebut.
Instalasi yang dibangun meliputi saluran inlet, digester, saluran outlet dan penampung
gas. Untuk mencegah timbulnya kerak pada dasar digester dan lapisan atas slurry, maka
dibuat sebuah pengaduk manual. Hal ini dikarenakan lapisan kerak dapat mencegah gas
yang akan keluar dari digester (anionim, 1981). Lapisan kerak tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan microorganism yang erat hubungannya dengan produksi biogas. Pengadukan
juga memberikan kondisi temperature yang homogeny dalam digester (Taconi dalam Ginting,
2006). Menurut anonim (1981) pengadukan pada gester dapat meningkatkan produksi gas
sebesar 10-15% dibandingkan dengan yang tidak diaduk.
Untuk menghilangkan H2o yang ikut dalam aliran gas maka perlu adanya water trap.
Perangkap H2o biogas akan dilewatkan melalui pipa T yang terhubung dengan tabung air.
Uap air yang ikut bersama biogas diharapkan turun melalui pipa ke tabung penampungan air
(Yunus, 1987).
Biogas sendiri bukanlah teknologi baru dan tergolong teknologi yang mudah, baik
dalam hal pembuatan maupun perawatannya. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa perawatan menjadi kendala utama dalam berkelanjutan biogas itu sendiri. Untuk
menghindari hal tersebut, sebelum membangun instalasi biogas terlebih dahulu kami
melakukan sosialisasi mengenai biogas. Dalam pembangunannya pun kami melibatkan peran
masyarakat dan menjelaskan teknis penggunaan instalasi biogas ini agar dapat dimanfaatkan
dengan naik. Untuk pemanfaatan gas tersebut belum dapat di tentukan, apakah untuk
penerangan ataukah memasak di sekitar kandang. Semoga dengan adanya instalasi biogas di
sewon, khususnya di dukuh kweni dapat membantu masyarakat sekitar dan tidak menambah
museum biogas lagi di Indonesia. Untuk itu peran masyarakat sangat penting dalam
berkelanjutan biogas ini. (Yunus, M, 1987)
Biogas sendiri sebagian besar di manfaatkan oleh warga desa yang mempunyai
peternakan, untuk itu pemecahan untuk solusi agar pemanfaatan biogas dapat maksimal,
maka saya merancang tabung sebagai penyimpan/pengemasan biogas.
Untuk mendapatkan hasil perancangan berupa gambar dasain tabung dengan kapasitas 13
kg.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini di bahas tentang proses perancangan tabung biogas, bila di pandang
dari fungsinya sebagai penampung zat cair dan gas, maka tabung biogas dapat di kategorikan
bejana tekan.
Bejana tekan adalah tempat penampungan/penyimpanan zat cair dan gas dengan
tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir.
2.1
produsen bahan baku terbesar dalam negri seperti PT Krakatau steel telah lama membuat
bahan baku ini dengan spesifikasi SA 516-70 yang di mulai sejak tahun 1992.
Dalam rangka mendukung program pemerintah tenteng konversi energy dari minyak
tanah ke gas LPG, maka PT Krakatau Steel menyediakan bahan baku baja untuk aplikasi
tabung gas 3 kg dengan menggunakan spesifikasi SA 516-70. Seiring dengan kenaikan harga
minyak dunia. Maka program konversi energy ini dipercepat pelaksanaan nya. Hal ini
berdampak pada kebutuhan akan pengadaan tabung LPG meningkat dengan drastic yang
tidak diimbangi dengan pengadaan (supply) tabung LPG yang memadai oleh produsen
tabung gas dalam negri. Keterbatasan pemenuhan tabung gas oleh produsen local dalam
waktu singkat untuk memenuhi kuota tabung gas 3 kg dari pemerintah, maka pemerintah
membuka peluang impor tabung LPG 3 KG dari luar negri. Sementara itu control kualitas
bahan baku (steel plate) secara umum kurang diperhatikan sehingga banyak kejadian dimana
produk tabung mengalami kerusakan (failure) seperti bocor (leak) dan meledak (burst) di
dalam penggunaanya di lapangan.
