Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup
lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 50
mL/menit, dengan akibat menumpuknya sisa metabolik(toksin uremik).1,2
Gagal ginjal kronik menghasilkan akumulasi cairan dan produk
pembuangan dalam badan menyebabkan azotemia dan uremia. Azotemia adalah
peningkatan pembuangan poduk nitrogen dalam darah.3
Setiap

penyakit

yang

terjadi

pada

ginjal

akan

mengakibatkan

terganggunya fungsi ginjal terutama dalam membuang hasil-hasil metabolisme,


yang diterima melalui makanan keluar tubuh. Melalui perawatan dietetik,
diusahakan menyelaraskan pemasukan zat gizi melalui makanan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada ginjal akibat adanya suatu penyakit. Pada
jenis penyakit tertentu terjadi penumpukan air, unsur natrium, kalium dalam tubuh
akibat turunnya kemampuan ginjal untuk mengatur pengeluaran kelebihan zat
tersebut. 1,4
Melalui perawatan dietetik, pemasukan zat-zat makanan dibatasi sampai
batas minimal yang selaras dengan kemampuan fungsi ginjal. Sebaliknya, seperti
pada sindroma nefrotik, tubuh kehilangan albumin dan protein lain melalui air.
Untuk mencegah agar tubuh tidak kekurangan protein, penderita diberikan diet
tinggi protein.3
Kendatipun ginjal penderita sudah tidak lagi berfungsi sama sekali,
perawatan dietetik masih mampu mempertahankan hidup penderita untuk jangka
waktu beberapa hari sampai pasien tersebut mengalami dialisis.4
Tingkat terakhir dari berbagai gangguan fungsi ginjal adalah kegagalan
ginjal melaksanakan fungsi faalnya. Air kemih yang dikeluarkan sedikit sekali
sehingga berbagai zat sisa yang seharusnya dibuang keluar tubuh tidak dapat
dibuang dan menumpuk dalam darah, terutama urea yang berasal dari pecahan
protein dalam tubuh.1,2

Peranan perawatan dietetik bagi penderita pentakit ginjal telah mengalami


banyak perubahan dalam dekade terakhir ini. Penggunaan dialisa ataupun cangkok
ginjal menyebabkan penderita tidak perlu lagi menjalani diet yang sangat ketat
seperti pada masa lalu. Akan tetapi, bagaimanapun juga, perawatan dietetik masih
merupakan kunci dalam perawatan penderita gangguan ginjal.1,2,3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

NUTRISI PADA GAGAL GINJAL KRONIS


Prinsip managemen diet pada gagal ginjal kronis adalah menganjurkan
pasien pada jumlah yang tepat cairan dan elektrolit dan mengatur diet untuk
mencegah akumulasi dari produk toksik pada level yang paling rendah.3,5
Modifikasi diet pada gagal ginjal kronik merupakan aspek terapi
konserfatif yang penting. Tujuan pengaturan diet pada gagal ginjal kronik adalah6:
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal
2. Menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah
3. Mencegah atau mengurangi restriksi garam dan air didalam tubuh.
Sarat-sarat diet pada gagal ginjal kronik: 6
1. Banyaknya protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui
dengan nilai uji penjernihan kreatinin (Creatinine Clearance Test = CCT) atau
glomerulo filtration rate (GFR)
2. Lemak terbatas diutamakan lemak tak jenuh ganda
3. Natrium

dibatasi

pada

kegagalan

fungsi

ginjal

dengan

hipertensi,

hiperkalemia, edema, oligouri atau anuria.


4. Kalsium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila jumlah urin
kurang dari 400 ml/hari
5. Kalori adekuat
6. Banyaknya cairan adalah banyaknya urin maksimal sehari ditambah
banyaknya cairan yang keluar melalui keringat dan pernafasan (kurang lebih
500 ml/hari)
Untuk memeriksa kemampuan ginjal menyaring urea, penderita menjalani
diet untuk tes penjernihan urea (Urea Clearance Test). Diet test untuk penjernihan
urea yang digunakan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dapat dilihat pada
tabel 1:4

