Oleh:
SUKARNO WAHYU HARIYANTO, S.KH
150130100111019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan daging kambing dari tahun ke tahun terus
meningkat. Peningkatan kebutuhan daging kambing seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2010 populasi
penduduk di Indonesia berkisar 230 juta jiwa. Pada tahun 2025
jumlah penduduk diperkirakan meningkat 100% dibandingkan dengan
jumlah penduduk pada tahun 2010. masyarakat. Tingkat konsumsi
daging kambing masyarakat Indonesia mencapai 0,64 kg/kapita tahun
2006; 0,50 kg/kapita tahun 2008; dan 0,55 kg/kapita pada tahun 2009
(Soedjana, 2011). Komposisi daging terdiri dari 75% air, 19% protein,
3,5% substansi protein yang larut dan 2,5% lemak (Lawrie 2003).
Tingginya kandungan nutrisi dan protein pada daging baik bagi
pemenuhan kebutuhan tubuh akan gizi dan nutrisi. Daging kambing
merupakan salah satu jenis daging segar yang banyak di konsumsi
selain daging sapi. Daging kambing atau domba adalah urat daging
yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir,
hidung dan telinga yang berasal dari kambing atau domba yang sehat
waktu dipotong (SNI 01-3948-1995)
Produk daging kambing segar sangat rentan terhadap kerusakan
akibat kontaminasi mikroorganisme. Tingginya kadar nutrisi dan air
yang terkandung pada daging segar menjadikan daging sebagai
media yang baik bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang.
Kerusakan daging akibat aktivitas mikroorganisme dapat berakibat
terhadap penurunan kualitas dari daging tersebut (Suratmono, 2005).
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kualitas daging baik
ketika pemeliharaan ataupun ketika pengolahan. Faktor yang dapat
mempengaruhi penampilan daging selama proses sebelum
pemotongan adalah perlakuan transportasi dan istirahat yang dapat
menentukan tingkat cekaman (stress) pada ternak yang pada akhirnya
akan menentukan kualitas daging yang dihasilkan (T.Suryati, 2006)
Pengujian terhadap daging kambing segar dilakukan untuk
mengetahui mutu dan kualitas daging sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Pengujian tersebut berguna untuk
menentukan aman tidaknya bahan pangan asal daging kambing segar
yang beredar di pasaran untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah mutu dan kualitas daging kambing segar yang berasal dari
pasar Dinoyo sesuai dengan SNI 01-3948-1995?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mutu dan kualitas daging kambing segar yang berasal
dari pasar Dinoyo sesuai dengan SNI 01-3948-1995?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua
produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya. Komposisi daging terdiri dari 75% air, 19% protein,
3,5% substansi non protein dan 2,5% lemak (Lawrie, 2003).Menurut
SNI 01-3948-1995 bahwa daging kambing adalah urat daging yang
melekat pada kerangka, kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung
dan telinga, yang berasal dari sapi yang sehat waktu dipotong.
Daging dapat dikategorikan berdasarkan jenis hewannya, yaitu
daging merah, daging putih, daging ikan, dan daging hewan liar.
Daging merah meliputi daging sapi, kambing, domba, babi, kerbau,
rusa, unta, dan lain-lain. Daging putih meliputi semua jenis unggas.
Daging ikan yaitu semua produk-produk ikan dan laut. Daging hewan
liar berasal dari hewan yang belum terdomestikasi (Clark, 2004).
Siagian (2002) mengatakan bahwa bahan makanan seperti
daging selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan
sumber makanan bagi mikoorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme
dalam bahan pangan menyebabkan perubahan yang menguntungkan
seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya
simpannya. Selain itu pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan
pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang
tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak
dikonsumsi. Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan
sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat
mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies,
bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, termasuk aditif, dan
stres. Faktor setelah pemotongan antara lain meliputi proses
pemotongan, pelayuan, pembersihan sampai dengan pemasakan
(Suryati, 2006).
Tabel 2.1 Tabel Syarat Mutu Daging Kambing Segar (SNI 01-3948-1995)
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan PPDH ini akan dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2015
sampai dengan 4 September 2015 yang bertempat di Laboratorium
Kesehatan Masyarakat Veteriner Program Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya.