Untuk itu dilakukan pengkajian karakteristik bahan baku (raw material) untuk
produksi tabung gas 3 kg yang berasal dari produk local dan produk impor secara metalurgi.
Adapaun pengujian yang di lakukan adalah pengujian tarik (tensile testing),
keuletan(elongation), struktur mikro (micro-structure) serta pengamatan inklusi dari kedua
produk terseabut.
Adapun spesifikasi yang dipersyaratkan dalam menggunakan bahan baku (raw
material) untuk tabung gas 3 kg yang berlaku di Indonesia harus memenuhi SA 516-70 dan
persyaratan tabung gas SNI 1452:2007
Spesifikasi bahan yang di gunakan : SA 516-70
Dengan komposisi sebagai berikut :
C
S
Mn
Si
P
Tensile strength
Yield strength
Tegangan max
: 0,3 %
: 0,04 %
: 0,85-1,20 %
: 0,15 %
: 0,035 %
: 70.000 psia
: 38.000 psia
: 17.500 psia
(Sumber : www.ancofer.de)
2.2
laju produksi yang tinggi merupakan kemajuan teknologi yang nyata menjelang abad ke dua
puluh satu ini.
Pada pokoknya suatu bentuk di hasilkan bahan lembaran logam dapat di lakukan
dengan berbagai proses antara lain :
2.2.1
terdiri dari tiga roll yang berdiameter sama. Dua buah diantaranya tetap dan yang satu lagi
dapat diatur letaknya. Plat logam masuk diantara roll tersebut dan terjadi pelengkungan.
Diameter akhir dapat diatur dengan mengatur letak roll yang bergerak makin dekat dengan
roll tetap makin kecil diameter akhir mesin ini terdapat dalam berbagai bentuk plat tipis
hingga plat 30 mm. (Amsted, 1995)
2.2.2
Pembengkokan (bending)
Pembengkokan adalah suatu proses pembentukan yang digunakan untuk mengubah
plat lembaran menjadi bentuk saluran, drum, tabung, tangki dan lain-lain. Definisi dan
istilah-istilah yang digunakan pada pembengkokan di lukiskan pada gambar 2.3 jari-jari
kelengkungan pada sisi bidang cekeng kepada dan permikaan bagian dari lengkungan. (Sirait
Japri, 1990)
robekan (crak) pada saat proses pembengkokan. Karena pada operasi pembengkokan plat
mengalami tegangan tekan.
Spring back
Dalam proses pembentukan logam pada proses pembengkokan spring back adalah
suatu proses di mana logam yang telah mengalami proses pembengkokan akan berusaha
kembali ke bentuk semula. Hal ini di karenakan tegangan sisa yang ada dalam logam pada
daerah pembengkokan pada saat beban di hilangkan akan mempengarui bentuk logam
tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi spring back adalah :
a. Jenis material
Makin besar modulus suatu bahan, maka spring back yang akan terjadi akan semakin
kecil. Harga spring back dari suatu bahan logam.
Contoh :
Baja karbon rendah dan bahan lunak spring back yang terjadi 0-20 (crill donalson
hal 735)
Untuk 0,40-0,50 carbon stell dan material yang kekerasannya sedang spring back
yang terjadi sekitar 10-15
b. Radius bending.
Makin besar radius banding maka makin besar pula spring back yang terjadi. Tetapi
jika radius banding kecil akan menimbulkan keretakan atau robekan pada daerah
tekukan.
c. Sudut bending.
Makin besar sudut bending maka semakin besar pula sudut spring back yang terjadi.
2.3
Benda kerja dengan panjang (1) yang di tumpu pada dua buah roll mendapat gaya tekan
sebesar (P) dari roll atas, maka akan mengakibatkan terjadinya tegangan pada benda kerja.