Tabel: 1. Diet untuk test penjernihan urea4


Bahan makanan
Beras

Jumlah
150 gram

Biskuit

20 gram

Gula

25 gram

Telur

75 gram

Minyak

65 gram

Sayuran

325 gram

Buah-buahan

500 gram

Test penjernihan urea diawali dengan pemberian diet dengan kandungan


protein rendah. Kandungan urea dalam urin masih dianggap normal apabila
berkisar 60-95 mg/100ml.4
Apabila fungsi ginjal sudah berangsur pulih, maka kandungan protein
dalam diet dapat dinaikan disesuaikan dengan hasil uji kejernihan kreatinin
(Creatinine Clearance Test). Kreatinin adalah ikatan kimia yang mengandung
nitrogen yang juga terdapat dalam urin, kreatinin merupakan sisa pemecahan
kreatin yang disimpan dalam otot sebagai sumber energi, untuk kontraksi otot.
Apabila otot berkontraksi maka kreatin fosfat akan terurai dan terbentuk kreatinin,
yang masuk kedalam darah dan akan dibuang melalui urin. Hasil uji penjernihan
kreatinian akan menentukan tingkat filtrasi dari glomeruli (GFR) yang
menggambarkan fungsi ginjal secara keseluruhan. Nilai GFR kurang dari 30
ml/menit sudah merupakan petanda adanya gangguan fungsi ginjal.4,5

Manajemen diet pada gagal ginjal kronik :

1. Pembatasan Protein
Pembatasan protein bertujuan untuk mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus dengan demikian diharapkan progresifitas dapat diperlambat.
Protein banyak terdapat pada daging, ikan, produk susu, kacang-kacangan,
dan telur. Secara teoritis, keseimbangan nitrogen dalam tubuh akan tercapai
apabila protein yang diterima melalui diet seimbang dengan jumlah protein
yang dirombak dalam tubuh. Giovanetti, seorang dokter berkebangsaan italia,
telah membuktikan bahwa pada penderita uremia dapat bertahan dengan diet
tanpa protein apabila diberi tambahan larutan asam amino atau larutan protein
bernilai biologis tinggi yaitu protein telur.5,6
Diet yang dianjurkan oleh giovanetti yang dikombinasikan dengan
diet anjuran Giordano (keduanya dokter italia) yang lebih dikenal dengan
nama diet G-G (Giordano-Giovanetti) merupakan diet yang sangat populer
untuk perawatan penyakit ginjal. Diet tersebut mengandung kalori 2200 kal,
protein 17 gram, cairan 500 ml, dan natrium 12 mmol.4,5
Tabel 2: Diet G-G (Giordano-Giovanetti)4
Makan pagi

Macam bahan makanan


Bubur oatmeal

jumlah

Oats

5 gram

Double cream

50 gram

Air

40 gram

Gula
Toast tanpa garam

Secukupnya
30 gram

Mentega tanpa garam

Secukupnya

Teh dengan 10 ml susu

80 ml

Jam 10.00

Cairan glukosa polimer

50 ml

Makan siang

Daging ayam

25 gram

Beras

30 gram

Sayuran protein rendah*

30 gram

Jam 16.00

Buah protein rendah*

30 gram

Mentega tanpa garam

Secukupnya

Air jeruk dengan gula

40 ml

Biskuit tanpa garam


Makan malam

Telur rebus matang

10 gram
1 butir

Toast tanpa garam

30 gram

Buah rendah protein

30 gram

Es krim**
Menjelang tidur

Susu dengan gula

90 ml

Biskuit tanpa garam


10 gram
* sayur seperti tomat, terung, timun, wortel, buncis, dan bawang.
Buah-buahan seperti nenas, apel, jeruk, pears.4
** Es krim dibuat dari: 25 ml krim, 25 ml minyak, 25 gram gula,
dan 10 ml air4
Diet rendah protein telah terbukti dapat memperlambat progresifitas
gagal ginjal. Gejala-gejala uremia akan hilang bila protein dibatasi, asalkan
keperluan energi dapat dicukupi dengan baik. Diet rendah protein dianggap
akan mengurangi akumulasi akhir metabolisme protein, yaitu ureum dan
toksin uremik yang lain. Selain itu telah terbukti pula bahwa diet tinggi
protein akan mempercepat timbulnya glomerulosklerosis sebagai akibat
meningkatnya beban kerja glomerulus (hiperfiltrasi glomerulus) dan fibrosis
interstitial. Protein yang diberikan 0,6 gram/ kg BB/ hari.1,6,7
Macam diet dan indikasi pemberian, Menurut keadaan penderita dan
berat penyakit dapat diberikan:5
A. Diet rendah protein I : 20 gram protein
B. Diet rendah protein II : 40 gram protein
C. Diet rendah protein sedang