3.2 Peserta dan Pembimbing PPDH
Peserta
PPDH
Rotasi
Kesehatan
Masyarakat
(KESMAVET) adalah mahasiswa PPDH PKH UB.
Nama
: Sukarno Wahyu Hariyanto
NIM
: 150130100111019
Veteriner
3.4.8 Uji Cemaran Mikroba Metode Total Plate Count (SNI 2897:2008)
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain
sampel kornet, cawan petri, pipet ukur steril 1 ml, tabung reaksi, gunting,
pinset, pembakar bunsen, inkubator, autoclave, colony counter,
bufferpepton water (BPW) 0,1%, plate count agar (PCA), Alkohol 70%.
Prosedur pengujian Total Plate Count (TPC) adalah, Sebanyak 1
gram sampel diambil menggunakan sendok steril didepan bunsen yang
menyala dan dimasukkan ke tabung erlenmeyer steril berisi 9 ml BPW 0,1
% steril kemudian dihomogenkan (menjadi pengenceran 1:10 atau 10-1).
Selanjutnya 1 ml suspensi pengenceran 10 -1 diambil dengan pipet steril
dan dimasukkan ke dalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan
pengenceran 10-2. Pengenceran dibuat hingga 10-3, 10-4, 10-5 dengan cara
yang sama seperti pada prosedur sebelumnya sesuai kebutuhan. Semua
hasil pengenceran ditanam dengan cara dimasukkan larutan 1 ml sampel
ke dalam cawan petri steril dengan pipet secara duplo. Langkah
beriktunya adalah 15 ml sampai 20 ml media VRB yang sudah didinginkan
hingga temperatur 45oC 1oC ditambahkan pada masing-masing cawan
yang sudah berisi 1 ml suspensi pengenceran. Dilakukan pemutaran
cawan kedepan dan ke belakang atau membentuk angka delapan dan
diamkan sampai memadat agar media VRB dan larutan sampel tercampur
seluruhnya,
Cawan petri yang sudah berisi media dan larutan sampel di
inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam sampai 48 jam dengan posisi
cawan terbalik. Untuk perhitungan koloni, dihitung jumlah koloni pada
setiap seri pengenceran kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar
(spreader colony) dan dipilih cawan yang mempunyai jumlah koloni 25
sampai dengan 250.
3.4.9 Uji E. coli dengan Media EMBA
Prinsip pada pengujian cemaran E. Coli pada nugget ayam adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya pertumbuhan
koloni bakteri E. Coli pada media EMBA yang dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang. Koloni bakteri E. Coli yang tumbuh merupakan
gambaran jumlah populasi mikroorganisme yang terdapat pada sampel.
Alat dan bahan yang digunakan pada uji tersebut yaitu, koloni bakteri
pada media MPN, kawat ose, bunsen, cawan petri, inkubator, dan media
EMBA.
Pengujian EMBA:
1. Mengambil sampel dari pengenceran 10 -1dengan kawat ose
kemudian diinokulasikan di cawan petri yang telah berisi media
EMBA.
2. Diinkubasikan cawan petri dalam dalam inkubator pada suhu
34-36oC selama 24-36 jam dengan meletakkan cawan pada
posisi terbalik. Perhitungan koloni dilakukan setelah diinkubasi
selama 24-36 jam
3. Menghitung jumlah koloni yang tumbuh di media
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman.
SNI 01-2891-1992. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional. 2006. Uji Organoleptik dan sensori. SNI
01-2346-2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Metode Pengujian Cemaran
Mikroba Dalam Daging, Telur, Dan Susu, Serta Hasil Olahannya.
SNI 01-2897:2008. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Clark, H. 2004. Encyclopedia of Meat Sciences. Elsevier. Wellington.
Kutz, M. 2007. Handbook of Farm, Dairy, and Food Machinery. Springer.
New York.
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Edisi Kelima. Terjemahan Aminudin
Parakasi. UI Press
Siagian, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber
Pencemarannya.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat.
USU.
http://www.library.usu.ac.id
Soedjana, T. D. 2011. Peningkatan Konsumsi Daging Ruminansia Kecil
dalam Rangka Diversifikasi Pangan Daging Mendukung PSDSK
2014 (Increasing Mutton and Chevon Consumption to Support Beef
Self Sufficiency Initiative in Production and Consumption by 2014).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.