DEFINISI
Definisi asma yang lengkap yang menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar
mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh Global Initiative of Asthma (GINA). Asma
didefinisikan debagai gangguan inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak sel
yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan,
inflamasi ini menyebabkan episode wheezing berulang, sesak napas, rasa dada tertekan,
dan batuk, khususnya pada malam / dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan saluran respiratorik yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian
bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga
berhubungan dengan hiperreaktivitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan.
ETIOLOGI
Meskipun etiologi asma belum jelas, namun penelitian terakhir menunjukkan
adanya faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Adanya hubungan
yang erat antara asma pada anak dan kejadian alergi, menunjukkan bahwa faktor
lingkungan mempengaruhi berkembangnya sistem imunologi ke arah fenotip asma pada
individu yang rentan.
Terdapat lebih dari 22 lokus pada kromosom autosomal yang berhubungan
dengan asma, terutama lokus yang berisi gen proalergi dan proinflamasi (misalnya gen
IL-4 pada kromosom 5). Variasi genetik reseptor berhubungan dengan respon biologik
terhadap
pengobatan.
Beberapa
faktor
lingkungan
yang
dianggap
sebagai
pencetus/pemicu timbulnya serangan asma, antara lain infeksi virus pada saluran
respiratorik, pajanan terhadap alergen, asap rokok, endotoksin, polusi udara, udara
dingin, bau yang tajam, exercise dan emosi.
KLASIFIKASI
Klasifikasi derajat berat ringan penyakit asma menurut Pedoman Nasional Asma
Anak (PNAA)
Parameter klinis
Asma episodik
Asma episodik
jarang
sering
faal paru
Frekuensi serangan
Lama serangan
< 1x / bulan
< 1 minggu
> 1x / bulan
> 1 minggu
Asma persisten
Sering
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
remisi
Biasanya berat
di antara serangan
tanpa gejala
Sering terganggu
Mungkin terganggu
malam
Sangat terganggu
Tidak pernah
perlu
60-80%
>30%
normal
Perlu
<60%
>50%
Tidak terganggu
Normal
Tidak perlu
>80%
>15%0
Ringan
Berjalan,
tidur
Sedang
Berat
Ancaman henti
nafas
PaCO2
<45mmHg
<45mmHg
>45mmHg
PATOGENESIS
Konsep terkini patogenesis asma yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi
kronik yang khas, melibatkan dinding saluran respiratorik, menyebabkan terbatasnya
aliran udara dan peningkatan reaktivitas saluran nafas. Hiperreaktivitas ini merupakan
predisposisi terjadinya penyempitan saluran respiratorik sebagai respons terhadap
berbagai macam rangsang. Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratorik adalah
aktivasi eosinofil, sel mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran
respiratorik. Perubahan ini dapat terjadi meskipun asmanya tidak bergejala. Pemunculan
sel-sel tersebut secara luas berhubungan dengan derajat beratnya penyakit secara klinis.
Sejalan dengan proses inflamasi kronik, perlukaan epitel bronkus merangsang proses
reparasi saluran respiratorik yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional
yang menyimpang pada saluran respiratorik yang dikenal dengan istilah remodeling.
PATOFISIOLOGI
Obstruksi saluran respiratorik.
Penyempitan saluran respiratorik pada asma dipengaruhi oleh banyak faktor.
Penyebab utama penyempitan saluran respiratorik adalah kontraksi otot polos bronkus
yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi (histamine, triptase,
prostaglandin D2 dan leukotrien C4 dari sel mast, neuropeptida dari saraf aferen
setempat, dan asetilkolin dari saraf eferan postganglionik).
Hiperreaktivitas saluran respiratorik
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis pada asma meliputi:
Anamnesis
Wheezing berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk
menegakkan diagnosis
Riwayat sesak nafas yang episodik, wheezing, dan rasa dada tertekan.