: 60 gram protein

a. Diet rendah protein I : 20 gram protein

Diberikan kepada penderita gagal ginjal kronis dengan


kagagalan faal ginjal berat dengan CCT 5-20 ml/menit dan ureum
darah diatas 100 mg%.5
Bentuk makanan tergantung penderita : dapat cair, saring atau
lunak. Makanan ini kurang dalam kalori, protein, kalsium, besi dan
tiamin.8
Tabel 3; Diet rendah protein I : 20 gram5
Waktu
Pagi

10.00

Siang

16.00

Sore

Bahan makanan
Maezena

Berat (grm)
20

Urt*
4 sdm

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

30

3 sdm

Tepung susu whole

10

2 sdm

Maezena

10

2 sdm

Gula pasir

25

2,5 sdm

Minyak

10

1 sdm

Beras

25

gls tim

Telur

50

1 btr

Sayuran

75

gls

Buah

100

1 ptg

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

10

1 sdm

Maezena

10

2 sdm

Gula pasir

25

2,5 sdm

Minyak

10

1 sdm

Beras

25

gls tim

Daging

25

1 ptg kcil

Sayuran

75

gls

Buah

100

1 ptg

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

10

1 sdm

20

2 sdm

20.00 Gula pasir


*ukuran rumah tangga

Contoh menu diet rendah protein I:5


Pagi

: bubur maezena, susu

10.00

: kue talam, teh manis

Siang

: bubur/ nasi tim, telur ceplok, tumis sayuran, pepaya, teh


manis

16.0

: agar nenas, teh manis

Sore

: bubur/nasi tim, daging, sup sayuran, pisang, teh manis

20.0

: sirup

b. Diet rendah protein II : 40 gram protein


Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet rendah
protein I, atau pada kegagalan faal ginjal kronis yang tidak terlalu
berat (CCT ; 20-30 ml/menit).5
Tabel 4 ; Diet rendah protein II : 40 gram5
Waktu
Pagi

10.00

Siang

Bahan makanan
Beras

Berat (grm)
50

Urt*
1 gls tim

Telur

50

1 btr

Sayuran

50

gls

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

20

2 sdm

Tepung susu whole

20

4 sdm

Maezena

10

2 sdm

Gula pasir

20

2 sdm

Minyak

10

1 sdm

Beras

50

1 gls tim

Daging

25

1 ptg kcl

Sayuran

75

gls

Buah

100

1 ptg

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

10

1 sdm

16.00

Sore

20.00

Maezena

10

2 sdm

Gula pasir

20

2 sdm

Minyak

10

1 sdm

Beras

50

1 gls tim

Daging

25

1 ptg kcl

Sayuran

75

gls

Buah

100

1 ptg

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

10

1 sdm

Tepung susu whole

20

4 sdm

20

2 sdm

Gula pasir
*ukuran rumah tangga
Contoh menu diet rendah protein II:5
Pagi

: nasi tim, telur ceplok, tumis labu siam, susu

10.0

: kue talam, teh manis

Siang

: nasi tim, ikan panggang, ca sayur, pepaya, teh manis

16.0

: agar nenas, teh manis,

Sore

: nasi tim, daging, sup sayuran, pisang, teh manis

20.0

: pisang susu

c. Diet protein sedang : 60 gram protein


Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet rendah
protein II atau pada penderita kegagalan faal ginjal kronis ringan
( CCT ; 30-50 ml/menit), atau pada penderita yang menjalani dialisa.
Pembagian makanan sehari5
Tabel 5 : Diet rendah protein sedang: 60 grm5
Waktu
Pagi

