PENDIDIKAN SAINS
ISSN : 2339-0786
Jurnal
Pendidikan Sains
Volume
2
Nomor
1
Halaman
1-42
Diterbitkan Oleh:
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang
Semarang
Maret 2014
ISSN
2339-0786
ISSN : 2339-0786
PENANGGUNG JAWAB
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang
PEMBINA REDAKSI
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA UNIMUS
REDAKTUR PELAKSANA
1.
2.
3.
4.
DEWAN REDAKSI
1. Dr. Eny Winaryati, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah Semarang)
2. Dr. Sri Haryani, M.Si. (Universitas Negeri Semarang)
ALAMAT REDAKSI:
JURNAL PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA,
FMIPA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Jl. Kedungmundu Raya No.22, Semarang
Telp. (024)76740231, 76740231
Email: pkim.unimus@yahoo.co.id
ISSN : 2339-0786
2
3
DAFTAR ISI.
REDAKTUR...
ii
PENGANTAR REDAKSI..
iii
Anggun Zuhaida, Sri Haryani, Endang Susilaningsih Penyusunan Asesmen Metakognisi Calon Guru
Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah..
Eny Winaryati, Kompetensi Pengawas Dalam Supervisi Akademik Pada SMP Di Kota Semarang
.
Restiana Purwaningtyas, Ashadi, Suparmi Pembelajaran kimia menggunakan pendekatan
sains teknologi masyarakat ditinjau dari kreativitas dan kemampuan Berpikir kritis............
14
Fitria Fatichatul Hidayah Karakteristik panduan praktikum kimia fisika bervisi-sets Untuk
meningkatkan keterampilan proses sains....
20
Muhamad Imaduddin, Fitria Fatichatul Hidayah, Andari Puji Astuti, Deskripsi Pedagogical Content
Knowledge Guru Kimia Menggunakan Komponen Model Pentagon..
26
Siti Sarah, Maryono Keefektivan Pembelajaran Berbasis Potensi Lokal dalam Pembelajaran Fisika
SMA dalam Meningkatkan Living Values Siswa..
36
ii
ISSN : 2339-0786
PENGANTAR REDAKSI
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas diterbitkannya Jurnal Pendidikan Sains
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang edisi perdana Oktober 2013.
Jurnal Pendidikan Sains ini memuat artikel yang membahas aspek, pendidikan kimia,
pendidikan fisika, pendidikan biologi, pendidikan IPA, dan inovasi-inovasi pembelajaran.
Tim redaksi menerima artikel ilmiah dari hasil penelitian, laporan studi kasus, kajian, dan
tinjauan pustaka.
Terbitnya jurnal pendidikan ini menjadikan suatu indikator bahwa program studi
pendidikan kimia sangat peduli terhadap perkembangan dan inovasi-inovasi pada
pendidikan Sains(Fisika, Kimia dan Biologi). Selain itu adanya Jurnal Pendidikan Sains
menunjukkan bahwa para dosen pendidikan kimia sudah membudayakan meneliti dan
mempublikasikan hasil penelitian. Program Studi Pendidikan Kimia juga mengajak pihak
lain berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini baik universitas lokal ataupun tingkat
nasional.
Guna meningkatkan kualitas jurnal pendidikan Kimia, tim redaksi menerima kritik
dan saran untuk memperbaharui inovasi pada Jurnal Pendidikan Kimia. Kami selaku tim
redaksi mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap tim redaksi dan pihak-pihak
yang terkain atas dedikasi dan kerjasamanya dalam upaya mewujudkan penerbitan Jurnal
Pendidikan Kimia.
Redaksi
iii
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
2,3
Dosen Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Abstrak
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang memiliki beberapa komponen diantaranya adalah
tujuan, materi, media, metode dan evaluasi. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sistem
pembelajaran tersebut adalah guru. Kompetensi profesional seorang calon guru agar dapat menguasai
konsep pembelajaran secara luas dan mendalam dapat dikembangkan dengan mengetahui kemampuan
metakognisi dari seorang calon guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu asesmen
metakognisi bagi para mahasiswa calon guru kimia melalui pembelajaran berbasis masalah. Subjek uji
coba dalam penelitian ini adalah 31 mahasiswa sebuah PTN di Semarang menggunakan rancangan one
group pretest-posttest design. Asesmen yang dikembangkan disusun berdasarkan indikator metakognisi
meliputi asesmen tes essay, asesmen kinerja, asesmen sikap dan asesmen diri. Hasil penelitian pada tes
uraian menunjukkan adanya kenaikan kemampuan metakognisi secara umum dengan pengujian N-gain
sebesar 0.5 (kategori sedang), hasil observasi kinerja pada saat praktikum dan observasi sikap dalam
diskusi dan presentasi menunjukkan penilaian yang positif dengan level baik dan sangat baik,
sedangkan hasil angket penilaian diri menunjukkan hasil yang meningkat dengan N-gain sebesar 0.45
(kategori sedang). Secara keseluruhan melalui suatu pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa calon
guru kimia mengalami kenaikan keterampilan metakognisi yaitu pada keterampilan evaluasi.
