Anda di halaman 1dari 5

RENCANA PROYEK EKSPLORASI PERTAMBANGAN

ENDAPAN BATU GAMPING

LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain

oleh
DEOKY PANDU DEWANTO
FRANSISKUS
HANGGA YUDHA WIBISONO
IFAN FAIZAL ADNAN
MUKAFFI HAIDAR

(16413120)
(16413340)
(16413040)
(16413060)
(16413215)

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2013

I.

Tujuan Eksplorasi Pertambangan Batu Gamping

Untuk mendapatkan data yang aktual guna mengetahui lebih jauh, baik mengenai
sebaran dan potensi batu gamping di suatu wilayah, guna mengungkap potensi, prospek
pemanfaatan dan pengembangannya.
II.

Pengetahuan Umum

Batu gamping/limestone/batukapur merupakan salah satu golongan batuan sedimen


yang paling banyak jumlahnya. Batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping nonklastik dan batu gamping klastik. Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang
laut antara lain Coelenterata, Moluska, Protozoa, dan Foraminifera atau batu gamping ini
sering juga disebut sebagai batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral.
Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik
melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses
tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering
kita jumpai adanya variasi warna dari batu gamping itu sendiri. Seperti warna putih susu,
abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.
Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium Karbonat (CaCO3). Di alam tidak
jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah
batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3.
Ciri dari batu gamping adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga
Awal Mula Pembentukan Batu Gamping
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau
secara kimia sebagian batu kapur di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari
pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara
mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian
terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang
terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan
tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Manfaat Batu Kapur (Batu gamping)
Adapun pemanfaatan dari kapur di antaranya adalah :
a. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk
plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.

b. Bahan penstabilan jalan raya


Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang
dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan
dan pemuaian fondasi jalan raya.
c. Sebagai pembasmi hama
d. Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai
serbuk belerang untuk disemprotkan.
e. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air,
sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi
serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan
pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya
f. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama
dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.
g. Batu Gamping (caco3) Sebagai Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah
Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan
pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang
pada dasarnya menambahkan Ca dan menurunkan Al.
h. Batu gamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b
Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batu gamping keprus sebagai
bahan campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas B.
i. Batu gamping sebagai bahan baku semen
j. Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen.
Potensi dan Cadangan Batu Gamping
Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap
Propinsi.
Cadangan Batu Gamping Indoneisa menurut Propinsi
Provinsi
Jumlah
Keterangan
1. D.I Aceh 2. Sumatera
100,857 5,709
Seluruh cadangan batu kapur ini
Utara 3. Sumatera Barat
23.273,300 6,875
terklasifikasi sebagai cadangan tereka
4. Riau 5. Sumatera
48,631 2,730 2,961
(termasuk hipotesis dan spekulatif),
Selatan 6. Bengkulu 7.
672,820 125,000
kecuali cadangan di Nusa
Lampung 8. Jawa Barat
416,400 1.006,800
TenggaraTimur, sejumlah 61,376 juta ton
9. Jawa Tengah & DIY
543,000 1.917,386
sebagai cadangan (probable) terunjuk.
10. Jawa Timur 11.
229,784 66,300
Kalimantan Selatan 12.
19,946 240,000
Kalimantan Tengah 13.
Nusa Tenggara Barat 14.
Nusa Tenggara Timur
15. Sulawesi Utara 16.
Sulawesi Selatan 17.
Irian Jaya
Total
28.678,500
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997

Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang terbesar
berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 % dari cadangan
seluruhnya.
Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]:
CaO : 40 - 55 %;
SiO : 0,23 - 18,12 %;
Al2O3 : 0,20 - 4,33 %;
Fe2O3 : 0,10 - 1,36 %;
MgO : 0,05 - 4.26 %;
CO2 : 35,74-42.78 %;
H20 : 0,10 - 0,85 %;
P2O5 : 0,072 -0.109 %;
K2
: 0,18 %;
L.O.I : 40,06 %.
III.