Bahan makanan
Beras
Telur

Berat (grm)
50

Urt*
1 gls tim

50

1 btr

10.00

Siang

16.00

Sore

20.00

Sayuran

50

gls

Minyak

10

1 sdm

Gula pasir

10

1 sdm

Tepung susu whole

20

4 sdm

Maezena

10

2 sdm

Gula pasir

20

2 sdm

Minyak

10

1 sdm

Beras

50

1 gls tim

Daging

50

1 ptg sdg

Telur

25

btr

Sayuran

75

gls

Buah

100

1 ptg

Minyak

10

1 sdm

Maezena

10

2 sdm

Gula pasir

20

2 sdm

Minyak

10

1 sdm

Beras

50

1 gls tim

Daging

20

1 ptg sdg

Telur

25

btr

Sayuran

75

gls

Buah

100

1 ptg

Minyak

10

1 sdm

Tepung susu whole

20

4 sdm

Gula pasir

10

1 sdm

100

1 ptg

Buah
*ukuran rumah tangga

Contoh menu diet rendah protein sedang:5


Pagi

: nasi tim, telur ceplok, tumis labu siam, susu

11.0

: kue talam, teh manis

Siang

: nasi tim, ikan panggang, ca sayur, pepaya, teh manis

10

17.0

: agar nenas, teh manis,

Sore

: nasi tim, daging, sup sayuran, pisang, teh manis

21.0

: pisang susu.8,9

2. Cairan
Babarapa ahli berpendapat intake cairan yang banyak dan output
urine yang tinggi menjamin eksresi urea yang maksimal. Umumnya tidak
diperlukan pembatasan masukan cairan, dan pada kenyataannya pasien
gagal ginjal dianjurkan untuk mendapat cukup cairan. Ahli lain
berpendapat karena jumlah urin yang keluar sedikit sekali, maka
pembatasan cairan dalam diet mutlak dilakukan. Jumlah cairan yang
diperlukan disesuaikan dengan jumlah cairan yang keluar baik sebagai
urine atau melalui jalan lain.6,7,8
3. Sodium
Biasanya yang dipakai adalah garam sodium kllorida. Hanya 10 %
ditemukan dalam makanan segar, sisanya ditambahkan sebagai sodium
clorida atau sodium bikarbonat dalam masakan. Makanan kaya sodium
seperti: keju, daging, ikan, margarin, dll. Diet sangat rendah garam,
dengan

makanan

yang

dimasak

bebas

garam,

tidak

pernah

direkomendasikan dalam gagal ginjal.keberadaan cairan dalam tubuh dan


tingginya tekanan darah harus diatur dengan membatasi sodium 100 mmol
perhari. Diperbolehkan menggunakan garam dalam masakan tapi tetap
menjauhi makanan yang memiliki kadar garam sangat tinggi, dan
penambahan garam setelah makanan dimasak.8,9
Beberapa obat hipertensi bekerja dengan baik jika dikombinasikan
dengan pembatasan intake garam. Pembatasan garam juga diperlukan
ketika sodium bikarbonat digunakan untuk mengoreksi kadar keasaman
dalam tubuh. Intake sodium tergantung kadarnya dalam serum dan urine.
Pembatasan sodium diperlukan karena edema, hipertensi, dan pada pasien