Kata kunci: Asesmen, Metakognisi, Pembelajaran Berbasis Masalah
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan suatu
sistem yang memiliki beberapa komponen
diantaranya adalah tujuan, materi, media,
metode dan evaluasi. Dengan demikian, ada
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
sistem pembelajaran tersebut, diantaranya
adalah guru, siswa, sarana dan prasarana dan
sebagainya. Salah satu faktor yang dianggap
sangat mempengaruhi sistem pembelajaran
adalah faktor guru. Hal ini dikarenakan, guru
merupakan ujung tombak yang berhubungan
langsung dengan peserta didik sebagai subjek
dan objek belajar (Sanjaya, 2009:50).
Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyatakan bahwa Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan
untuk melaksanakan amanat UU No. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
35
30
25
20
15
10
5
0
0
1
30
11
IT
SBIT
7
4
5
SB
23
23
B
CB
KLT
Aspirin
KB
SKIT
TMI
20
16
40
15
10
10
5
jumlah peserta
didik
0
SB
CB
KB
20
15
10
0
3
14
8
sangat baik
baik
13
6
5
Pra
pembelajaran
Pasca
Pembelajaran
cukup
kurang
baik
11
cukup
9
4
10
2
kurang
Pra praktikum
Pasca praktikum
sangat baik
30
SIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama,
asesmen
metakognisi
yang
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator
metakognisi melalui pembelajaran berbasis
masalah meliputi asesmen tes essay, kinerja,
sikap dan diri dengan menggunakan instrumen
tes (soal uraian) serta non tes (lembar observasi
dan angket). Kedua, hasil penggunaan asesmen
metakognisi pada instrumen tes berupa soal
uraian menghasilkan gain 0,5 (kategori sedang),
asesmen kinerja dan sikap dengan menggunakan
lembar observasi secara umum menunjukkan
hasil positif dengan level baik dan sangat baik
serta asesmen diri menghasilkan gain pada
pelaksanaan perkuliahan 0,29 (rendah) dan pada
praktikum 0,45 (sedang). Terakhir, keterampilan
metakognisi secara umum meningkat pada
indikator keterampilan planning dan evaluasi.
Daftar Pustaka
Bilgin, Ibrahim, Erdal Senocak, Mustafa
Sozbilir. The Effects of Problem-Based
Active Learning in Science Education
on Students Academic Achievement,
Attitude and Concept Learning. Eurasia
Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 5: 153-164,
(2009)
Cooper. Design and Validation of an Instrument
To Assess Metacognitive Skillfulness in
Chemistry Problem Solving. Journal of
Chemical Education,
86: 240-245,
(2009)
Downing, Kevin. Problem-Based Learning and
Metacognition. Asian Journal Education
& Learning, 1: 75-96, (2010)
Haryani, Sri. Pengembangan Model Praktikum
Analitik Instrumen Berbasis Masalah
untuk
Meningkatkan
Metakognisi
Mahasiswa Calon Guru. UPI, Bandung,
(2011)
Mueller, J. The Authentic Assessment Toolbox:
Enhancing Student Learning Through
Online Faculty Development. North
Central College, 1: 1-7, (2005)
Schraw, Dennison. Assesmen Metacognitive
Awareness. Department of Educational
Psychology. University of Nebraska,
Lincoln, (1994)
belajar/bimbingan
siswa
dalam
rangka
pencapaian tujuan pendidikan. Terlebih di era
globalisasi ini, tuntutan tanggung jawab seorang
pengawas sekolah menjadi semakin berat.
Persoalan
yang
terkait
tentang
pengawas sekolah adalah, pengawas sekolah
sering
dijadikan
masa
tunggu
untuk
memperpanjang masa pensiun. Hal ini sudah
bukan rahasia di sunia pendidikan kita.
Kemampuan pengawas yang belum atau tidak
memadai, terutama untuk mendorong guru agar
dapat mengkreasi pembelajaran yang bermakna
dengan berbagai strategi pembelajaran, lebih
banyak tidak tergarap.
Pembelajaran
kontekstual yang menjadi keharusan dewasa ini,
menjadi tanggung jawab yang harus dipikirkan
oleh guru dengan segala keterbatasannya.
Terlebih dengan lemahnya monitoring, dan
evaluasi yang dilakukan oleh pengawas, maka
unsur pembinaan dan motivasi pada guru
menjadi rendah. Hal ini diperkuat dengan
banyaknya sekolah yang menjadi tanggung
jawabnya, sehingga pengawas sekolah kurang
mengetahui secara nyata situasi pembelajaran di
kelas. Sementara itu pengawas BP dan
pengawas
mata
pelajaran/rumpun
mata
pelajaran belum dapat dilaksanakan secara
merata pada hampir setiap sekolah. Realisasi
pengawas
mata
pelajaran
serumpun
membutuhkan jumlah pengawas yang lebih
banyak. Pelaksanaannya diserahkan oleh
masing-masing daerah. Sudah barang tentu
tergantung kebijakan kepala daerah setempat.