Metodologi Eksplorasi

Tahapan Eksplorasi
Eksplorasi pada cebakan cebakan mineral selalu dilakukan secara bertahap. Sistem
bertahap ini dilakukan untuk mengurangi suatu resiko eksplorasi. Selain itu sistem ini
dihubungkan dengan metode eksplorasi yang digunakan.
Menurut Peters, 1978 dalam Koesomadinata, 2000 tahapan eksplorasi modern adalah
suatu strategi eksplorasi modern meliputi 2 tahapan eksplorasi dengan sub-tahapannya,
dimana pada setiap tahapan memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan serta
penyempurnaan model eksplorasi serta petunjuk geologi yang lebih relevan. Tahapan ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
1. Tahapan Rancangan Eksplorasi (Exploration Design Stage)
Rancangan eksplorasi ini antara lain menyangkut tentang review literatur , geologi
regional, citra landsat, interpretasi foto udara. Selain itu juga mencakup tentang model
eksplorasi sebagai hipotesa kerja penentuan strategi dan pemilihan metoda eksplorasi.
2. Tahapan Eksplorasi Tinjau Tingkat Strategis (Reconnaissance Exploration Stage
Strategic Phase)
Pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap antara lain :
2.1 Penilaian Regional (Regional Apprasisal)
Penilaian regional ini berdasarkan data dan studi pustaka yang ada.
2.2 Peninjauan Daerah (Area Reconnaissance)
Peninjauan daerah ini dilakukan dengan melakukan survei daerah. Survei
ini dapat menggunakan survei udara seperti surveidan analisa foto udara,
survei dan analisa aeromagnetic. Sedangkan survei darat berupa lintasan
lintasan dengan metoda geologi atau non geologi, pengambilan batuan
sampel di sungai (stream sampling), dan sebagainya. Tahapan ini
menghasilkan daerah daerah prospek dengan peta skala 1 : 100.000
200.000.
2.3 Pemilihan Sasaran (Target Selection)
Tahap ini merupakan akhir dari semua tahapan eksplorasi tinjau tingkat
strategis. Tahap ini menindaklanjuti tahap peninjauan daerah dengan sitem
metoda geologi berupa : prospeksi batuan di sungai seperti float mapping
and sampling, stream sediment sampling, dan rock sampling. Kadangkala

bersamaan dengan pembuatan paritan, pemboran dangkal dan metoda


geofisika seperti survei magnetic, gravitasi, seismik dan reflaksi seseuai
dengan petunjuk geologi.
3. Tahapan Eksplorasi Rinci Tingkat Taktis (Detail Exploration Stage Tactical
Phase)
Tahapan ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
3.1 Penyelidikan Permukaan Rinci (Detail Surface Investigation)
Tahap ini berupa penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000
1:1000. Kegiatan pada tahap ini antara lain berupa pemetaan geologi
rinci , surve geokimia rinci, pembuatan paritan dan sumur uji dan survei
geofisika rinci dan pengambilan beberapa contoh batuan hasil pemboran.
3.2 Penyelidikan Bawah permukaan Rinci (Detail Subsurface Investigation)
Pada tahap ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi, pengeboran core
logging yang lebih rapat, pengukuran geophysical logging, penentuan
cadangan pendahuluan dan pengambilan contoh secara sistematis
3.3 Penemuan / Bukan Penemuan (Discovery / Nondiscovery)
Pada tahap ini faktor faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi
metalurgi, kebutuhan energi dalam penambangan serta penilaian
ekonomis (feasibility studies) dilakukan agar dapat diketahui suatu
prospek dapat ditambang atau tidak.
4. Tahapan Evaluasi dan Pra Produksi ( Evaluation and Preproduction Stage)
Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah.
Tahap ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga
merancang kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jalan,
pembuatan kantor dan mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.
IV.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik adalah dari tahapan-tahapan eksplorasi yang
sudah dilakukan dapat ditentukan apakah wilayah tersebut memiliki cadangan mineral yang
ekonomis untuk dilanjutkan ke tahap eksploitasi.
Rekomendasi kami adalah agar eksplorasi pertambangan mendapatkan endapan batu
gamping, eksplorasi harus dilakukan secara matang agar mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin.
V.

Daftar Pustaka
http://suarageologi.blogspot.com/2013/01/tahapan-eksplorasi.html (Tanggal akses : 2
Desember 2013 19:00)
http://kampungminers.blogspot.com/2012/09/batu-gamping.html (Tanggal akses : 2
Desember 2013 19:00)

Anda mungkin juga menyukai