Adanya variabilitas musim, riwayat asma maupun atopi pada keluarga
Wheezing atau wheezing berulang, batuk malam hari, batuk atau wheezing setelah
beraktifitas
Wheezing/batuk/rasa dada tertekan setelah terpapar alergen udara/polutan
Menderita common cold sampai dada terasa tertekan atau perlu waktu >10hari untuk
sembuh
Gejala membaik setelah pemberian obat asma
Pemeriksaan Fisik
Sesak, wheezing, dan hiperinflasi umumnya hanya ditemukan pada periode serangan
akut
Pemeriksaan Penunjang
Respon terhadap bronkodilator dan steroid sistemik bermanfaat untuk diagnosis asma
anak < 3 tahun.
Uji provokasi bronkus, dengan histamin, metakolin, exercise, udara kering atau
dingin, NaCL hipertonis. Penurunan > 20% pada FEV1 setelah provokasi maka
didiagnosa asma.
Uji faal paru pada anak > 6 tahun. Ada dua metode pemeriksaan, yaitu pengukuran
FEV1 dan Forced Vital Capacity (FVC) memakai spirometer dan Peak Expiratory
Flow Rate (PEFR) memakai peak flow meter. Pemeriksaan ini berguna mendukung
diagnosis asma, bila didapatkan:
1. Variabilitas pada PEFR atau FEV1 > 15%
Variabilitas harian adalah perbedaan nilai (peningkatan.penurunan) PFR dalam
satu hari. Penilaian yang baik dapat dilakukan dengan variabilitas mingguan yang
pemeriksaan berlangsung > 2 minggu.
2. Reversibilitas pada PEFR atau FEV1 > 15%
Reversibilitas adalah perbedaan nilai (peningkatan) PEVR atau FEV1 setelah
pemberian inhalasi bronkodilator.
3. Penurunan > 15% pada PEFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus
Pemeriksaan status alergi
Adanya komponen alergi pada asma dapat dilihat dari pemeriksaan tes kulit atau
pengukuran kadar IgE spesifik serum.
Uji tuberkulin perlu dilakukan baik pada kelompok yang diduga asma maupun bukan
Foto rontgen toraks
Alur Diagnosis Asma Anak
Batuk dan/atau wheezing
Riwayat Penyakit, Pemeriksaan Fisik, Uji tuberkulin
Tidak jelas:
- Timbul masa neonatus
- Gagal tumbuh
- Infeksi kronis
- Muntah/tersedak
- Kelainan fokal paru
- Kelainan sistem
kardiovaskular
Pertimbangkan:
Foto toraks dan sinus
Uji faal paru
Uji
respon
terhadap
bronkodilator selama 5 hari
Uji provokasi bronkus
Uji keringat
Uji imunologis
Pemeriksaan motilitas silia
Pemeriksaan refliks GE
Tidak berhasil
Berikan bronkodilator
Tidak
mendukung
diagnosis lain
Diagnosis
dan
penyakit lain
Mendukung
diagnosis lain
pengobatan
PENATALAKSANAAN
< 3x
Asma persisten
> 3x
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
Serangan sedang:
(nebulisasi
2x,
respon
parsial)
Berikan oksigen
Nilai kembali derajat
serangan, jika sesuai
dengan
serangan
sedang, observasi di
Ruang Rawat Sehari
Steroid oral
Pasang jalur parenteral
Serangan berat:
(nebulisasi
3x,
respon
buruk)
Sejak awal berikan O2
saat/di luar nebulisasi
Pasang jalur parenteral
Steriod intravena
Nilai ulang klinisnya,
jika
sesuai
dengan
serangan berat, rawat di
Ruang Rawat Inap
Foto rontgen toraks
Boleh pulang:
Bekali obat-obat bagonis (hirupan/oral)
Jika sudah ada obat
pengendali, teruskan
Jika
infeksi
virus
sebagai pencetus, beri
steroid oral (3-5 hari)
Dalam
24-48
jam
kontrol ke klinik R.
Jalan, untuk reevaluasi
Catatan:
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin subkutan 0,01
ml/kgBB/kali, maksimal 0,3 ml/kali
Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 l/menit