Rumusan masalahnya adalah bagaimana
gambaran
kompetensi
pengawas
dalam
supervisi akademik pada SMP di kota
Semarang?. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: mengetahui gambaran
kompetensi pengawas dalam supervisi akademik
pada SMP di kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian
kuantittaif dalam bidang pendidikan. Penelitian
dilakukan di wilayah kota Semarang. Subyek
penelitian adalah SMP di Kota Semarang, yang
terdiri dari : 1) Kepala Sekolah SMP di Kota
Semarang; 2) Guru IPA SMP di Kota Semarang.
Dalam rangka mengumpulkan data,
dilakukan pengukuran dengan menggunakan
Instrumen atau alat ukur. Instrumen/alat ukur
variabel penelitian ini adalah nontes, meliputi:
a) Instrumen penilaian oleh kepala sekolah
terhadap kompetensi pengawas sekolah; b)
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
Nomor
Dimensi
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Jmh
Indikator
3 indikator
2 indikator
2 indikator
3 indikator
1 indikator
Nilai ratarata
4,34
4,02
3,98
4,15
4,07
6
6
7
7
8
8
Skor total
Rata-rata nilai
2 indikator
3 indikator
2 indikator
3,89
4,08
4,38
32,91
4,11
Series1
3,80
3,60
1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5
6
7
8
Dimensi
1
2
3
4
5
6
7
8
Skor total
Rata-rata nilai
Jmh
Indikator
3 indikator
2 indikator
2 indikator
3 indikator
1 indikator
2 indikator
3 indikator
2 indikator
Series1
Nilai
rata-rata
4,04
3,73
4,1
4,15
4,02
3,76
4,1
4,32
32,22
4,0275
10
11
Kesimpulan.
a. Berkenaan dengan jumlah variabel dan
indikator:
1) Memahami konsep, prinsip, teori
dasar,
karakteristik,
dan
kecenderungan perkembangan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di SMP (3
indikator).
2) Memahami
konsep,
prinsip,
teori/teknologi,
karakteristik
dan
kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran/bimbingan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di SMP (2
indikator).
3) Membimbing guru dalam menyusun
silabus tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis
berlandaskan standar isi, standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dan
prinsip-prinsip pengembangan KTSP
(2 indikator).
4) Membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi
siswa melalui mata-mata pelajaran
dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di SMP (3 indikator)..
5) Membimbing guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) untuk tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di
SMP (1 indikator)..
6) Membimbing
guru
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran/bimbingan
(di
kelas,laboratorium, dan atau di
lapangan) untuk tiap mata pela-jaran
dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di SMP (2 indikator).
7) Membimbing guru dalam mengelola,
merawat,
mengembangkan
dan
menggunakan media pendidikan dan
fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata
2)
Saran
Dari beberapa temuan diatas, perlu dicari
solusinya, agar hubungan antara supervisor
dan supervisee dapat berjalan dengan
lancar tanpa ada hambatan, melalui
penilaian multirater (berdasarkan teori 360
degree feedback). Harapannya agar
pengawas sekolah mengetahui kekurangan
dan adanya perbaikan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, (1992). Supervisi Pengajaran. Jakarta:
Bumi Aksara
Church, Allan H; Waclawski, Janine ( 1998)
Making multirater feedback systems
work. Quality Progress31. 4 (Apr 1998)
81-89.
Depdiknas. (2001). Manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah (Buku
1).Jakarta: Depdiknas.
-------------. (2002). Kurikulum berbasis
kompetensi,
kebijakan
umum,
pendidikan dasar dan menengah.
Jakarta: Puskur Balitbangdiknas.
-------------.(2003). Undang-undang Nomor 20,
Tahun
2003,
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional.
-------------.(2005).
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia No. 19, Tahun
2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan.
-------------.(2007).
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia No. 13 , Tahun
2007, tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah.
-------------.(2007).
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia No. 12, Tahun
2007, tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
-------------.(2007).
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia No. 16, Tahun
2007, tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
Ekosusilo,
Madyo.
(1998).
Supervisi
pengajaran dalam latar budaya jawa.
Sukoharjo: Univet Bantara Press.
Froschauer, L (2007). Testimony. Retrieved
April 27, 2007, Web site:
http://democrats.science.house.gov/
Media/File/Commdocs/hearings/2007/
12
research/08mar/froschauer_testimony.
Pdf
Glatthorn,
Allan
A.(1990).
Supervisory
Leadeship:
Introduction
to
Instructional Supervision. USA:
HarperCollins Publishers.
Glickman, Carl. D. (1981). Developmental
Supervision: Alternative Practice for
Helping
Teacherss
Improve
Instruction. Alexandria: ASCD
Kimball Wills, John T Lovell (1975).
