Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MONOPOLI TELEVISI

OLEH MNC GROUP

Sosiologi Komunikasi (Kel. E)


Nama kelompok :
1. Anggarini D.N
2. Della Sekar Arum
3. Wulan Rossalina
4. Khastina Anir Putri
5. Adiba Putri Fajari

2013110027
2013130028
2013130031
2013130045
2013130085

BAB I
Latar belakang

Monopoli Media
Monopoli berasal dari bahasa yunani, yaitu monos dan polein.. monos yang memiliki arti
sendiri, sedangkan polein berarti penjual. Jika kedua kata tersebut di gabung , maka memiliki
makna menjual sendiri yang berarti bahwa seseorang atau suatu badan lembaga menjadi
penjual tunggal (penguasaan pasar atas penjualan atau penawaran barang ataupun jasa). Dengan
kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan sementara pihak lain sulit masuk
didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan yang berarti. Dan arti dari media itu
sendiri adalah Media merupakan salah satu komponen komunikasi sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan.
Jadi, monopoli media adalah sebuah sistem perusahaan media yang memperlihatkan
satu pemain industri yang mendominasi dan menguasai hampir seluruh pasar media. Monopoli
media merupakan sisi gelap dari kebebasan pers. Liberalisasi media tak terkendali dan bersinergi
dengan pasar bebas yang akhirnya menciptakan pemusatan kepemilikan media hanya pada
segelintir kelompok tertentu yang menguasai modal tanpa memikirkan masyarakat lain dengan
modal secukupnya yang juga ingin memiliki bisnis media. Kompetisi untuk terjun di dunia
media pun menjadi lebih sulit, pendatang baru yang tidak memiliki modal yang besar tentu
akan berpikir seribu kali untuk memasuki dunia media yang telah termonopoli.
Monopoli di media massa juga disebut dengan konglomerasi media Karena tujuan
kehadirannya untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Berbicara soal monopoli media
massa bisnis industri penyiaran televisi khususnya di Indonesia ternyata juga kuat dikuasai oleh
para pengusaha yang bermodal kuat, termasuk pengusaha yang juga memiliki peran di dalam
pemerintahan dan organisasi politik yang ada saat ini. meskipun para pemilik media memiliki
kuasa akan medianya akan tetapi , media yang dimilikinya harus menjadi netral. Konten-konten
yang berada didalamnya harus jauh dari unsur kepentingan para pemilik media itu sendiri.
Kebijakan soal pembatasan Monopoli, Konglomerasi, dan Kepemilikan Silang (Media
Penyiaran) sesungguhnya telah diatur dalam peraturan hukum, yakni UU Penyiaran nomor 32
tahun 2002 ayat 1, pasal 18. Di sana disebutkan:

Pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta oleh satu orang atau satu
badan hukum, baik di satu wilayah siar maupun beberapa wilayah siar, dibatasi.
Adapun pengaruh yang disebabkan oleh monopoli media adalah :

1. bisnis media massa tidak akan berkembang karena dikuasai secara tunggal, celah untuk
memasukinya tertutup.

2. Kualitas jurnalistik juga menurun


3. Konten-konten media akan mengkonstruksi fikiran masyarakat sedikit demi sedikit
sehingga membentuk kebiasaan baru.

4. Pemanfaatan media untuk kepentingan pribadi bagi keuntungan pemilik semata


(homogenitas pemberitaan dan informasi)

5. Adanya perlawanan publik seperti aspirasi masyarakat indonesia yang tidak bisa
dibendung lagi. Banyak mahasiswa di indonesia yang sudah banyak mengerti betapa
buruknya konten media di indonesia.

6. Masyarakat akan miskin referensi, karena hanya akan melihat dari beberapa sudut
pandang saja mengenai permasalahan suatu kejadian.