Dengan memberikan tegangan diatas tegangan elastis dari benda kerja, maka akan terjadi
perubahan plastis pada benda kerja. Dengan berputarnya roll bawah maka seluruh benda
akan kerja akan mendapat gaya tekan yang sama besarnya sehingga di dapatkan bentuk
dengan diameter (D) yang sama. Dengan membolak-balikkan arah putaran roll disertai
penambahan gaya tekan sedikit demi sedikit pada arah kerja, sehingga didapat lingkaran
silindris seperti diinginkan. Akibatnya gaya tekan roll atas, maka benda kerja akan
mengalami gaya pengerollan (F) yang dapat dicari dengan rumus :
F = K.L.S.T
Dimana :
F= gaya pengerollan (Kg)
K= Konstanta pengerollan (0,33-0,6)
L= Panjang pelengkungan (mm)
S= Kekuatan tarik bahan (Kg/mm)
2.3.1
2.3.2
AB adalah Diagonal
OA,OC dan OB adalah jari-jari
AP dan BQ adalah Tingginya
2.5
adalah gas Methan (CH ). Bahan bakar yang berasal dari gas Bio mengandung :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Methan (CH )
Karbon dioksida (CO )
Nitrogen (N )
Karbon Monoksida (CO)
Oksigen (O )
Hidrogen Sulfida (H S)
54%-70%
27%-35%
0,5%-2%
0,1 %
0,1 %
Kecil.
Gas methan (CH ) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan
bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 48006700 kkal / m, sedangkan gas metana murni mengandung energy 8000 kkal/m.
Ditegaskan (singh,2005) biogas sebagian gas mengandung gas metana (CH ) dan
karbon dioksida (CO ), dan berapa kandungan yang jumblahnya kecil diantaranya Hidrogen
Sulfida (H S) dan Ammonia (NH ) serta hydrogen (H ), Nitrogen yang kandungannya sangat
kecil. Energi yang terkandungdalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH ).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energy (nilai kalor) pada
biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas
2.6
Proses Pengelasan
Proses pengelasan yang cocok pada tabung adalah las ikat dan las akar, karena
melalui 2 proses untuk pembuatan tabung. Proses penyambungan tabung di bagi menjadi 2
bagian yaitu :
2.6.1
gambar 2.4 dimana di setiap pengelasan ini setiap tahap di control kualitasnya.
2.6.2
Las Ikat
Las ikat merupakan bagian dari las akar. Karena itu mutu las ikat paling tidak harus
sama atau lebih baik dari las utamanya. Las ikat dilakukan sebelum pengelasan utama dengan
maksud untuk mempermudah penyetelan sehingga celah alur sesuai dengan pra-syarat dan
tidak berubah selama penyetelan utama. Untuk proses ini digunakan pengelasan elektroda
terbungkus.
2.6.3
Las Akar
Las lapisan uatama pada celah akar dimana las akar. Las akar ini digunakan untuk
menahan daya tembus dan pemetrasi dari las busur listrik terendam dan merupakan bagian
dari pengelasan utama. Elektroda yang digunakan sama dengan pengelasan ikat.
Pada penyambungan dengan las akar biasanya terjadi cacat seperti pengerasan, retak,
rongga halus dan pencampuran terak karena penembusan yang kurang atau pendinginan yang
terlalu cepat, sehingga untuk mengurangi hal tersebut, maka sebelum di lakukan las luar (Out
Weld), maka cacat tersebut harus dibuang ini di sebut back chiping.
Cara untuk back chiping adalah pengikisan dengan gerinda. Merupakan
cara paling mudah tetapi waktu yang dibutuhkan lebih lama tetapi alur yang di hasilkan akan
lebih baik dan bersih.
2.6.5
Las Luar
Untuk las luar yang merupakan pengelasan utama digunakan las busur redam
pemilihan ini berdasarkan pada kualitas hasil pengelasan yang baik dengan afisiensi yang
tinggi. Urutan pengelasan ini dilakukan berlapis, lapis, maksud untuk menghindari agar lasan
tidak tembus karena alur yang digunakan besar dan penetrasi.