Supervision For Better Schools. New
Jersey: Prentice-Hall.
13
1,2
The purposes of the research were to know the difference between student cognitive achievement
who learnt chemistry learning achievement using Science Technology Society between student who
had high and low creativity, between student who had high and low critical thinking and their
interaction. The research used experimental method. The data was collected using test for cognitive
achievement, creativity and critical thingking and questionnaire for student affective achievement.
The data was analyzed using non-parametric Kruskal Wallis.
Based on the results of data analysis it can be concluded that: 1) there was difference in
students cognitive achievement between student who had high and low creativity, 2) there was no
difference in students cognitive achievement between student who had high and low critical thinking,
3) there was an interaction between STS with creativity toward students cognitive achievement, 4)
there was no an interaction between STS with critical thinking toward students' cognitive
achievement, 5) there was no interaction between creativity and critical thingking toward students
cognitive achievement.
Keywords: Science Technology Society, Creativity, Critical Thinking, Acid Base, Student Cognitif
Achievement.
kurikulum ini merupakan evaluasi dari
kurikulum KBK. Munif Chatib (2010:28)
menyatakan keberadaan KTSP yang
filosofisnya sekolah diharapakan mampu
menyusun kurikulum dan silabusnya sendiri
merupakan tahap awal untuk kemajuan
pendidikan di Indonesia. Berlakunya
kurikulum KTSP sejak tahun 2007 yang
merupakan penyempurnaan dari kurikulum
KBK
diharapkan
mampu
mengatasi
kesurutan kreativitas guru karena kurikulum
itu dibuat oleh sekolah, oleh para guru.
Dalam
kurikulum
yang
dikembangkan, sains dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas mempunyai peran
yang cukup tinggi dalam sehari-hari dan
bagaimana proses aplikasi yang didapat
dalam setiap materi yang telah diajarkan.
Kimia mempunyai karakteristik bersifat
abstrak pada sebagian materi, matematik, dan
eksperimen, sarat dengan konsep, mulai dari
konsep sederhana sampai dengan konsep
yang lebih kompleks dan abstrak. Sehingga,
sangat diperlukan sebuah pemahaman yang
benar terhadap konsep dasar yang
membangunnya. Banyaknya konsep kimia
yang bersifat abstrak yang harus diserap
siswa dalam waktu yang relatif terbatas dan
kurang menariknya penyampaian materi
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari manusia, mulai dari lahir
hingga
mati.
Undang-undang
Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
menyatakan pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara. Berdasarkan UU Sisdiknas
tersebut bisa disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan semua kegiatan apa saja baik
dilakukan secara sadar dari yang mula-mula
tidak tahu menjadi tahu.
Sejalan dengan perkembangan sains,
teknologi dan perubahan lingkungan,
seharusnya pendidikan juga mengalami
perkembangan, oleh karena itu kurikulum
dalam
pendidikan
seharusnya
juga
mengalami perkembangan yang disesuaikan
dengan kondisi.Kurikulum pendidikan di
Indonesia mengalami perkembangan dari
tahun ke tahun berdasarkan evaluasi dan
kondisi yang ada. Hingga saat ini kurikulum
yang berlaku adalah kurikulum KTSP,
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
14
15
16
3. Hipotesis ketiga
Pada uji hipotesis keempat ini ada interaksi
antara pembelajaran menggunakan STM
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi lebih baik
jika diberi
pembelajaran dengan STM, meskipun terdapat
interaksi, tetapi tidak sesuai dengan dugaan
pada hipotesis, hal ini diduga siswa yang
memiliki
kemapuan
rendah
dalam
mengerjakan tugas yang diberikan mengikuti
prosedur yang ada (memegang konsep taat
asas) dalam buku yang mereka temukan dan
gunakan sehingga miskonsepsi dimungkinkan
sangat kecil, sehingga hasil prestasi belajar
lebih baik, selain itu dimungkinkan adanya
beberapa faktor yang tidak bisa dikontrol oleh
peneliti selama penelitian berlangsung.
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan
perhitungan
statistic
didapatkan ada interaksi antar kreativitas dan
kemampuan berfikir kritis siswa terhadap
prestasi. Kreativitas dan kemampuan berfikir
kritis
merupakan
komponen
dalam
ThinkQuest, yaitu platform pembelajran online
yang dikembangkan Oracle Education
Foundation. Yang mana menurut Senor
Gonzales dalam paper yang disiapkan oleh
SRI International Menlo Park CA (2011)
menyatakan bahwa pentingnya ThinkQuest
pada
pembentukan
konsep
dalam
pembelajaran sains, yang artinya kreativitas
dan berfikir kritis merupakan komponen yang
penting dalam proses pembelajaran untuk
membentuk konsep sains pada siswa dan juga
pada guru.