Merger dan Akuisisi tentu sangat berpengaruh terhadap isi media, strategi ini membuat
banyak media akan tunduk pada satu orang pemilik. Ketundukan ini akan menghasilkan produk
media yang terkontrol searah sesuai dengan kemauan pemilik tersebut. Tiap media yang berada
dibawah tangan satu pemilik tertentu terkungkung independensinya. Selain independensi yang
terancam dan arahan pemilik, keberagaman isi media yang begitu banyak tetapi hanya dimiliki
oleh beberapa orang saja akan membuat informasi-informasi yang disampaikan akan seragam.
Padahal dengan banyaknya nama media yang ada seharusnya masyarakat akan memiliki sudut
pandang sebanyak nama media tersebut. Sudut pandang inilah yang menentukan kedewasaan
dalam mengambil sikap dalam permasalahan. Singkatnya akuisisi dan merger ini berpengaruh
terhadap kedewasaan masyarakat dalam mengambil sikap.

BAB II
STUDI KASUS
PT Media Nusantara Citra Tbk lebih dikenal dengan nama MNC Media merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang berpusat di Jakarta, Indonesia,
didirikan pada tahun 1997. Dimana di dalamnya tergabung bebrapa jenis media, yaitu :
Televisi

PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)


PT Global Informasi Bermutu (Global TV)
PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (MNCTV)
PT Sun Televisi Network (SINDOtv)
INDOVISION
OkeVISION
TOP TV

Dalam media ini telah memproduksi beragam program dengan konten yang berkualitas
dalam bentuk drama dan non drama, yang meliputi film, film televise, dan serial televisi atau
sinetron, variety show, reality show, musik, dan dokumenter.
Radio

PT MNC Networks (Global Radio, V Radio)


o PT Radio Trijaya Shakti (Sindo Trijaya FM)
PT Radio Prapanca Buana Suara
PT Radio Mancasuara
PT Radio Swara Caraka Ria
PT Radio Efkindo
PT Radio Citra Borneo Madani
PT Radio Suara Banjar Lazuardi
PT Radio Cakra Awigra
o PT Radio Suara Monalisa (Radio Dangdut Indonesia)
PT Radio Mediawisata Sariasih

Media cetak

PT Media Nusantara Informasi (Koran Sindo)


PT MNI Global (Genie, Mom & Kiddie, Realita)
PT Hikmat Makna Aksara (Sindo Weekly)
PT MNI Entertainment (HighEnd, HighEnd Teen, Just for Kids Magazine)