11

dengan gagal jantung. Pasien tanpa dialisis, dengan hipertensi


diperbolehkan menggunakan tidak lebih dari 1 grm sodium. Tapi pasien
dengan dialisis biasanya diperbolehkan menggunakan 1,5 sampai 2 gram
sodium dalam dietnya.7,8,9
4. Potasium (kalium)
Biasanya potasium dibatasi sampai 1 mmol/kg per berat badan.
Pada gagal ginjal kronik biasanya diikuti dengan kiperkalemia, sehingga
intake dari kalium perlu dibatasi. Kalium banyak terdapat pada daging,
susu, buah-buahan seperti: pisang, jeruk, alpukat,anggur, nanas segar,
kiwi, kentang.8
5. Energi
Karbohidrat dan lemak harus dipenuhi sebagai sumber energi,
karena pada keadaan kekurangan energi maka protein dalam tubuh akan
dikatabolisme untuk dijadikan energi dan akan meningkatkan urea dalam
darah dengan cepat. Untuk dewasa kalori diperlukan sekitar 35-50 kkal
perkilogram berat badan, untuk anak 80-110 kkal/kg, dan bayi 100-120
kkal/kg7,8
6. Pospat
Terlalu banyak phospat dalam darah (hiperphospatemia) biasanya
menjadi masalah pada keadaan gagal ginjal yang telah lanjut meskipun
retensi pospat terjadi sebelum kadarnya sangat tinggi dalam darah. Diet
pada gagal ginjal secara otomatis harus membatasi fosfat, peningkatan
kadar fosfat dalam darah dapat dikurangi dengan obat-obatan pengikat
fosfat, obat-obatan ini mengikat fosfat dalam makanan didalam usus
sehingga penting pemberiannya sebelum makan. Obat yang biasa dipakai
adalah calsium carbonat, calcium acetat, dan aluminium hidroksida.
Makanan yang mengandung fosfat adalah: makanan berprotein terutama
keju dan susu.7,8,9

12

BAB III
KESIMPULAN
Penyakit yang terjadi pada ginjal akan mengakibatkan terganggunya
fungsi ginjal terutama dalam membuang hasil-hasil metabolisme, yang diterima
melalui makanan keluar tubuh. Melalui perawatan dietetik, diusahakan
menyelaraskan pemasukan zat gizi melalui makanan dengan perubahanperubahan yang terjadi pada ginjal akibat adanya suatu penyakit. Pada jenis
penyakit tertentu terjadi penumpukan air, unsur natrium, kalium dalam tubuh
akibat turunnya kemampuan ginjal untuk mengatur pengeluaran kelebihan zat
tersebut.1,4
Prinsip managemen diet pada gagal ginjal kronis adalah menganjurkan
pasien pada jumlah yang tepat cairan dan elektrolit dan mengatur diet untuk
mencegah akumulasi dari produk toksik pada level yang paling rendah.3,5
Managemen diet pada gagal ginjal kronik:6
1. Banyaknya protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui
dengan nilai uji penjernihan kreatinin (Creatinine Clearance Test = CCT) atau
glomerulo filtration rate (GFR)>
2. Lemak terbatas diutamakan lemak tak jenuh ganda
3. Natrium, Kalium, pospat dibatasi terutama pada kegagalan fungsi ginjal
dengan hipertensi, hiperkalemia, edema, oligouri atau anuria.
4. Kalsium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila jumlah urin
kurang dari 400 ml/hari

13

5. Kalori adekuat
6. Banyaknya cairan adalah banyaknya urin maksimal sehari ditambah
banyaknya cairan yang keluar melalui keringat dan pernafasan (kurang lebih
500 ml/hari)

DAFTAR PUSTAKA
1. Suhardjono, dkk, Gagal Ginjal Kronik, dalam Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2003
2. Isselbaccher, dkk, Gagal Ginjal Kronik, dalam Prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam Harrison, Penerbit EGC, edisi 13, volume 3, Jakarta, 2000
3. Irfan, dkk, Chronic Renal Failure, Department of Medicine, Renal
Division, St. Louis University, St. Louis, MO. Review provided by
VeriMed

Healthcare

Network.

2003

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000471.htm
4. Sjahmien M, Pengaturan Makanan Dan Diit Untuk Penyembuhan
Penyakit, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999
5. Dradjat, dkk, Penuntun Diit, Bagian Gizi R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo
dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1999
6. Khalid

dkk,

Diet

of

Chronic

Renal

Failure,

2001

http://www.bawarchi.com/health/renal-failure2.html
7. Elizabeth, dkk, Whats In Food, the Renal Unit at the Royal Infirmary of
Edinburgh,

Scotland,

UK,

2002

http://www.nephrologychannel.com/crf/treatment.shtml#treatment
8. National

Kidney

Foundation,

Guideline

Title,

2000,

http://www.guideline.gov/summary/summary.aspx?
view_id=1&doc_id=2545&nbr=1771

14

9. Briant,

dkk,

What

To

Eat,

2000

http://www.davita.com/education/kidney_disease/about_chronic_kidney_d
isease/05.cfm?CMP=KAC-XM2917230907

15

Anda mungkin juga menyukai