Menurut
perspektif
konstruktivisme,
pembelajaran dikelas dilihat sebagai proses
konstruksi pengetahuan oleh siswa, sehingga
4. Hipotesis keempat
Berdasarkan data yang diperoleh
terdapat interaksi antara pembelajaran
menggunakan STM dengan kemampuan
berfikir kritis siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan nilai rerata siswa dapat
disimpulkan bahwa pendekatan STM jika
diberikan pada siswa yang mempunyai
kemampuan berfikir kritis tinggi akan
memperoleh prestasi belajar yang tinggi,
sedangkan
siswa
yang
mempunyai
kemampuan berfikir kritis rendah bisa
meningkat.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilaksanakan oleh Doaa A. ElDemerdash,
dkk
mengenai
strategi
pembelajaran dan kecakapan berfikir kritis
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
17
DAFTAR PUSTAKA
Akpinar, Ercan. 2009. Students attitudes
toward science and technology: an
investigation of gender, grade level, and
academic
achievement.
Journal
Reading.
Turkey;
Dokuz
Eyliil
University.
Amabile, Teresa M. dkk. 1996. Assesing the
work environment for creativity. Journal
reading. California: California School
of Professional Psycology
Csikszentnihalyi, Mihaly. 2006. A Systems
Perspective on Creativity. Cambridge:
Cambridge University Press.
Daniel, Fasko Jr. 2001. Education and
Creativity. Bowling Green State
University. Creativity Research Journal.
18
Science-Technology-Society
Issues.
Journal Reading. Turkey ; Departement
of secondary Science and Mathematic
Education Middle East Tehnical
University.
Udin S. Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Weiner, John M. 2011. Is There a Difference
Between
Critical
Thinking
and
Information Literacy ? A Systematic
Review
2000-2009.
Journal
of
Information Literacy.
Yoruk, Nuray, etc. 2010. The Effects of
Science,
Technology,
Society,
Environment (STSE) interactions on
teaching
chemistry.
Chemistry
Education, Ankara, Turki.
19
PENDAHULUAN
Standar Kompetensi Guru (SKG)
yang harus dimiliki oleh calon guru yaitu
menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat
hitung untuk meningkatkan pembelajaran
kimia di laboratorium dan lapangan,
merancang eksperimen kimia untuk keperluan
pembelajaran atau penelitian, melaksanakan
eksperimen kimia dengan cara yang benar
(Depdiknas, 2007 dan Hamalik, 2009).
Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan
untuk
mencapai
Standar
Kompetensi Guru dalam menerapkan hukum
hukum kimia dengan teknologi
dalam
kehidupan sehari-hari adalah SETS (Science,
Environment, Technology, and Society).
Pendekatan
SETS
diharapkan
dapat
mempermudah mahasiswa dalam memahami
materi pelajaran, sehingga mahasiswa dapat
mencapai pemahaman yang kompeten,
membantu mahasiswa untuk memiliki
kemampuan memandang sesuatu secara
intregatif dengan memperhatikan keempat
unsur SETS (Binadja, 2002b). Peran
mahasiswa dalam pembelajaran SETS antara
lain: berusaha untuk selalu berwawasan SETS
dalam belajar, berfikir dan bertindak;
berpartisipasi
aktif
dalam
kegiatan
berwawasan SETS; berfikir tentang cara
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
21
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian dan pengembangan (Research and
Development).
Pengembangan
panduan
kegiatan
bervisi-SETS
dikembangkan
menggunakan model Borg dan Gall yang
meliputi beberapa tahapan yaitu: penelitian
dan
pengumpulan
data;
perencanaan;
pengembangan; uji coba; uji coba terbatas; uji
coba luas; revisi uji coba luas. Desain
penelitian yang digunakan yaitu one group pre
test-post test design, dimana hasil penelitian
dilihat dari perbedaan pre test maupun post
test.
Subyek uji coba adalah mahasiswa
semester IV mata kuliah Praktikum Kimia
Fisika di Jurusan Tadris Kimia IAIN
Walisongo. Instrumen yang digunakan
meliputi instrumen tes berupa soal penguasaan
konsep terintegrasi keterampilan proses sains
dan instrumen non tes berupa angket penilaian
kualitas panduan kegiatan, lembar validasi
panduan kegiatan, lembar validasi soal, lembar
observasi kinerja mahasiswa, lembar observasi
presentasi mahasiswa, lembar observasi
diskusi perluasan SETS, lembar penilaian
penulisan laporan dan angket respon
mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Observasi langsung diharapkan dapat
mengetahui
secara
langsung
kegiatan
praktikum yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
Observasi langsung dilaksanakan dengan
lembar observasi dan angket. Berdasarkan
hasil observasi awal kinerja mahasiswa
diperoleh rendahnya keterampilan proses sains
(penggunaan alat dan bahan, desain praktikum,
interpretasi data, serta pemahaman konsep).
Dari hasil analisis angket diperoleh temuan
bahwa
kemampuan
mahasiswa
dalam
menghubungkaitkan antara konsep Sains
dengan
unsur
lingkungan,
teknologi,
masyarakat serta aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari sangat rendah. Kemampuan
mahasiswa dalam mengaplikasikan konsep
elektrokimia
dalam
memecahkan
permasalahan di kehidupan sehari-hari juga
sangat rendah.