Situs web

PT Okezone Indonesia
o Okezone.com
o SINDOnews.com

Contoh dari kasus yang dapat kita ambil dalam monopoli media ini adalah perusahaan
media yang di miliki oleh MNC (Media Nusantara Citra) Group yang terdiri dari RCTI, Global
TV, MNC TV, maupun TV Kabel seperti Indovision, OkeVision dan Top TV yang dimiliki oleh
Hary Tanoesudibjo atau HT. Pemirsa sudah pasti akan bisa menebak warna layar ketiga stasiun
TV itu saat masa kampanye pemilu . Belum termasuk televisi lokal yang dimilikinya seperti Deli
TV (Medan), MGTV (Magelang), Kapuas citra televisi (Pontianak), dan masih banyak lagi. Saat
musim kampanye pemilihan legislative HT melakukan pencitraan diri pada stasiun televisi
miliknya melalui kuis kebangsaan dan salah satu reality show yaitu Mewujudkan Mimpi dan
wiranto menjadi tukang becak. Dari sini bisa kita lihat bagaimana HT menarik simpati rakyat
secara perlahan dengan memberikan uang secara Cuma-Cuma dan hadiah kuis. Fenomena ini
terjadi karena para pemilik media berlomba-lomba untuk mendapatkan royalti yang besar tanpa
menghiraukan masyarakat. Dan pada kasus ini selain untuk mendapatkan royalti tetapi juga
digunakan untuk kepentingan pribadi lainnya yaitu digunakan dalam berpolitisi. Para jurnalistik
yang bekerja disana bisa dikatakan hanya bisa menampilkan sisi baik si pemilik media tanpa bisa
menunjukan sisi buruknya. Dari fenomena ini membuat media yang memiliki power tersebut
untuk mengkonstruksikan para masyarakat. Meskipun semua kembali pada individu masingmasing , tetap media yang memiliki peran yang penting dalam mengkonstruksikan sebuah pesan
atau informasi.
Padahal sesuai dengan tujuan dan fungsi penyiaran pada UU No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, Pasal 2 Penyiaran diselenggarakan berdasarkan pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum,
keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab.
Pasal 3 Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional,
terbinanya watak dan jatidiri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Sejak awal HT nampak sekali ingin mengusai jagat media televisi. sebelumnya HT
berambisi ingin menguasai SCTV dan Indosiar dan hampir menguasai Metro Tv. Tetapi, Baru
pada tahun 2013 ini, HT berhasil memenuhi hasratnya menguasai ANTV, Padahal sebelumnya
ANTV juga diperebutkan oleh Chairul Tanjung, pengusaha muda pemilik Trans Corp.
Demikianlah manuver HT menguasai media televisi. Andai dahulu HT menguasai SCTV,
Indosiar dan juga metro TV maka kloplah HT sebagai konglomerat yang memonopoli stasiun
TV. Sesungguhnya dengan dikuasainya ANTV setelah RCTI, MNC TV, dan GLOBAL TV , HT
sudah bisa dikatakan memonopoli. Setidaknya ini dikatakan di UU No. 32 tahun 2002 Tentang
Penyiaran, pada pasal 18, yaitu :
(1) Pemutusan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran swasta oleh satu
orang atau satu badan hukum, baik dari satu wilayah siaran, di batasi.
(2) Kepemilikan silang antara lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan
jasa penyiaran radio dan lembaga penyiaran swasta yng menyelenggarakan jasa
penyiaran televisi, antara lembaga penyiaran swasta dan perusahaan media cetak,
serta antara lembaga peniaran swasta dan lembaga penyiaran swasta jasa
penyiaran lainnya, baik langsung maupun tidak langsung, di batasi.
(3) Pengaturan jumlah dan cakupan wilayah siaran local, regional, dan nasional, baik
untuk jasa penyiaran radio maupun jasa penyiaran televisi, disusun oleh KPI
bersama pemerintah.
Dan pada pasal 34 ayat (4), yaitu : Izin penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan
kepada pihak lain.
PP No. 50 Tahun 2005 pasal 12 Lembaga penyiaran swasta jasa, penyoiaran radio dan
jasa penyiaran televisi masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1
(satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah.
Pada PP No.50 diatas telah dijelaskan bahwasannya yang benar menurut UU serta peraturan
pemerintah adalah apabila seseorang memiliki media baik cetak, online, maupun televise,
mereka hanya diizinkan untuk memiliki salah satu diantara ketiganya bukan ketika-tiganya
dimiliki, dan kepemilikan media ini, penyiarannya atau penyebarannya hanya pada satu daerah
saja, bukan ke pelosok Indonesia.
Dan dari pasal 33 ayat (2), diatas bila dikaitkan pada PP NO.50 Tahun 2005, seharusnya yang
boleh bersiaran hingga kepelosok Indonesia adalah TVRI, karena segala sesuatu yang

menyangkut produksi penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia dari sektor
ekonomi baik air, listrik telekomunikasi, maupun kekayaan alam merupakan milik negara dan
tidak bisa dimiliki oleh swasta.