Analisis proses pembelajaran kimia
dilaksanakan melalui metode wawancara
dengan dosen matakuliah Kimia Fisika.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
pembelajaran praktikum kimia fisika yang
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
22
--------------.2006c.
Panduan
Praktis
Pengembangan
Bahan
Ajar
Pembelajaran Berdasar KBK Bervisi dan
Berpendekatan
SETS.
Bahan
Pembelajaran Penerbitan Khusus Media
MIPA UNNES. Semarang: Laboratorium
SETS UNNES.
Dahniar, Nani. 2006. Pertumbuhan Aspek
Psikomotorik dalam Pembelajaran Fisika
Berbasis Observasi Gejala Fisis pada
Mahasiswa SMP. Jurnal Pendidikan
Inovatif Vol 1 No 2 Maret 2006.[Akses
tanggal 28 September 2012]
Dahniar. 2006. Science Project sebagai salah
satu alternatif dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Inovative 2 (1),
September 2006. .[Akses tanggal 28
September 2012]
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang Staandar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru: Jakarta.
Depdiknas.
El-Sabagh, Hassan Abd El-Aziz. 2011. The
Impact of a Web-Based Virtual Lab on
the Development of Students' Conceptual
Understanding and Science Process
Skills.
Dissertation.
Philosophy
Educational Technology Department
Faculty of Education Dresden University
of Technology. [Akses tanggal 01
Desember 2012].
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru
Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Johnstone dan A. Al-Shuaili, 2009. Learning
in the laboratory; some thoughts from the
literature
University
Chemistry
Education. The Higher Education
chemistry journal of the Royal Society of
Chemistry. November 2001 Volume 5,
Issue No 2 ISSN 1369-5614 Pages 42
91.[Akses tanggal 20 September 2012].
Karsli, F. dan i dem ahin. 2009.
Developing worksheet based on science
process
skills:
Factors
affecting
solubility. Giresun University, Education
Faculty, Department of Elementary
Science Education 28200, Giresun atau
TURKEY. Asia-Pacific Forum on
Science Learning and Teaching, Volume
10, Issue 1, Article 15, p.1 (Jun.,
2009).[Akses tanggal 05 Juni 2012].
24
25
Abstrak
Salah satu tugas guru sains termasuk guru kimia adalah membantu siswa untuk memahami tentang konten
pengetahuan sains. Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh
guru mengenai bagaimana mengajarkan konten tertentu kepada peserta didik dengan strategi yang mempu
mengarahkan menuju pemahaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan
pengetahuan konten pedagogik menggunakan komponen PCK pada model pentagon. Komponen PCK pada model
pentagon terdiri dari K1 (orientasi dalam mengajar kimia), K2 (pengetahuan akan pemahaman siswa dalam kimia),
K3 (pengetahuan akan kurikulum kimia), K4 (pengetahuan terhadap strategi dan representasi pembelajaran untuk
mengajarkan kimia), dan K5 (pengetahuan akan assesmen). Penelitian ini merupakan penelitian multiple case study
dengan informan tiga guru yang mengajar di sekolah yang sama. Dengan mengetahui komponen-komponen PCK,
diharapkan terjadi perbaikan dalam proses pembelajaran kimia. Perbaikan tersebut dapat ditindaklanjuti melalui
dokumen CoRe dan PaP-eR. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi pada beberapa komponen PCK yang
dimiliki oleh informan guru. Dengan demikian, untuk memperbaiki kualitas pembelajaran kimia, diperlukan
strategi yang berbeda pada masing-masing informan guru.
Kata kunci: Pedagogical Content Knowledge, Model Pentagon, CoRe dan PaPeR.
PENDAHULUAN
Salah satu tugas guru sains termasuk guru kimia
adalah membantu siswa untuk memahami tentang
konten pengetahuan sains. Sejalan dengan hal
tersebut, guru kimia dipersyaratkan mempunyai
kompetensi dalam bidang akademis yang cukup
kompleks (Permendiknas No. 16/2007), diantaranya
menuntut penguasaan dan pemahaman konten yang
mendalam serta cara mengajarnya. Shulman (1987)
dan Loughran et al (2008) menyatakan bahwa
pengetahuan konten dan pedagogis harus dipadukan
dalam pembelajaran untuk menciptakan pengetahuan
baru. Hal tersebut didefinisikan sebagai Pedagogical
Content Knowledge (PCK). Lebih lanjut, Shulman
(1986, 1987) menyatakan bahwa PCK merupakan
pengetahuan khusus yang dimiliki oleh guru
mengenai bagaimana mengajarkan konten tertentu
kepada peserta didik tertentu dengan strategi yang
mempu mengarahkan menuju pemahaman. PCK
dapat juga diartikan sebagai gambaran tentang
bagaimana seorang guru mengajarkan suatu subjek
dengan mengakses apa yang dia ketahui tentang
subjek materi, apa yang dia ketahui tentang
pembelajar yang diajarnya, apa yang diketahui
tentang kurikulum terkait dengan subjek dan apa
yang dia yakini sebagai cara mengajar yang baik
pada konteks materi (Rollnick. et al. 2008). Dengan
demikian, PCK sangat penting dalam proses
pembelajaran di dalam kelas, serta sudah semestinya
dimiliki oleh guru-guru kimia.
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
26
METODE PENELITIAN
Menurut Kagan (1990), kompleksitas komponen
PCK guru dapat ditangkap melalui instrumen
tunggal.
Secara
khusus,
penilaian
PCK
membutuhkan kombinasi pendekatan yang dapat
mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan
guru, apa yang diyakini oleh guru, apa yang mereka
lakukan, dan alasan mengapa mereka melakukan hal
Orientasi terhadap
pembelajaran kimia
(K1)
Mempengaruhi
Pengetahuan mengenai
pemahaman siswa untuk
mengajarkan kimia (K2)
Mempengaruhi
Terintegrasi
Mempengaruhi
Pengetahuan mengenai
kurikulum kimia (K4)
Refleks
i
PCK
Pengetahuan mengenai
strategi pembelajaran
untuk mengajarkan kimia
(K3)
Terintegrasi
Refleks
i
Mempengaruhi
Mempengaruhi
Pengetahuan mengenai
assesmen pembelajaran
kimia (K5
28
30
Komponen
PCK
K1
SM
K2
K3
Kurikulum CBSA dianggap Perubahan kurikulum tidak Perubahan kurikulum tidak terlalu
paling sesuai
terlalu mempengaruhi kegiatan mempengaruhi
kegiatan
pembelajaran kimia
pembelajaran kimia
K4
- Materi
yang
sulit - Penekanan pada kegiatan
diprioritaskan
melalui
praktikum
jika
metode ceramah.
memungkinkan.
- Materi
yang
mudah - Kegiatan diskusi dilakukan
dipahami diajarkan melalui
melaui kegiatan presentasi
kegiatan diskusi
dan kuis.
- Adanya aktivitas drill soal
- Adanya aktivitas drill soal
- Penilaian dilakukan melalui - Penilaian dilakukan melalui
tes dan observasi kelas.
tes dan observasi kelas.
- Pengamatan afektif dan - Pengamatan
afektif
dan
psikomotorik
siswa
psikomotorik siswa dilakukan
dilakukan secara umum.
secara umum.
K5
Deskripsi
singkat
karakter
Kimia menjadi penting karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan mampu untuk
mengembangkan karakter dan kemampuan berpikir siswa
Materi yang paling sulit
dipahami siswa adalah materi
stoikiometri
(kelas
X),
termokimia, dan kesetimbangan
kimia (kelas XI).
- Penekanan
pada
kegiatan
praktikum jika memungkinkan.
- Kegiatan
diskusi
melaui
presentasi dan kuis.
- Tugas proyek lebih variatif.
- Adanya aktivitas drill soal
33
sebagai
wujud
DAFTAR PUSTAKA
Abell, S.K.(2008). Twenty Years Later: Does
pedagogical content knowledge remain a useful
idea?, International Journal of Science
Education.30(10),1405-1416.
Baxter, J.A. & Lederman, N.G. (1999). Assesment and
Measurenment
of
Pedagogical Content
Knowledge.
In
J.
Gess-Newsome
&
N.G.Lederman (Eds.), Examining Pedagogical
Content Knowledge (pp.147-161). Doedrecht, The
Neteherland Kluwer.
Dahar, R.W & N. Siregar. (2000). Pedagogi Materi
Subyek : Meletakkan dasar Keilmuan dari PBM.
Makalah pada Seminar Staf Dosen FPMIPA
dalam rangka mensosialisasikan Pedagogi Materi
Subyek. UPI, Bandung.
Friedrichsen, P., Van Driel, J. H., & Abell, S. K.
(2011). Taking a Closer Look at Science Teaching
Orientations. Science Education, 95, 358376.
Kagan, D.M. (1990). Ways of Evaluating Teacher
Cognition: Inferences Concerning The Goldilocks
Principle. Review of Educational Research, 60(3),
419-469.
Loughran, J., Mulhall, P., & Berry, A. (2004). In
search of Pedagogical Content Knowledge in
Science: developing ways of articulating and
35
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara [3].
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
seharusnya mampu merubah sikap dan perilaku
masyarakat kita. Namun, kenyataan di lapangan
berbeda seperti kasus pergaulan bebas dan pornografi
di kalangan pelajar serta penggunaan narkoba yang
didapatkan dari sumber berikut. Sebanyak 22,6%
remaja Indonesia terjebak dalam seks bebas [1].
Khusus di Kabupaten Wonosobo berdasarkan hasil
survei yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa
Tengah pada tahun 2004 sebanyak 15,4% remaja telah
melakukan hubungan seks sebelum menikah [15].