REVISI
ANALISIS KONTEN

Pola pemberitaan yang sama juga muncul pada berita tentang HT. Monopoli televisi yang
dilakukan oleh MNC Group dapat dilihat dari konten program dan juga iklan yang ada dalam
media televisi MNC Group itu sendiri. Di Global TV dan MNC TV ditemukan iklan kampanye
yang keduanya mengkampanyekan Partai HANURA, dan mendukung kemenangan WirantoHary Tanoe (WIN-HT) pada kampanye pemilu legislatif 2014. Dalam iklan tersebut berisi opini
dan harapan masyarakat untuk kesejahteraan Indonesia dan mendukung pasangan WIN-HT.
Beberapa program news juga terlihat mendominasi berita tentang Partai HANURA.
Berita yang muncul di RCTI dan MNC NEWS (TV kabel) pada saat masa kampanye pemilu
legislatif 2014, terlihat mendukung WIN-HT. Berita yang disiarkan juga memberi pandangan
positif terhadap Partai HANURA bersama WIN-HT. Tidak ada pemberitaan yang membuat efek
negatif terhadap Partai HANURA. HT, diberitakan saat melepas mudik gratis Hanura dalam
Seputar Indonesia (RCTI) 4 Agustus sore. Cuplikan pidato HT ditampilkan. Berita yang sama
disiarkan oleh Global TV esok paginya. Pada 4 Agustus itu RCTI juga menampilkan berita
kunjungan HT ke Pesantren Tegalrejo, Magelang, untuk berbagi pengalaman hidup hingga jadi
pengusaha sukses. Global TV pada siaran Buletin Indonesia Pagi menyiarkan berita yang sama.
HT diwawancarai hingga dua kali. Menariknya, HT berkunjung bersama Menteri Tenaga Kerja.
Namun hanya HT yang diwawancarai. HT juga tampil diwawancarai dalam berita tentang
pembekalan caleg Hanura di Seputar Indonesia Sore (RCTI) 31 Agustus.
Bukan hanya iklan dan program news yang memperlihatkan monopoli yang dilakukan
oleh MNC Group, beberapa program juga ditayangkan untuk pencitraan diri yang dilakukan oleh
WIN-HT. Seperti program reality show Mewujudkan Mimpi di RCTI, Wiranto berpura-pura

menjadi tukang becak di kota Solo. Cara itu dinilai ampuh untuk merasakan apa yang mereka
rasakan dan menarik perhatian masyarakat. RCTI juga pernah menayangkan Kuis Kebangsaan
yang memberikan hadiah secara cuma-cuma dan tanpa potongan pajak kepada permirsa yang
menghubungi kuis tersebut untuk menjawab pertanyaan yang sudah direkayasa.
Analisis konten diatas menjelaskan monopoli televisi yang dilakukan oleh MNC Group
baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika dikaitkan dengan materi monopoli televisi
yang telah dibahas sebelumnya, ini tidak sesuai dengan tujuan dan fungsi penyiaran pada UU
No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yaitu pada Pasal 2 dan Pasal 3.

BAB III

KESIMPULAN
1. Media dianggap sebagai bisnis yang sangat menguntungkan bagi para pemilik modal
tanpa memperdulikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat
2. Media dan para redaksi , jurnalis bisa tunduk pada pengaruh penguasa baik pemerintah
maupun pemilik modal
3. Perlunya media massa yang netral karena dengan itu masyarakat akan memiliki akses
informasi yang akurat, kredibel, dan beragam.

SARAN
Bagi para pemilik media , bagaimana jadinya masyarakat indonesia bila seluruh konten
yang ada dalam televisi semuanya hanya untuk kepentingan pemilik media saja. Sebab media
saat ini secara tidak langsung menjadi panutan oleh masyarakat sebab semakin mudahnya media
itu diakses. Maka dari itu media saat ini diharapkan untuk menangguhkan posisinya untuk tetap
netral agar bangsa indonesia menjadi bangsa maju dengan dukungan yang bisa sedikit diperoleh
setidaknya melalui media.

DAFTAR PUSTAKA

http://politik.kompasiana.com/2013/07/06/hanura-hary-tanoesoedibjo-dan-monopolitelevisi--574768.html

http://www.pemkomedan.go.id/uuti/uu_322002a.php

http://mnc.co.id/businesses/content/id

Anda mungkin juga menyukai