Selain prilaku seks bebas, potret buruk pelajar dapat
dilihat dari banyaknya jumlah pecandu di Indonesia,
yang menurut perkiraan Badan Narkotika Nasional
(BNN) mencapai 3 juta orang. Selain itu, tawuran
antarpelajar pun mewarnai potret buruk siswa. Pada
umumnya aksi tawuran meletus secara mendadak
hanya karena persoalan sepele seperti tersinggung yang
dilanjutkan saling mengejek. Korban berjatuhan yang
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
36
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika
Selama hidupnya, setiap individu tidak lepas dari
proses belajar. Belajar adalah key term yang paling
vital dalam setiap usaha pembelajaran. Belajar dan
mengajar
merupakan
pendeskripsian
dan
penggambaran berbagai macam interaksi pembelajaran
siswa di kelas. Proses pembelajaran merupakan sistem
yang terdiri dari empat komponen saling terkait, yaitu
raw input (siswa), instrumental input (masukan
instrumental), lingkungan, dan output (hasil keluaran).
Pusat sistem itu sendiri berupa proses pembelajaran.
Fisika merupakan salah satu bidang studi di
tingkat SMA yang mendasari perkembangan teknologi
maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Selain
mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan
pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak
bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yang baik tentang fisika.
Komponen
masukan
instrumental
berupa
kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, dan
sarana prasarana pembelajaran sangat mempengaruhi
proses pembelajaran fisika. Salah satu instrumental
input yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah
potensi lokal.
B. Potensi Lokal sebagai Sumber Belajar
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
37
Tabel 1. Hasil uji-t living values (kejujuran, kerjasama, dan tanggung jawab)
Independent Samples Test
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
38
Levene's
Test for
Equality
of
Variances
PRE.KEJUJUR Equal
-AN
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
PRE.KERJAS Equal
A-MA
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
PRE.TANG- Equal
GUNGJAWA variances
B
assumed
Equal
variances
not
assumed
.043
1.83333
.85961
33
.301
-.88095
-1.036 26.5
58
.310
-.88095
33
.019
1.73810
.70600
.30173 3.1744
6
2.723 32.6
03
.010
1.73810
.63834
.43879 3.0374
0
.05920 3.6074
7
Tabel 2. Hasil uji normalitas living values siswa kelas X SMA N 1 Kertek
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
*
.149
21
.200
.953
21
.321
14
.000
.838
14
.193
21
.040
.921
21
.192
14
.174
.930
14
.203
21
.024
.919
21
.198
14
.143
.880
14
KELA
S
POS.KEJUJURAN
KE
KK
POS.KERJASAMA
KE
KK
POS.TANGGUNG.JAW KE
AB
KK
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Jurnal Pendidikan Sains
Universitas Muhammadiyah Semarang
39
Sig.
.386
.015
.091
.309
.082
.059
Tabel 3. Hasil uji beda living values kejujuran, kerja sama, dan tanggung jawab pada KK dan KE
Test Statisticsc
KK.KEJUJURA KK.KERJASAM KK.TANGGUNG.JAW
NAAB KE.KEJUJURA KE.KERJASAM KE.TANGGUNG.JAW
N
A
AB
a
b
Z
-1.420
-.238
-2.673a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.156
.812
.008
a. Based on positive ranks.
b. Based on negative ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
40
[9].
[10].
DAFTAR PUSTAKA
[1].
Saputra, 22,6% Remaja Indonesia
Penganut Seks Bebas, 2007. Website:
http://news.detik.com/read/2007/05/31
/175112/787950/10/226-remajaindonesia-penganut-seksbebas?nd771104bcj, diakses tanggal
12 November 2013.
[2].
BSNP, Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP, 2006.
[3].
D. Arowolo, The Effects of Western
Civilisation And Culture on Africa,
Afro Asian Journal of Social Sciences,
Vol. 1, No. 1 Quarter IV, 2010.
[4].
D. Tillman, Living Green Values
Activities for Children and Young
Adults A Special Rio+20 Edition,
Switzerland, Association for Living
Values
Education
International
(ALIVE), 2012.
[5].
E.
A.
Tuerah,
Manajemen
Pengembangan
Pendidikan
dan
Tenaga Kependidikan dalam rangka
Memantapkan Karakter Bangsa di
Sulawesi Utara. Proceeding Konaspi
VII, Universitas Negeri Yogyakarta,
31 Oktober-3 November 2012, pp 5973.
[6].
K. E. Hassan and R. Kahil, The Effect
of Living Values: An Educational
Program on Behaviors and Attitudes
of Elementary Students in a Private
School in Lebanon, Early Childhood
Education Journal, Vol. 33, No. 2,
2005.
[7].
Kemendiknas,
Pengembangan
Pendidikan dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Pusat Kurikulum, 2010.
[8].
K. Komalasari, The Living ValuesBased Contextual Learning to Develop
the Students' Character, Journal of
[11].
[12].
[13].
[14].
[15].
[16].
42
ISBN:9772339078012